ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE
UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Nur Etikawati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada adalah siswa 50% belum paham tentang sifat-sifat bangun datar persegi panjang, 82% belum paham tentang sifat-sifat bangun datar segitiga hal tersebut dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe berupa perangkat pembelajaran dengan tujuan: 1) untuk menjelaskan proses pengembangan dan, 2) mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D) yang menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono (2011) meliputi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas III SD berdasarkan lima fase van Hiele yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas, dan fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata masing-masing validator 3,70 dan 3,80 dengan kategori sangat baik, sehingga layak untuk di uji cobakan.
Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Ambarukmo pada tanggal 15 Desember 2015 materi persegi dan persegi panjang dengan menerapkan lima fase pembelajaran van Hiele. Berdasarkan fase kelima dari pembelajaran van Hiele yaitu fase integrasi peneliti mendapatkan data jika siswa dapat memahami sifat-sifat persegi dan persegi panjang hal tersebut terbukti dari nilai hasil evaluasi yang memperoleh rata-rata 8,90.
Kata kunci : pengembangan, perangkat pembelajaran, geometri, bangun datar sederhana, van
ABSTRAK
THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT PROTOTYPE ABOUT
BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE THEORY FOR 3RD GRADE
STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL
Nur Etikawati Universitas Sanata Dharma
2016
This research begin from existence potential and problem concerned undercommunication comprehension of third grade student in Sendangadi 2 elementary school about basic geometric shapes. Potential at hand is concept about basic geometri shapes can help to evolve intelligence mathematical logical and visual space. Problem at hand be around 50% of student not understand about characteristics of rectangular, 82% of student do not understand about characteristics of triangle that case cause the learning model which used by teacher is less variation. Then researcher want to develop a kind of learning equipment prototype as a purpose: 1) to explain developmental process 2) to description quality of product develop.
This research is developmental research (R&D) and use 6 steps according Sugiyono (2011) include (1) potential and problem, (2) aggregation data, (3) product design, (4) product validation, (5) product revision, (6) product experiment. The product result as a prototype equipment geometry learning for third grade elementary school grounded on five phase van
Hiele that is : information phase, direct orientation phase, explaining phase, free orientation
phase, and integration phase. Prototype has been validation with average score eachs validator 3,70 and 3,80 with very good category, until suitable to tested.
Definite tested implementable at Ambarukmo elementary school on the 15 December 2015. Square and long square with apply five phase van Hiele learning that is integration researcher got data if the student can understand characteristics of square and rectangular, can proved by result score evaluation is acquire average 8,90.
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT
PEMBELAJARAN GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR
SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE UNTUK
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Nur Etikawati NIM: 121134155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Allah SWT
Orang tua tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendukungku
Adik tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan
v MOTTO
“Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri.”
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN
GEOMETRI MATERI BANGUN DATAR SEDERHANA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
Nur Etikawati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian berawal dari adanya potensi dan masalah terkait kurangnya pemahaman siswa kelas III di SD Negeri Sendangadi 2 terhadap bangun datar sederhana. Potensi yang ada adalah konsep bangun datar sederhana dapat membantu mengembangkan kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual siswa. Masalah yang ada adalah siswa 50% belum paham tentang sifat-sifat bangun datar persegi panjang, 82% belum paham tentang sifat-sifat bangun datar segitiga hal tersebut dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Maka peneliti mengembangkan prototipe berupa perangkat pembelajaran dengan tujuan: 1) untuk menjelaskan proses pengembangan dan, 2) mendeskripsikan kualitas produk yang dikembangkan.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (R&D) yang menggunakan 6 langkah menurut Sugiyono (2011) meliputi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk yang dihasilkan berupa prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana untuk kelas III SD berdasarkan lima fase
van Hiele yaitu: fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase
orientasi bebas, dan fase integrasi. Prototipe telah divalidasi dengan skor rata-rata masing-masing validator 3,70 dan 3,80 dengan kategori sangat baik, sehingga layak untuk di uji cobakan.
Uji coba terbatas dilakukan di SD Negeri Ambarukmo pada tanggal 15 Desember 2015 materi persegi dan persegi panjang dengan menerapkan lima fase pembelajaran van Hiele. Berdasarkan fase kelima dari pembelajaran van Hiele yaitu fase integrasi peneliti mendapatkan data jika siswa dapat memahami sifat-sifat persegi dan persegi panjang hal tersebut terbukti dari nilai hasil evaluasi yang memperoleh rata-rata 8,90.
ix ABSTRAK
THE DEVELOPMENT OF LEARNING GEOMETRY INSTRUMENT
PROTOTYPE ABOUT BASIC GEOMETRIC SHAPES BASED VAN HIELE
THEORY FOR 3RD GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL
Nur Etikawati
Universitas Sanata Dharma 2016
This research begin from existence potential and problem concerned undercommunication comprehension of third grade student in Sendangadi 2 elementary school about basic geometric shapes. Potential at hand is concept about basic geometri shapes can help to evolve intelligence mathematical logical and visual space. Problem at hand be around 50% of student not understand about characteristics of rectangular, 82% of student do not understand about characteristics of triangle that case cause the learning model which used by teacher is less variation. Then researcher want to develop a kind of learning equipment prototype as a purpose: 1) to explain developmental process 2) to description quality of product develop.
This research is developmental research (R&D) and use 6 steps according Sugiyono (2011) include (1) potential and problem, (2) aggregation data, (3) product design, (4) product validation, (5) product revision, (6) product experiment. The product result as a prototype equipment geometry learning for third grade elementary school grounded on five phase van Hiele that is : information phase, direct orientation phase, explaining phase, free orientation phase, and integration phase. Prototype has been validation with average score eachs validator 3,70 and 3,80 with very good category, until suitable to tested.
Definite tested implementable at Ambarukmo elementary school on the 15 December 2015. Square and long square with apply five phase van Hiele learning that is integration researcher got data if the student can understand characteristics of square and rectangular, can proved by result score evaluation is acquire average 8,90.
Key word : development, learning equipment, geometry, basic geometric shapes,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi
Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mendapat banyak dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum, selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan
kritik, saran, semangat, dan dorongan yang positif dalam menyelesaikan skripsi.
