• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN AKAD MUDHARABAH

B. Kerangka Teori

3. Teori Pemutusan Perjanjian

Pemutusan Perjanjian atau Terminasi perjanjian adalah suatu tindakan pemutusan atau pengakhiran dari suatu perjanjian yang telah disepakati dan ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya.Pemutusan kontrak merupakan akibat hukum lanjutan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban kontraktual.39Pemutusan kontrak pada dasarnya mengakui keabsahan kontrak yang bersangkutan serta mengikat kewajiban-kewajiban para pihak, namun karena dalam pelaksanaannya bermasalah sehingga kontrak tersebut diputus.40Berdasarkan pasal 1381 KUH Perdata hapusnya perikatan dikarenakan sebagai berikut:41

1. Pembayaran.

Pembayaran ialah pelunasan utang oleh debitur kepada jasa kreditur dalam bentuk uang atau barang atau jasa. Dalam hukum perikatan, yang dimaksud dengan pembayaran ialah setiap perbuatan

37Ibid, h. 325

38Ibid, h. 327

39Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 296

40Ibid, h. 296

41

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Edisi Revisi, (Jakarta: PradnyaParamitha, 2004), Cet. 34, h. 349.

untuk memenuhi prestasi, baik penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Ketiga bentuk tersebut merupakan pemenuhan dari suatu prestasi.42

2. Penawaran pembayaran tunai dengan penyimpanan atau penitipan (konsignasi).

Konsignasi adalah penitipan uang kepada pengadilan apabila kreditur menolak untuk menerima pembayaran dari debitur, maka debitur dapat membebaskan diridari utangnya dengan jalan menawarkan uang yang dibayarkan itu kepada kreditur dengan perantara jurusita. Apabila kreditur tetap menolak pembayaran tersebut, maka uang yang dititipkan kepada kepaniteraan Pengadilan Negeri dengan permohonan agar kreditur dipanggil di pengadilan dan penitipan disahkan sebagai pembayaran.43

3. Pembaharuan utang (novasi).

Novasi adalah suatu perjanjian antara debitur dan kreditur, dimana perjanjian lama dan subjeknya itu dihapuskan dan muncul sebuah objek dan subjek perjanjian yang baru. unsur-unsur novasi adalah adanya perjanjian baru, adanya subjek yang baru, adanya hak dan kewajiban sekaligus adanya prestasi.44

4. Perjumpaan utang atau kompensasi.

Kompensasi atau perjumpaan utang adalah penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur. Dapat dikatakan dua orang yang saling berhutang satu sama lain yang menurut

42Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 102

43Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 100

44Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

undang telah ditentukan bahwa terjadi perhitungan antara mereka untuk saling menghapus utang-utang tersebut.45

5. Percampuran utang (konfusio).

Percampuran utang adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan berkedudukan sebagai kreditur menjadi satu.46

6. Pembebasan utang.

Pembebasan utang adalah suatu pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari perhutangan, dan pernyataan tersebut diterima oleh debitur. Terdapat dua cara dalam pembebasan utang yaitu secara Cuma-Cuma, dipandang sebagai penghadiahan dan prestasi dari pihak debitur, artinya sebuah prestasi lain selain prestasi yang terutang. Pembebasan ini didasarkan pada perjanjian.47

7. Musnahnya barang terutang.

Dalam pasal 1444 KUH Perdata, apabila barang tertentu yang menjadi objek perikatan itu musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang diluar kesalahan debitur, ini tersimpul usaha-usaha yang telah dilakukan debitur untuk mencegah hilang atau musnahnya barang objek perjanjian.48

8. Batal/pembatalan.

Terjadinya pembatalan suatu kontrak ditimbulkan oleh tiga sebab, yaitu: perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum

45Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 103

46Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 104

47Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 105

48Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

dewasa dan dibawah pengampuan, tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang diisyaratkan dalam undang-undang, dan adanya cacat kehendak yaitu kekurangan dalam kehendak orang (kekhilafan, paksaan dan penipuan).49

