KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan Yang Relevan
2.2 Teori yang Digunakaan
2.2.2 Teori Semiotik
Penelitian ini penulis mengemukakan teori semiotik yang dikemukan oleh De Saussere ( dalam Hoed, 2011:3). Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Tanda merupakam konsep (pertanda) dan bentuk (tertulis atau diucapkan) semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna.
Menurut Saussure semiotik memiliki dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Ada beberapa tanda berdasarkan hubunganya antara penanda atau pertanda, jenis tanda yang paling utama adalah ikon, indeks dan simbol. Arti dari ikon itu sendiri adalah tanda yang berdasarkan dari suatu identitas dan hubungan antara tanda dengan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan.
Sebuah tanda itu bersifat iconic apabila ada didalam tanda tersebut memiliki kemiripan bentuk diantara tanda dengan hak yang diwakilkanya, misalnya pada bunga kemucuk, bunga merawal dan bendera yang terdapat pada balai jika berwarna kuning digunakan untuk pernikahan sedangkan yang putih digunakan untuk acara naik haji dan khitanan (sunat rasul). Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan sebab akibat antara penada dengan pertanda, misalnya
16
warna kuning indentik dengan Melayu. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiah antara penanda dan pertanda, hubunganya bersifat arbiter (semau-maunya), istilah simbol dipergunakan secara meluas pegertian yang beraneka ragam dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu, misalnya ayam panggang berarti lambang pengorbanan.
Ketiga bagian diatas merupakan objek yang membagi jenis-jenis tanda di mana tanda memiliki arti makna tertentu, dalam skripsi ini penulis akan mebahas mengenai makna yang ada di dalam simbol yang dikemukan oleh sausser ada 3 ialah:
1. Rhematic symbol atau symbolic rheme. Yakni tanda yang dihubungkan degan objek melalui sosial umum. Misalnya di jalan kita melihat lampu hijau lalu kita berkata jalan, mengapa kita demikian ini terjadi karena adanya sosialisasi dengan benda yang kita lihat.
2. Dicent symbol atau proposition ( proposisi) adalah tanda yang langsung meghubungkan objek melalui asiosiasi dalam otak, kalau seseorang mengatakan “ berdiri ” penafsiran kita akan langsung berasosiasi pada otak dan serta merasa kita berdiri. Padahal pada uangkapan itu yang kita kenal adalah kata, kata-kata kita gunakan membentuk kalimat , semuanya adalah proposisin yang mengandung kata makna yang berisiasi dalam otak. Otak secara otomatis dengan cepat menafsirkan proposisi itu.
3. Argumen yakni tanda yang merupakan kesamaan sesorang terhadap sesuatu yang berdasarkan alasan tertentu.
17
Saussure ( dalam Soubur, 2003:12) mengemukakan semiotik merupakan ilmu yang mengkaji mengenai kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat. Sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal atau aspek material (penanda) dan konsep mental ( pertanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas diluar dirinya.
Teori semiotika adalah suatu teori yang berguna untuk penghubung erat antara ilmu lingustik dan sastra dengan ilmu-ilmu seni ( Takari, 2009:50)
Beberapa pendapat di atas mengemukakan mengenai semiotik, penulis sendiri mengambil kesimpulan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan mengkaji mengenai makna yang terkandung dari tanda-tanda tersebut yang dianggap sebagai fenomena sosial dan hubungan antara masyarakat dan budaya yang ada dalam suku .
Seperti tanda yang dimiliki didalam balai pada masyarakat Langkat memiiliki fungsi dan makna dalam setiap tanda tersebut seperti pulut kuning, ayam panggang, telor, inti, bunga kemuncuk, bendera dan tempat balai tersebut. Juga bagaimana tingkatan pada balai memiliki tanda didalamnya, adapun tingkatan pada balai adalah 3,5,7 dan 9 semakin tingginya balai makan semakin tinggi juga kedudukan pemiliknya
2.3 Balai
Balai atau sering juga disebut dengan pulut balai, balai memiliki empat kaki seperti meja disetiap tingkatanya ada yang 3,5,7 dan 9 tingkatan ini disesuaikan dengan tingkat kedudukan dan posisi pemilik balai. Adapun tingkat kedudukan dan posisi pemilik balai terdiri atas keturunan biasa dan keturunan
18
bangsawan tingkat balai meneunjukan strara sosisal penggunanya seperti raja-raja , keturunan raja, bagsawan dan rakyat biasa .
Kedudukan dan posisi pemilik balai dahulunya tingkat balai bagi masyarakat Melayu Langkat menunjukkan strata sosial penggunaannya. Raja–raja adalah seseorang yang bergelar sultan yang memimpin suatu daerah menggunakan balai tingkat sembilan, anak dan keturunan raja adalah anak kandung, cucu, cicit yang sedarah dengan sultan menggunakan balai yang bertingkat tujuh, para bagsawan kerajaan adalah seseorang yang bergelar tengku, syaid, raja, wan, datuk, daeng, kaja, dan encik (tuan). menggunakan balai yang bertingkat lima sedangkan untuk rakyat biasa menggunakan balai yang bertingkat tiga.