4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku dosen pembimbing 2 yang
telah memberi pengarahan dan nasehat dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Spesifikasi Produk ... 6
1.6Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Kajian Teori ... 10
2.1.1 Matematika ... 10
2.1.2 Teori van Hiele ... 15
2.1.3 Kontekstual ... 20
2.1.4 Teori Intelegensi Ganda ... 21
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 23
2.2.1 Hasil Penelitian tentang Pengembangan ... 23
2.2.2 Hasil Penelitian tentang Pembelajaran van Hiele... 24
2.2.3 Peta Konsep Penelitian yang Relevan ...27
2.3 Kerangka Berpikir ... 28
2.4 Pertanyaan Peneliti ...29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Setting Penelitian ... 33
3.3 Prosedur Pengembangan ... 33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.5 Instrumen Penelitian ... 37
3.6 Teknik Analisis Data ... 48
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Hasil Penelitian ... 52
4.2 Pembahasan ... 71
BAB V PENUTUP ... 75
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Keterbatasan ... 76
5.3 Saran ... 77
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitian Guru ... 38
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Pra-Penelitian Siswa ... ... 40
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Pra-penelitian Guru oleh Dosen ... 41
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Validasi Pra-penelitian Siswa oleh Dosen ... 42
Tabel 3.6 Kisi-kisi Lembar Validasi Produk oleh Dosen ... 43
Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Validasi Produk oleh Guru ... 45
Tabel 3.8 Instrumen Fase Informasi ... 45
Tabel 3.9 Instrumen Fase Orientasi Langsung ... 46
Tabel 3.10 Instrumen Fase Penjelasan ... 46
Tabel 3.11 Instrumen Fase Orientasi Bebas ... 47
Tabel 3.12 Instrumen Fase Integrasi ... 48
Tabel 3.13 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 50
Tabel 4.1 Hasil Rekap Observasi... 53
Tabel 4.2 Hasil Rekap Angket Guru ... 54
Tabel 4.3 Rekap Hasil Angket Pra-penelitian Siswa ... 56
Tabel 4.4 Hasil Validasi Produk oleh Dosen ... 60
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan Fase Informasi ... 65
Gambar 4.1 Kegiatan Fase Orientasi Langsung ... 66
Gambar 4.1 Kegiatan Fase Penjelasan ... 67
Gambar 4.1 Kegiatan Fase Orientasi Bebas ... 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 HASIL ANALISIS KEBUTUHAN
OBSERVASI ... 79
1.1Lembar Observasi ... 80
1.2Hasil Observasi Pembelajaran 1 ... 81
1.3Hasil Observasi Pembelajaran 2 ... 82
LAMPIRAN 2 HASIL ANGKET PRA-PENELITIAN ... 83
2.1 Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 84
2.2 Hasil Angket Pra-Penelitian untuk Guru ... 87
2.3 Lembar Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 93
2.4 Hasil Angket Pra-Penelitian untuk Siswa ... 95
LAMPIRAN 3 HASIL VALIDASI ANGKET PRA-PENELITIAN ... 97
3.1 Lembar Validasi Pra-Penelitian Guru oleh Dosen ... 99
3.2 Hasil Validasi Pra-Penelitian Guru oleh Dosen ... 102
3.3 Lembar Validasi Pra-Penelitian Siswa oleh Dosen ... 104
3.4 Hasil Validasi Pra-Penelitian Siswa oleh Dosen ... 106
LAMPIRAN 4 HASIL VALIDASI PRODUK ... 108
4.1 Angket Validasi Produk untuk Dosen ...109
4.2 Hasil Validasi Produk oleh Dosen ... 111
4.3 Angket Validasi Produk untuk Guru ...113
4.4 Hasil Validasi Produk oleh Guru ... 116
LAMPIRAN 5 HASIL PEKERJAAN SISWA ... 120
5.1 Hasil Pekerjaan Siswa pada Lima Fase Pembelajaran ... 121
5.2 Hasil Nilai Siswa Per Indikator ...130
LAMPIRAN 6 PERANGKAT PEMBELAJARAN 1 ... 132
6.1 Silabus ... 133
6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 146
6.3 Lembar Kerja Siswa ... 154
LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI ... 172
1 BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan, definisi operasional.
1. 1 Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat siswa dan guru bertemu untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Hal yang dipelajari siswa di sekolah, salah satunya adalah
belajar tentang matematika. Matematika adalah ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001: 7). Matematika diajarkan dari kelas
I sampai dengan kelas VI dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Salah satu materi matematika yang ada di SD adalah geometri. Sesuai dengan Kompetensi Dasar, siswa kelas III harus menguasai tentang sifat dan unsur bangun datar
sederhana. Bangun datar sederhana yang dipelajari meliputi persegi, persegi panjang dan segitiga. Materi tersebut sudah diajarkan sebelumnya ketika di kelas I dan II, akan tetapi semakin tinggi jenjang kelas tingkat kesulitannya juga semakin
tinggi. Dilihat dari segi materi yang dibahaspun semakin banyak. Materi bangun datar tersebut berkesinambungan, dari kelas I sampai kelas VI memiliki
keterkaitan, sehingga jika siswa tidak memahami sejak tingkat awal maka akan sulit memahami pula di tingkat selanjutnya. Materi tersebut sangat penting untuk dipelajari, sebab dengan mempelajari materi tersebut siswa dapat memahami
2
bangun datar tersebut, siswa dapat terbantu dalam kecerdasan matematis-logis dan ruang-visual.
Pada saat melakukan kegiatan Program Pengakraban Lingkungan
(Probaling) di SDN Sendangadi 2, peneliti memiliki kesempatan melakukan pengamatan di kelas III untuk melihat proses pembelajaran matematika tentang
bangun datar yang berlangsung. Berdasarkan pengamatan, peneliti mengamati kecenderungan guru dalam mengajarkan geometri masih menggunakan metode ceramah. Sehingga beberapa siswa terlihat masih mengalami kesulitan saat
mempelajari sifat-sifat bangun datar dan sudut-sudut yang ada pada bangun datar. Kesulitan–kesulitan yang terjadi antara lain: bingung membedakan sifat bangun
datar persegi dengan persegi panjang, segitiga sama sisi dengan sama kaki, dan menentukan sudut yang ada pada bangun datar segitiga. Kesulitan tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi pada pemahaman siswa tentang sifat-sifat bangun datar
dan sudut pada bangun datar (persegi, persegi panjang dan segitiga).
