• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas V sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van hiele untuk siswa kelas V sekolah dasar"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR BERDASARKAN TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Dian Listyawati NIM: 121134162. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.. Allah SWT atas segala anugerah dan Rahmat yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi.. 2.. Kedua dosen pembimbing Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum dan Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd yang selalu mendukung dan membimbing dalam penyelesaian skripsi.. 3.. Seluruh keluarga yang tiada henti memberikan kasih dan lantunan doa.. 4.. Teman seperjuangan kolaboratif skripsi (Agnes, Apin, Bety, Dhany, dan Tika) yang selalu memberikan semangat dan motivasi.. 5.. Teman kelas C yang menemaniku selama 6 semester dan selalu memberikan keceriaan.. 6.. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.. 7.. Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO “Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi” -Chiang Kai Shek-. “Man Jadda Wajada” Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapatkan. “Maka, ingatlah kepada Ku, niscaya Aku ingat kepadamu, bersyukurlah kepada Ku dan janganlah kamu ingkar kepada Ku” (2: 152). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR BERDASARKAN TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Dian Listyawati Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian berawal dari potensi dan masalah terkait kesulitan siswa kelas VSD N Caturtunggal 6 memahami sifat-sifat bangun datar. Potensi yang ada adalah konsep geometri sifat-sifat bangun datar harus dikuasai siswa kelas V karena dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan matematis-logis dan ruang visual. Masalah yang muncul pada siswa adalah 89% belum memahami sifat-sifat layanglayang, 85% belum memahami sifat-sifat persegi, dan 82% belum memahami sifatsifat belah ketupat. Selain itu guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran. Maka, peneliti mengembangkan prototipe dengan tujuan menjelaskan proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas prototipe. Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan (R&D) dengan menerapkan 6 langkah menurut Sugiyono, yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) ujicoba produk. Produk yang dihasilkan berupa protipe perangkat pembelajaran berdasarkan lima fase van Hiele, yaitu: (1) fase informasi, (2) fase orientasi langsung, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi bebas, dan (5) fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan hasil skor rata-rata 3,62 maka layak diujicobakan. Ujicoba terbatas dilakukan di SD N Caturtunggal 6 pada tanggal 16 Desember 2015 dengan menerapkan perangkat pembelajaran sifat-sifat bangun datar persegi berdasarkan lima fase van Hiele. Peneliti mendapatkan data jika siswa memahami sifat-sifat bangun datar persegi. Data tersebut ditunjukkan dari fase integrasi yaitu 63% siswa mendapat nilai 100, 21% siswa mendapat nilai 96, 11% siswa mendapat nilai 92 dan 5% siswa mendapat nilai 88. Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, bangun datar, van Hiele.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT TWO-DIMENSIONAL SHAPE GEOMETRIC-LEARNING-MEDIA-PROTOTYPE DEVELOPMENT BASED ON VAN HIELE THEORY FOR STUDENTS IN GRADES V ELEMENTARY SCHOOL Dian Listyawati Universitas Sanata Dharma 2016 The study was started from the potential and the problems related to students of class V SD N Caturtunggal 6 difficulties in understanding the properties of twodimensional shape. The potential was the concept of two-dimensional characteristic of geometric properties that should be understood by fifth grader students because it could help students develop logical-mathematical ability and visual-space. The problems were 89% of the students did not understand the nature of the kite, 85% of the students did not understand the nature of the square, and 82% of students did not understand the properties of a rhombus. In addition, teachers had a little variation in using learning model. Thus, researchers had developed a prototype with the aim to explain and describe the process of developing a prototype quality. This study was research and development (R&D) by applying the six steps according Sugiyono, namely (1) the potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revisions, and (6) products testing. The product was in the form of prototype devices based on five van Hiele’s learning phases: (1) information phase, (2) direct orientation phase, (3) explanation phase, (4) free orientation phase, and (5) the integration phase. The prototype had been validated with the average score of 3,62 then it was worth to be tested. Limited test was conducted in SD N Caturtunggal 6 on December 16, 2015 by applying the learning device properties of square by five phases of van Hiele. Researchers got the data that students could understand the properties of a square. The data was shown that on the integration phase, 63% of students got 100, 21% of students got 96, 11% of students got 92 and 5% of students got 88. Keywords: development, learning media, two-dimentional shape, van Hiele.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun DatarBerdasarkan Teori Pembelajaran van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Gregorius Ari Nugrahana, S.J., S.S., BST., M.A, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. 3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik, saran, semangat, dan dorongan yang positif dalam menyelesaikan skripsi. 4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberi pengarahan dan nasehat dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Para validator, yang telah berkenan membantu dalam proses validasi instrumen dan produk.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xv DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR RUMUS ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 1.5 Spesifikasi Produk .................................................................................... 1.6 Definisi Operasional .................................................................................. 1 1 7 7 8 9 12. BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................. 2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 2.1.1 Pembelajaran Matematika ................................................................ 2.1.1.1 Hakikat Matematika ........................................................................ 2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .................................. 2.1.1.3 Geometri dalam Matematika Sekolah Dasar .................................. 2.1.1.4 Bangun Datar ................................................................................. 2.1.2 Model Pembelajaran ....................................................................... 2.1.3 Teori Pembelajaran van Hiele ......................................................... 2.1.3.1 Sejarah Teori Pembelajaran van Hiele ............................................ 2.1.3.2 Lima Level dalam Pemahaman Ide-ide Ruang van Hiele ............... 2.1.3.3 Lima Fase Tahapan Pembelajaran van Hiele .................................. 2.1.4 Pembelajaran Kontekstual ............................................................... 2.1.4.1 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kontekstual ......................... 2.1.4.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas ................................ 14 14 14 14 15 16 17 18 19 19 21 23 25 25 27. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.1.5 Inteligensi Ganda ............................................................................ 2.1.5.1 Kriteria suatu Inteligensi ................................................................. 2.1.5.2 Sembilan Inteligensi Ganda ............................................................ 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 28 28 30 33 37 38. BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 3.2 Setting Penelitian ..................................................................................... 3.2.1 Objek Penelitian ............................................................................... 3.2.2 Subjek Penelitian ............................................................................. 