Setiap tingkat balai berisikan pulut yang sudah dimasak, balai untuk kalangan kerajaan dan bangsawan memiliki 2 macam warna yaitu balai kuning dan balai putih, akan tetapi pada zaman dahulu rakyat biasa hanya menggunakan balai berwarna pink, biru, merah, emas dan ungu namun zaman sekarang rakyat biasa juga bisa menggunakan balai kuning dan putih, balai kuning melambangkan kemuliaan dan kegembiraan warna kuning adalah warna kebesaran dan ciri khas dari orang Melayu balai kuning ini biasanya digunakan pada upacara perkawinan, menyambut tamu dan lain-lain. Sedangkan Balai putih melambangkan ketakwaan dan suci digunakan untuk upacara-upacara keagamaan, seperti khitanan (sunat rasul), khatam Al Qur‟an, naik haji dan lain-lain, pada setiap tingkatan balai ini diisi dengan pulut kuning atau putih sesuai kepentingan upacara yang dilaksanakan.
Pulut-pulut ini dimaknai juga sebagai bentuk kebersaman/ menjaga hubungan silatuhrahmi.
19
Setiap tingkat balai dihias dengan memacakkan bunga merawal yang ada disekeliling balai dan didalam tempat bunga merawal diletakan telur yang sudah direbus biasanya tempat ini terbuat dari kertas yang dibentuk-bentukbunga merawal dan telur dipacakkan ditingkat kedua sedangkan bendera dipacakkan pada tingkat ke tiga disekeliling balai. Tingkat balai, bunga kemuncak, bunga merawal, telur dan bendera yang di pacakkan di atas balai ini jumlahnya harus ganjil karena menurut masyarakat Melayu angka ganjil adalah angka yang baik dan angka ganjil dipercaya membawa keberuntungan, angka ganjil pada agama islam merupakan angka yang disukai Allah, kemudian dipuncak tingkat balai diletakkan seekor ayam panggang sebagai lambang pengorbanan, yang ditusuk dengan bunga puncak balai (kemucuk) jumlah bunga ini hanya satu dan paling besar diantara yang lain letaknya paling atas dan di tengah-tengah, di pucuk balai selalu diletakkan kelapa inti ( kelapa parut yang dimasak dengan gula aren).
Balai digunakan pada upacara sebagai berikut: sebagai lambang kebesaran dalam upacara perkawinan Melayu, balai ini biasanya digunakan pada masyarakat Melayu Langkat pada upacara perkawinan balai perempuan akan ditukarkan dengan balai laki-laki yang melambangkan menyatunya dua keluarga. Sebagai lambang kebesaran Melayu dalam upacara berkhitanan, balai ini digunakan sebagai lambang kesucian karena telah dikhitannya seorang anak laki-laki. Sebagai upah-upah untuk mengangkat anak, balai ini sebagai syarat agar anak itu bisa diangkat orang tua angkat biasanya anak diangkat karena sering sakit-sakitan tujuannya agar anak itu sembuh. Sebagai syarat perdamaian pada perselisihan besar sampai menumpahkan darah, apa bila ada warga antar desa yang berkelahi sampai menumpahkan darah sebagai syarat permohonan maaf balai ini digunakan. Sebagai nazar apabila
20
keluarga sembuh dari penyakit berat balai ini juga sebagai upah-upah semangat bagi orang yang telah sembuh dari sakit. Sebagai nazar ibu dan bapak pada anak yang pulang merantau jauh dan lama, apa bila ada anak yang telah merantau lama dan pulang dengan selamat maka balai ini sebagai upah-upah. hadiah seorang guru misalnya guru mengaji yang mengajar anak mengaji sampai khatam Al-Qur‟an balai ini digunakan agar guru mengaji dan murid semangat untuk belajar AL-Quran dan ilmu yang diperoleh dari AL-Quran dapat bermanfaat dan lengket selalu diingatan dan untuk naik haji balai adalah alat yang digunakan sebagai lambang kesucian karena akan berangkat ketanah suci Mekkah.
Semua balai yang digunakan pada upacara Melayu di atas penulis akan membahas tentang, balai diupacara perkawinan Melayu. Balai Melayu dipakai saat upacara perkawinan saat dilaksanakanya pertemuan kedua mempelailakai-laki dan perempuan, sebelum dilaksanan semua itu mempelai laki-laki harus melewati berbagai hempangterlebih dahulu sebelum bersanding dipelamian, tetapi pengantin perempuan duduk dipelaminan dan menunggu kedatangan mempelai laki-laki.
Tahap yang harus dilewati terlebih dahulu adalah hempang batang berupa sebatang pohon pisang kecil hempang ini berada dihalaman rumah yang membawa hempang batang adalah pemuda setempat dengan pencak silat dan berbalas pantun pria harus melewati sebuah kain panjang yang dibentangkan ke jalan oleh dua wanita dari pihak mempelai wanita, alat pembayarnya untuk melewati hempang batang menggunakan buah. Setelah itu tahap ke dua melewati hempang pintu dibawa oleh saudara laki-laki dengan menyerahkan uncang yang berisi uang logam dengan rasa gembira setelah melewati hempang pintu pengantin laki-laki berjalan diiringi dengan tari persembahan, setelah hempang pintu dibuka pengantin laki-laki
21
masuk kedalam rumah, tahap terakhir melewati hempang kipas yang dibawakan oleh dua orang wanita dari teman pengantin wanita. Saat ini balai digunakan dalam upacara pernikahan masyarakat Melayu Langkat balai menjadi pengiring melewati berbagai hempang balai adalah seserahan yang harus dibawa sebagai adat dan tradisi budaya melayu dalam upacara pernikahan.
Gambar 2: Balai
Sumber :https://gambarpulutbalai.com (22 juni 2017 )
22 BAB III