Bangun datar merupakan salah satu bagian dari kajian geometri. Bangun datar merupakan bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau
lengkung (Soenarjo, 2007). Geometri merupakan materi yang sangat penting untuk dipelajari siswa. Budiarto (2000: 439) menyebutkan bahwa salah satu
tujuan mempelajari geometri yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen
matematik. Materi geometri juga berpengaruh terhadap materi lain. Apabila siswa tidak memahami materi geometri maka materi lainpun akan sulit dipahaminya.
3
tentang sifat-sifat bangun datar antara lain: persegi, persegi panjang dan segitiga. Selain tentang sifat-sifat bangun datar dalam buku tersebut juga dipaparkan tentang sudut-sudut yang ada pada bangun datar tersebut yang juga perlu
dipahami siswa. Berdasarkan gagasan di atas, peneliti ingin mengetahui tentang metode, model, dan media yang digunakan guru dalam mengajar bangun datar
serta mengetahui pemahaman siswa terhadap sifat-sifat maupun terhadap sudut-sudut yang ada pada bangun datar. Oleh karena itu peneliti menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan dua hal tersebut.
Peneliti bersama teman-teman kolaboratif menyebarkan angket kepada 12 guru kelas I-V untuk mengetahui metode, model serta media yang digunakan guru
dalam mengajarkan materi geometri. Sekaligus menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi geometri. Berdasarkan hasil angket guru, peneliti mengaris bawahi pernyataan guru kelas III yang mengatakan jika siswa
mengalami kesulitan dalam membedakan persegi dengan persegi panjang serta membedakan segitiga sama sisi dengan segitiga sama kaki. Selain menyebarkan angket peniliti juga melakukan wawancara kepada guru kelas III. Untuk
memperkuat data tersebut, peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas IV yang sudah mendapatkan materi tentang persegi, persegi panjang dan segitiga.
Data yang peneliti peroleh sebagai berikut: sebanyak 82% dari 28 siswa tidak bisa menjawab soal tentang sifat segitiga sama sisi dengan segitiga sama kaki serta sebanyak 50% dari jumlah siswa kesulitan membedakan antara persegi
dengan persegi panjang. Berdasarkan hasil angket siswa, siswa paling banyak mengalami kesulitan dalam membedakan persegi dan persegi panjang serta
4
guru dari hasil angket yang menyebutkan bahwa kesulitan siswa adalah membedakan persegi dan persegi panjang serta segitiga sama sisi dengan segitiga sama kaki.
Berdasarkan data tersebut, peneliti terdorong untuk membantu mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran
menggunakan teori van Hiele. Van Hiele adalah seorang ahli matematika yang khusus mempelajari tentang geometri yang didasarkan dengan tingkat berpikir dan menerapkan lima fase dalam pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan terdiri dari 3 bagian, yaitu: bagian 1: model pembelajaran van Hiele, bagian 2: perangkat model
pembelajaran van Hiele dan, bagian 3: lembar kerja siswa model pembelajaran
van Hiele. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan
kesulitan yang dialami siswa yaitu tentang bangun datar persegi, persegi panjang
dan segitiga. Dengan demikian siswa terbantu untuk memiliki konsep yang benar tentang sifat-sifat dan sudut-sudut yang ada pada bangun datar. Hal tersebut terbukti dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh Peraka, Putri EL. (2014)
tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Van Hiele Terhadap Kemampuan Memahami Pada Konsep Geometri Bangun Datar Dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SD. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunakan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul
“Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun
Datar Sederhana Berdasarkan Teori Van Hiele Matematika Untuk Siswa Kelas III
5 1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga)
berdasarkan teori van Hiele pada siswa kelas III Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri dengan
menggunakan teori van Hiele dapat membantu siswa kelas III Sekolah Dasar memahami konsep bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga)?
1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Menjelaskan proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri pada materi bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga) sesuai dengan teori van Hiele untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.
1.3.2 Mendiskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran geometri dengan menggunakan teori van Hiele dapat membantu siswa kelas III Sekolah Dasar dalam memahami konsep bangun datar (persegi, persegi
panjang, segitiga).
1. 4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dihasilkan terdiri dari manfaat bagi siswa, guru, peneliti dan sekolah. Berikut penjabaran dari masing-masing manfaat yang
6
1.4.1 Bagi Siswa
Penelitian ini mampu memberikan pengalaman bagi siswa dalam mempelajari geometri materi bangun datar (persegi, persegi panjang,
segitiga) berdasarkan teori van Hiele. 1.4.2 Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan inspirasi tentang perangkat pembelajaran dengan menggunakan teori van Hiele sebagai upaya mempermudah siswa dalam mempelajari geometri materi bangun
datar (persegi, persegi panjang, segitiga) 1.4.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai masalah pembelajaran geometri pada materi bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga) berdasarkan teori van Hiele di Sekolah Dasar.
1.4.4 Bagi Sekolah
Penelitian pengembangan prototipe pembelajaran ini dapat menambah dokumen bagi sekolah mengenai pengembangan perangkat pembelajaran
geometri materi bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga) berdasarkan teori van Hiele.
1. 5 Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan mengambil materi tentang bangun datar
7
1.5.1 Bagian 1: Model Pembelajaran van Hiele.
Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan yang bertujuan untuk mengantarkan pembaca prototipe lebih memahami dan mengenal teori
pembelajaran van Hiele. Bagian ini terdiri dari 3 sub judul yaitu:
1.5.1.1 Kekhasan Tingkat Berpikir dalam Belajar Geometri Berdasarkan van Hiele.
Bagian ini berisi pendahuluan tentang penjelasan tingkat berpikir dalam teori van Hiele yaitu: level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi
informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (ketepatan). Penyusunan prototipe ini disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa kelas III SD yaitu level 1 (analisis).
