• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI DAN MAKNA BALAI PADA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU LANGKAT SKRIPSI DISUSUN OLEH: NAMA : LIZA AMELIA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FUNGSI DAN MAKNA BALAI PADA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU LANGKAT SKRIPSI DISUSUN OLEH: NAMA : LIZA AMELIA NIM :"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI DAN MAKNA BALAI PADA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU LANGKAT

SKRIPSI DISUSUN OLEH:

NAMA : LIZA AMELIA NIM : 130702013

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU DEPARTEMEN SASTRA MELAYU

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

i ABSTRAK

Liza Amelia, 130702013, Judul Skripsi: Fungsi dan Makna Balai pada Masyarakat Melayu Langkat. Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pembimbing 1 : Dr. Rozanna Mulyani, M.A. dan pembimbing 2 : Drs. Baharudin, M.Hum. Memilih judul ini karena pada saat ini budaya Melayu semakin menghilag dan luntur dimakan oleh perkembamgan zaman dan juga alkulturasi budaya lain. Balai tidak perna ketingalan diupacara pernikahan Melayu, balai adalah lambang kebesaran dan salah satu benda yang memiliki nilai adat serta seni dan budaya. Pada zaman sekarang orang tidak banyak mengetahui tentang balai itu secara menyeluruh, juga sangat sulit untuk menemukan satu buku yang khusus membahas balai. Skripsi ini menjelaskan bentuk dan isi serta fungsi dan makna balai.Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk dan isi balai serta apa fungsi dan makna balai pada masyarakat Melayu Langkat. Penelitian ini menggunakan teori fungsi dan teori semiotik, teori fungsi berkaitan dengan makna, seni dan kebudayan. Teori semiotika memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sitem simbol yang membangun peristiwa seni. Metode dasar penelitian yang dilakukan ialah metode deskriftif kualitatif karena sangat tepat menggambarkan keadaan dilapangan. Setelah menguraikan dan menganalisis data fungsi dan maka hasil penelitian yang terkandung dalam balai pada masyarakat Melayu Langkat adalah balai merupakan benda yang memiliki nilai seni, nilai adat dan nilai kebudayaan serta balai merupakan lambang kebesaran pada acara pernikahan Melayu, hasil penelitian ini sebagai refersnsi kepustakaan khususnya mengenai fungsi dan makna balai pada masyarakat Melayu Langkat, menginventarisasi khazana budaya Melayu dan memberikan wawasan baru tentang balai.

Kata kunci : Balai, fungsi dan makna

(3)

ii

كرتطثا

بئيهييا سين ,

۱۳۰۷۰۲۰۱۳ ,

يطفيركض لودىج :

ف ݞ بُكي ٌاد يض

ل ىي لاي تكريطي دبف ينبث ݞ

تك . ورف ݢ ارتطض ور ,

ىًيا صتنىكف

ربتواارتبيىض صتيضرفيَوا بيدىث ,

يجًيجًف ݞ

۱ : رطود .

بُُجور

يُئينىي ,

و .ا . يجًيجًف ٌاد ݞ

۲ :

ٍيدوربحث شدُئرطكد ,

و . وىه . هيهيًي

و ٍيكًض ىي لاي بيدىث يَا تئض دبف ٌرك يَا لودىج ݞ

ميح ݞ ٌد

تًيكرف هنوا ٍكبًيد رىتَىن ݞ

ج ٌد ٌبًج ٌ ݢ

بيادىث يضرىتىكنا

ٍئن . يتك هَرف كديت كديت ينبث ݢݞ

فوا يد ٍن ݘ

ىيلاي ٍهكيَرف ار ,

تًن هندا ينبث ݞ

ي ادُث ىتض ههض ٌد ٌارطيجك ݞ

تدا ئهيَ يكيهيًي

بيدىث ٌاد يُيض ترض .

ركض ٍياز دبف ݞ

روا ݞ روا ݞ ة كديت پ

ك

يي ݞ تُت ئىهتي ݞ

ش ىتيا ينبث ݘ

و ر پ ورىن , ىج ݢ ش ا ݞ كتَوا تينىض ت

ي ىكىث ىتض ٍكىًيُي ݞ

ينبث صحبجًي شىضىحك .

يَا يطفيركض

ف ٌاد كىتُث ٍكطهيجُي ݞ

ينبث بُكي ٌاد يض .

يَا ٍئيتيهيُف ٍئىجىت

ىف بفابتريض ينبث يطيا ٌاد كىتُيث ٍكطهيجُي كىتَوا هندا ݞ

ٌاد يض

(4)

iii

ل ىيلاي تكريطي دبف ينبث بُكي ݞ

تك . و يَا ٍئيتيهيُف ݢݞ

يرؤت ٍكَو

ىف ݞ كتؤيًض يرؤت ٌاد يض ,

ىف يرؤت ݞ

د ٍتئكرث يض ݞ

بُكي ٌ ,

ٍئيدىجيك ٌاد يُض .

ة يًهبًيي كتؤيًض يرؤت ݢ

يد بُكي بًُئ پ

ٍكتف

ي لىجًيض ىيتطض ئىههيي ٍكيطكيَىيىكيد ٌاد ݞ

تًيي ݞ اىيتطيريف ٌو

يُيض . ي ٍئتيهيُف شراد يدطىي ݞ

فيتفركضد يدطي ههيا ٍكىكهيد

ش ٌرك فتيهئىك ݞ

و تفيت ت ݢݞ

فن يد ٍئدئك ٍكرجي ݞ

ٌ . ههيتيض

يي ݞ و ٌاد ٍكئرو ݞ

ف بتد صيطيهَ

ݞ ي ٍئيتيهيُف ميضبه كي ٌاد يض ݞ

ودكرت ݞ

ل ىيلاي تكريطي دبف ينبث ىند ݞ

ادُث ٍكفوري ينبث هندا تك

ي ݞ يُض يهيَ يكيهيًي ,

ينبث ترض ٍئيدىجك ئهيَ ٌاد تادا ئهيَ

تًن ٍكفوري ݞ

ا دبف ٌرطيجك ݘ

ىيلاي ٍكيَرف ر ,

يَا ٍئيتيهيُف ميطه

تض ݢ ىضىحك ٍئكتضىفك يطَريفر ئ پ

و ݞ ف ئَ

ݞ ينبث ٍكي ٌاد يض

ل ىيلاي تكريطي دف ݞ

تك , و ݞ ٌاد ىيلاي يدىث ٍجحك يططيرتُفُي

تُتوربث ٍضوو ٍكيرجًي ݞ

ينبث .

ٌىك بتك ݘ

ي : ينبث , ف ݞ

ٍكبي ٌاد يض

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul, Fungsi dan Makna Balai pada Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat. Penulis mengangkat judul ini sebagai skripsi karena tertarik akan budaya Melayu, dan adanya keunikan yang terkandung pada balai di setiap upacara pernikahan Melayu Langkat. Balai merupakan alat yang digunakan pada upacara adat pada masyarakat Melayu Langkat akan tetapi dengan semakin berkembangnya zaman sedikit demi sedikit lunturlah budaya yang terkandung dalam balai tersebut.

Juga skripsi ini sebagai tugas akhir di Fakultas Ilmu Budaya.

Untuk Memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh isi skripsi ini penulis memaparkan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan, manfaat penelitian, pada Bab II merupakan tinjauan pustaka, yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan, dan Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri atas : metode dasar, lokasi penlitian, sumber penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data, Bab IV dibahas tentang bentuk, isi, fungsi dan makna balai pada masyarakat Melayu Langkat, dan Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.

(6)

v

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu, penulisan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis.

Medan, Agustus2017 Penulis

Liza Amelia Nim : 130702013

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberiakn karunia kesehatan, kekuatan, kesempatan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini .

