• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Penegakan Hukum

Dalam dokumen Tesis Tegar Harbriyana Putra (Halaman 53-59)

BAB I. PENDAHULUAN

B. Perumusan Masalah

6. Teori Penegakan Hukum

Hukum tumbuh dan berkembang seiring perkembangan masyarakat. Hukum adalah salah satu sarana untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian di masyarakat dalam pergaulan hidupnya sehari-hari. Hukum bisa berjalan dengan baik apabila masyarakat menyadari akan pentingnya hukum dalam kehidupannya sehari-hari, yaitu dengan jalan mentaatinya dan patuh akan hukum yang berlaku dalam kehidupannya. Menurut Soerjono Soekamto, hukum bertujuan untuk mencapai suatu kedamaian dalam

41

masyarakat.47 Hukum adalah suatu sistem yaitu sistem norma-norma yang memiliki sifat umum dari suatu sistem. Sistem memiliki dua pengertian yang penting untuk dikenali. Yang pertama adalah pengertian sistem sebagai jenis satuan yang mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu menunjuk kepada struktur yang tersusun dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metode atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu.48

Hukum berfungsi sebagai pelindung dari kepentingan manusia, agar kepentingan-kepentingan manusia bisa terlindungi maka hujum harus dilaksanakan dan dipatuhi. Dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu :49

1. Kepastian hukum (Rechtssicherheit) 2. Kemanfaatan hukum (zweckmassigkeit) 3. Keadilan (gerechtigkeit).

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa hukum merupakan salah satu sub sistem diantara sub sistem lainnya seperti sosial, budaya, politik dan ekonomi. Ini berarti hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai basis bekerjanya.50

Sedangkan menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum menjadi kenyataan.51 Sehingga bisa juga dikatakan bahwa untuk terwujudnya tujuan-tujuan hukum, maka diperlukan kesadaran hukum yang tinggi sehingga apa yang dicita-citakan dalam penegakan hukum bisa tercapai dan adanya perlindungan hukum bagi masyarakat secara adil. Sebagai sarana mencapai ketertiban dan kedamaian berdasarkan keadilan, maka ada persyaratan yang merupakan landasan bagi berlakunya hukum

47Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986,

hlm. 13.

48 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya, Bandung, 2000, hlm.48

49Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Universitas Atma Jaya, yogyakarta,

2010, hlm. 207.

50 Esmi Warasih, Pranata Hukum, Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru, Semarang, 2005,

hlm.80

51Satjipto Raharjo dalam Faisal, Menerobos Postivisme Hukum, Rangkang Education, Yogyakarta,

2010, hlm.39.

42

sehingga dapat berjalan efektif dalam rangka mewujudkan tujuan hukum, yaitu bahwa hukum harus memiliki nilai-nilai keadilan, ditetapkan oleh penguasa yang sah melalui mekanisme sesuai konstitusi serta berdasarkan situasi kebutuhan masyarakat52.

Keadilan adalah ukuran yang dipergunakan dalam memberikan perlakuan terhadap obyek hukum, sehingga hukum yang memasuki hubungan antar manusia akan meliputi keadilan selain ketertiban53. Hal ini terkait dengan kedudukan negara yang memang diberi wewenang oleh warga negaranya sehingga memiliki kekuasaan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat bersama sehingga ketertiban dan keadilan dapat diwujudkan. Pelanggaran terhadap norma hukum yang ditetapkan negara akan menyebabkan timbulnya tindakan dari aparatur penegak hukum negara untuk mengadakan upaya law enforcement atau penerapan hukum termasuk pemberian sanksi sesuai peraturan yang telah ditetapkan54. Hukum senantiasa dibatasi oleh situasi atau lingkungan dimana ia berada, sehingga tidak heran kalau terjadi ketidak cocokkan antara apa yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang senyatanya (das sein).

Sedangkan menurut Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu:

1. Undang-Undang

Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Artinya, supaya undang-undang tersebut mencapai tujuannya, sehingga efektif. Asas-asas tersebut antara lain: a. Undang-undang tidak berlaku surut artinya, undang-undang hanya

boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut di dalam undang- undang tersebut, serta terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku.

52 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Yogyakarta,1982,hlm.274 53 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum¸ Citra Aditya Bhakti, Bandung,2000.hlm.165

54Opcit.hlm.175,184

43

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang- undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya, terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu, walaupun bagi persitiwa khusus tersebut dapat pula diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas ataupun lebih umum, yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tersebut.

d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang- undang yang berlaku terdahulu. Artinya, undang-undang lain yang lebih dahulu berlaku dimana diatur mengenai suatu hal tertentu, tidak berlaku lagi apabila ada undang-undang baru yang berlaku belakangan yang mengatur pula hal tertentu tersebut, akan tetapi makna atau tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang- undang lama tersebut.

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

f. Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan matrial bagi masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian ataupun pembaharuan (inovasi). Artinya, supaya pembuat undang-undang tidak sewenang-wenang atau supaya undang-undang tersebut tidak menjadi huruf mati.

2. Penegak Hukum

Yang termasuk dalam penegak hukum dalah kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance. Secara sosiologis, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role).Kedudukan (social) merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-

44

kewajiban tertentu. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban tugas. Suatu peranan tertentu, dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur, sebagai berikut;

a. Peranan yang ideal (ideal role)

b. Peranan yang seharusnya (expected role)

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role) d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. 4. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

Masyarakat Indonensia pada khusunya, mempunyai pendapat- pendapat tertentu mengenai hukum. Pertama-tama ada berbagai pengertian atau arti yang diberikan pada hukum, yang variasinya adalah dari sekian banyaknya pengertian yang diberikan pada hukum, terdapat kecenderungan yang besar pada masyarakat,untuk mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasinya dengan petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu akibatnya adalah, bahwa baik- buruknya hukum senantiasa dikaitkan dengan pola perilaku penegak

45

hukum tersebut, yang menurut pendapatnya merupakan pencerminan dari hukum sebagai struktur maupun proses.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dau keadaan ekstrim yang harus diserasikan55.

Dalam konteks penegakan hukum dapat diterjemahkan bahwa tiada dua kasus hukum yang identik sama, sehingga setiap kasus harus dipertimbangkan sesuai dengan karakteristik masing-masing kasus. Dengan demikian dalam mekanisme operasionalnya, masing-masing kasus akan diselesaikan secara konseptual.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya demikian sehingga pengertian law enforcement begitu populer.Selain itu ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan putusan-putusan hakim.

Dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral sehingga dampak positif atau negatif terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:56

a. Faktor hukum sendiri yang dibatasi oleh undang-undang saja

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hokum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hokum.

55 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruh Penegakan Hukum, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 1983, hlm. 11-58

56 Natangsa Surbakti,2001, Kembang Setaman Kajian Hukum Pidana, Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta,hlm,8.

46

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Menurut Wayne La fave di dalam penegakan hukum diskresi sangat penting karena:57

a. Tidak ada perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur semua perilaku manusia;

b. Adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang- undangan dengan perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakpastian;

c. Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang dikehendaki oleh pembentuk undang-undang;

d. Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan secara khusus.

Dalam dokumen Tesis Tegar Harbriyana Putra (Halaman 53-59)

Dokumen terkait