1.5.1.2 Lima Fase dalam Pembelajaran van Hiele.
Bagian ini memuat tentang penjelasan lima fase dalam pembelajaran van
Hiele. Lima fase tersebut yaitu: 1) fase informasi, 2) fase orientasi langsung, 3)
fase penjelasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi.
1.5.1.3 Proses Pembelajaran Menggunakan Teori van Hiele.
Bagian ini berisi tentang uraian kegiatan yang dilakukan oleh guru ketika
menerapkan teori van Hiele dalam pembelajaran. Bagian ini disertai dengan foto-foto media pembelajaran serta materi yang digunakan dalam pembelajaran.
1.5.2 Bagian 2: Perangkat Model Pembelajaran van Hiele.
Bagian 2 berisi tentang perangkat pembelajaran menggunakan teori van
Hiele yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Beikut
8
1.5.2.1 Silabus
Silabus yang digunakan adalah silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk kelas bawah yang menggunakan pendekatan tematik.
Silabus ini disusun menggunakan tabel yang memiliki komponen: kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang memuat lima fase teori
van Hiele, indikator, penilaian yang meliputi: (1) teknik penilaian, (2) bentuk
instrumen, dan (3) instrumen, alokasi waktu dan sumber belajar. Format silabus dapat dilihat pada lampiran 6.1.
1.5.2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Prototipe perangkat pembelajaran yang dikembangakan memuat 2 RPP
tentang persegi dan persegi panjang serta segitiga. RPP disusun dengan menerapkan lima fase teori van Hiele. RPP yang dikembangkan memiliki komponen Identitas, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator, Tujuan
pembelajaran, Materi pembelajaran, Model dan metode pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar dan Media Pembelajaran serta Penilaian. Format RPP dapat dilihat pada lampiran 6.2.
1.5.3 Bagian 3: Lembar Kerja Siswa Teori Pembelajaran van Hiele.
Lembar Kerja Siswa terdiri dari 2 pembelajaran yaitu: a) pembelajaran 1:
persegi dan persegi panjang dan, b) pembelajaran 2: segitiga. Lembar kerja siswa yang dikembangkan memuat komponen identitas, tujuan pembelajaran, petunjuk dan kegiatan belajar siswa, serta dilengkapi gambar-gambar yang bisa menarik
9
pembelajaran baik secara mandiri maupun kelompok. Setiap kegiatan siswa di LKS disesuaikan dengan kegiatan yang mengacu pada 5 fase van Hiele.
1. 6 Definisi Operasional
1.6.1 Prototipe adalah bentuk asli atau bentuk dasar. Prototipe yang
dikembangkan berupa perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar berdasarkan teori van Hiele untuk siswa kelas III.
1.6.2 Matematika adalah ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran dan
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar.
1.6.3 Bangun datar adalah sebuah bangun berupa bidang datar (dua dimensi)
yang dibatasi dengan beberapa ruas garis.
1.6.4 Teori van Hiele adalah model pembelajaran yang menerapkan fase informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase
integrasi dalam pembelajaran.
1.6.5 Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dihubungkan dengan keadaan/situasi nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari.
1.6.6 Teori Intelegensi Ganda, ada 2 inteligensi yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu: inteligensi Matematis-Logis dan Ruang-Visual.
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian pustaka, hasil penelitian yang
relevan, kerangka berpikir dan, pertanyaan peneliti.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka akan membahas empat hal yang bersangkutan dengan
penelitian. Pertama membahas tentang matematika, kedua membahas tentang teori pembelaran van Hiele, ketiga membahas tentang pembelajaran kontekstual dan
yang terakhir tentang teori intelegensi ganda Howard Gardner.
2.1.1 Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” (Susanto, 2013: 184). Sedangkan
dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya
berkaitan dengan penalaran Depdiknas (Susanto, 2013: 184). Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut Kline (Runtukahu, 2014:
28) menjelaskan bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan
sosial, ekonomi, dan alam.
11
meningkatkan kemampuan berfikir serta dapat membantu manusia dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Pembelajaran Matematika
Menurut Susanto (2013: 185) pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik. Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu Corey (Susanto, 2013: 186). Sedangkan menurut Dimyati (Susanto, 2013: 186) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru sebagai pendidik untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
2.2.2.1Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Secara umum tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika (Susanto, 2013: 189).
Pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Depdiknas (Susanto: 2013) tujuan pembelajaran
12
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dalam pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2.2Geometri
Safrina, dkk (2014: 10) mengemukakan bahwa geometri merupakan bagian matematika yang sangat dekat dengan siswa, karena hampir semua obyek visual yang ada disekitar siswa merupakan obyek geometri. Ahli lain
menyebutkan geometri adalah cabang matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang (Haryono, 2014: 139). Usiskin (Safrina, 2014: 10) menjelaskan
bahwa geometri perlu diajarkan dengan alasan sebagai berikut: pertama, geometri merupakan satu-satunya bidang matematika yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua, geometri satu-satunya yang dapat
13
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa geometri merupakan bagian dari matematika yang memiliki kedudukan penting karena dekat dengan dunia nyata siswa dan memiliki beberapa manfaat ketika
mempelajarinya.
2.2.2.3Bangun Datar
Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis (Djuwita, 2015: 3). Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bantuk bangun datar tersebut.
Bangun datar memiliki banyak jenis dan masing-masing memiliki sifat yang berbeda.
1. Persegi
Persegi merupakan bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang semuanya sama panjang dan semua sudutnya siku-siku (Djuwita,
2015: 4). Persegi memiliki beberapa sifat-sifat antara lain: memiliki 4 titik sudut, memiliki 4 sudut siku-siku (90°), memiliki 2 diagonal yang sama panjang, memiliki 4 simetri lipat dan memiliki 4 simetri putar.