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan materi, tenaga, pikiran, semangat serta bimbingan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini : kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, beserta Wakil Dekan I Prof.Drs. Mauly Purba,MS,Ph.D, Serta Wakil Dekan III Prof,Dr Ikhwanudin Nasution,M.SI berkat bantuan dan fasiltas selama 4 tahun penulis gunakan sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi sebagai bahan ujian akhir mendapatkan gelar sarjana sastra.

2. Ibu Dr. Rozanna Mulyani M.A. selaku ketua jurusan Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen pembimbing I penulis berterima kasih telah dibimbing dari awal hingga skripsi ini selesai semoga ilmu yang ibu berikan bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Dra. Mardiah Mawar Kembaren ,M.A,Ph.D. sebagai seketaris Prodi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara penulis berterima kasih atas motifasi, semangat dan pelajaran yang ibu berikan

4. Bapak Drs. Baharuddin,M.Hum sebagai dosen pembimbing II penulis berterimas kasih atas waktu dan pelajar yang bapak berikan semoga ilmu yang

(8)

vii

bapak berikan bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik

5. Terimakasih banyak penulis hantarkan kepada seluruh bapak/ibu dosen penulis khususnya di prodi sastra Melayu dan dosen Fakultas Ilmu Budaya, semoga ilmu yang diberikan dapat penulis amalkan dan bermannfaat, juga kepada kak Tri selaku tata usaha di Prodi sastra Melayu dan abang prayogo terimakasih atas arahanya dan bantuan.

6. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada, ayahnda Samiran dan ibunda Leginem tercinta yang telah memberikan segalanya bagi penulis terutama dalam memberikan dukungan, doa, materi dan motivasi agar tetap semangat dalam menjalani masa perkulihan. Semua yang telah Ayah dan ibu lakukan hanya ingin melihat penulis sukses suatu saat kelak. Ayah dan Mamak selalu berkata “ kamu harus lebih hebat dari kami” dan “ Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kalau tidak dia sendiri merubah nasibnya” akan penulis ingat kata-kata itu sebagai semangat dan motivasi dalam diri penulis semoga penulis dapat membalas di kemudian hari semua yang telah ayah dan ibu berikan. Semoga skripsi ini sebagai hadiah awal dari semua itu.

7. Abang tersayang Fawzi Riduan semoga nyusul wisuda dan dapat kerja yang baik dan adik tersayang Nabila Ramadani cepat tamat sekolah biar bisa tau enaknya kuliah, semoga masuk Universitas yang dinginkan.

8. Kepada sahabat penulis selama 4 tahun bersama Nur Janah, Monalisa, Herlin Rulian dan Warda Akmal Yulia terima kasih waktu, sebagai tempat cerita, berantam, ketawa dan sedih. Banyak kenangan kita selama kuliah semoga kita menjadi keluarga selamanya walupun sudah tamat nati, sukses selalu buat kita

(9)

viii

semua dan semoga ilmu yang didapat selama kuliah bermanfaat, terimakasih kasih atas kasih sayang dan kebaiakan yang kalian berikan.

9. Kepada kawan-kawan satu stambuk sastra melayu 013 Fahrul, Arifin, Rahmi, Rena, Nadila, Fitri, Dina, Mahdatul, Dian, Mita, May, Osky, Haris, Fajar, Alfan, Nelly, Rina, Dedi, Mufti, Abidin, Mahrifat, Juven, Ariansa, Agus, Andri, Bella, Yusuf, Asima, Sefni yang selama ini telah menemani penulis dalam perkulihan, terima kasi semangat, suport dan kenagan kalian, kekeluargaan kita dan teman terbaik. Untuk abag senior 2011 dan 2012 juga untuk adek 2014, 2015, 2016 serta kawan-kawan di Fakulta Ilmu Budaya terima kasih semangat dari kalian semua.

10. Terimakasih kepada Rahmad RiskiTama soka Harahap yang telah menjadi teman curhat saat sedih, penyemangat, telah mendoakan dan telah membantu untuk menyusun skripsi ini.

11. Kepada para informan yang telah membantu saya terima kasih atas waktu, tempat dan hasil dari penelitian tampa kalian semua maka saya tidak dapat mengumpulkan data untuk skripsi ini.

12. Kepada Kepala Desa Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara Kabupaten Lagkat Perovinsi Sumatera Utara dan setafnya, beserta penduduk yang telah memberikan kesempatan dan informasi bagi penulis untuk meneliti.

13. Tak lupa terima kasih kepada UKM TEATER “O” USU walupun sekarang saya suda mulai fakum tetapi terima kasih atas pelajar dan kebersaman yang diberiakn selama saya berada disana.

(10)

ix

14. Kepada teman sesama guru dan murid di PAUD Generasi Bangsa Madani atas semangat, doa dan memberikan pengalaman saya untuk berbicara didepan menjadi guru.

Dengan rasa cinta penulis mohon doa kepada Allah SWT agar selalu diberikan kesehatan dan kelancaran dalam pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2017 Penulis

Liza Amelia Nim : 130702013

(11)

x DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar... ii

Ucapan Terima Kasih ... iv

Daftar Isi ... viii

Bab I. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Sekilas Menggenai Langkat ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

Bab II. KajianPustaka ... 9

2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 9

2.2 Teori Yang Digunakan ... 11

2.2.1. Teori Fungsi ... 11

2.2.1.1 Adat ... 13

2.2.1.2 Tradisi ... 14

(12)

xi

2.2.2 Teori Semiotik ... 15

2.3 Balai ... 17

Bab III. Metode Penelitian ... 22

3.1 Metode Dasar ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Instrumen Penelitian ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5 Metode Analisis Data ... 23

Bab IV. Pembahasan ... 24

4.1 Bentuk Isi Balai pada Perkawinan Melayu Langkat ... 24

4.2 Pergeseran Budaya pada Balai Perkawinan Melayu Langkat ... 33

4.3 Fungsi Balai pada perkawinan Masyarakat Melayu Langkat ... 37

4.3.1 Fungsi Khusus Balai ... 37

4.3.2 Fungsi Umum Balai ... 40

4.4 Makna Balai pada Perkawinan Masyarakat Melayu langkat ... 42

BAB V PENUTUP ... 62

5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

(13)

xii

Daftar Pustaka ... 65 Lampiran ...

Lampiran 1. Daftar Informan ...

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ...

Lampiran 3. Surat Keterangan dari Kelurahan ...

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki banyak sekali etnik, tiap-tiap etnik mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda- beda.

Tiap-tiap etnik memiliki ciri-ciri yaitu: memiliki nama, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu.

Etnik di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri, termasuk etnik Melayu yang ada di wilayah Sumatera Utara.

Etnik Melayu di Sumatera Utara memiliki bahasa dan kebudayan yang sama, hanya saja berbeda vokal dan fonem dalam bahasanya pada setiap daerahnya. Etnik Melayu ini memiliki letak geografis yang berbeda-beda, namun perbedaan letak geografis tersebut tidak menimbulkan persoalan dalam tata cara pelaksanaan kebudayaan, karena pada umumya kebudayaan itu masih mempunyai unsur kesamaan yang amat besar.

Budaya di Sumatera Utara banyak telah mengalami perubahan, dikarenakan semakin berkembangnya zaman, sehingga banyak budaya-budaya yang telah disalah artikan fungsi dan maka yang terkandung dalam budaya tersebut.

Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Ki Hajar Dewantara (Tantawi 2015:59), kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat dan menurut Koentjaraningrat (Tantawi 2015:59) kebudayaan adalah

(15)

2

keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dengan rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.

Kebudayaan adalah sebagai sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayan itu bersifat abstrak. Benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Keseluruhannya ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat, dan membentuk kesatuan sosial masyarakat dalam suatu ruang dan waktu.

Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi akal dan budi daya, dengan menggunakan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan mengembangkan kebudayaan, terciptanya kebudayaan karena hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini.

