• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

4. Teori Sebab-sebab Kejahatan

Lambroso berpendapat, bahwa kejahatan adalah bawaan sejak lahir. Namun pada suatu masa tertentu pandangan terhadap orang-orang buas, jahatbukanlah suatu pengecualian, tetapi suatu aturan hukum karena itu pula tidak ada yang memandangnya sebagai kejahatan dan perbuatan demikian disamakan dengan tindakan-tindakan yang sama sekali tidak dapat dicegah. Lambroso mencoba membuktikan rumus ini tanpa kritikan, dan sering dicari dari sumber

27

Abbas Syauman,Hukum Aborsi dalam Islam,(Jakarta:Cendekia Sentra Muslim,2004), hal 60

28

yang paling buruk, bahan-bahan untuk membuktikan, bahwa orang lelaki yangperadabannya penjahat dari sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa dan membunuh) dan kalau perempuan adalah pelacur.

Sebagai contoh: Pembunuhan anak (Pengguguran Kandungan atau pembunuhan terhadap anak yang baru lahir) banyak sekali terjadi dikalangan orang yang masih sederhana peradabannya (yang hidupnya masih menggembara) dan oleh mereka sendiri tidak dipandang sebagai perbuatan jahat. Keterangan mengapa mereka berbuat demikian adalah berhubungan dengan sulitnya penghidupan, yang memaksa mereka berbuat demikian, jika tidak berbuat demikian, seluruh kelompok akan musnah. Ini semua bukan karena kebengisan atau kurang cinta terhadap anaknya.

Berdasarkan pandangan ini, Lambroso mengadakan penyelidikan secara antropologi mengenai penjahat-penjahat yang terdapat di dalam rumah penjara dan terutama mengenai tengkoraknya. Kesimpulan dari penyelidikan tersebut adalah bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi mempunyai tanda-tanda tertentu umpamanya pencuri isi tengkoraknya kurang dari pada yang lain, terdapt kelainan dari pada tengkoraknya. Juga dalam otaknya terdapat keganjilan yang seakan-akan memperingatkan pada otak hewan, biarpun tidak dapat ditunjukkan adanya kelainan-kelainan penjahat yang khusus. Roman mukanya juga lain dari pada orang biasa, seperti tulang rahang lebar, muka menceng, tulang dahi melengkung ke belakang, dan lain-lain.

Kesimpulannya adalah penjahat umumnya dipandang dari sudut antropologi merupakan suatu jenis manusia tersendiri, seperti halnya dengan

bangsa Negro yang dilahirkan sedemikan rupa tidak mempunyai predisposisi untuk kejahatan, tetapi suatu predistinansi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat merubah bentuk rupa. Sifat sejak lahir ini juga dikenal dari adanya stigma-stigma lahir, jadi terdapat suatu Negro yang dapat dikenal, demikian juga halnya dengan penjahat.

Selama beberapa waktu Lambroso dengan penganut-penganutnya menyatakn bahwa penjahat adalah seorang penderita penyakit epilepsi. Winkler

dalam pernyataannya lebih berhati-hati dari pada Lmbroso dan tidak menyebutkan adanya type penjahat, tetapi menyatakan bahwa dengan tidak insyaf hakim memilih orang-orang yang dahinya sempit dan tulang rahangnya lebar, dikategorikan sebagai penjahat.

Bahwa ajaran Lambroso pada umumnya tidak dapat hasil yang baik, baik teorinya mengenai penjahat sejak lahir maupun type penjahat tidak dipertahankan

B. Mazhab Perancis atau Mazhab Lingkungan

Ketika Lambroso dengan penganutnya memajukan ajarannya tetang kejahatan yang bercorak antropologi pada tahun 70-an dari abad ke-19, sejak permulaan dunia kedokteran, Perancis sudah menentangnya.Tokoh yang terkemuka ialah A.Lacassagne (1843-1924) sesudah menolak hypotesa atavisme, ia merumuskan ajarannya mazhab lingkungan sebagai berikut: “Yang penting adalah keadaan sosial sekelilingnya kita. Keadaan sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan.

C. Mazhab Bio-Sosiologi

Bila ditekankan pada perkataan : “tiap-tiap”, maka suatu kejahatan tertentu adalah hasil dari dua unsur tadi dan rumus tersebut berlaku untuk semua perbuatan manusia, jahat ataupun baik. Pada dasarnya manusia itu tidak ada yang sama, dalam hal apa saja. Sebelum memulai mengupas bagaimana pengertian rumus tersebut untuk ilmu kriminologi, maka perlu diterangkan lebih dahulu unsur individu itu pada saat sesuatu perbuatan dilakukan yaitu :

a. Keadaaan lingkungan individu dari lahir sampai saat dia melakukan perbuatan

b. Bakat yang terdapat dalam individu.

Sebagai contoh : dua orang yang betul-betul hidup dalam keadaan yang sama, dan mempunyai kesempatan yang lain untuk melakukan kejahatan, dan dua-duanya sama sekali tidak terhalang menurut rasa budi pekertinya.

Pada saat harus berbuat sesuatu yang satu berani bertindak, sedangkan yang lain takut dan tidak bertindak. Jadi apakah dapat dikatakan bahwa keberanian adalah sutu unsur kejahatan dan ketakutan adalah suatu unsur kebaikan,.

