• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.2 Perdagangan Internasional

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional yang merupakan perdagangan antar negara tidak terlepas dari teori para ahli yang memiliki pemikiran- pemikiran tentang perdagangan internasional, karena sesuatu yang bersifat teknis memiliki latar belakang teori yang dapat dijadikan panduan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Perkembangan teori perdagangan internasional dimulai dengan adanya teori merkantilis yang didasari atas pemikiran Thomas Mun dan Jean Baptist Colbert, dimana teori ini berkembang pada abad ke 16 sampai abad ke 18 di Eropa Barat. Dasar mereka melakukan perdagangan internasional adalah karena : suatu negara bila ekspornya lebih besar dari pada impor akan kaya, makmur dan lebih kuat, surplus atau net ekspor akan menjadi cadangan uang dan pemasukan bagi negara tersebut yang dapat berupa logam mulia dan dari pemasukan tersebut diambil untuk membiayai perang yang dapat memperluas daerah. Sehingga pada zaman merkantilis yang menjadikan kaum saudagar sebagai penggerak ekonomi rakyat ini terjadi pelarangan atau pembatasan impor kecuali logam mulia untuk mencapai tujuan tersebut, secara langsung pula mereka akan memperbesar kuantiti ekspor mereka agar menjadi pemasukan.

Teori klasik muncul sebagai landasan yang kuat bagi perkembangan perdagangan internasional selanjutnya. Awal pemikiran teori ini adalah kebutuhan manusia akan terpenuhi dengan cara yang paling baik apabila sumber-sumber daya produksi digunakan secara efisien. Selain itu apabila hasil produksi berupa barang dan jasa dijual di pasaran melalui persaingan yang bebas.

Teori keunggulan absolut merupakan teori yang muncul dari teori klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith, teori ini sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional karena berdasarkan pada variabel riil bukan variabel moneter. Dasar pemikiran seorang Skotlandia tersebut adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut. Keunggulan absolut masing-masing

negara terjadi karena setiap negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dibandingkan negara lain. Kelebihan teori Adam Smith adalah terjadi perdagangan bebas antara dua negara yang memilki keunggulan absolut yang berbeda yang mana akan terjadi ekspor impor yang akan meningkatkan kemakmuran negara. Sementara kelemahan dari teori ini apabila hanya ada satu negara yang memilki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.

Kelemahan teori Adam Smith disempurnakan oleh David Ricardo sebagai pemikir yang paling menonjol pada mazhab klasik dengan teori keunggulan komparatif yang menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak terjadi perdagangan.

Ternyata teori yang dikemukakan oleh David Ricardo masih harus disempurnakan oleh teori yang lebih dikenal dengan H-O atau Hecksher dan Ohlin. Teori yang memiliki kesimpulan yaitu bahwa perdagangan internasional cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang diperdagangkan saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang- barang tersebut. Suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu (Salvatore, 1997).

H-O mengemukakan bahwa perdagangan internasional merupakan kelanjutan dari perdagangan antar daerah yang perbedaannya terletak pada jarak, sehingga biaya produksi tidak dapat diabaikan. Selain itu, perdagangan antar negara tidak didasarkan pada keuntungan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Teori yang juga disebut teori ketersediaan faktor ini didasari bahwa perdagangan internasional antara dua negara

24

ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki. Jadi,

akibat factor endowment-nya berbeda sehingga sesuai hukum pasar harga dari faktor-

faktor produksi tersebut juga berbeda antara kedua negara tersebut. Selain itu menurut teori ini suatu negara akan mengkhususkan dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input atau faktor produksinya relatif sangat banyak di negara tersebut, dan impor barang yang faktor produksinya tidak dimiliki atau terbatas di negara tersebut. Negara berkembang biasanya mengekspor barang-barang yang padat karya yang ada di dalam negeri seperti minyak, batu bara dan komoditas pertanian (Tambunan, 2001)

Teori H-O dilandaskan pada asumsi-asumsi pokok sebagai berikut:

1. Didunia hanya terdapat dua negara saja, dua komoditi (komoditi X dan Y) serta

dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal)

2. Kedua negara memiliki tingkat teknologi produksi yang sama

3. Komoditi X secara umum bersifat padat karya sedangkan komoditi Y bersifat

padat modal. Hal ini berlaku untuk kedua negara

4. Kedua komoditi sama-sama diproduksi berdasarkan skala hasil yang konstan

5. Masing-masing negara tetap memproduksi kedua jenis komoditi tersebut secara

bersamaan namun dengan komposisi yang berbeda

6. Selera permintaan konsumen sama di kedua negara

7. Harga terbentuk oleh kekuatan pasar, sehingga terdapat kompetisi yang sempurna

8. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam masing-masing negara, namun

tidak ada mobilitas faktor antar negara

9. Tidak ada biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang

mengurangi kebebasan arus perdagangan barang di kedua negara

10.Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada masing-masing

negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi

Teori H-O menonjolkan perbedaan dalam kelimpahan faktor secara relatif sebagai landasan dasar keunggulan komparatif bagi masing-masing negara. Gambar 5 akan memperlihatkan bagaimana model Hecksher-Ohlin.

Gambar 5. Model Hicksher-Ohlin Sumber : Salvatore, 1997

Kurva Indeferen I berlaku untuk negara 1 maupun negara 2, karena diasumsikan selera konsumen di kedua negara sama. Kurva indiferen I menjadi tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi negara 1 dititik A, dan juga menjadi tangent terhadap kurva kemungkinan produksi negara 2 di titik A’. Titik-titik

itu melambangkan harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium, yakni PA bagi

negara 1 dan PA’bagi negara 2 (lihat Gambar 5 sebelah kiri). Karena PA lebih kecil

dari PA’ maka dapat disimpulkan bahwa negara 1 memiliki keunggulan komparatif

pada komoditi X dan negara 2 dalam komoditi Y. Setelah perdagangan berlangsung (lihat Gambar 5 sebelah kanan) negara 1 akan berproduksi dititik B, dan menukarkan sejumlah X untuk mendapatkan Y, sehingga mencapai tingkat konsumsi di titik E (lihat segitiga perdagangan titik BCE). Negara 2 akan berproduksi di titik B’ dan menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X dan mencapai kepuasan konsumsi dititik E’ (berhimpitan dengan titik E). Kedua negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan karena dapat meningkatkan konsumsinya pada kurva indiferen II yang memiliki kepuasan yang lebih tinggi.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10 20 30 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10 20 30 I Negara 2 A 20 80 100 Negara 1 PA II A’ PA’ Negara 2 A 20 80 100 Negara 1 PB II A’ B’ B E=E’

26

Dokumen terkait