3.2.3 Lokasi Penelitian .............................................................................. 3.2.4 Waktu Penelitian .............................................................................. 3.3 Rancangan Penelitian .............................................................................. 3.4 Prosedur Penelitian dan Pengembangan .................................................. 3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 3.5.1 Lembar Observasi ........................................................................... 3.5.2 Angket Pra-penelitian ..................................................................... 3.5.2.1 Angket Pra-penelitian untuk Guru .................................................. 3.5.2.2 Angket Pra-penelitian untuk Siswa ................................................. 3.5.3 Angket Validasi Ahli ...................................................................... 3.5.3.1 Lembar Validasi Angket Pra-penelitian Guru oleh Dosen ............. 3.5.3.2 Lembar Validasi Angket Pra-penelitian Siswa oleh Dosen ............ 3.5.3.3 Lembar Angket Validasi Produk oleh Dosen ................................. 3.5.3.4 Lembar Angket Validasi Produk oleh Guru ................................... 3.5.4 Tes .................................................................................................... 3.5.4.1 Lembar Tes Fase Informasi ............................................................ 3.5.4.2 Lembar Tes Fase Orientasi Langsung .............................................. 3.5.4.3 Lembar Tes Fase Penjelasan ........................................................... 3.5.4.4 Lembar Tes Fase Orientasi Bebas .................................................... 3.5.4.5 Lembar Tes Fase Integrasi .............................................................. 3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 3.6.1 Observasi ......................................................................................... 3.6.2 Angket ............................................................................................. 3.6.2.1 Angket Pra-penelitian ..................................................................... 3.6.2.1 Angket Uji Validasi Ahli ................................................................ 3.6.3 Tes ................................................................................................... 3.6.4 Dokumentasi ................................................................................... 3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................... 3.7.1 Data Kualitatif ................................................................................. 3.7.2 Data Kuantitatif ............................................................................... 3.8 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 39 39 39 40 40 40 40 41 41 44 45 45 45 46 47 48 49 50 50 52 52 53 53 54 54 55 56 56 56 57 57 58 58 58 59 61. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 4.1.1 Penjelasan Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Model van Hiele ....................................................... 4.1.1.1 Potensi dan Masalah ....................................................................... 4.1.1.2 Pengumpulan Data .......................................................................... 4.1.1.2.1 Hasil Angket Guru ....................................................................... 4.1.1.2.2 Hasil Angket Siswa ...................................................................... 4.1.1.3 Desain Produk ................................................................................. 4.1.1.4 Validasi Desain ............................................................................... 4.1.1.5 Revisi Desain .................................................................................. 4.1.1.6 Ujicoba Produk ............................................................................... 4.1.2 Diskripsi Kualitas Prototipe Perangkat Pembelajaran Model vanHiele dalam Membantu Siswa Kelas V Sekolah Dasar untuk Mmahami Konsep Persegi . ............................................................. 4.1.2.1 Fase Informasi ................................................................................. 4.1.2.2 Fase Orientasi Langsung .................................................................. 4.1.2.3 Fase Penjelasan ............................................................................... 4.1.2.4 Fase Orientasi Bebas ........................................................................ 4.1.2.5 Fase Integrasi .................................................................................. 4.2 Pembahasan .............................................................................................. 62 62. BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 5.3 Saran ........................................................................................................ DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................ 105 105 106 106 107 109. xiv. 62 62 65 65 67 69 71 74 74. 75 75 81 85 90 93 99.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-Penelitian Sebelumnya ..................... 36 Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode R&D Sugiyono ................. 41 Bagan 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan yang Dimodifikasi ............ 41. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi ............................................................... 45 Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitian untuk Guru ....................................... 46 Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ..................................... 47 Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Guru oleh Dosen . 48 Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Pra-Penelitian Siswa oleh Dosen . 49 Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Angket Validasi Produk oleh Dosen ...................... 50 Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Angket Validasi Produk oleh Guru ........................ 51 Tabel 3.8 Kisi-kisi Lembar Tes Fase Informasi ................................................. 52 Tabel 3.9 Kisi-kisi Lembar Tes Fase Orientasi Langsung .................................. 53 Tabel 3.10 Kisi-kisi Lembar Tes Fase Penjelasan ............................................. 53 Tabel 3.11 Kisi-kisi Lembar Tes Fase Orientasi Bebas ..................................... 54 Tabel 3.12 Kisi-kisi Lembar Tes Fase Integrasi ................................................ 55 Tabel 3.13 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ........................................... 60 Tabel 4.1 Hasil Rekap Observasi ....................................................................... 63 Tabel 4.2 Hasil Angket Guru Wali Kelas V Sekolah Dasar .............................. 66 Tabel 4.3 Hasil Angket Siswa ............................................................................ 667 Tabel 4.4 Hasil Validasi Produk oleh Dosen .................................................... 71 Tabel 4.5 Hasil Validasi Produk oleh Guru ...................................................... 72 Tabel 4.6 Rata-rata Hasil Validasi Produk oleh Dosen dan Guru ...................... 74 Tabel 4.7 Hasil Rubrik Penilaian ....................................................................... 98. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR RUMUS Halaman Rumus 3.1 Rumus Persentase Jawaban dalam Angket Pra-penelitian Siswa .... 60. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1 Kegiatan Menyusun Puzzle ............................................................ Gambar 4.2 Kegiatan Menempel Puzzle pada HVS .......................................... Gambar 4.3 Hasil Puzzle .................................................................................... Gambar 4.4 Kegiatan Menggambar Persegi ...................................................... Gambar 4.5 Siswa Memperbaiki Ukuran ........................................................... Gambar 4.6 Hasil Menyusun Pertanyaan ........................................................... Gambar 4.7 Siswa Menyampaikan Pertanyaan .................................................. Gambar 4.8 Contoh Benda di Dalam Kelas yang Berbentuk Persegi ................ Gambar 4.9 Hasil Siswa Dalam Membuat Daftar .............................................. Gambar 4.10 Kegiatan Menempel ..................................................................... Gambar 4.11 Kegiatan Presentasi ...................................................................... Gambar 4.12 Media Persegi ............................................................................... Gambar 4.13 Peneliti Menjelaskan Sifat-sifat Bangun Datar Persegi ............... Gambar 4.14 Peneliti Mendatangi Siswa yang Belum Paham ........................... Gambar 4.15 Hasil Catatan Siswa ...................................................................... Gambar 4.16 Kegiatan Percobaan ...................................................................... Gambar 4.17 Hasil Percobaan ............................................................................ Gambar 4.18 Hasil Tabel Pertanyaan dan Jawaban ........................................... Gambar 4.19 Kegiatan Bermain Games ............................................................. Gambar 4.20 Kegiatan Menyusun Bangun Persegi ........................................... Gambar 4.21 Kegiatan Menempel Bangun Persegi ........................................... Gambar 4.22 Hasil Menyusun Persegi ............................................................... Gambar 4.23 Hasil Mengerjakan Soal ............................................................... Gambar 4.24 Kegiatan Evaluasi ......................................................................... Gambar 4.25 Hasil Evaluasi ............................................................................... Gambar 4.26 Kegiatan Merangkum ................................................................... Gambar 4.27 Hasil Merangkum ......................................................................... Gambar 4.28 Kegiatan Merefleksikan ............................................................... Gambar 4.29 Hasil Refleksi ............................................................................... Gambar 4.30 Kegiatan Aksi ............................................................................... Gambar 4.31 Hasil Aksi ...................................................................................... xviii. 76 76 77 78 78 79 80 81 82 83 84 84 85 85 86 87 88 89 90 91 91 92 93 94 94 95 95 96 96 97 98.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN 1. HASIL ANALISIS KEBUTUHAN OBSERVASI .................. 1.1 Lembar Observasi ...................................................................................... 1.2 Hasil Analisis Kebutuhan Observasi 7 Mei 2015 ...................................... 1.3 Hasil Analisis Kebutuhan Observasi 14 Mei 2015 .................................... LAMPIRAN 2. HASIL ANGKET PRA-PENELITIAN .................................... 2.1 Lembar Angket Pra-penelitian untuk Guru ............................................... 2.2 Hasil Angket Pra-penelitian oleh Guru SD N Caturtunggal 6 ................... 2.3 Hasil Angket Pra-penelitian oleh Guru SD Ambarukmo .......................... 2.4 Lembar Angket Pra-penelitian untuk Siswa .............................................. 2.5 Hasil Angket Pra-penelitian oleh Siswa .................................................... 2.6 Rekap Nilai Hasil Angket Pra-penelitian Siswa ........................................ LAMPIRAN 3. HASIL VALIDASI ANGKET PRA-PENELITIAN ............... 3.1 Lembar Validasi Pra-penelitian Guru untuk Dosen ................................... 3.2 Hasil Validasi Angket Pra-penelitian Guru oleh Dosen ............................ 3.3 Lembar Validasi Pra-penelitian Siswa untuk Dosen ................................. 3.4 Hasil Validasi Angket Pra-penelitian Siswa oleh Dosen ........................... LAMPIRAN 4. HASIL VALIDASI PRODUK ................................................. 4.1 Angket Validasi Produk untuk Dosen ....................................................... 4.2 Hasil Validasi Produk oleh Dosen ............................................................. 4.3 Angket Validasi Produk untuk Guru ......................................................... 4.4 Hasil Validasi Produk oleh Guru ............................................................... LAMPIRAN 5. HASIL PEKERJAAN SISWA PADA SETIAP FASE ............ 5.1 Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Informasi .............................................. 5.2 Hasil Pekerjaan Siswa pada Orientasi Langsung ....................................... 5.3 Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Penjelasan ............................................. 5.4 Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Orientasi Bebas .................................... 5.5 Hasil Pekerjaan Siswa pada Fase Integrasi ................................................ 5.6 Rekap Nilai Soal Evaluasi pada Fase Integrasi ......................................... 5.7 Hasil Rubrik Penilaian ............................................................................... LAMPIRAN 6. PERANGKAT PEMBELAJARAN PERSEGI ........................ 6.1 Silabus ........................................................................................................ 6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................... 6.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ....................................................................... LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI ..................................................................... CURRICULUM VITAE ....................................................................................... xix. 110 110 111 112 113 113 115 117 119 121 123 124 124 124 126 128 130 132 134 136 139 143 143 146 148 152 153 156 157 158 158 161 182 202 203.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional. 1.1. Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathemata yang berarti. belajar atau hal yang dipelajari (things that are learned) sedangkan dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan degan penalaran. Matematika merupakan ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif (Supatmono, 2009: 5-7). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi (dalam Wijaya, 2012: 16), menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki beberapa kemampuan, yaitu: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulatif matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang dan menyelesaikan model matematika, serta menafsirkan cara memecahkan masalah yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. atau masalah, dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Matematika yang diberikan pada siswa Sekolah Dasar memuat konsep dasar untuk memahami konsep yang lebih tinggi. Matematika juga terdapat pada ilmu yang lain, misalnya pada biologi, ekonomi, fisika, dan lain-lain. Matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misal pada perdagangan, pengukuran, ramalan atau perkiraan, statistika, dan sebagainya. Melihat hal tersebut maka konsep matematika yang diajarkan pada tingkat Sekolah Dasar memerlukan penguasaan konsep yang memadai agar tidak menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar matematika pada tingkat yang lebih tinggi. Menurut Runtukahu (2014: 149-150) mengatakan bahwa siswa berkesulitan belajar matematika perlu belajar geometri agar dapat menggunakan matematika secara lebih luas dalam kehidupannya dan sebagai dasar untuk belajar matematika lanjutan. Pembelajaran geometri juga sangat penting karena dapat mengasah kemampuan anak dalam bidang inteligensi matematis-logis dan inteligensi ruangvisual. Menurut Gardner (dalam Suparno, 2003: 29-31), inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang berkaiatan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, sedangkan inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat termasuk kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Peneliti memiliki kesempatan untuk melakukan pengamatan saat Probaling di SD Bopkri Gondolayu pada tanggal 12 Februari 2015 sampai tanggal 28 Mei 2015. Peneliti juga memiliki kesempatan 2 kali untuk masuk kelas V saat pelajaran matematika materi bangun datar. Berdasarkan kedua pengamatan tersebut peneliti mendapati bahwa guru kecenderungan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan model pembelajaran belum nampak serta terdapat beberapa siswa kelas V yang masih kesulitan dalam membedakan sifat bangun datar sehingga meminta guru untuk mengulangi penjelasan. