• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Teori Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Pengembangan merupakan suatu proses membawa peningkatan kemampuan penduduk ( khususnya di pedesaan) mengenai lingkungan sosial yang disertai dengan

meningkatkan taraf hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan sumberdaya alam. Dengan kata lain pengembangan merupakan proses menuju pada suatu kemajuan atau keadaan yang lebih baik dari yang ada pada saat ini (Manurung et al, 1997). Rustiadi et al. (2004) menyebutkan bahwa pengembangan merupakan pembangunan dalam arti luas mencakup aspek spasial, sosial ekonomi dan lingkungan dari apa yang sudah ada agar lebih baik lagi.

Alkadri (2001) pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan dengan apa saja yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Kata pengembangan identik dengan keinginan menuju perbaikan kondisi disertai kemampuan untuk mewujudkannya. Pendapat lain bahwa pengembangan adalah suatu proses untuk mengubah potensi yang baru, dalam hal ini termasuk mencari peluang yang ada dalam kelompok-kelompok yang berbeda yang tidak semuanya mempunyai potensi yang sama (Budiharsono, 2007).

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) wilayah adalah sekelompok daerah yang letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang/wilayah ditandai dengan lokasi absolut dan distribusi aral dari gambaran tertentu di permukaan bumi.

Konsep wilayah yang paling klasik ( Hagget, Cliff dan Frey, 1997 dalam Rustiadi et al., 2011) mengenai tripologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga

kategori, yaitu: (1) wilayah homogeny (uniform/homogeneous region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

Sejalan dengan klasifikasi tersebut (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2010) berdasarkan fase

kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi : 1) fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenius. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, social dan politik, 2) fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.

3) fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Saefulhakim, dkk (2005) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Oleh Karena itu, yang dimaksud dengan perwilayahan (penyusunan wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.

Wilayah pengembangan adalah perwilayahan untuk tujuan

pengembangan/pembangunan/development. Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu (1) pertumbuhan, (2) penguatan keterkaitan, (3) keberimbangan; (4) kemandirian; dan (5) keberlanjutan. Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasrkan kenyataan sifa-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan.

Hartshorne dan Hanafiah (1992), memformulasikan pengertian wilayah sebagai suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu berbeda dengan area lain. Unit area ini adalah merupakan objek yang konkrit dengan karakteristik yang unik. Struktur wilayah akan mempunyai watak dari pada “mozaik” dari tiap-tiap bagian yang mempunyai

kesamaan. Wilayah (region) merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu unit kesatuan. Pengertian unit geografi adalah ruang, sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebihh dari itu meliputi aspek lain seperti biologi, ekonomi, social dan budaya (Wibowo, 2004). Sedangkan menurut Hadjisaroso (1994), pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Selanjutnya Miraza (2005) menyebutkan pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah, baik potensial alam maupun potensi buatan harus dilaksanakan secara fully dan efficiency agar potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan model pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistem pemerintahan dan administrasi pembangunan.

Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbahan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003).

Pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional, meningkatkan kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado, 2002).

Prod’homme dalam Alkadri (2001) mendefenisikan pengembangan wilayah sebagai program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah. Pendapat lain menyebutkan pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan social ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang bersangkutan (Riyadi dalam Ambardi dan Socia, 2002).

Nasution (2009) pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek lainnya. Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barangg atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Sandy (1992) bahwa pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah merupakan pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemamopuan fisik dan sosial wilayah serta mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembangunan yang dimaksud tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi namun juga distrubusi pendapatan. Artinya bahwa pembangunan tersebut bukan hanya untuk masyarakat tertentu tetapi untuk seluruh lapisan masyarakat dan bukan hanya fisik tapi mental spiritual. Hadjisaroso (1994) pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, atau memajukan dan memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, 1992 dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2011).

Zen dalam Alkadri (2001) menggambarkan tentang pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumber daya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tamping lingkungan dalam memberdayakan masyarakat.

Pengembangan wilayah terdiri dari dua kata yang dapat diartikan sebagai berikut, yaitu:

Pengembangan adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang ada. Wilayah adalah unit tata ruang yang terdiri dari unsur-unsur tata ruang yaitu: jarak, lokasi, bentuk, dan ukuran. Sehingga pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai upaya menata ruang dan manfaat sumber daya yang ada secara optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun di dalam aktualisasinya tidak mudah membedakan kedua pengertian tersebut (Jayadinata, 1992).

Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Wilayah homogen, merupakan wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku diberbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya;

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi;

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Sedangkan pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen tertentu seperti ( Friedman and Allonso, 2008):

a. Sumber daya lokal. Merupakan kekuatan alam yang dimiliki wilayah tersebut seperti lahan pertanian, hutan, bahan galian, tambang dan sebagainya. Sumber daya lokal harus dikembangkan untuk dapat meningkatkan daya saing wilayah tersebut.

b. Pasar. Merupakan tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah sehingga dapat berkembang.

c. Tenaga kerja. Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai pengolah sumber daya yang ada.

d. Investasi. Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari adanya investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang memiliki kondisi kondusif bagi penanaman modal.

e. Kemampuan pemerintah. Pemerintah merupakan elemen pengarah pengembangan wilayah. Pemerintah yang berkapasitas akan dapat mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena sifatnya sebagai katalisator pembangunan.

f. Transportasi dan komunikasi. Transportasi dan komunikasi berperan sebagai media pendukung yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti aliran barang, jasa dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya suatu wilayah.

g. Teknologi. Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya wilayah melalui peningkatan putput produksi dan keefektifan kinerja sektor-sektor perekonomian wilayah.

Pengembangan wilayah adalah upaya pembangunan dalam suatu wilayah administratife atau kawasan tertentu agar tercapai kesejahteraan (people property) melalui pemanfaatan peluang-peluang dan pemanfaatan sumber daya secara optimal, efisien, sinergi dan berkelanjutan dengan cara menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi, penciptaan iklim kondusif, perlindungan lingkungan dan penyediaan prasarana dan sarana. Pada dasarnya komponen utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah adalah kemajuan ekonomi wilayah bersangkutan.

Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komprehensif

mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Tujuan pengembangan wilayah adalah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa, industri dan pertanian. Dengan demikian diharapkan terciptanya perekonomian wilayah yang dengan sendirinya terbuka kesempatan kerja maka terwujud pemerataan disegala bidang dalam kegiatan kehidupan wilayah. Selain itu tujuan pengembangan wilayah adalah agar kegiatan daerah dan sekitarnya seimbang serta berkembang dalam fungsinya sebagai tempat pelayanan daerah (Reksohadiprodjo dan Karseno,1994).

Pemahaman akan konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik dan terarah.

Apabila dalam pelaksanaan pembangunan tidak merata dapat menimbulkan proses pencucian (backwash effect) dimana sumber daya pada wilayahh yang kurang maju akan mengalir ke

wilayah yang lebih maju (Myrdal,1976). Sumber daya yang tercuci tersebut merupakan sumber daya yang berkualitas tinggi dan sangat dibutuhkan untuk pengembangan wilayah di lokasi sumber daya tersebut.

Sasaran pengembangan wilayah harus diterjemahkan dari tujuan pembangunan nasional.

Tujuan pembangunan daerah harus konsisten dengan tujuan pembangunan nasional yang umumnya terdiri atas:

a. Mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang cepat;

b. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup;

c. Pemerataan pendapatan;

d. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah;

e. Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994).

Pemerintah melakukan berbagai program pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan tersebut berlandaskan pada pengertian sebagai pembangunan manusia yang seutuhnya dan pembangunan seluruh elemen masyarakat Indonesia. Selanjutnya Suryana (2000) mengatakan bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan kemiskinan.

Oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis bukan sebagai konsep statis, dimana pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir. Dilihat dari aspek-aspek ekonomi, Sukirno (2001) menjelaskan pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang.

Pengembangan wilayah merupakan suatu untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat kompreherensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Tujuan pengembangan wilayah adalah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sector jasa, industry dan pertanian. Dengan demikian diharapkan terciptanya perekonomian wilayah yang dengan sendirinya terbuka kesempatan kerja maka terwujudnya pemerataan disegala bidang dalam kegiatan kehidupan wilayah.

Pembangunan idealnya dipahami dengan suatu proses yang berdimensi jamak yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruh system ekonomi dan sosial. Maka pembangunan bukan hanya fenomena semata namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampui sisi materi dan keuangan di kehidupan manusia (Todaro, 2000).

Dokumen terkait