Teori konsumen akan mengambarkan bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaan membeli jumlah suatu barang terhadap perubahan jumlah pendapatan yang dia peroleh, terhadap berubahnya jumlah barang-barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya harga barang – barang yang berhubungan dengan barang – barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya cita rasa yang dimikinya.
Teori konsumen tersebut merupakan dasar teoritis kurva permintaan akan barang – barang dan jasa – jasa konsumsi. Ada dua pendekatan (approach) untuk menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan oleh hokum permintaan (Boediono,2000:17).
1. Pendekatan Daya Guna Batas Klasik
Clasical Utilitas Approach adalah teori permintaan konsumen yang mendasarkan teori pada anggapan bahwa daya guna dari suatu barang yang dikonsumsikan oleh si konsumen dapat diukur dengan angka kardinal.
Pendekatan daya guna batas ini mempunyai beberapa asumsi sebagai berikut:
commit to user a. Kegunaan barang dapat diukur dengan nyata
b. Berlakunya hukum Gossen I ® The law of Diminishing Marginal Utility (tingkat tambahan guna batas yang semakin menurun). “Semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh seseorang, kepuasan total yang diperoleh terus meningkat, namun kemudian akan turun dengan ditambahnya barang yang dikonsumsi. Tetapi tambahan guna batas akan menurun terus-menerus”.
c. Rasionalitas, artinya konsumen dengan pendekatan tertentu berusaha untuk membelanjakannya sehingga diperoleh kepuasan maksimum.
d. Semua pendapatan yang diperoleh konsumen harus habis dibelanjakan. e. Kepuasan total yang diperoleh konsumen akan tergantung dari banyaknya
barang yang dikonsumsi.
f. Untuk merealisir kepuasan maksimum, konsumen harus mempunyai pendapatan tertentu.
Atas dasar anggapan dapat diukurnya daya guna barang, pendekatan daya guna klasik merumuskan hubungan antara jumlah daya guna dengan barang yang dikonsumsikan dalam bentuk suatu fungsi :
U = f(X1, X2, X3,...,Xn)
Dimana U adalah banyaknya daya guna (Utility) bagi seseorang konsumen, X adalah banyaknya barang yang dikonsumsikan oleh konsumen tersebut. Jika ia mengkonsusikan enam jenis barang ((X1, X2, X3, X4, X5 dan X6), jumlah daya guna total yang diperolehnya akan naik sebagai akibat dari kegiatan tersebut.
commit to user
Daya Guna batas = perubahan daya guna total yang diakibatkan oleh perubahan konsumsi suatu barang sebanyak satu unit persatuan waktu. Anggapan berikutnya menyangkut laju pertambahan daya guna, bahwa setiap barang memiliki kemampuan untuk memberikan daya guna pada pemakainya, sehingga semakin banya barang yang dikonsusikan semakin besar jumlah daya guna total yang diperoleh. Namun laju pertambahannya daya guna yang diperoleh karena adanya laju pertambanhan yang dikonsumsikan satu kesatuan barang makin lama makin rendah. Jumlah pertambahannya dapat menjadi sama dengan nol dan bila penambahan konsumsinya diteruskan jumlah pertambahannya bahkan menjadi negatif (Haryono,2001:50).
2. Pendekatan Kurva Indiferensi
Pendekatan kurva indifferensi sering disebut pendekatan teori modern (modern theory ) atau pendekatan ordinal (ordinal approach). Pendekatan ini mendasarkan teorinya pada anggapan dasar bahwa barang yang dikonsumsi oleh seorang konsumen, kepuasan totalnya tidak bisa diukur dengan angka, tetapi hanya bisa diperbandingkan atau didekatkan dengan kurva indiferensi. Dimana semakin tinggi kurva tersebut berarti semakin tinggi daya guna yang diperoleh barang tersebut.