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada penguasaan materi yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti mendapati bahwa guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, penerapan model dan metode pembelajaran serta penggunaan media saat pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Oleh karena itu, peneliti bersama teman-teman penelitian kolaboratif membagi angket kepada 11 guru wali kelas untuk mengetahui model dan metode pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar materi bangun datar, sekaligus untuk menanyakan tentang kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari materi geometri. Peneliti menyimpulkan kecenderungan penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru wali kelas serta kesulitan yang dialami oleh siswa dari data angket guru di setiap kelas. Data tersebut sebagai berikut: 1) guru kelas I SD N Ambarukmo dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, sedangkan untuk model menggunakan jigsaw. Terdapat beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu kesulitan dalam memberi nama bangun datar.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. dan bagian-bagiannya. 2) Guru kelas II SD N Sendangadi 2 dan SD N Gunungpring 3 saat proses pembelajaran memiliki kesamaan dalam menggunakan metode yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi, sedangkan model pembelajaran menggunakan model kontekstual. Terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan dalam membedakan sisi dan sudut serta belum dapat simetris dalam menggambar bangun datar. 3) Guru kelas III SD N Ambrukmo 3 dan SD N Sendangadi 2 saat proses pembelajaran memiliki persamaan dalam menggunakan metode pembelajaran yaitu observasi dan tanya jawab, sedangkan model pembelajaran menggunakan CTL. Kesulitan yang di alami oleh siswa yaitu dalam membedakan antara bangun datar persegi dan persegi panjang. 4) Guru kelas IV SD N Sendangadi 2 dan SD N Kadirojo menggunakan metode diskusi, demonstrasi, dan ceramah sedangkan untuk model pembelajaran menggunakan CTL dan kooperatif. Terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan membedakan bentuk dan jaring dari bangun ruang kubus dan balok. 5) Guru kelas V SD Sendangadi 2, SD Kanisius Kadirojo SD Caturtunggal 6 dan SD Ambarukmo juga memiliki kesamaan dalam menggunakan metode pembelajaran yaitu ceramah, demontrasi, dan diskusi, sedangkan model pembelajaran menggunakan kontekstual. Siswa mengalami kesulitan dalam membedakan jaringjaring balok dan kubus serta limas dan prisma. Beberapa siswa juga masih mengalami kesulitan dalam menentukan nama bangun datar yang mempunyai beberapa sifat sama dan kesulitan dalam memahami sifat-sifat persegi. Berdasarkan data di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa yang sejak awal mengalami kesulitan belajar geometri maka dalam mempelajari materi geometri atau materi lain yang lebih kompleks juga akan mengalami kesulitan,. Hal tersebut.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. terbukti pada angket guru kelas 1 hingga kelas V, beberapa siswa sejak kelas I sudah mengalami kesulitan belajar geometri bangun datar. Hal tersebut menyebabkan kesulitan yang berkelanjutan dalam mempelajari materi geometri hingga siswa kelas V. Selain itu, peneliti mendapati pentingnya siswa kelas V memahami konsep yang benar tentang geometri pada materi bangun datar. Berdasarkan buku pelajaran matematika kelas V dan Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, siswa kelas V harus memahami sifat-sifat bangun datar. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian ini menggaris bawahi pernyataan guru kelas V yang menyatakan siswa kesulitan dalam kesulitan menentukan nama bangun datar yang mempunyai beberapa sifat sama dan kesulitan dalam memahami sifat-sifat persegi. Peneliti memberikan angket kepada 27 siswa kelas VI di SD Caturtunggal 6 untuk memperkuat data dari hasil angket guru wali kelas V. Peneliti memberikan angket kepada siswa kelas VI karena siswa kelas VI merupakan siswa yang sudah mempelajari materi sifat-sifat bangun datar pada kelas V. Peneliti juga ingin mengetahui tingkat pemahaman siswa yang sudah mempelajari sifat-sifat bangun datar. Peneliti memperoleh data dari angket siswa tersebut yaitu sebagai berikut: 89% siswa belum memahami sifat-sifat layang-layang, 85% siswa belum memahami sifatsifat persegi, dan 82% siswa belum memahami sifat-sifat belah ketupat. Berdasarkan data angket siswa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami sifat-sifat bangun datar, terutama bangun datar layang-layang, persegi, dan belah ketupat. Data tersebut sesuai dengan angket guru kelas V. Siswa kesulitan dalam kesulitan menentukan nama bangun datar yang mempunyai beberapa.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. sifat sama terbukti dari siswa kesulitan dalam memahami materi persegi dan belah ketupat yang mempunyai beberapa sifat sama. Melihat hal ini, seorang guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran geometri. Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2014: 133), “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Salah satu model pembelajaran yang menawarkan pembelajaran geometri bangun datar sesuai dengan tahapan berpikir siswa dalam mempelajari geometri adalah model pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. Bagian yang paling menonjol dari model pembelajaran tersebut adalah lima tingkatan dalam pemahaman ide-ide ruang. Setiap tingkatan mengembangkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri (van De Walle, 2008: 151-154). Hal tersebut terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian oleh Pareka (2014) yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap pemahaman siswa tentang bangun datar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan prototipe berupa perangkat pembelajaran dalam pembelajaran geometri bangun datar persegi, belah ketupat dan layang-layang yang berdasarkan teori pembelajaran van Hiele. Prototipe tersebut bertujuan agar siswa dapat mempelajari materi geometri bangun datar sesuai dengan tahapan berpikirnya sehingga prototipe disusun berdasarkan level analisis yang sesuai dengan level siswa kelas V dalam mempelajari materi sifat-sifat bangun datar kelas V dan mengintegrasikan lima fase van Hiele. Oleh karena itu,.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang. digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van Hiele pada siswa kelas V Sekolah Dasar?. 1.2.2. Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri berdasarkan teori van Hiele dalam membantu siswa kelas V Sekolah Dasar memahami konsep sifat-sifat bangun datar?.. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai. berikut: 1.3.1. Menjelaskan proses pengembangkan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van Hiele pada siswa kelas V Sekolah Dasar. 1.3.2. Mendiskripsikan. kualitas. prototipe. perangkat. pembelajaran. geometri. berdasarkan teori van Hiele dalam membantu siswa kelas V Sekolah Dasar memahami konsep sifat-sifat bangun datar..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai. berkut: 1.4.1. Bagi Siswa 1.4.1.1 Siswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari geometri materi bangun datar berdasarkan teori van Hiele. 1.4.1.2 Siswa mampu memahami geometri materi bangun datar dengan mudah melalui penerapan perangkat pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. 1.4.2. Bagi Guru 1.4.2.1. Memberikan pengetahuan baru dalam mengembangkan prototipe yang. inovatif berdasarkan teori van Hiele. 1.4.2.2 Membantu guru mengetahui manfaat model pembelajaran van Hiele sehingga dapat mengembangkan pengetahuan siswa dalam menanamkan konsep bangun datar. 1.4.3. Bagi Sekolah 1.4.3.1 Menambah dokumen bagi sekolah mengenai penelitian pengembangan prototipe perangkat pembelajaran dalam pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van Hiele. 1.4.4. Bagi Peneliti 1.4.4.1. Mendapatkan pengalaman berharga dalam usaha pengembangan produk. berdasarkan teori van Hiele dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep bangun datar..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 1.5. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa prototipe yang. berukuran A4 (21 cm x 29,7 cm) dengan judul prototipe perangkat pembelajaran bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Kekhasan dari prototipe ini adalah menggunakan lima fase dalam pembelajaran van Hiele. Kelima fase tersebut, yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi langsung, dan fase integrasi. Setiap fase mengembangkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Dengan demikian, siswa dapat memahami materi bangun datar sesuai dengan tahapan berpikirnya. Prototipe dilengkapi dengan cover yang menunjukkan judul prototipe, nama penyusun, tingkat pendidikan, dan foto kegiatan saat ujicoba prototipe. Prototipe ini berisi 3 bagian, yaitu: 1.5.1 Bagian Pertama Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan dari prototipe. Bagian ini bertujuan untuk mengantarkan pembaca prototipe mengenal dan memahami teori van Hiele. Bagian pertama terdiri dari tiga sub judul sebagai berikut: 1.5.1.1 Kekhasan Tingkat Berpikir dalam Belajar Geometri Berdasarkan Teori van Hiele Kekhasan tingkat berpikir dalam belajar geometri berdasarkan teori van Hiele memuat tentang penjelasan lima level dalam pemahaman ide-ide ruang van Hiele. Kelima level tersebut, yaitu: level 0 (visualisasi), level 1 (analisi), level 2 (deduksi.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan). Peneliti dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran berdasarkan level 1 (analisis). 1.5.1.2 Lima Fase dalam Teori van Hiele Teori van Hiele terdiri dari lima fase yang berurutan. Peneliti dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran menerapkan kelima fase van Hiele dalam kegiatan pembelajaran. Kelima fase tersebut, yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. 1.5.1.3 Penerapan Kelima Fase van Hiele dalam Pembelajaran Peneliti dalam bagian ini menjabarkan langkah-langkah penerapan kelima fase van Hiele dalam pembelajaran sifat-sifat bangun datar persegi, belah ketupat dan layang-layang. Penjabaran penerapan kelima fase van Hiele dijelaskan secara rinci pada setiap fasenya. Selain itu, penjabaran juga di lengkapi dengan foto kegiatan saat ujicoba, foto media pembelajaran yang digunakan, silabus, RPP, dan LKS. 1.5.2 Bagian Kedua Bagian kedua berisi silabus dan 3 RPP materi sifat-sifat bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang. Peneliti juga menerapkan lima fase proses pembelajaran berdasarkan teori van Hiele pada silabus dan ketiga RPP tersebut. Penjelasan silabus dan RPP sebagai berikut: 1.5.2.1 Silabus Silabus mencakup tiga pembelajaran, yaitu: pembelajaran materi sifat-sifat bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang. Silabus yang disusun mengacu KTSP dan memiliki komponen sebagai berikut: kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. belajar. Kegiatan pembelajaran dalam silabus ini mengacu pada lima fase proses pembelajaran berdasarkan teori van Hiele, yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelaan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. Contoh format silabus yang dikembangkan dapat dilihat pada lampiran 6.1. 1.5.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti menyusun tiga RPP, yaitu: RPP 1 tentang materi sifat-sifat bangun datar persegi, RPP 2 tentang materi sifat-sifat bangun datar belah ketupat, dan RPP 3 tentang materi sifat-sifat bangun datar layang-layang. Kegiatan dalam ketiga RPP yang disusun merupakan penjabaran dari indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan pembelajaran juga mengacu pada lima fase proses pembelajaran berdasarkan teori van Hiele, sehingga RPP ini menjadi perpaduan antara KTSP dan model pembelajaran van Hiele dengan komponen sebagai berikut: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi pokok, pendekatan, metode, dan model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media, alat, bahan dan sumber belajar serta penilaian. Contoh format RPP yang dikembangkan dapat dilihat pada lampiran 6.2. 1.5.3 Bagian Ketiga Bagian ketiga berisi tiga LKS, yaitu: LKS pembelajaran 1 tentang materi sifatsifat bangun datar persegi, LKS pembelajaran 2 tentang materi sifat-sifat bangun datar belah ketupat, dan LKS pembelajaran 3 tentang materi sifat-sifat bangun datar layang-layang. Penyusunan LKS mencakup seluruh kegiatan proses pembelajaran dari awal hingga akhir dan mengacu pada lima fase proses pembelajaran berdasarkan teori van Hiele sehingga kegiatan dalam LKS juga diperinci pada setiap fase. LKS.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. dilengkapi dengan gambar dan warna yang menarik supaya siswa terdorong untuk mengikuti kegiatan dalam LKS dan lebih mudah dalam memahami materi. Siswa dalam mengikuti kegiatan dalam LKS juga dipermudah dengan bantuan petunjuk yang tersedia.. 1.5. Definisi Operasional. 1.5.1. Prototipe adalah perangkat pembelajaran matematika pada pokok bahasan geometri bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang yang dikembangkan berdasarkan teori van Hiele sehingga dapat membantu siswa dalam memahami geometri materi bangun datar sesuai dengan tingkatan berpikirnya. 1.5.2. Matematika adalah ilmu pasti yang berhubungan dengan penalaran dan merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. 1.5.3. Geometri adalah konsep dasar matematika yang membutuhkan penalaran yang logis dalam mempelajarinya. 1.5.4. Model pembelajaran adalah pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 1.5.5. Model pembelajaran van Hiele adalah model pembelajaran berdasarkan teori van Hiele yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Kekhasan dari teori van Hiele ini adalah kelima fase dalam pembelajaran van Hiele. Kelima fase tersebut, yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi langsung, dan fase integrasi..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 1.5.6. Bangun datar adalah bangun dua dimensi yang bisa mempunyai sisi lurus maupun lengkung. 1.5.7. Siswa SD adalah siswa kelas 5 SD N Caturtunggal 6, Depok, Sleman, Yogyakarta yang menjadi subjek penelitian..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab 2 ini, akan dibahas mengenai empat bagian, yaitu: kajian pustaka, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan pertanyaan penelitian. 2.1. Kajian Pustaka Pada sub bab kajian pustaka ini memuat pembelajaran matematika, model. pembelajaran, teori pembelajaran van Hiele, pembelajaran kontekstual, dan inteligensi ganda. 2.1.1 Pembelajaran Metematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Susanto, 2013: 186). “Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten” (Susanto, 2013: 186-187). Menurut Klien (dalam Runtukahu, 2014: 28) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang tidak berdiri.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. sendiri karena dapat membantu siswa dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti yang mempunyai unsur utama penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Jadi, matematika perlu ditanamkan sejak siswa menginjak usia Sekolah Dasar karena dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari karena pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memuat berbagai konsep yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.. 2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lainnya. Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar meliputi aspek bilangan, geometri, dan pengukuran, serta pengolahan data (Depdiknas, 2004: 134-135). Berdasarkan peraturan mentri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada mata pelajaran Matematika SD/MI meliputi kemampuan memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya; memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifatnya; memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, serta debit; memahami konsep koordinat; memahami konsep pengumpulan data dan penyajiannya; memiliki sikap menghargai matematika; serta memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Peneliti dalam penelitian ini membatasi pada materi sifat-sifat bangun datar melalui kegiatan berdasarkan lima fase tahapan pembelajaran van Hiele. Peneliti hanya melakukan penelitian tentang bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang. Bangun datar merupakan salah satu materi dari geometri. Geometri dalam matematika Sekolah Dasar sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa karena siswa dapat langsung mengamati bentuk geometri pada lingkungan sekitar.. 