9. Berlakunya suatu syarat batal.

Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila dipenuhi akan menghapuskan perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak terjadi suatu perjanjian. Syarat batal berlaku pada berjanjian timbal balik.50

10. Lewatnya waktu (daluwarsa).

Demi kepentingan kepastian hukum, maka setiap perikatan terdapat masa berlakunya. Jika lewat waktu tersebut, maka suatu perikatan tidak lagi dapat dijalankan, karena sudah lewat waktu atau yang disebut dengan kedaluwarsa.51

Selain itu suatu perjanjian dapat hapus karena suatu hal tertentu yakni:

1. Para pihak menentukan berlakunya perjanjian untuk jangka waktu tertentu.

2. Undang-undang menentukan batas waktu berlakunya suatu perjanjian. 3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan

terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjiannya hapus.

4. Salah satu pihak atau kedua belah pihak menyatakan untuk menghentikan perjanjian.

5. Perjanjian hapus karena putusan hakim.

6. Tercapainya suatu tujuan yang telah diperjanjikan.

49Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 105

50Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

2019), h. 105

51Lukman Santoso AZ, Aspek Hukum Perjanjian (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka,

7. Dengan persetujuan para pihak.52

Aspek Hukum Pemutusan Perjanjian Secara Sepihak

Pemutusan perjanjian secara sepihak atas suatu perjanjian dapat diartikan sebagai ketidaksediaan salah satu pihak untuk memenuhi prestasi yang telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian. Dimana salah satu pihak lainnya tetap bermaksud untuk memenuhi prestasi yang telah dijanjikannya dan menghendaki untuk tetap memperoleh suatu prestasi dari pihak lainnya.

Pada pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata menjelaskan bahwa perjanjian tidak dapat dibatalkan secara sepihak, karena jika perjanjian tersebut dibatalkan secara sepihak atau tanpa persetujuan pihak lainnya maka pihak yang merasa dirugikan dengan pemutusan tersebut dapat menuntut sebagaimana diatur dalam pasal 1267 KUH Perdata. Adapun bunyi pasal 1267 KUH Perdata: “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untukmemenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan,dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”53

Berdasarkan ketentuan tersebut maka pihak yang merasa dirugikan dengan adanya pemutusan perjanjian secara sepihak tersebut dapat memilih tuntutannya sebagai berikut:54

1. Pemenuhan perjanjian

2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi (biaya, kerugian, dan bunga) 3. Pembatalan perjanjian

52R Setiawan, Pokok-pokok Perikatan (Bandung: Putra Abidin, 1999), h. 68

53Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramitha, 2004), cet 34, Pasal 1267

54Rendy Saputra, Kedudukan Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik Van Omstandigheden)

4. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi (biaya, kerugian, dan bunga) Menurut pasal 1266 KUH Perdata, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan sebagai syarat agar pembatalan itu dapat dilakukan, yaitu:

1. Perjanjian bersifat timbal balik 2. Harus adanya wanprestasi 3. Harus dengan putusan hakim.

Perjanjian timbal balik ialah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Biasanya perjanjian timbal balik berupa perjanjian jual beli, sewa-menyewa, dan tukar-menukar. Jika salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi mengenai syarat pokoknya dari perjanjian, maka dapat mengajukan gugatan permintaan pembatalan perjanjian kepada hakim. Terdapat beberapa teori hukum yang terkait dengan pembatalan perjanjian secara sepihak, yaitu repudiasi terhadap perjanjian. Repudiasi terdapat dua macam yakni repudiasi anticepatory yakni pernyataan mengenai ketidaksediaan atau ketidakmampuan untuk melaksanakan perjanjian yang sebelumnya telah disetujui, pernyataan mana disampaikan sebelum tiba waktu melaksanakan perjanjian tersebut hak ini dapat disebut dengan Repudiasi anticepatory. Kemudian repudiasi biasa (ordinary) yaitu pembatalan yang dinyatakan ketika telah masuk pada masa perjanjian.55

Dokumen terkait