1.2 Sekilas Menggenai Langkat

Kabupaten Langkat terletak di barat Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan provinsi Aceh, Langkat salah satu kabupaten yang sangat makmur karena menghasilkan produk pertanian dan perkebunan seperti padi, jagung, palawija, getah, kelapa sawit, kelapa, kakao, sisal dan hasil pertanian lainnya. Pada akhir abat ke sembilan belas ditemukanya sumber minyak yang terdapat di kampung telaga said kemudian di kampung telaga tunggal sumber minyak ini dekat dengan kota pangkalan Berandan. Nama Langkat bersal dari nama sebuah pohon yang

(16)

3

berbuah kelat, pada zaman dahulu pohon ini banyak tumbuh sekitar kawasa kota dekat kampung secanggang Langkat.

Masyarakat Melayu Langkat menggunakan bahasa Melayu dialek Langkat yang dicirikan dengan pemakain huruf /e/ pada akhir kata, irama dalam cara berbicara juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa Melayu dibagian Selatan lebih menekankan penggunaan huruf /a/. Dalam masyarakat Melayu Langkat keluarga intinya lebih senang jika sudah berumah tangga hidup sendiri, walaupun pada umumnya pasangan baru tinggal dirumah orang tua pihak perempuan, namun mereka segera pindah tidak lama setelah lahir anak pertama, garis keturunan yang dipakai masyarakat Melayu Langkat adalah patrilineal (garis keturunan dari laki-laki).

Umumnya agama yang mereka anut adalah Islam tetapi karena disana tidak semua masyarakatnya etnik Melayu ada juga etnik yang lain seperti Jawa, Batak, Aceh, Cina, Padang dan lain-lain. Tetapi tidak semua masyarakat disana menganut agama Islam.

Langkat kini menjadi kabupaten di provinsi Sumatera Utara wilayahnya cukup luas kurang lebih sama dengan wilayah kekusaan kesultanan Langkat. Saat ini Ibukota Langkat adalah kota Stabat, sebelumnya Ibukotanya terletak di Kota Binjai, dimasa kesultanan Ibukota langkat ada di Tanjung Pura.

Kota-kota yang cukup besar di kabupaten Langkat adalah TanjungPura, Stabat, Pangkalan Berandan, Pangkalan Susu, Selesai dan Binja. Namun kota Binjai sekarang telah mengalami pemekaran menjadi kota Madya yang mempunyai pemerintahan sendiri dipimpin oleh walikota.

(17)

4

Kondisi wilayah letak geografis kabupaten Langkat terletak pada 30140 dan 40130 lintang utara, serta 930510 Bujur timur dengan batas sebelah Utara berbatasan dengan selat Malaka dan provinsi Aceh, sebelah Selatan berbatasan dengan kabupataen Karo, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang dan sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Aceh Tamiang. Adapun topografi daerah kabupaten Langkat ada tiga bagian yaitu, pesisir pantai dengan ketinggian 0 – 4 m di atas permukaan laut, dataran rendah dengan ketinggian 0 - 30 m diatas permukan laut dan dataran tinggi dengan ketinggian 30 - 1200 m diatas permukan laut.

Kabupaten Langkat merupakan tempat yang cocok untuk pertanian dan juga menjadi sumber minyak karena memiliki jenis-jenis tanah seperti sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah alluvial, yang sesuai untuk jenis tanamana pertanian pangan, dataran rendah dengan jenis tanah glei humus, hydokteromofil kelabu dan plarosal serta yang terdapat di dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning.

Kabupaten Langkat juga memiliki objek wisata yang terdapat di Bukit Lawang yang terletak dikaki Taman Nasional Gunung Leuser ( TNGL ) disana udaranya sejuk dan memiliki hujan teropis, disana juga terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan ( mawas ) yang dikelola oleh WNF taman nasional gunung leuser terdapat bebeberapa satwa yang dilindungi seperti: orang hutan, badak Sumatera, rusa, kijang, burung kuau, siamang, ada 320 jenis burung, 176 binatang menyususi, 194 binatang melata, 52 jenis ampibi dan 3.500 jenis species tumbuh-tumbuhan.

Djuhar (2013)

(18)

5 Gambar 1: Peta Kabupaten Langkat

Sumber : http:/ peta langkat.com ( 8 juli 2017 ) Penelitian ini akan membahas mengenai “ fungsi dan makna balai pada masyarakat Melayu Langkat” balai pada masyarakat Melayu Langkat sering juga disebut dengan kata pulut balai.

Balai berupa meja kecil bertingkat, berkaki empat, tinggi kaki lebih kurang 25 cm, tinggi tiap tingkat kurang lebih 10 cm. Jumlah tingkatan balai selalu ganjil yaitu: 3, 5, 7 dan 9 setiap tingkat sebuah balai melambangkan kedudukan dan posisi pemiliknya.

Zaman dahulu tingkat balai bagi masyarakat Melayu Langkat menunjukkan strata sosial penggunanya. Raja–raja adalah seseorang yang bergelar Sultan yang memimpin suatu daerah menggunakan balai tingkat sembilan, anak dan keturunan raja adalah anak kandung, cucu, cicit yang sedarah dengan Sultan menggunakan balai yang bertingkat tujuh, para bangsawan kerajaan adalah

(19)

6

seseorang yang bergelar tengku, syaid, raja, wan, datuk, daeng, kaja, dan encik (tuan) menggunakan balai yang bertingkat lima dan untuk rakyat biasa menggunakan balai yang bertingkat tiga.

Sekarang ini sudah jaran penggunaan balai yang tingkatnya terlalu tinggi, biasanya penggunaan balai hanya pada tingkatan ketiga. Balai berisi pulut kuning, di tengah-tengah balai diletakkan ayam panggang dan dipacakkan bunga kemucak, ditingkat kedua dipacakkan bunga telur diisi dengan telur ayam yang sudah direbus dan tingkat paling bawah dipacakkan bendera. Susunan balai ini tidak boleh ditukar letaknya, karena masing-masing mempunyai makna, pada kaum raja dan bangsawan hanya menggunakan warna kuning dan putih. Kuning untuk upacara pernikahan, menyambut tamu dan lain-lain, sedangkan putih untuk upacara khataman, khitanan, naik haji dan lain-lain. Namun untuk rakyat biasa warna balai yang digunakan pink, biru, emas, merah dan ungu. Akan tetapi saat ini penggunaan balai sudah bergeser dari aturanya, dimana pada masyarakat biasa boleh menggunakan balai yang berwarna kuning dan putih, yang seharusnya balai ini digunakan oleh kaum raja, keturuanan raja dan bangsawan

Terlepas adanya fungsi dan makna yang terkandung dalam penggunaan balai pada masyarakat Melayu Langkat, ketertarikan penulis untuk memilih judul ini karena saat ini masyarakat banyak yang tidak mengerti apa fungsi dan makna yang terkandung pada balai, balai juga memiliki keunikkan tersendiri balai digunakan dalam berbagai kegiatan upacara di masyarakat Melayu Langkat. Tetapi dalam setiap upacara balai dapat berbeda fungsi dan makna.

(20)

7

Masyarakat Melayu Langkat khususnya masyarakat Desa Cengkeh Turi kecamatan Binjai Utara kabupaten Langkat, masih menggunakan balai ini sebagai salah satu tradisi dan adat dalam uapacara kegiatan seperti pernikahan, naik haji, khatam AL_Quran dan lain-lain.

Ada juga masyarakat yang sudah tidak mementingkan lagi apa fungsi dan makna balai, terkadang mereka hanya menggunakan balai sebagi pelengkap upacara bukan menjadi sesuatu yang wajib dan sakral. Hal ini terjadi dikarenakan pada masa sekarang ini budaya Melayu semakin menghilang dan luntur diakibatkan oleh semakin berkembangnya zaman banyak budaya Melayu yang ditinggalkan oleh pemiliknya, karena kurangnya kesadaran pada diri masyarakat akan pentingnya budaya dan juga adanya alkulturasi dengan budaya asing yang menyebabkan semakin hilang budaya tersebut, hal ini yang mendorong penulis untuk memilih judul ini sebagai data penelitian penulis.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk dan isi balai pada masyarakat Melayu Langkat?

