• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis

2.1.3 Teori Pendapatan Regional

Tarigan (2005:13) mengatakan bahwa pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Parameter yang bisa digunakan untuk mengukur adanya pembangunan wilayah yaitu pendapatan masyarakat dan juga parameter lainnya seperti peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Konsep dan pengertian yang sering dipakai dalam membicarakan pendapatan regional (Tarigan, 2005:18) :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar Produk domestik regional bruto atas harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sedktor perekonomian diwilayah itu. Nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar.

2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Kalau produk domestik regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung

netto, hasilnya adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor.

3. Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Angka pendapatan regional dalam nenerapa tahun bisa menalami kenaikan dan penurunan tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan dan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh : a. Kenaikan atau penurunan rill, yaitu kenaikan atau penurunan yang

tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan rill penadapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat, mialnya mampu membeli barang yang sama kualitasnya dalam jumlah yang lebih banyak.

b. Kenaikan atau penurunan pendapatan yang disebabkan oleh adanya faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat. Perlu diliat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat pendapatan atau tingkat harga.

Untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (rill) , faktor inflasi harus dikeluarkan telebih dahulu. Pendapatan regional yang di dalamnya masih ada unsur inflasinya dinamakan pendapatan regional atas dasar harga berlaku. Sedangkan pendapatan regional dengan faktor inflasi yang sudah ditiadakan merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan. Untuk mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, pendapatannya

harus dibandingkan dalam niali konstan. Dengan alasan tersebut maka pendapatan regional perlu disajikan dalam dua bentuk, yakni atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Dalam metode perhitungan pendapatan regional terdapat metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung merupakan perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Sedangkan metode tidak langsung menggunakan data dari sumber nasional yang dialokasikan ke masing-masing daerah (Tarigan, 2005:24).

Metode langsung menggunakan tiga macam cara, yaitu:

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang,seperti pertanian, pertambangan, dan industri sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam berbagai proses produksi.

2. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha,penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar dengan harga setara pasar, misalnya sektor pemerintah. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang jasa yang diproduksi didalam negeri.

Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu untuk :

a. Konsumsi rumah tangga,

b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, c. Konsumsi pemerintah,

d. Pembentukan modal tetap bruto (investasi), e. Perubahan stok, dan

f. Ekspor neto.

Pendekatan pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut tetapi hanya yang menggunakan konsumsi atau penggunaan akhir. Berbeda dengan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran tidak menimbulkan perhitungan ganda karena apa yang telah dikonsumsi seseorang atau lembaga sebagai konsumsi akhir tidak akan lagi dapat dikonsumsi orang atau lembaga lain. Dalam pendekatan produksi apa yang diproduksi suatu produsen masih mungkin menjadi bagian dari produksi lain karena dijadikan bahan baku. Dengan demikian, penggunaan bahan dari sektor lain harus dikeluarkan terlebih dahulu agar tidak terjadi perhitungan ganda.

Metode tidak langsung, merupakan cara mengalokasikan Produk Domestik Bruto (PDB) dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah. Ada alokator yang digunakan dalam metode ini, ialah :

a. Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang dialokasikan

b. Jumlah produksi fisik c. Tenaga kerja

d. Penduduk

e. Alokator tidak langsung lainnya 2.1.4 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi di suatu wilayah

dikelompokkan menjadi kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Ada beberapa metode dalam memilah kegiatan basis dengan nonbasis (Tarigan, 2005:32), anatara lain :

1. Metode Langsung

Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi, apabila melakukan survei langsung ke pelaku ekonomi, variabel yang lebih mudah diperoleh adalah lapangan pekerjaan. Menggunakan variabel pendapatan sangat sulit karena di dalamnya terdapat unsur laba pengusaha yang biasanya sensitif untuk ditanyakan dan ada kemungkinan jawaban yang diberkan bukan jawaban sebenarnya selain upah dan gaji.

2. Metode Tidak Langsung

Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan asumsi atau disebut metode asumsi. Berdasarkan kondisi wilayah tersebut (berdasarkan data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan nonbasis. Kegiatan yang produknya mayoritas dijual ke luar wilayah atau mayoritas uang masuknya berasal dari luar wilayah langsung dianggap basis, sedangkan mayoritas produknya dipasarkan lokal, dianggap nonbasis.

3. Metode Campuran

Dalam metode campuran, diadakan survei pendahuluan, yaitu pengumpulan data sekunder biasanya dari instansi pemerintah atau Lembaga pengumpul data seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Dari data sekunder berdasarkan analisis ditentukan kegiatan mana yang basis dan nonbasis. Asumsinya apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah, maka langsung dianggap basis dan sebaliknya. Apabila hasil tidak begitu kontras, maka harus dilakukan survei kembali dan harus ditaksir. Harus ditentukan sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling data langsung dan sektor mana yang cukup dengan pengumpulan data sekunder. Jadi untuk wilayah yang perekonomiannya terbuka dan kegiatannya cukup beragam, tidak mungkin hanya menggunakan metode asumsi saja, haruslah gabungan antara metode asumsi dan metode langsung.

4. Metode Location Quotient

Metode lain yang tidak langsung adalah dengan menggunakan LQ.

Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.

Dokumen terkait