2. Persegi panjang
Djuwita (2015, 6) mengemukakan bahwa persegi panjang merupakan
bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya, serta memiliki empat buah sudut siku-siku. Persegi panjang memiliki ciri-ciri antara lain: sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar, sisi-sisi persegi panjang saling tegak lurus, mempunyai 4 sudut siku-siku (90°), mempunyai 2 diagonal yang berpotongan di
14
3. Segitiga
Segitiga adalah bangun geometri yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut (Djuwita, 2015: 8). Segitiga memiliki sifat-sifat antara
lain: besar jumlah sudut adalah 180°, dan memiliki 3 sisi. Bangun datar segitiga juga memiliki beberapa bentuk antara lain:
a. Segitiga sama sisi, adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang dan ketiga sudutnya sama besar (Djuwita, 2015: 10). Sifat-sifat segitiga sama sisi yaitu : 1) mempunyai tiga sisi yang sama panjang, 2) mempunyai tiga
sudut sama besar yaitu 600, 3) mempunyai tiga simetri putar, 4) mempunyai tiga simetri lipat.
b. Segitiga sama kaki,adalah segitiga yang dua dari tiga sisinya sama panjang dan memiliki dua sudut yang sama besar (Djuwita, 2015: 12). Sifat-sifat segitiga sama kaki yaitu : 1) mempunyai sepasang sisi yang sama panjang,
2) mempunyai sudut lancip yang sama besar dan saling berhadapan, 3) mempunyai satu simetri lipat dan simetri putar.
c. Segitiga siku-siku, adalah segitiga yang salah satu besar sudutnya sama
dengan 900 dan sisi di depan sudut 900 disebut sisi miring atau hipotenusa (Djuwita, 2015: 14). Sifat-sifat segitiga siku-siku, yaitu: 1) salah satu
15 2.2.3 Teori van Hiele
Salah satu model pembelajaran yang membantu siswa dalam memahami geometri khususnya bangun datar adalah model pembelajaran van Hiele. Model
pembelajaran van Hiele merupakan model pembelajaran sesuai dengan tingkat berfikir siswa serta terdiri dari fase-fase dalam pembelajarannya.
2.2.3.1Sejarah Van Hiele
Teori van Hiele dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre van Hiele dan isterinya yaitu Dina van Hiele yang
mengungkapkan tentang proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri (Mason, 2002: 4). Pierre van Hiele dan Dinavan Hieletelah
mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam desertasi pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan oleh Pierre van Hiele dan Dina van Hiele melahirkan beberapa
kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Penelitian tersebut mereka selesaikan bersama di Universitas Utrecht. Sejak Dina van Hiele meninggal tak lama setelah menyelesaikan disertasinya,
Pierre van Hiele kemudian mengklarifikasi, mengubah, dan memajukan teorinya sehingga muncullah teori pembelajaran van Hiele (Crowley, 1987: 1).
Teori van Hiele telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri
berdasar pada teori van Hiele. Uni Soviet melakukan perubahan kurikulum menjadi sesuai dengan teori van Hiele pada tahun 1960-an, sedangkan di Amerika
16
Sejak tahun 1980-an, terjadi peningkatan minat penelitian yang memusatkan pada teori van Hiele (Crowley, 1987: 1). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak
yang positif dalam pembelajaran geometri.
2.2.3.2Tahapan Berfikir
Fitur yang paling menonjol dari model tersebut adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan
tersebut menjelaskan tentang bagaimana kita berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang kita pikirkan. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan berfikir
geometri menurut Walle (2008: 151-154) antara lain: Level 0: Visualisasi
Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana
“rupa” mereka. Siswa-siswa pada tingkatan awal ini mengenal dan menamakan
bentuk berdasarkan pada karakteristik luas dan tampilan dari bentuk-bentuk tersebut. Siswa mampu membuat pengukuran dan bahkan berbicara
tentang sifat-sifat bentuk, tetapi sifat-sifat tersebut tak terpisahkan dari wujud yang sebenarnya. Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk-bentuk yang dapat
diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umum yaitu menelusuri bagaimana bentuk-bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide ini untuk membuat berbagai kelompok dari
17
Level 1: Analisis
Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual. Siswa pada tingkat analisis dapat menyatakan
semua bentuk dalam golongan selain bentuk satuannya. Siswa juga mulai mengerti bahwa kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya.
Siswa yang berada pada level 1 akan dapat menyebutkan sifat-sifat dari bujur sangkar, persegi panjang, dan jajaran genjang tetapi belum menyadari bahwa ada yang merupakan bagian dari yang lain, bahwa semua bujur sangkar adalah persegi
panjang, bahwa semua persegi panjang adalah jajaran genjang. Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.
Level 2: Deduksi Informal
Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk. Siswa pada tingkat 2 akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal,
deduktif tentang bentuk dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan diantara sifat-sifat obyek geometri.
Level 3: Deduksi
Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan diantara sifat-sifat objek geometri. Siswa pada tingkat ini mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan
abstrak tentang sifat-sifat geometris dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan pada logika daripada naluri. Seorang siswa tingkat 3 dapat dengan jelas mengamati bahwa garis diagonal dari sebuah persegi panjang saling berpotongan,
18
Level 4: Ketepatan (Rigor)
Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri. Tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian
adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulannya dalam sistem. Secara umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang
mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. Hasil pemikiran dari tingkat 4 berupa perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem geometri dasar.
Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan, siswa kelas III Sekolah Dasar termasuk dalam tahapan berpikir level 1 yaitu analisis. Pada level ini siswa kelas
III akan dapat menyebutkan sifat-sifat dari persegi panjang, persegi dan segitiga.
2.2.3.3Fase-Fase dalam van Hiele
Crowley dalam Nur’aeni (2010: 32) menyatakan bahwa kemajuan tingkat
berfikir geometris siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya melalui lima tahapan atau sebagai hasil dari pengajaran yang diorganisir ke lima tahapan pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung
pada pengalaman pendidikan/pembelajaran ketimbang usia atau kematangan. Fase-fase van Hiele tersebut terdiri dari:
1. Fase Informasi
Fase ini guru dan siswa telibat dalam percakapan dan aktifitas mengenai obyek-obyek, pengamatan dilakukan, mengajukan pertanyaan serta
memperkenalkan kosakata khusus. Guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik kemudian siswa menjadi berorientasi pada
19
2. Fase Orientasi Langsung
Kegiatan dalam fase ini adalah siswa menjajaki objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran,
atau pengkonstruksian. Siswa menggali topik yang dipelajari menggunakan alat-alat yang sudah disediakan oleh guru. Siswa meneliti obyek yang sudah
ditentukan menggunakan alat yang sudah dipelajari. Fase ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat siswa untuk bereksplorasi sehingga menemukan konsep khusus dalam bangun geometri.