2.1.1.3 Geometri dalam Matematika Sekolah Dasar Kata geometri berasal dari bahasa Yunani ge yang berarti bumi dan metrein yang. artinya. mengukur.. Pengukuran. merupakan. sebuah. proses. yang. menghubungkan bilangan dengan atribut sebuah objek atau peristiwa. Pengukuran sangat berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari topik matematika lain. Oleh karena itu, pengukuran perlu diajarkan kepada siswa (Runtukahu, 2014: 48). Menurut Haryono (2014: 139) geometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruangan. Pengajaran geometri di Sekolah Dasar dimulai dari bangun datar kemudian bangun ruang, akan tetapi sebelumnya perlu ditanamankan pengetahuan tentang garis dan titik (Runtukahu, 2014: 149-150). Pengetahuan geometri sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat mengembangkan konsep geometri dengan mengamati bentuk geometri yang terdapat di lingkungan sekitar siswa (Runtukahu, 2014: 46-47). Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran geometri yang benar perlu diajarkan kepada siswa sejak dini karena pembelajaran.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. geometri sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran geometri melibatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga siswa tidak asing dengan media yang digunakan saat proses pembelajaran. Selain itu, geometri juga merupakan bidang studi yang mempelajari bangun datar serta erat kaitannya dengan pengukuran.. 2.1.1.4 Bangun Datar Bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana yang terletak pada bidang datar (Runtukahu, 2014). Bidang datar dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun datar tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut (Djuwita, 2015: 3). Jenis-jenis bangun datar bermacam-macam antara lain: segitiga, persegi, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran (Djuwita, 2015: 3-28). Penelitian ini memuat materi bangun datar persegi, belah ketupat dan layang-layang dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Persegi Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang terbentuk dari empat buah rusuk yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut siku-siku. 2. Belah ketupat Belah ketupat adalah bangun datar dua dimensi yang terbentuk dari empat rusuk yang sama panjang dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang sama besar dengan sudut di hadapannya..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 3. Layang-layang Layang-layang adalah bangun datar yang berbentuk segi empat yang terbentuk dari segitiga sama kaki yang alasnya berhimpitan. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah bangun dua dimensi. Data dari angket siswa menunjukkan bahwa sifat-sifat bangun datar persegi, belah ketupat dan layang-layang merupakan materi yang belum dipahami oleh siswa kelas V Sekolah Dasar. Guru dapat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami sifat-sifat bangun datar tersebut dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran dapat dipilih dengan berbagai pertimbangan dari karakteristik siswa maupun kondisi lingkungan kelas atau sekolah.. 2.1.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan jangka panjang pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang, namun untuk mencapai hal tersebut perlu model pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 3). Joyce & Weil (dalam Rusman, 2014: 133) berpendapat bahwa, “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Terdapat beberapa dasar pertimbangan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 2) bahan atau.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. materi pembelajaran, 3) kondisi siswa, dan 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar (Sugiyanto, 2010: 3). Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa sangatlah penting. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menentukan model pembelajaran. Model pembelajaran digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kondisi siswa, materi pembelajaran, dan sarana prasarana. Oleh karena itu, guru perlu memahami berbagai macam model pembelajaran agar mengetahui tujuan, ciri dan karakteristik dari setiap model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Peneliti dalam pengembangan ini, menggunakan model pembelajaran van Hiele yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, kondisi siswa, dan sarana prasarana dalam pembelajaran geometri bangun datar.. 2.1.3 Teori Pembelajaran van Hiele 2.1.3.1 Sejarah Teori Pembelajaran van Hiele Teori van Hiele dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre van Hiele dan isterinya yaitu Dina van Hiele. Kedua tokoh tersebut mengungkapkan tentang proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri (Mason, 2002: 4). Tahun 1954 Pierre van Hiele menuliskan hasil penelitiannya dalam disertasi. Beliau melakukan penulisan setelah mengadakan penelitian di lapangan, dengan melalui observasi dan tanya jawab, Penelitian yang telah dilakukan oleh van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Penelitian tersebut mereka selesaikan bersama di Universitas Utrecht. Dina van. Hiele meninggal setelah menyelesaikan disertasinya, kemudian Pierre van Hiele mengklarifikasi, mengubah, dan memajukan teorinya sehingga muncullah teori pembelajaran van Hiele (Crowley, 1987: 1). Teori van Hiele telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat murapakan contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri berdasarkan teori van Hiele. Uni Soviet melakukan perubahan kurikulum menjadi sesuai dengan teori van Hiele pada tahun 1960-an, sedangkan di Amerika Serikat pengaruh teori van Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an. Sejak tahun 1980-an, terjadi peningkatan minat penelitian yang memusatkan pada teori van Hiele (Crowley, 1987: 1). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa teori van Hiele sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya geometri karena teori van Hiele muncul berdasarkan proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Siswa perlu memiliki banyak pemikiran dan pengalaman pada tingkat yang lebih rendah dulu sebelum mempelajari konsep geometri formal. Hal tersebut karena teori van Hiele terdiri dari lima level dalam pemahaman ide-ide ruang. Kelima level tersebut merupakan tahapan pemikiran geometri dari yang sederhana menuju yang lebih rumit..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. 2.1.3.2 Lima Level dalam Pemahaman Ide-Ide Ruang van Hiele Menurut van De Walle (2008: 151-154) saat ini, teori van Hiele menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam kurikulum geometri di Amerika. Bagian yang paling menonjol dari model pembelajaran tersebut adalah lima level dalam pemahaman ide-ide ruang. Setiap level mengembangkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Perbedaan yang signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran yang mampu kita pikiran secara geometris. Level 0: Visualisasi “Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana “rupa” mereka”. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umumnya yaitu menelusuri bagaimana bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk (baik secara fisik maupun mental). Dengan demikian, hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau kelompok-kelompok dari bentuk yang terlihat “mirip”. Level 1: Analisis “Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual”. Siswa pada tingkat ini mulai mengerti bahwa sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya. Ide-ide dalam suatu bentuk dapat digeneralisasikan pada semua bentuk yang sesuai dengan golongan tersebut. Dengan demikian, hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Level 2: Deduksi informasi “Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk”. Siswa pada tingkat ini akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapatpendapat informal, deduktif tentang bentuk, dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan diantara sifat-sifat obyek geometri. Dengan demikian, siswa pada level 2 dapat menghubungkan sifat-sifat dari dua atau lebih obyek geometri. Level 3: Deduksi “Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan di antara sifat-sifat objek geometri”. Siswa pada tingkat ini mulai menghargai kebutuhan dari sistem logika yang berdasar pada kumpulan asumsi minimum dan kebenaran lain yang dapat diturunkan. Siswa juga mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan abstrak tentang sifat-sifat geometris dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan logika daripada naluri. Hasil pemikiran pada tingkat 3 berupa sistem-sistem deduktif dasar geometri. Karakteristik tipe pemikiran pada tingkat 3 sama dengan yang dibutuhkan pada pelajaran geometri sekolah tinggi tipikal. Siswa membuat daftar aksioma dan definisi untuk membuat teorema serta membuktikan teorema dengan menggunakan pemikiran logis yang teratikulasi. Level 4: Ketepatan (Rigor) “Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri”. Tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulannya dalam sistem. Secara.