2. Apa fungsi balai pada masyarakat Melayu Langkat ?

3. Apa makna balai pada masyarakat Melayu Langkat ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut :

(21)

8

1. Untuk mendeskripsikan bentuk dan isi balai pada masyarakat Langkat.

2. Untuk mendeskripsikanfungsi balai pada masyarakat Melayu Langkat.

3. Untuk mendeskripsikan makna balai pada masyarakat Melayu Langkat.

1.5 Manfaat penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. Manfaat penelitian adalah :

1. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnyayang memiliki topik yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Untuk menginventarisasi Khazanah budaya Melayu, Khususnya Melayu Langkat di Sastra Melayu.

3. Menumbuhkan semangat dan minat generasi muda terhadap nilai- nilai budaya Melayu yang harus dilestarikan sehinga tidak dimakan oleh perkebangan zaman.

4. Untuk menambah pengalaman dan suatu kesempatan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di terima selama dalam perkuliahan.

5. Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(22)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan Yang Relevan.

Kepustakaan Yang Relevan atau sering juga disebut kajian pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna tentang informasi / data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari).Sebagai salah satu bahan kajian yang relefan penulis menggunakan.

Skripsi Sihombing (2014) dalam skripsinya yang berjudul, Tepak Sirih Pada Masyarakat Melayu Deli Serdang : suatu tinjauan makna dan fungsi.

Sihombing ( 2014 ) membahas makna dan fungsi tepak sirih, tepak sirih atau cerana ialah tempat meletakkan daun sirih beserta dengan perencahnya : pinang, kapur, gambir, tembakau, dan ada juga yang ditambahkan cengkeh. Bagi masyarakat Melayu memakan daun sirih beserta dengan perencahnya adalah suatu kebiasaan/

tradisi yang sudah membudaya sejak dahulu kala sampai saat ini,skripsi ini mengunakan teori makna dikemukakan oleh De Saussere dan fungsi yang dikemukakan oleh Bascom .

Skripsi Sitompul ( 2015 ) dalam skripsi yang berjudul, Makan dan Fungsi Simbolis Dalam Tradisi Mangure Lawaik pada Masyarakat Pesisir Disibolga:

Kajian Semiotik. Dalam Sitompul ( 2015 ) tradisi mangure lawik atau yang dikenal

(23)

10

dengan menjamu laut atau kenduri laut, tradisi mangurelawik atau menjamu laut dilakukan oleh masyarakat sibolga yang mayoritas bertempat tinggal didaerah pesisir dimana sumber penghidupannya adalah menangkap ikan ( nelayan). Tradisi mangure lawik bagi masyarakat sibolga merupakan bagaian dari kebudayan tradisional yang mengalami perjalanan yang cukup lama dan memiliki langgam dan jiwa tertentu, sehingga mempunyai fungsi dan manfaat untuk yang mempercayainya.

Skripsi Sihombing ( 2014 ) dan skripsi Sitompul ( 2015 ) dengan skprisi yang akan penulis buat nanti sangat berbeda karena penulis akan membahas mengenai Fungsi dan Makna Balai pada perkawinan Masyarakat Melayu Langkat.

Balai adalah salah satu benda yang dianggap memiliki nilai adat serta seni budaya balai juga sebagai lambang kebesaran orang Melayu. Balai sudah cukup di kenal oleh seluruh masyarakat Khususnya masyarakat Melayu di Langkat. Balai yang akan dibahas dalam skripsi penulis ini adalah balai yang ada diupacara pernikahan.

Topik pembahasan yang akan penulis bahas saja sudah berbeda tetapi sama-sama mengunakan teori fungsi dan semiotika, penulis menggunakan teori fungsi dari Malinowski dan teori semiotik dari De Saussere

Mencari bahan pendukung teori dan konsep yang behubungan dengan tulisan ini yang dapat dijadikan bahan acuan dan buku pedoman penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan kepustakan yang berguna untuk memudahkan penulis dalam mencari data-data tambahan yang berhubungan dengan judul yakni : buku yang berjudul adat resam Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara karangan Yuscan, dan Biri Adat MABMI, buku Tata Cara Adat Budaya Melayu dalam Pelaksanaan Perkawinan Karangan Dewan Adat MABMI Kota Madya Binjai, buku Semiotika

(24)

11

dan Dinamika Sosial Budaya karangan Abdul Halim dan buku Teori Fungsi dan Struktual dalam Teori Antropologi karangan Malinowski.

Fungsi dan makan balai pada masyarakat Melayu di dalam upacara pernikahan adalah sebagai lambang kebesaran karena semakin tinggi tingkat balai itu maka semakin tinggi kedudukanya pemilik, balai tidak perna tinggal saat upacara pernikahan juga merupakan seni dan budaya Melayu dari zaman dahulu sampai sekarang yang masih dilestarikan walupun ada beberapa perubahan didalam isi, warna dan tingkat balai.

2.2 Teori yang Digunakaan

Berdasarkan judul penelitian ini, secara umum teori yang digunakan untuk mendeskripsikan fungsi dan makna balai pada masyarakatMelayu Langkat ini adalah :

2.2.1 Teori Fungsi

Ilmu antropologi teori fungsional mulai dikembangkan oleh Branislaw Malinowski ( 1884-1942) yang menghubungkan teori fungsi tentang unsur kebudayaan.Malinowski mengatakan teori fungsional :

“ Malinowski mengajukan sebuah orieatasi teori yang dinamakan fungsional, yang beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan, bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dalam kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan memepertahankan bahwa setiap pola, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar Malinowski ( 1978: 59-61 ) .

“ Teori fungsi adalah teori ini mengajarkan kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beraneka ragam, bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya, bagaimana

(25)

12

harus dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial, dan oleh mereka yang secara ekonomi mengekpoitasi perdagangan dan tenaga orang-orang masyarakat primitiveMalinowski (1927:40-41)”.

Teori fungsi unsur-unsur kebudayaan adalahpendirian bahwa segala kegiatan kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuskan suatu rangkaian dari sejumlah keperluan naruli makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh salah satu unsur kebudayaan, terjadi karena manusia ingin memuaskan keperluan nalurinya akan keindahan, ilmu pengetahuan juga timbul karena naluri manusiawi untuk ingin tahu, teknologi muncul karena keperluan manusia akan peralatan yang mempermudah hidupnya, organisasi timbul karena manusia ingin hidup berkelompok untuk menuju cita-cita bersama dan seterusnya. Namun banyak juga kegiatan kebudayaan terjadi karena kombinasi dari beberapa macam human needs itu Malinowski ( dalam Takari, 2008:17-18 )

Fungsi adalahsuatu kegunaan yang dapat diambil dalam melakukan sesuatu. demikain juga dengan pengunaan balai pada masyarakat Melayu Langkat, memiliki fungsi didalamnya. Bagi masyarakat Melayu Langkat fungsi balai itu sendiri sebagai lambang suatu kebudayan Melayu, sebagai pelastarian adat, tradisi dan serta sebagai seni.

Fungsi dalam adat dan tradisi pengunaan balai pada masyarakat Melayu Langkat merupakan tanda-tanda kebudayan dan fenomena sosial masyarakat, maka untuk memahani bagaimana balai pada masyarakat Melayu Langkat digunakan teori ini. Dengan begini balai dapat menjadi lambang kebesaran, alat pengesahan budaya dan menjadi salah satu perlengkapan adat dan tradisi masyarakat Melayu Langkat yang patut dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki peranan penting dalam kebudayaan.