Dan sebaliknya yang satu demikian cerdiknya, dapat mengetahui kemungkinan yang terjadi lalu tidak berbuat; dan satu bodoh lalu berniat. Apakah juga dapat dikatakan bahwa kecerdikan adalah unsur kebaikan dan kebodohan adalah unsur kejahatan? Kedua hal ini sering terjadi ditengah tengah masyarakat

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua sifat dapat mendorong manusia untuk berbuat jahat ataupun mencegahnya.

Tentu saja seperti laki-laki lebih berbakat untuk berbuat jahat daripada seorang perempuan, sepertiorang yang kuat dan berani lebih berbakat untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan daripada orang yang lemah dan penakut. Walaupun akhirnya pada tiap-tiap bakat dapat dicarikan macam kejahatan yang sesuai. Seorang atlit lebih sesuai untuk memukul orang, seorang yang pandai bicara lebih berbakat untuk menipu. Namun semua aktivitas yang memerlukan kekuatan badan, kemahiran berbicara, keberanian, kecepatan bergerak, ketangkasan, dan sebagainya tidaklah dapat dikatakan suatu pekerjaan yang jahat.

D. Mazhab Spiritualis

Dalam mazhab ini sebab timbulnya kejahatan dikaitkan dengan kepercayaan pada agama. Dengan kata lain bahwa tingkah laku manusia ini erat kaitannya dengan kepercayaan. Yang beragama akan bertingkah laku lebih baik dari pada orang-orang yang tidak beragama. Pendapat ini dikemukakan berdasarkan penelitian di penjara bahwa orang yang dipenjara kurang beragama, sebab kepercayaan kepada Tuhan kurang diyakini, secara pasif belum dapat merubah tingkah laku manusia.

E. Mazhab Mr. Paul29

Menurut Mr.Paul Muliono dalam pembahasan ajaran sebab musabab kejahatan, dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan salahmu sendiri

Adanya golongan yang berpendapat bahwa kejahatan adalah ekspresi (pernyataan) kemauan jahat dari diri si pertindak itu sendiri. Tegasnya adalah bila kau berbuat kejahatan, salahmua sendiri karena masyarakat dan pihak-pihak lain terlepas dari pertanggungjawaban atas timbulnya kejahatan-kejahatan. Bahwa kalau kita pelajari secara seksama tentang golongan ini, maka terdapatlah dua aliran:30

a. Aliran keagamaan yakni yang bersumberkan kepada kitab-kitab suci agamanya masing-masing yang berlandaskan pada ajaran keagamaan, maka setiap manusia dalam hidupnya diberi pedoman berupa perintah dan larangan, dan siapa yang mematuhi perintah dan larangan agama akan memperoleh pahala dari Tuhan dan sebaliknya yang melanggar akan berdosa.

b. Aliran seculirasi, antara lain :

b.1. hedonisme yang mengatakan bahwa kenikmatan (kesenangan) egoistis adalah tujuan terakhir manusia.

b.2. Rationalisme = suatu aliran yang berpendapat bahwa ratio manusia adalah sumber Ekspresi atau manifestasi daripada jiwa manusia.

29

B.Simanjuntak,Pengantar Kriminologi dan Pathologi,(Bandung:Tarsito,1977), hal 199

30

b.3. utilitarianisme ; dalam mencari kebahagiana terbesar menurut kegunaannya dalam memajukan kebaikan bersama. Moralitas diukur dari segi manfaatnya.

2. golongan tiada yang salah

Mengemukakan bahwa penyebab kejahatan ada beberapa faktor yaitu: Herediter biologis, kultural lingkungan, bakat + lingkungan, perasaan keagamaan

3. Golongan salah lingkungan

Aliran ini mengatakan timbulnya kejahatan akibat faktor lingkungan yang salah (tidak sehat)

4. Golongan kombinasi

Golongan ini menyatakan sebab-sebab timbulnya kejahatan karena adanya tiga kombinasi dalam diri yakni : Ide, Ego, SuperEgo

5. Golongan dialog

Golongan dialog mendasarkan diri pada filsafah eksistensi, sebab falsafah ini mendapatkan wujud manusia sebagai thema sentral.Wujud manusia secara konkrit senantiasa berhubungan dengan sesama antara manusia dengan Tuhan. Dia merealisir dirinya secara terus-menerus dalam suatu alam, mengadakan kontak dengan alamnya, dia mengadakan dialog.

Karena manusia berdialog dengan lingkungan, maka dia dipengaruhi lingkungan dan mempengaruhi lingkungan. Mempengaruhi lingkungan berarti memberi struktur pada lingkungan, manusia sedang dipengaruhi lingkungan manusiaterpengaruh oleh keadaan lingkungannya.Dengan demikian golongan

ini kalau kita perhatikan secara seksama, berarti bakat bersama lingkungan berdialog dengan individu. Dari aliran dialoglah yang paling relevan dengan filsafat pancasila. Sebab aliran dialog mengakui kebebasan dimana terlambangkan sila demokrasi dalam pancasila.

Dokumen terkait