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. Hasil pemikiran dari tingkat 4 adalah perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem geometri dasar. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada level 1 yaitu analisis. Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk. Materi geometri bangun datar kelas V Sekolah Dasar mengenai sifat-sifat bangun datar yang berkaitan dengan bentuk dan sifat sehingga siswa mempelajari bahwa sekumpulan bentuk yang tergolong serupa berdasarkan. sifat/ciri-cirinya.. Dengan. demikian,. muncul. fase. tahapan. pembelajaran van Hiele untuk membantu siswa dalam memahami sifat-sifat dari bentuk atau bangun datar tersebut. Fase tersebut sejalan dengan level pemahaman ide-ide ruang van Hiele yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.. 2.1.3.3 Lima Fase Tahapan Pembelajaran van Hiele Model pembelajaran van Hiele terdiri dari lima fase berurutan, yang sekaligus sebagai tujuan pembelajaran (Crowley, 1987: 5), yaitu sebagai berikut: 1. Fase Informasi/inkuiri (Information/Inquiry) Fase ini merupakan tahapan awal. Siswa bersama dengan guru saling. bertanya jawab tentang materi yang akan dibahas. Hal tersebut mempunyai tujuan, yaitu guru mengetahui pengetahuan/informasi awal siswa tentang materi yang akan dibahas dan siswa belajar tentang kegiatan yang akan mereka lakukan..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 2. Fase Orientasi Langsung (Directed Orientation) Tahapan ini siswa mengeksplorasi materi dengan menggunakan media yang. sudah disediakan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan harus secara bertahap agar dapat mengungkapkan karakteristik tahapan ini kepada siswa. Sehingga dalam kegiatan ini diperlukan beberapa tugas singkat supaya memperoleh respon khusus dari siswa. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah merangsang siswa agar aktif dalam mengeksplorasi obyek, melalui beberapa kegiatan seperti: melipat, mengukur untuk menemukan hubungan sifat dari bentuk-bentuk bangun datar atau bangun ruang. 3. Fase Penjelasan (Explication) Siswa pada tahapan ini mengekspresikan dan saling bertukar pikiran tentang. topik sebelumnya yang telah diamati. Hal tersebut membantu siswa dalam menggunakan bahasa yang akurat dan tepat, selain itu guru juga tidak dominan. 4. Fase Orientasi Bebas (Fee Orientation) Siswa menjumpai tugas yang lebih kompleks dan dengan langkah yang cukup. banyak, tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara. Siswa mendapatkan pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan permasalahan dalam belajar dan menggunakan strateginya sendiri. 5. Fase Integrasi (Integration) Tahapan ini adalah tahapan terakhir. Pada tahapan terakhir ini siswa meninjau. kembali dan merangkum sehingga siswa mempunyai gambaran dan hubungan baru tentang materi yang telah mereka pelajari. Saat kegiatan ini guru dapat membimbing dan mendampingi siswa dalam membantu mengintegrasikan.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. pengetahuannya. Tujuan kegiatan ini adalah mengintegrasikan pengetahuan yang telah diamati dan didiskusikan. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran van Hiele memiliki lima fase tahapan pembelajaran, yaitu: fase informasi/inkuiri (information/inquiry), fase orientasi langsung (directed orientation), fase penjelasan (explication, fase orientasi bebas (ree orientation), fase integrasi (integration). Setiap fase memiliki karakteristik dan tujuan masing-masing. Hal tersebut membuat kegiatan pembelajaran antar fase berbeda namun tetap berkesinambungan. Kegiatan pada kelima fase juga dapat mengguanakan media konkret dan sangat memungkinkan untuk mengajak siswa melakukan pengamatan pada lingkungan sekitar kelas maupun sekolah sehingga proses pembelajaran berdasarkan model pembelajaran van Hiele sangat erat kaitannya dengan pembelajaran kontekstual. Dengan demikian, membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa yang realistis untuk dapat memecahkan masalah.. 2.1.4 Pembelajaran Kontekstual 2.1.4.1 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kontekstual Berdasarkan Trianto (2009: 105), John Dewey merupakan tokoh pertama yang mengusulkan penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika Serikat. Beliau mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa pada tahun 1916. Selama mengadakan telah pustaka menjadi semakin jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan perpaduan dari banyak praktik yang baik.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. dan beberapa pendekatan reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Menurut. University. of. Washington. (dalam. Trianto,. 2009:. 105). Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa TK hingga SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam kegiatan di dalam sekolah maupun luar sekolah sehingga siswa dapat memecahkan masalah. Sedangkan menurut Blanchard (dalam Trianto, 2019: 105) pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang terjadi dari pengalaman sesungguhnya. Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa yang lebih realistis karena inti pembelajaran kontekstual adalah untuk mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktik (Taniredja, 2011: 50). Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual memberikan ruang kepada siswa untuk dapat belajar dengan situasi yang nyata dengan berbagai macam media konkret sehingga dapat mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pengetahuan serta ketrampilan baru. Peneliti dalam pengembangan ini mengintegrasi hal tersebut pada kegiatan pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. Kegiatan pembelajaran berdasarkan teori van Hiele secara garis besar menggali pengetahuan awal siswa melalui media konkret kemudian siswa dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan siswa belajar untuk memecahkan masalah tersebut dengan pengetahuan dan ketrampilan mereka sendiri sehingga siswa membangun pengetahuan dan ketrampilan baru..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Peneliti dalam mengintegrasikan pembelajaran kontekstual ke dalam teori van Hiele juga memperhatikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual tersebut mencakup komponen utama dari pembelajaran kontekstual.. 2.1.4.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2009: 107), pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum dan bidang studi apa saja serta kelas dengan kondisi bagaimanapun. Suatu kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual.. Ketujuh. komponen. utama. tersebut,. yaitu:. kontruktivisme. (contructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment). Secara garis besar langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1) mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan membangun sendiri pengetahuan serta keterampilan barunya, 2) melaksanakan kegiatan inkuri untuk semua topik, 3) melaksanakan kegiatan bertanya untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa, 4) membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk belajar kelompok, 5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di akhir pembelajaran, dan 7) melakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual. Ketujuh komponen tersebut sangat fleksibel karena dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi bagaimanapun sehingga peneliti dalam pengembangan ini dapat dengan mudah mengintegrasikan pembelajaran kontektual kedalam teori van Hiele. Selain itu, pembelajaran kontekstual juga dapat diintegrasikan dengan inteligensi ganda. Suatu inteligensi harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut digunakan untuk mengetahui dan menentukan apakah kemampuan itu sungguh merupakan inteligensi.. 