(26)

13 2.2.1.1 Adat

Adat adalah ketentuan hukum sehingga merupakan norma-norma dengan ciri khas dari suatu suku atau tiap suku bangsa akan memupuknya menurut falsafah daerah atau negerinya masing-masing Admansyah, 1994:53 ( dalam, yuscan 2001 : 3-7 ) Klasifikasi adat ada 4 yaitu Adat yang sebenarnya adat, Adat yang teradat, Adat yang diadatkan dan Adat istiadat:

1. Adat yang sebenarnya adat

Adat yang sebenarnya adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia yang berasal dari penciptanya. Hukum yang tidak dapat ditawar-tawar, memang demikan adanya aturan tersebut dari Tuhan pencipta manusia, contoh :

a. Api → panas.

b. Es → dingin.

c. AL-Qur‟an dan Hadis.

d. Hutan gundul, menjadi penyebab banjir.

e. Kebaikan akan membuahkan kebahagiaa.

2. Adat yang teradat

Adat yang teradat adalah aturan hukum atau kebiasaan yang tercipta dengan sanksi dari adat yang teradat tersebut terjadi dengan sendirinya, contoh:

Orang yang meminjam suatu barang kepeda orang lain, maka hukumanya dia harus mengembalikannya pinjama tersebut kepadaorang

(27)

14

tempat dia meminjam sanksi yang tercipta dari peristiwa tersebut apabila orang itu tidak mengembalaikan adalah tidak dipercaya lagi.

3. Adat yang diadatkan

Adat yang diadatkan adalah norma-norma, hukum-hukum yang menjadi kebiasaan kemudian disepakati dalam suatu mufakat untuk dijadikan acuan dalam mengatur kehidupan masyarakat disuatu wilayah atau suatu negara, contoh :

a. Upacara jamu laut.

b. Perbedan kasta pada Melayu.

4. Adat istiadat.

Adat istiadat adalah kebiasaan dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi norma yang terus menerus dan berkembang, contoh :

a. Mencium tangan orang tua ( lambang penghormatan ) b. Piagam-piagam raja ( surat pengesahan raja, kepala adat ) c. Acara sesajen dalam masyarakat jawa.

2.2.1.2 Tradisi

Tradisi ( Bahasa latin : traditio “diteruskan‟‟) atau kebiasan, dalam pengertian yang sederhana tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu klompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal ini yang paling mendasar

(28)

15

dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik secara tulisan maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Tradisi yaitu segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini shil, 1981: 12 ( dalam skripsi Sitompul 15)

2.2.2 Teori Semiotik

Penelitian ini penulis mengemukakan teori semiotik yang dikemukan oleh De Saussere ( dalam Hoed, 2011:3). Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Tanda merupakam konsep (pertanda) dan bentuk (tertulis atau diucapkan) semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna.

Menurut Saussure semiotik memiliki dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Ada beberapa tanda berdasarkan hubunganya antara penanda atau pertanda, jenis tanda yang paling utama adalah ikon, indeks dan simbol. Arti dari ikon itu sendiri adalah tanda yang berdasarkan dari suatu identitas dan hubungan antara tanda dengan acuannya dapat berupa hubungan kemiripan.

Sebuah tanda itu bersifat iconic apabila ada didalam tanda tersebut memiliki kemiripan bentuk diantara tanda dengan hak yang diwakilkanya, misalnya pada bunga kemucuk, bunga merawal dan bendera yang terdapat pada balai jika berwarna kuning digunakan untuk pernikahan sedangkan yang putih digunakan untuk acara naik haji dan khitanan (sunat rasul). Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan sebab akibat antara penada dengan pertanda, misalnya

(29)

16

warna kuning indentik dengan Melayu. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiah antara penanda dan pertanda, hubunganya bersifat arbiter (semau-maunya), istilah simbol dipergunakan secara meluas pegertian yang beraneka ragam dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu, misalnya ayam panggang berarti lambang pengorbanan.

Ketiga bagian diatas merupakan objek yang membagi jenis-jenis tanda di mana tanda memiliki arti makna tertentu, dalam skripsi ini penulis akan mebahas mengenai makna yang ada di dalam simbol yang dikemukan oleh sausser ada 3 ialah:

1. Rhematic symbol atau symbolic rheme. Yakni tanda yang dihubungkan degan objek melalui sosial umum. Misalnya di jalan kita melihat lampu hijau lalu kita berkata jalan, mengapa kita demikian ini terjadi karena adanya sosialisasi dengan benda yang kita lihat.

2. Dicent symbol atau proposition ( proposisi) adalah tanda yang langsung meghubungkan objek melalui asiosiasi dalam otak, kalau seseorang mengatakan “ berdiri ” penafsiran kita akan langsung berasosiasi pada otak dan serta merasa kita berdiri. Padahal pada uangkapan itu yang kita kenal adalah kata, kata-kata kita gunakan membentuk kalimat , semuanya adalah proposisin yang mengandung kata makna yang berisiasi dalam otak. Otak secara otomatis dengan cepat menafsirkan proposisi itu.

3. Argumen yakni tanda yang merupakan kesamaan sesorang terhadap sesuatu yang berdasarkan alasan tertentu.

(30)

17

Saussure ( dalam Soubur, 2003:12) mengemukakan semiotik merupakan ilmu yang mengkaji mengenai kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat. Sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal atau aspek material (penanda) dan konsep mental ( pertanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas diluar dirinya.

Teori semiotika adalah suatu teori yang berguna untuk penghubung erat antara ilmu lingustik dan sastra dengan ilmu-ilmu seni ( Takari, 2009:50)

Beberapa pendapat di atas mengemukakan mengenai semiotik, penulis sendiri mengambil kesimpulan bahwa semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda dan mengkaji mengenai makna yang terkandung dari tanda- tanda tersebut yang dianggap sebagai fenomena sosial dan hubungan antara masyarakat dan budaya yang ada dalam suku .

Seperti tanda yang dimiliki didalam balai pada masyarakat Langkat memiiliki fungsi dan makna dalam setiap tanda tersebut seperti pulut kuning, ayam panggang, telor, inti, bunga kemuncuk, bendera dan tempat balai tersebut. Juga bagaimana tingkatan pada balai memiliki tanda didalamnya, adapun tingkatan pada balai adalah 3,5,7 dan 9 semakin tingginya balai makan semakin tinggi juga kedudukan pemiliknya

2.3 Balai

Balai atau sering juga disebut dengan pulut balai, balai memiliki empat kaki seperti meja disetiap tingkatanya ada yang 3,5,7 dan 9 tingkatan ini disesuaikan dengan tingkat kedudukan dan posisi pemilik balai. Adapun tingkat kedudukan dan posisi pemilik balai terdiri atas keturunan biasa dan keturunan

(31)

18

bangsawan tingkat balai meneunjukan strara sosisal penggunanya seperti raja-raja , keturunan raja, bagsawan dan rakyat biasa .

Kedudukan dan posisi pemilik balai dahulunya tingkat balai bagi masyarakat Melayu Langkat menunjukkan strata sosial penggunaannya. Raja–raja adalah seseorang yang bergelar sultan yang memimpin suatu daerah menggunakan balai tingkat sembilan, anak dan keturunan raja adalah anak kandung, cucu, cicit yang sedarah dengan sultan menggunakan balai yang bertingkat tujuh, para bagsawan kerajaan adalah seseorang yang bergelar tengku, syaid, raja, wan, datuk, daeng, kaja, dan encik (tuan). menggunakan balai yang bertingkat lima sedangkan untuk rakyat biasa menggunakan balai yang bertingkat tiga.

Setiap tingkat balai berisikan pulut yang sudah dimasak, balai untuk kalangan kerajaan dan bangsawan memiliki 2 macam warna yaitu balai kuning dan balai putih, akan tetapi pada zaman dahulu rakyat biasa hanya menggunakan balai berwarna pink, biru, merah, emas dan ungu namun zaman sekarang rakyat biasa juga bisa menggunakan balai kuning dan putih, balai kuning melambangkan kemuliaan dan kegembiraan warna kuning adalah warna kebesaran dan ciri khas dari orang Melayu balai kuning ini biasanya digunakan pada upacara perkawinan, menyambut tamu dan lain-lain. Sedangkan Balai putih melambangkan ketakwaan dan suci digunakan untuk upacara-upacara keagamaan, seperti khitanan (sunat rasul), khatam Al Qur‟an, naik haji dan lain-lain, pada setiap tingkatan balai ini diisi dengan pulut kuning atau putih sesuai kepentingan upacara yang dilaksanakan.