a. Kurva indifferensi
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkkan berbagai kombinasi dari komoditi barang X da komoditi Y yang menghasilkan utilitas atau kepuasan yang sama pada konsumen. Kurva indiferen yang lebih tinggi menunjukkan
commit to user
jumlah kepuasan yang semakin besar dan sebaliknya kurva yang lebih rendah menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih rendah pula (Salvatore, 2007:53)
Dalam pendekatan dengan kurva indiferensi menggunakan beberapa anggapan dasar antar lain :
a. Rasionalitas. Asumsi ini terwujud dalam bentuk asumsi bahwa konsumen senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang jumlahnya terbatas itu untuk memperoleh kombinasi barang – barang dan jasa – jasa konsumsi yang menurut pemikirannya akan mendatangkan daya guna yang maksimal. b. Daya guna adalah ordinal. Meskipun daya guna tidak bisa di uku r dengan
kardinal, tetapi dapat di ukur dengan ordinal, yaitu dapat dibandingkan dan dapat disusun dalam bentuk rangking.
c. Menurutnya tingkat penggantian batas (marginal rate of subtitution) d. Fungsi daya guna total mempunyai bentuk :
U = f(X1, X2, X3,...,Xn)
e. Konsumen mempunyai penghasilan tertentu sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk bereaksi di pasar secara nyata.
Ciri-ciri Kurva Indifferensi:
a. Turun miring dari kiri atas ke kanan bawah ( slope downward from the left to the right )
b. Cembung ke titik asal (convex to the origion)
commit to user B
Barang X
Gambar 2.2 Kurva Indefferen b. Garis Anggaran
Dalam usaha konsumen memperoleh daya guna maksimum, dibatasi oleh pendapatanya yang tertentu dan skala preferensi dari konsumen itu sendiri. Bentuk garis anggaran adalah turun dari kiri atas ke kanan bawah yang mempunyai slope negatif.(Haryono,2001:74)
Barang Y B
GA (Garis Anggaran)
L Barang X
Gambar 2.3 Kurva Garis Anggaran Fungsi garis anggaran belanja: Y = I P - Hx X
Hy Hy Barang Y Y Y 0 X X’ A IC2 IC1
commit to user Garis belanja akan bergeser karena adanya:
1. Perubahan harga salah satu barang, sedang harga barang lain dan
pendapatan tetap tidak berubah. Pada gambar di bawah ini garis anggarn belanja mula-mula ditunjukkan dengan garis GA, dengan turunnya harga barang X dan keadaan barang lain tetap, garis anggaran belanja bergeser ke GA’, berarti dengan turunya harga barang X konsumen dapat membeli jumlah barang X dalam jumlah yang lebih banyak.
Barang Y
B
GA GA1
L L1
Gambar 2.4 Kurva Perubahan Garis Anggran karena Perubahan Harga
2. Perubahan tingkat pendapatan konsumen, sedangkan harga
barang-barang yang dikonsumsi tetap tidak berubah. Pada gambar di bawah ini garis anggaran belanja mula-mula ditunjukkan dengan garis GA dengan naiknya pendapatan konsumen sedangkan harga barang X dan Y tetap, garis anggaran yang baru menjadi G’A’:
commit to user Barang Y B1 B L L1 Barang X
Gambar 2.5 Kurva Perubahan Garis Anggran karena Perubahan Pendapatan c. Ekuilibrium Konsumen
Keseimbangan konsumen tercapai apabila dengan kendala pendapatan dan harga, konsumen itu memaksimalkan utilitas atau kepuasan total dari pengeluarannya. Dengan kata lain, seorang konsumen berada dalam kondisi ekuilibrium apabila dengan garis anggaran tertentu, orang itu akan mencapai kurva indiferen tertinggi yang mungkin diraihnya (Salvatore, 2007: 55)
Barang Y
B
Y1 C
X1 L Barang X
Gambar 2.6 Kurva Keseimbangan Konsumen A
commit to user
Daya guna maksimal terlelak di titik C, pada kurva indifferensi 2, dengan kombinasi konsumsi OX’ dan OY’. Kalau konsumen terletak pada titik A pada kuva indifferensi 1, dia bisa menambah daya totalnya dengan mengorbankan konsumsi barang Y untuk mendapatkan tambahan barang X, sampai pada titik C. demikian pula sebaliknya apabila berada pada titik D, dapat menaikkan daya totalnya dengan mengorbankan konsumsi barang Y, sampai dia berada dititik C pada kurva indifferensi 2 (Haryono, 2001:79). a. Efek Pergantian dan Efek Subtitusi
Definisi efek pergantian adalah perubahan jumlah barang yang diminta sebagi akibat perubahan harga relatif sesudah perubahan penghasilan konsumen dikomppensir. Dengan kata lain efek penggantian adalah perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga, bila perubahan tersebut dibatasi pada pergerakkan sepanjang kurva indefferensi mulu-mulu. Jadi dalam hal ini penghasilan riil dianggap tetap (Sudarman, 1994:59).