3. Fase Penjelasan
Siswa menyampaikan ide mengenai unsur yang ditemukan pada obyek
pengamatan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Guru bertugas membantu siswa dalam menyusun bahasa yang tepat dan sesuai. Setelah siswa selesai menyampaikan ide, guru bertugas meluruskan ide yang sudah disampaikan siswa.
4. Fase Orientasi Bebas
Fase ini, siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang meraka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka. Fase ini
siswa diberi tugas untuk mengekspresikan/menggambarkan topik yang sudah mereka pelajari sesuai dengan cara mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam
memilih materi yang sesuai dengan tingkatan pemahaman siswa. 5. Fase Integrasi
Kegiatan dalam fase ini adalah siswa meringkas/membuat ringkasan dan
mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi. Guru membantu siswa dalam menyimpulkan
20
melengkapi kekurangan yang sudah disampaikan oleh siswa. Fase ini dapat membimbing siswa untuk melakukan perbaikan. Fase ini sangat penting karena siswa merefleksikan dan menyimpulkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari
pengamatan.
2.2.3.4Karakteristik van Hiele
Menurut Nur’aeni (2010, 31) model pembelajaran van Hiele memiliki
beberapa karakteristik, antara lain:
- Tingkatan dalam model pembelajaran van Hiel bersifat rangkaian yang
berurutan.
- Setiap tingkatan memiliki simbol dan bahasa tersendiri.
- Apa yang emplisit pada satu tingkatan akan menjadi eksplisit pada tingkatan berikutnya.
- Bahan yang diajarkan pada siswa diatas tingkatan pemikiran mereka akan
dianggap sebagai reduksi tingkatan.
- Kemajuan dari satu tingkatan ketingkatan berikutnya lebih tergantung pada pengalaman pembelajaran bukan pada kematangan atau usia.
- Pembelajar tidak dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui tingkatan sebelumnya.
2.2.4 Pembelajaran Kontekstual
Menurut Taniredja, dkk (2011: 52) pembelajaran kontekstual adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
sehari-21
hari. Ahli lain berpendapat pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi nyata siswa (Nurhadi dalam Sugiyanto, 2010: 14). Tujuan pembelajaran
kontekstual adalah untuk membekali siswa berupa pengetahuan dan kemamuan yang lebih realistis karena pembelajaran ini untuk mendekatkan hal yang teoritis
ke praktis (Taniredja dkk, 2014: 50)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dihubungkan dengan
keadaan/situasi nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran van Hiele yang telah diuraikan tidak lepas dari pembelajaran kontekstual, setiap fase dalam
pembelajaran van Hiele merupakan pembelajaran kontekstual.
2.2.5 Teori Inteligensi Ganda
Teori inteligensi ganda ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan di
Graduate School of Education, Harverd Universiry Amerika Serikat. Beliau
mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam seting yang bermacam-macam dan dalam situasi
yang nyata (Gardner dalam Suparno, 2004: 17). Menurut Gardner persoalan nyata sangat penting karena seseorang baru sungguh berinteligensi tinggi bila dia dapat menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori.
22
Gardner (dalam Suparno, 2001: 19) ada sembilan inteligensi yang dimiliki oleh manusia. Penelitian ini, peneliti menggunakan inteligensi berupa matematis-logis dan ruang-visual. Berikut penjelasan dari masing-masing inteligensi:
1. Inteligensi Matematis-Logis
Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang lebih berkaitan
dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti seorang matematiskus, saintis, programer, dan logikus. Seseorang yang memiliki inteligensi matematis-logis sangat mudah mengklasifikasi dan kategorisasi dalam
pemikiran serta cara mereka bekerja selain itu dalam menghadapi banyak persoalan, ia akan mencoba mengelompokkannya sehingga mudah dilihat mana
yang pokok dan mana yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dengan yang lain, serta mana yang merupakan persoalan lepas. Pemikiran seseorang yang memiliki inteligensi matematis logis adalah induktif dan deduktif. Jalan
pikirannya bernalar dan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Jika menghadapi persoalan, ia akan menganalisis secara sistematis terlebih dahulu, kemudian mengambil langkah untuk memecahakannya.
Siswa yang memiliki inteligensi matematis-logis biasanya menonjol pada nilai matematika, anak bisa memecahkan masalah yang berhubungan dengan
matematika serta peka terhadap logika. Selain itu mudah belajar matematika dan sains. Anak suka belajar dengan skema, bagan, dan tidak begitu suka dengan bacaan yang panjang kalimatnya.
2. Inteligensi Ruang-Visual
Inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia
23
dekorator. Termasuk didalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pemikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan
mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu grafik. Ia juga peka terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan tuang.
Seseorang yang memiliki inteligensi ruang-visual baik dapat dengan mudah membayangkan benda dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang secara tepat.
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
Sub bab ini membahas tentang beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang menyangkut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan ini terdiri dari penelitian tentang pengembangan
dan tentang pembelajaran van Hiele.
2.3.2 Penelitian tentang Pengembangan
Peneliti memaparkan 2 penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
tentang pengembangan perangkat pembelajaran. Berikut ini merupakan penjabaran dari kedua penelitian tersebut.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Pranita, Rindi Widya (2015)
dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Prisma
Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Tujuan
penelitian adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran geometri pada materi prisma berdasarkan teori van Hiele yang sesuai prosedur pengembangan
24
pembelajaran geometri pada materi prisma berdasarkan teori van Hiele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk yang didesain menghasilkan skor 3,53 dengan kategori sangat baik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
memberikan pemahaman siswa dalam tahap berfikir geometri.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kusumawati pada tahun 2015
dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Materi
Lingkaran Berdasarkan Teori van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran,
untuk menghasilkan perangkat pembelajaran geometri dan untuk mengetahui hasil implementasi perangkat pembelajaran geometri materi lingkaran berdasarkan teori
van Hiele untuk siswa kelas V sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prestasi siswa yang diperoleh sebelum menggunakan teori van Hiele lebih rendah dibanding setelah siswa menggunakan teori van Hiele.