2.1.5 Inteligensi Ganda 2.1.5.1 Kriteria suatu inteligensi Menurut Gardner (dalam Suparno, 2003: 21-22), kemampuan disebut inteligensi apabila seseorang menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemunya dalam kehidupan. Selain itu, juga dapat menciptakan suatu produk baru, dan bahkan dapat menciptakan. persoalan. berikutnya. yang. memungkinkan. pengembangan. pengetahuan baru. Secara garis besar, maka dalam kemampuan ada unsur pengetahuan dan keahlian. Syarat kemampuan yang dapat dipertimbangakan sebagai inteligensi dalam teori inteligensi Gardner yaitu bersifat universal. Kemampuan itu harus berlaku bagi banyak orang, bukan hanya untuk beberapa orang. Selain itu, kemampuan juga berdasarkan unsur biologis. Kemampuan sudah ada sejak seseorang lahir, meski dapat dikembangkan melalui pendidikan..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. Menurut Amstrong (dalam Suparno, 2003: 23) Kemampuan manusia yang dimasukkan kedalam inteligensi ganda harus memenuhi delapan kriteria untuk menentukan apakah kemampuan itu sungguh inteligensi. Kedelapan kriteria itu adalah sebagai berikut: Terisolasi dalam bagian otak tertentu. Setiap inteligensi berkaitan dengan bagian otak tertentu. Bila kemampuan ini hilang karena kerusakan otak, maka tidak akan mempengaruhi kerusakan kemampuan lainnya. Kemampuan itu independen. Ini tampak pada orang yang pandai tapi idiot (idiot savants) dan orang autis. Orang tersebut mempunyai kemampuan tinggi dalam hal tertentu, tetapi mempunyai kelemahan pada kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut dalam diri seserang saling independen dan tidak terkait ketat sehingga dianggap menjadi inteligensi yang berdiri sendiri. Memuat. satuan. operasi. khusus.. Setiap. inteligensi. mengandung. keterampilan operasi tertentu yang berbeda satu sama lain dan seseorang dengan keterampilan operasi tersebut dapat mengekspresikan kemampuannya dalam menghadapi persoalan. Mempunyai. sejarah. perkembangan. sendiri.. Setiap. inteligensi. mempunyai waktunya sendiri dalam berkembang, menuju puncak lalu akan turun. Kita dapat melihat puncak inteligensi pada orang-orang yang berinteligensi tertentu secara luar biasa. Misalnya, Mohamad Ali pada saat jaya-jayanya menjadi jago tinju profesional. Berkaitan dengan sejarah evolusi zaman dulu. Setiap inteligensi dapat dicari awalnya dari evolusi manusia kuno, bahkan dari evolusi spesies lain hal.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. tersebut karena sejalan dengan perkembagan otak manusia dari manusia purba dan bahkan dari makhluk lain yang berkaitan. Dukungan psikologi eksperimental. Dari tugas-tugas psikologis yang diberikan tampak bahwa inteligensi bekerja saling terisolasi. Seseorang yang kuat/pandai dalam bidang tertentu belum tentu kuat/pandai dalam bidang lain. Hal tersebut sangat jelas bahwa bahwa inteligensi itu terisolasi. Dukungan dari penemuan psikometrik. Inteligensi yang ditemukan Gradner memang benar terbukti dari beberapa tes psikologis terstandar. Misalnya, Wecbsler Inteligensi Scale for Children yang mengandung tes inteligensi linguistik, matematis-logis, visual, dan kinestetik-badani. Dapat disimbolkan. Kemampuan untuk menggunakan simbol dalam hidup merupakan salah satu tanda tingkah laku inteligensi manusia. Menurut Gardner, setiap inteligensi yang ditelitinya memiliki simbol khusus yang berbeda-beda dan sistem notasi yang khas. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kemahiran dan keterampilan dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemunya dalam kehidupan. Suatu inteligensi harus memenuhi delapan kriteria. Gardner mengemukakan beberapa inteligensi dan inteligensi yang dapat diterima berjumlah sembilan karena kesembilan inteligensi tersebut memenuhi kedelapan kriteria.. 2.1.5.2 Sembilan Inteligensi Ganda Menurut Gardner (dalam Chatib, 2012: 78),. “salah besar apabila kita. mengamsusikan bahwa IQ adalah suatu entitas atau besaran tunggal dan tetap,.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas”. Kecerdasan menurut Gardner memperkuat perspektifnya tentang kecerdasan kognitif manusia. Kecerdasan adalah sebuah perilaku yang diulang-ulang. Kecerdasan terbentuk dari proses pembelajaran, perilaku, pola kehidupan, antar manusia, dan alam atau lingkungan yang terkristalisasi dalam kebiasaan. Inteligensi ganda yang belum berkembang dapat dikembangkan dan dilatih menjadi lebih baik lewat pendidikan. Seseorang dapat belajar untuk mengenali dan menyadari inteligensi ganda dalam hidupnya. Dengan demikian, dapat mengembangkan inteligensi ganda tersebut agar berdampak lebih maju untuk hidup selanjutnya (Suprano, 2003: 67). Otak manusia sangat kompleks dan misterius, yang merupakan sumber bagi banyak hal karena didalamnya tersimpan kepribadian dan kecerdasan. Kecerdasan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Melalui kajian ilmiah psikologi, Gardner yang juga merupakan ahli saraf di Universitas Harvard membuat klasifikasi kecerdasan berdasarkan fakta empiris. Tahun 1999, Howard Gardner kemusdian menghasilkan karya intelektual berjudul Intelligence Reframed yang menyatakan bahwa otak manusia setidaknya menyimpan sembilan jenis kecerdasan yang disepakati dan diterima (Chatib, 2012: 79). Sembilan kecerdasan tersebut yaitu inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi ruang, inteligensi kinestetik-badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi lingkungan/naturalis, dan inteligensi eksistensial. (Suparno, 2003: 1945). Peneliti dalam pengembangan penelitian ini menggembangkan inteligensi matematis-logis dan ruang visual. Berikut penjelasan dari kedua inteligensi tersebut:.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. 1.. Inteligensi matematis-logis Inteligensi. matematis-logis. (logical-matematical. intelligence). adalah. kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dalam perhitugan, kepekaan pada pola logika secara efektif, abstraksi dan kategorisasi. Anak yang memiliki inteligensi ini biasanya mempunyai nilai matematika yang tinggi, dapat memecahkan masalah dengan logis dan suka belajar skema serta bagan. Inteligensi matematis-logis dapat dikembangkan dengan beberapa latihan. Latihan tersebut antara lain: membuat simbol, membuat kesimpulan dari konkret ke abstrak, membuat garis besar jalan pikiran, membuat grafik, mengurutkan bilangan, berhitung. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dengan problem solving. Hal tersebut membantu siswa untuk mengembangkan penalaran dengan selalu melihat sebab-akibatnya 2.. Inteligensi ruang Inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang disebut dengan. intelligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat. Selain itu juga mengenal bentuk dan benda secara tepat dan memiliki kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Anak yang memiliki inteligensi ini dapat dengan mudah belajar ilmu ukur ruang, mudah menentukan letak suatu benda yang berada dalam ruangan dan dapat membayangkan suatu bentuk. Inteligensi ruang-visual dapat dikembangkan dengan beberapa latihan. Latihan tersebut antara lain: dilatih untuk membayangkan sesuatu bentuk/ benda di otaknya, berlatih dengan warna, menggambar, membuat peta, membangun suatu bangun petak-petak yang mengembangkan gambaran, mematung, bermain.

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pra-penelitian untuk Guru
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Pra-penelitian untuk Siswa
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Pra-penelitian Guru oleh Dosen
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Pra-penelitian Siswa oleh Dosen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar persegi , persegi panjang, trapesium, jajargenjang, lingkaran, belah ketupat, dan layang- layang. Siswa dapat

Penelitian berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap bangun datar sederhana. Potensi yang ada

Aku memiliki empat sisi sama panjang, aku memiliki diagonal yang tegak lurus, bangun datar apakah aku …. Belah Ketupat

Geometri Siswa Tunanetra Pada Materi Bangun Datar dengan Menggunakan Teori Van Hiele(Sebuah Studi Kasus) ” ini beserta seluruhh isinya adalah benar- benar karya saya

1.5.1.2.5 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Kegiatan ini merupakan serangkaian langkah-langkah pembelajaran yang menerapkan fase-fase model pembelajaran van Hiele yang terdiri

Bagi Guru Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan inspirasi tentang perangkat pembelajaran dengan menggunakan teori van Hiele sebagai upaya mempermudah siswa

Pada penelitian deskriptif kualitatif ini ditelusuri level berpikir geometri Van Hiele pada bangun datar segitiga dari seorang mahasiswa program studi pendidikan matematika

Penelitian berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap bangun datar sederhana. Potensi