Penentuan efek pergantian hanya dibatasi sepanjang kurva indefferensi mulu-mula. Padahal efek total perubahan harga, pendapan, konsumen dan harga barang lain tetap, selalu ditunjukkan oleh pergeseran dari kurva indefferensi satu ke kuva indefferensi yang lain. Untuk selanjutnya selisih dari kedua inilah disebut efek pendapatan.
Dengan efek penghaasilan dari adanya perubahan hargasuatu barang adalah perubahan jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahan –
commit to user
perubahan riil semata – mata dimana harga-harga barang lain dan penghasilan nominal konsumen tetap (Sudarman, 1994:60).
Pemisahan efek pendapatan dan efek penggantian sebagai akibat adanya perubahan harga dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu:
1) Pendekatan Hicks
a) Bila barang tersebut termasuk barang normal.
Jika barang tersebut merupakan barang normal maka dengan turunnya harga barang tersebut, harga barang-barang lain dan pendapatan nominal konsumen tetap, akan berakibat jumlah bazrang yang diminta bertambah. Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik, harga barang-barang lain dan pendapatan nominal konsumen tetap, jumlah barng yang diminta tersebuut akan turun.
b) Bila barang tersebut adalah barang inferior.
Adanya kenaikan penghasilan riil konsumen, mengurangi jumlah brang yang diminta dan berkurangnya penghasilan riil konsumen akan memperbesar jumlah barang yang diminta. Pada barang inferior, efek pendapatan adalah negatif, suau pertambahan dalam pendapatan riil menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi barang tersebut, tetapi hokum permintaan tetap berlaku, dimana efek pendapatan yang negatif ini dapat dikompensasi oleh efek penggantian yang positif karena adanya perubahan harga.
commit to user
c) Bila barang tersebut merupakan barang giffen
Hanya barang giffen yang permintaannya bertentangan dengan hukum permintaan. Pada barang giffen efek pendapatan adalah negatif, suatu tambahan dalam pendapatan riil menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi barang tersebuuuuuut. Efek penggantian yang selalu positif lebih kecil daripada efek pendapatan yang negatif sehingga efek penggantian yang positif ini tidak dapat menutup efek pendapatan yang negtif.
2) Pendekatan Slutsky
Slutsky berpendapat bahwa pendapatan riil tidak berubah apabila konsumen menggunakan kombinasi konsumsi seperti yang digunakan konsumen sebelum adanya perubahan barang X kombinasi tersebut masih merupakan titik keseimbangan konsumen atau tidak. Dengan menggunakn pendapatannya tersebut Slutsky mencoba memisahkan efek harga menjadi efek pendapatan dan efek subtitusi.
Barang Y
Gambar 2.7 Kurva efek subtitusi dan efek pendapatan Slustky L L Y’ Y 0 X X’’ X’ M M’’ M’ Barang X Y’’ GA’’ GA’ IC’’ IC’ E’’ E E’ IC’
commit to user
Mula–mula garis anggaran belanja konsumen adalah LM. Dengan turunnya barang X, garis anggaran konsumen bergeser ke LM’ dengan titik keseimbangan konsumen E’ yang menunjukkan kombinasi barang X meningkat dari OX menjadi OX’. Karena adanya efek subtitusi, garis anggaran bergeser ke L”M” yang melalui titik E dan sejajar dengan garis anggaran belanja, ini berlangsung dengan kurva indifferensi IC” pada titik titik E”.
Dengan demikian efek harga yang merupakan efek total yaitu dari titik E ke E’ atau barang X sebanyak XX’, yang terdiri dari efek penggantian sebesar XX” dan efek pendapatan sebesar X”X’.