Kedua penelitian tentang pengembangan yang telah dipaparkan dapat menambah reverensi peneliti terhadap penelitannya tentang pengembangan.
2.3.3 Penelitian tentang Pembelajaran Berbasis van Hiele
Berikut ini merupakan penjabaran 3 dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang pembelajaran berbasis van Hiele.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Safrina, Khusnul dkk tahun 2014
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri melalui
Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori van Hiele”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah geometri antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif berbasis teori van
25
peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol dengan perolehan nilai sig. 0,000 < 0,05 pada uji-t yang dilakukan. Selanjutnya, dari pengujian x2 diperoleh bahwa terdapat hubungan
antara tingkat berpikir dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dengan kategori tingkat keeratan hubungan adalah cukup (0,421).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nur’aeni, Epon tahun 2010 dengan
judul “Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris Siswa Sekolah Dasar
melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele”. Hasil penelitian diperoleh
bahwa kemampuan komunikasi geometris siswa sekolah dasar dapat dikembangkan melalui pembelajaran berbasis teori van Hiele yaitu dengan lima
tahap pembelajaran; 1) informasi, 2) orientasi terarah/terpadu, 3) Eksplisitasi, 4) orientasi bebas, 5) integrasi. Dengan tahap pembelajaran van Hiele juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir geometris siswa dari level dasar ke level
berikutnya secara berurutan.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sasmita, Lisa dkk (2013) dengan
judul “Pengaruh Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas V SD di Desa Sinabun”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori van Hiele dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rata-rata hitung hasil belajar
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan menggunakan teori van Hiele sebesar 42,48, dan rata-rata hitung hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan menggunakan pembelajaran
26
yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori van Hiele lebih baik dari pada hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan pemaparan ketiga penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran van Hiele dapat membantu siswa dalam
memahami konsep geometri. Namun, dalam penelitian yang relevan tersebut belum ada yang membahas tentang pengaruh maupun penerapan model pembelajaran van Hiele di kelas bawah. Oleh karena itu, peneliti memutuskan
27 2.3.4 Peta Konsep Penelitian yang Relevan
Bagan 2.1 Peta Konsep Penelitian yang Relevan. Pranita, Rindi Widya (2015)
“Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Geometri berbasis teori van Hiele dapat meningkatkan pemahaman siswa sesuai tahap berpikir siswa kelas V SD.
Kusumawati (2015)
“Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Geometri berbasis teori van Hiele dapat meningkatkan prestasi siswa pada materi lingkaran.
Etikawati, Nur (2016)
“Prototipe Perangkat
Pembelajaran Geometri Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa “Pembelajaran berbasis teori van Hiele meningkatkan
kemampuan komunikasi
geometris siswa Sekolah
Dasar”
Sasmita, Lisa dkk (2013)
“Pembelajaran berbasis teori van Hiele dapat meningkatkan hasil
28 2.2Kerangka Berpikir
Penelitian Safrina (2014) menginspirasi peneliti jika model pembelajaran
van Hiele dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri, bahkan
menurut Sasmita (2013) hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model van hiele lebih baik dibandingkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Selain itu model pembelajaran van Hiele menurut
penelitian Nur’aeni, Epon juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
geometris siswa Sekolah Dasar.
Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Pranita (2015) juga menginspirasi peneliti jika perangkat pembelajaran geometri berbasis teori van
Hiele dapat yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman siswa sesuai tahap berpikir siswa Sekolah Dasar. Selain itu menurut penelitian Kusumawati (2015) pengembangan perangkat pembelajaran geometri berbasis teori van Hiele
dapat meningkatkan prestasi siswa.
Kelima penelitian tersebut menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran kelas III tentang bangun datar, khususnya
mengenai sifat dan unsur bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga dengan menggunakan model van Hiele. Ada dua perangkat pembelajaran yang
peneliti kembangkan yaitu: (1) persegi dan persegi panjang, (2) segitiga.
Prototipe perangkat pembelajaran tersebut peneliti kembangkan untuk menjawab permasalahan 28 siswa yang belum memahami tentang sifat-sifat
bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga. Serta untuk memberi guru tentang 1 contoh model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami
29 2.3 Pertanyaan Peneliti
2.3.2 Bagaimana prosedur pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar (persegi, persegi panjang, segitiga)
berdasarkan teori van Hiele pada siswa kelas III Sekolah Dasar?
30 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian,
prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Penelitian R&D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Ahli lain menyebutkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan Borg & Gall (Setyosari, 2013: 222)
Menurut Sugiyono (2011: 298) penelitian R&D memiliki 10 langkah yang
terdiri atas (1) analisis potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi
produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.
31
1. Potensi dan Masalah
Penelitian ini bermula dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki nilai tambah
(Sugiyono, 298). Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, namun bisa
berdasarkan laporan penelitian yang sudah dilakukan orang lain atau berdasarkan dokumentasi laporan.
2. Pengumpulan Data
Kegiatan selanjutnya setelah adanya potensi dan masalah secara faktual adalah mengumpulkan data. Data tersebut digunakan sebagai informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada.
3. Desain Produk
Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan lebih efektif atau tidak. Validasi di sini masih bersifat
penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan desain produk, sehingga kelemahan dapat diperbaiki. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara
32
5. Perbaikan Desain
Setelah dilakukan validasi akan terlihat kelemahannya. Kelemahan yang ada dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Perbaikan tersebut
dilakukan oleh peneliti. 6. Uji Coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas dan efisiensi produk yang baru dengan produk yang lama. Uji coba produk dilakukan pada sempel yang terbatas.