Pulut-pulut ini dimaknai juga sebagai bentuk kebersaman/ menjaga hubungan silatuhrahmi.

(32)

19

Setiap tingkat balai dihias dengan memacakkan bunga merawal yang ada disekeliling balai dan didalam tempat bunga merawal diletakan telur yang sudah direbus biasanya tempat ini terbuat dari kertas yang dibentuk-bentukbunga merawal dan telur dipacakkan ditingkat kedua sedangkan bendera dipacakkan pada tingkat ke tiga disekeliling balai. Tingkat balai, bunga kemuncak, bunga merawal, telur dan bendera yang di pacakkan di atas balai ini jumlahnya harus ganjil karena menurut masyarakat Melayu angka ganjil adalah angka yang baik dan angka ganjil dipercaya membawa keberuntungan, angka ganjil pada agama islam merupakan angka yang disukai Allah, kemudian dipuncak tingkat balai diletakkan seekor ayam panggang sebagai lambang pengorbanan, yang ditusuk dengan bunga puncak balai (kemucuk) jumlah bunga ini hanya satu dan paling besar diantara yang lain letaknya paling atas dan di tengah-tengah, di pucuk balai selalu diletakkan kelapa inti ( kelapa parut yang dimasak dengan gula aren).

Balai digunakan pada upacara sebagai berikut: sebagai lambang kebesaran dalam upacara perkawinan Melayu, balai ini biasanya digunakan pada masyarakat Melayu Langkat pada upacara perkawinan balai perempuan akan ditukarkan dengan balai laki-laki yang melambangkan menyatunya dua keluarga. Sebagai lambang kebesaran Melayu dalam upacara berkhitanan, balai ini digunakan sebagai lambang kesucian karena telah dikhitannya seorang anak laki-laki. Sebagai upah-upah untuk mengangkat anak, balai ini sebagai syarat agar anak itu bisa diangkat orang tua angkat biasanya anak diangkat karena sering sakit-sakitan tujuannya agar anak itu sembuh. Sebagai syarat perdamaian pada perselisihan besar sampai menumpahkan darah, apa bila ada warga antar desa yang berkelahi sampai menumpahkan darah sebagai syarat permohonan maaf balai ini digunakan. Sebagai nazar apabila

(33)

20

keluarga sembuh dari penyakit berat balai ini juga sebagai upah-upah semangat bagi orang yang telah sembuh dari sakit. Sebagai nazar ibu dan bapak pada anak yang pulang merantau jauh dan lama, apa bila ada anak yang telah merantau lama dan pulang dengan selamat maka balai ini sebagai upah-upah. hadiah seorang guru misalnya guru mengaji yang mengajar anak mengaji sampai khatam Al-Qur‟an balai ini digunakan agar guru mengaji dan murid semangat untuk belajar AL-Quran dan ilmu yang diperoleh dari AL-Quran dapat bermanfaat dan lengket selalu diingatan dan untuk naik haji balai adalah alat yang digunakan sebagai lambang kesucian karena akan berangkat ketanah suci Mekkah.

Semua balai yang digunakan pada upacara Melayu di atas penulis akan membahas tentang, balai diupacara perkawinan Melayu. Balai Melayu dipakai saat upacara perkawinan saat dilaksanakanya pertemuan kedua mempelailakai-laki dan perempuan, sebelum dilaksanan semua itu mempelai laki-laki harus melewati berbagai hempangterlebih dahulu sebelum bersanding dipelamian, tetapi pengantin perempuan duduk dipelaminan dan menunggu kedatangan mempelai laki-laki.

Tahap yang harus dilewati terlebih dahulu adalah hempang batang berupa sebatang pohon pisang kecil hempang ini berada dihalaman rumah yang membawa hempang batang adalah pemuda setempat dengan pencak silat dan berbalas pantun pria harus melewati sebuah kain panjang yang dibentangkan ke jalan oleh dua wanita dari pihak mempelai wanita, alat pembayarnya untuk melewati hempang batang menggunakan buah. Setelah itu tahap ke dua melewati hempang pintu dibawa oleh saudara laki-laki dengan menyerahkan uncang yang berisi uang logam dengan rasa gembira setelah melewati hempang pintu pengantin laki-laki berjalan diiringi dengan tari persembahan, setelah hempang pintu dibuka pengantin laki-laki

(34)

21

masuk kedalam rumah, tahap terakhir melewati hempang kipas yang dibawakan oleh dua orang wanita dari teman pengantin wanita. Saat ini balai digunakan dalam upacara pernikahan masyarakat Melayu Langkat balai menjadi pengiring melewati berbagai hempang balai adalah seserahan yang harus dibawa sebagai adat dan tradisi budaya melayu dalam upacara pernikahan.

Gambar 2: Balai

Sumber :https://gambarpulutbalai.com (22 juni 2017 )

(35)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriftif kualitatif. Penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif karena sangat tepat untuk menggambarkan / mendeskripsikan keadaan sebenarnya di lapangan. Penelitian deskriftif kualitatif menurut Surdayanto (dalam Swito 2004:1) menyatakan deskriftif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada fenomena yang secara empiris hidup pada penutur- penuturnya, sehingga dihasilkan berupa gambar yang bersifat uraian, gambaran seperti adanya penelitian ini.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian fungsi dan makna balai pada Masyarakat Melayu Langkat ini terletak didesa Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian terlebih dahulu penulis mempersiapkan instrument atau alat bantu penelitian, alat ini untuk mengumpulkan data dan mencatat serta menjawab pertanyaan penelitian. Adapun alat yang digunakan adalah tape recorder untuk rekaman suara dan kamera untuk dokumentasi gambar dan video, buku tulis serta pulpen untuk mencatat informasi.

(36)

23 3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Metode kepustakaan ( library research) yaitu dengan mencari data dan buku yang berhubungan dengan judul peroposal penelitian ini.

2. Metode observasi. yaitu penulis langsung kelapangan melakukan pengamatan terhadap kegiatan penelitian.

3. Metode wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan bertanya kepada informan dan masyarakat mengenai fungsi dan makna balai.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena untuk menyelesaikan suatu masalah adalah dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh seorang peneliti. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif menggambarkan tentang subjek penelitian berdasarkan informasi yang akurat dan sesuai dengan fakta yang ada. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam analisis data adalah:

1. Menulis data yang diperoleh dari lapangan.

2. Setelah data diperoleh diklarifikasikan sesuai dengan objek penelitian.

3. Setelah diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan objek penelitian.

4. Setelah data dianalisis, kemudian diolah dalam laporan penelitian sebagai bentuk pertangung jawaban terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan.

(37)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Bentuk dan Isi Balai pada Perkawinan Melayu Langkat

Balai dari zaman dalulu hingga sekarang digunakan sebagai lambang kebesaran, seni dan kebudayaan orang Melayu dalam upacara pernikahan, oleh karena itu balai memiliki fungsi dan makna didalamnya sehingga pemakaian dan isi di dalam balai tidak bole sembarangan karena dapat menggubah fungsi dan makna itu sendiri, balai adalah salah satu benda yang dianggap memiliki nilai adat serta seni dan budaya. Bagi masyarakat Melayu Langkat pemakaian balai pada upacara pernikahan merupakan suatu adat dan tradisi yang membudaya sejak dahulu kala hingga sekarang.

Dahulu hingga sekarang balai atau sering juga disebut pulut balai sangat berperan aktif dalam upacara pernikahan tidak akan berjalan sempurna apabila suatu pernikahan Melayu tidak menggunakan balai. Bagi masyarakat Melayu sampai saat ini balai tersebut masih dipertahankan dan dilestarikan hingga saat ini sesuai dengan ungkapan pantun Melayu tentang balai berikut ini :

Balai dibuat darilah kayu Bersegi empat bertingkat tiga Selalu dipakai puak Melayu Merupakan lambag Adat pusaka Bunga kemuncuk si bunga balai Leluhur ciptakan makna berangkai Bukan sekedar indah dan permai Falsafat hidup tidak ternilai

(38)

25 Bunga balai ibarat sipohon bunga Tumbuh subur dihalaman rumah Cabang ranting daun berbunga Berfungsi hidup rindang dan indah Balai pulut rukun terpadu

Merawal berpaji puak Melayu Bunga telur pembangun di tuju

Bunga kemucuk berhimpun hidup bersatu Demikian falsafat bunga kemuncuk Menurut adat istiadat puak Melayu Hakekat budaya tetap tegak

Pandangan leluhur zaman dahulu

Sumber : Yuscan ( 2001: 14-15 )

Pantun di atas dapat diketahui bahwa fungsi dan makna balai sangat penting karena balai merupakan lambang kebesaran Melayu dan budaya Melayu, balai bentuknya persegi empat dan tingkat balai Melayu selalu ganjil 3, 5, 7 dan 9 balai yang dipakai masyarakat Melayu Langkat pada acara pernikahan selalu menggunakan tingkat 3 berwarna kuning dan bentuknya bunga yang melambangkan keindahan dan kesuburan. Balai disusun sesuai dengan urutanya yang pertama memasukan pulut kuning dengan menyusun daun pisang mengelilingi pulut agar pulut tidak berserak keluar, kedua masukan inti , ketiga ayam panggang diletakan paling atas, keempat bunga kemuncak dipacakan paling pertama dintara bunga- bunga lain pas ditengah-tengah ayam panggang, kelima bunga telur dipacakan pada tingkat kedua balai dan mangko/ tempat telur diisi dengan telur yang sudah direbus, keenam bendera/ merawal dipacakan pada tingkat ketiga balai

(39)

26 Gambar 3: Balai Lengkap

Sumber : Informan ( 16April 2017 )

Tetapi ada juga masyarakat yang menggunakan balai yang bentuknya hewan seperti balai burung merak di bawah ini lambang tumbuhan yang identik dengan kesuburan atau pohon disini sudah hilang karena sudah digantikan dengan lambang binatang yang didalam balai Melayu tidak sesuai dengan makna aslihnya.

(40)

27 Gambar 4: Balai bentuk burung merak

Sumber : Informan ( 25 Maret 2017 )

Masyarakat Melayu pada zaman dahulu hanya menggunakan balai berwarna warni seperti warna pink, biru, hijau, emas dan ungu. Untuk rakyat biasa dahulu tidak menggunakan balai warna kuning, akan tetapi pada saat ini tidak ada lagi perbedan pemakain warna balai pada masyarakat Melayu saat ini bole menggunakan balai berwarna apa saja termasuk warna kuning, tetapi saat ini masyarakat Melayu lebih sering mengunakan balai warna kuning di setiap upacara pernikahan akan tetapi masih ada juga masyarakat Melayu yang menggunakan balai selain warna kuning.

(41)

28 Gambar 5: Balai warna pink

Sumber : Informan ( 8 April 2017 )

Gambar 6 : Balai warna emas

Sumber : Informan ( 25 Maret 2017 )

(42)

29

Ada juga balai yang berwarna putih biasnya hanya dipakai untuk acara sunatan, naik haji dan khatam AL-Qurr'an balai ini tidak perna dipakai untuk upacara pernikahan Melayu, pada balai ini hanya berbeda warna bunga balai dan warna pulutnya saja tetapi isi dari balai tersebut sama semuanya berwarna putih yang melambangkan kesucian. Fungsi dan makna balai pada upacara adat Melayu berbeda-beda walaupun sama-sama balai Melayu tetapi disetiap upacara pasti memiliki perbedan fungsi dan makna di dalamnya.

Gambar 7 :Balai warna putih

Sumber : Informan ( 21 Juli 2017 ) Balai untuk sultan dan bagsawan berbeda dengan balai untuk masyarakat biasa bedanya terlihat dari tingkat karena semakin tinggi balai maka semakin tinggilah kedudukan pemilik balai dan besarnya balai juga berbeda tetapi isi

(43)

30

didalamnya sama serta fungsi dan maknaya juga sama, tetapi pemakaian balai yang terlalu tinggi sekarang sudah jarang dipakai lebih sering menggunakan tingkat tiga.

Gambar 8 : Balai bangsawan.

Sumber :www. Gambar pulut balai.com ( 22 juli 2017 )

Gambar 9 :Balai para Sultan

Sumber : Informan ( 31 Maret 2017 )

(44)

31

Balai selalu digunakan pada acara pernikahan masyarakat Melayu baik zaman dahulu hingga zaman sekarang balai masih sama fungsi dan maknanya tetapi ada juga isi dari balai itu yang ditukar sehinga hilang makna dari isi itu seperti ayam bakar menjadi ayam goreng atau daging rendang.

Isi balai ialah pulut kuning, inti, ayam panggang dan telur ayam. Pulut kuning dan inti diletakan pada balai tidak dibungkus atau dipisah harus disatukan karena memiliki makna menyatukan suatu keluarga atau memiliki hubungan yang erat, di dalam pulut dan inti itu jika dibungku maka makna menyatukan suatu keluarga itu akan hilang. Ada juga masyarakat Melayu yang membungkus pulut dan inti itu dengan alasan agar tidak kotor akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa makna di dalamnya akan hilang seperti gambar di bawah ini.

Gambar10 : Pulut kuning yang dibungkus

Sumber : Informan ( 6 Mei 2017 )

(45)

32 Gambar 11:Inti yang dibungkus.

Sumber: Informan ( 22 April 2017 ) Balai pada upacara pernikahan ini ibarat sebuah rumah yang legkap dengan atap, dinding, tiang dan pagar juga ada keluarga didalamya yang saling melengkapi satu sama lain, di upacara pernikahan balai ini biasnya dibawa oleh laki-laki dikarena balai ini berat dan akan dibawa atau diangkat dengan waktu yang cukup lama untuk melewati berbagai hempang lalu balai itu ditukar antara balai laki-laki dengan balai perempuan. Pulut balai yang dibawa kedua keluarga mempelai saat upacara pernikahan dipelaminan balai dingkat dan disembahkan kepada mempelai pengantin dan pulut kuning, telor beserta ayam pangganya disuapi kepada keduanya.Biasanya yang menpancakkan bunga kemuncuk adalah seorang wanita yang ingin segera menikah supaya harapanya agar wanita tersebut dapat menyusul untuk menikah.

(46)

33 Gambar12 : Balai yang dibawa laki-laki

Sumber : Informan ( 2 5 Maret 2017 )

4.2 Pergeseran Budaya pada Balai Perkawian Melayu Langkat 1. Perubahan pada bentuk dan warna balai.

Pada gambar diatas sudah terlihat bagaima balai secara utuh dengan yang sudah berubah perubahan tersebut bisa dilihat pada bunga kemuncak dan bunga telur, bisanya balai yang digunakan berunsur tumbuhan tetapi saat ini masyarakat Melayu ada yang mengunakan bunga balai yang berbentuk hewan seperti contohnya burung merak, disini sudah terlihat bahwa hilanya makna kesuburan pada tumbuhan

(47)

34

yang ada dibunga kemuncak dan bunga telur. Bendera ( Merawal / panji ) juga sudah berubah biasnya merawal pada balai itu persegi tiga yang melambangkan bendera Melayu sekarang sudah diganti dengan bendera yg tidak tau apa bentunya disini juga sudah hilangnya makna dan simbol pada merawal tersebut .