7. Revisi Produk
Revisi produk bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada setelah
dilakukan uji coba. Revisi akan terus dilakukan untuk mendapatkan produk yang efektif dan efisien.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah melakukan uji coba dan revisi produk, kegiatan selanjutnya adalah menerapkan produk yang berupa sistem kerja baru tersebut ke dalam konsisi yang nyata untuk lingkup yang luas. Operasi sistem kerja tersebut juga harus dinilai
kekurangan dan hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut. 9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi yang nyata terdapat kekurangan dan kelemahan.
10. Pembuatan Produk Masal
33 3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SD N Ambarukmo yang
beralamat di Ambarukmo, Caturtunggal, Depok, Sleman 55281. 3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2015 hingga Februari 2016. Tahap pelaksanaan penelitian dideskripsikan pada jadwal penelitian.
3.2.3 Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Ambarukmo tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas ini adalah 25 siswa, terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 3.2.4 Obyek penelitian
Obyek penelitian berupa pengembangan prototipe perangkat pembelajaran
geometri berdasarkan teori van Hiele pada materi pembelajaran bangun datar persegi dan persegi panjang.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan prototipe perangkat pembelajaran yang dilakukan
34
Bagan 3.2 Prosedur pengembangan dengan modifikasi
Peneliti melakukan langkah-langkah pengembangan sebagai berikut: 1. Potensi dan masalah
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari potensi dan masalah. Peneliti menemukan potensi dan masalah melalui observasi dan
penyebaran angket. Observasi dilakukan oleh peneliti ketika mengikuti kegiatan pengakraban lingkungan II di SD N Sendangadi 2. Peneliti memiliki kesempatan untuk memasuki kelas dan melihat pembelajaran yang berlangsung.
Kemudian peneliti menyebarkan angket kepada siswa dan guru di SD N Ambarukmo. Angket siswa disebarkan pada siswa kelas IV dengan jumlah siswa 27. Angket berisi materi tentang bangun datar persegi, persegi panjang dan
segitiga. Peneliti menyebarkan angket di kelas IV, karena siswa kelas IV sudah pernah mendapatkan materi tersebut ketika kelas III semester II. Sedangkan
angket guru disebarkan kepada guru kelas 3 SD N Ambarukmo, SD N Sendangadi II, dan SD N Caturtunggal 6. Isi angket guru berupa metode dan model yang digunakan guru saat mengajarkan materi bangun datar serta kesulitan yang
35
2. Pengumpulan data
Kegiatan yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah pengumpulan data. Data yang diperoleh peneliti dianalisis dan dihubungkan dengan sumber yang
relevan.Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa sehingga dapat menjadi solusi dan sebagai acuan disain produk yang akan dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan yang ada. 3. Desain produk
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa prototipe
perangkat pembelajaran yang terdiri dari 3 bagian yaitu, bagian pertama (a) tentang tingkat berfikir dalam belajar geometri berdasarkan teori van Hiele, (b) 5
fase dalam pembelajaran van Hiele, (c) penerapan 5 fase van Hiele dalam pembelajaran. Bagian kedua berisi silabus dan 2 rencana pelaksanaan pembelajaran tentang bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga. Bagian
ketiga berisi lembar kerja siswa untuk 2 pembelajaran, pembelajaran 1 tentang persegi dan persegi panjang dan pembelajaran 2 tentang segitiga.
4. Validasi desain
Produk yang sudah dikembangkan kemudian divalidasi oleh 1 dosen ahli dan 1 guru. Tujuan dari validasi desain adalah untuk memperoleh kritik dan saran
terhapat produk yang sudah dikembangkan, sehingga produk menjadi layak untuk diimplementasikan.
Uji coba dilakukan di kelas III SD N Ambarukmo. Kegiatan dilakukan
36
adalah LKS dan soal evaluasi. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk melihat tingkat pemahaman siswa setelah produk diimplementasikan.
5. Revisi desain
Setelah validasi dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan revisi desain untuk memperbaiki produk yang sudah dihasilkan. Perbaikan dilakukan
berdasarkan masukan dari dosen ahli dan guru. 6. Uji coba produk
Tahap ini, peneliti melakukan implementasi produk yang sudah dihasilkan
di kelas III SD N Ambarukmo. Implementasi dilakukan dengan tujuan mengatahui efektifitas dan kelayakan perangkat pembelajaran yang sudah
dihasilkan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2013:24). Teknik atau cara menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya misalnya: angket, wawancara, pengamatan, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan
tergantung dari masalah yang dihadapi. 3.4.1 Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke obyek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2013: 30). Ahli lain menyebutkan bahwa observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu
37
dalam Sugiyono, 2011:196). Teknik pengumpulan data observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
3.4.2 Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2013: 25). Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian dalam pengisian daftar pertanyaan.
3.4.3 Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok (Riduwan, 2013: 30). Ahli lain mengatakan bahwa tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu obyek (Widoyoko, 2012: 50).
Tes yang digunakan dalam intrumen pengumpulan data ini adalah tes prestasi. Menurut Riduwan (2013: 31) tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
38 3.5.1 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan oleh peneliti ketika melakukan kegiatan observasi pembelajaran di SD N Sendangadi II. Lembar observasi digunakan
untuk mengetahui kegiatan pembelajaran tentang bangun datar dan melihat permasalahan yang terjadi saat pembelajaran tentang materi bangun datar. Berikut
kisi-kisi lembar observasi:
Tabel 3.1 kisi-kisi lembar observasi
Aspek No Kegiatan yang diamati
Kegiatan awal 1 - Membuka pelajaran
- Apersepsi - Motivasi
Kegiatan Inti 2-7 - Penyajian materi
- Metode pembelajaran - Penggunaan bahasa - Aktifitas siswa - Pengelolaan kelas - Penggunaan media
Kegiatan Penutup 8 - Cara menutup pelajaran
3.5.2 Angket Pra-penelitian
Angket yang digunakan oleh peneliti terdiri dari angket guru, angket siswa dan angket validasi dosen ahli. Berikut penjelasan mengenai masing-masing angket.
3.5.2.1Angket Pra-Penelitian untuk Guru
Angket pra-penelitian untuk guru digunakan untuk analisis kebutuhan.
Berikut kisi-kisi angket pra-penelitian guru:
Tabel 3.2.kisi- kisi angket pra-penelitian guru
Aspek No Soal Pertanyaan