( Bunga balai benar ) ( Bunga bali burung merak )

( bendera merawal ) ( bendera yang sudah berubah bentuk )

Warna pada balai pernikahan Melayu juga sudah ada perubahan pada zaman dahulu balai untuk masyarakat biasa hanya menggunakan balai yang berwarna warni seperti warna pink, merah, emas dan lain-lain balai yang berwarna kuning hanya digunakan untuk kalangan raja dan bagsawan akan tetapi saat ini masyarakat biasa banyak yang

(48)

35

menggunakan balai berwarna kuning disini suda terlihat tidak ada lagi perbedan kasta yang dilambangkan pada warna disaat penggunan balai perkawina Melayu, masyarakat biasa sudah bisa menggunakan balai berwarna kuning.

2. Perubahan pada isi balai.

Saat ini sudah banyak perubahan isi pada balai, perubahan pada isi balai terlihat pada ayam panggang digantikan dengan daging rendang dan ayam goreng, ayam panggang kaki dan kepalanya dibuang yang bermakna pengorbana jika digantikan dengan daging rendang dan ayam goreng sudah terlihat perbedannya dan makna ayam panggang tersebut sudah hilang. Perubahan isi balai terlihat pada pulut dan inti biasnya pulut dan inti diletakan pada balai secara langsung yag bermakna menyatunya suatu ikatan kekeluargaan. Pulut dan inti tidak dibungkus secara terpisah-pisah, makna pulut dan inti yang diletakan secara langsung akan hilang jika pulut dan inti dibungkus-bungkus karena pulut dan inti tidak boleh dipisakan pada balai.

( Ayam panggang )

(49)

36

( Ayam goreng dan daging rendang )

( pulut dan inti yang menyatu )

( pulut dan inti yang dibungkus )

(50)

37

4.3 Fungsi Balai pada Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat

Fungsi adalah suatu kegunaan yang dapat diambil dalam melakukansesuatu.Fungsi balai didesa Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara memiliki pengaruh dalam upacara pernikahan, pengaruh ini merupakan suatu kepercayaan dan fungsi balai sebagai lambang kebesaran, kesenian, adat, tradisi dan kebudayan adalah sebagai berikut:

4.3.1 Fungsi Khusus Balai.

1. Bunga kemuncak

Bunga kemuncak adalah bagian yang paling menarik dari seluruh bagian balai karena bentuknya yang mekar juga berada dibagian paling atas balai dan berdiri tegak paling besar diantara bunga-bunga lain adapun fungsi bunga ini adalah memperindah balai karena bunga bersifat indah warna kuning yang mencolok sebagai salah satu dari daya tarik bunga balai ini.

2. Tingkat Alas dan Kaki Balai.

Tingkat balai pada upacara pernikahan rakyat biasa memiliki tingkat tiga dan dengan memiliki empat kaki fungsi dari tingkat ini adalah agar terlihat perbedaan kedudukan seseorang pemilik balaisedangkan kakinya ada empat agar balai dapat berdiri tegak dan tidak jatuh jiha diberdirikan.

3. Bunga Telur dan Tempat Telur.

Bunga telur dan tempat telur bagian yang tidak terpisahkan keduanya selalu menyatu, jumlah bunga telur dan tempat telur selalu ganjil tidak perna genap bunga telur dan tampat telur yang diisi dengan telur rebus ini selalu dibawa pulang oleh tamu undangan yang berfungsi menunjukan rasa bahagia walupun

(51)

38

hanya telur rebus saja. Tempat telur ini dibuat seperti mangko yang digantung pada bunga telur fungsinya agar telur yang diletakan pada tampat telur tidak jatuh.

4. Merawal (Bendara dan Panji)

Merawal atau sering disebut panji, merawal yang berbentu persegi tiga dengan ujung batang tertancap pada pulut mengelilingi balai merawal jumlahnya ganji, fungsi merawal adalah sebagai lambag bendera Melayu yang melambangkan kehormatan dan mulia.

5. Ukiran pada Balai dan Kaki Balai

Ukiran atau seni ukir merupakan sesuatu keindahan yang dibuat pada dasar kayu pada tempat balai.Kayu yang digunakan untuk ukiran balai dan kaki balai adalah kayu pule karena testur lunak berwarna kuning keputihan cocok dijadikan sebagai tempat dan kaki balai. Ukiran yang ada didalamnya memilik simbolikdigambarkan dengan pucuk rebung, buah nanas dan garis-garis vertikal.Fungsi simbolik adalah sebagai hiasan yang mengandung simbol-simbol tertentu yang berhubungan dengan spiritual. Oleh karena memiliki nilai dan makna

6. Daun Pisang Yang Mengelilingi Balai

Daun pisang bentuk segitiga disusun mengelilingi balai sebelum memasukan pulut kuning dan inti kedalam tempat balai, daun pisang mudah didapat dan gampang untuk dibentuk.Fungsi daun pisang ini agar pulut dan inti tidak jatuh dan berserak ketika dimasukuan pada balai juga membuat lebih rapi.

7. Batang Pisang

(52)

39

Batang pisang diletakan telebih dahulu pada tempat balai sebelum yang lainya disusun, batang pisang memiliki testurnya yang lembut tetapi kokoh jika ditusukan lidih atau bambu, batang pisang juga mudah didapat sama dengan daun pisang. Fungsi batang pisang ini adalah sebagai tempat berpacakknya bunga kemuncak, bunga telur dan merawal agar semuanya bisa berdiri tegak dan tidak jatuh juga kokoh saat diangkat.

8. Lidi dan bambu

Lidi dan bambu digunakan sebagai batang bunga kemuncak, bunga telur dan merawal lidi dan bambu ini dililit kertas atau pita agar terlihat cantik dan rapi, fungsi dari lidi dan bambu ini adalah sebagai batang yang akan ditusukanpada pulut dan batang pisang agar dapat berdirih tegak dan kokoh.

9. Pulut Kuning dan Inti

Pulut kuning dan inti selalu diletakan menyatu tidak dipisah, pulut kuning memiliki testur yang lengker dan inti memili rasa yang manis. Adapun fungsi pulut kuning dan inti adalah sebagai pelengket dan pemanis suatu hubungan kekeluargaan kedua mempelai pengantin juga melekatkan hubungan suami istri yang baru menikah dan sebagai simbol kesukuran juga tanda terimakasih keluarga tuan rumah kepada tamu .

10. Ayam Panggang

Ayam panggang yang digunakan adalah ayam kampung atau ayam eropa ayam yang dipanggang buang bagian kepala, kaki ayam dan dibelah dua tetapi tidak sampai pisah dari bagian leher sampai paha tetap menyatu. Fungsi dari ayam panggang adalah sebagai suatu lambang pengorbanan.

11. Telur ayam

(53)

40

Telur ayam ini direbus sampai matang tidak setenga matang dan tidak boleh didadar atau mata sapi harus utuh telur itu mulai dari kulit, putih telur dan kuning telur cara memakanya juga membutukan peroses dengan cara membuka kulit telur terlebuh dahulu baru bisa dimakan,fungsi dari telor ialah harapan pengantin supaya segera mendapat keturunan yang baik dan rasa sukur.

4.3.2 Fungsi Umum Balai 1. Balai Secara Utuh

Balai setelah disusun lengkap mulai dari bunga kemuncak, bunga telur, merawal, pulut, inti, ayam panggang dan telur disusun rapih sesuai aturanya. Fungsi balai adalah sebagai seni yang dipertontonkan saat upacara pernikahan karena balai ini indah dengan warna yang cerah dan bermakna kesuburan karena melambangkan simbol tanaman atau bunga yang tumbuh subur.

2. Pulut, Inti, Telor Dan Ayam panggang disuapkan Kepada Kedua Mempelai Di Atas Pelaminan.

Adapun fungsi pulut, inti, telor, dan ayam disuapkan kepada kedua mempelai di atas pelaminan adalah agar keduanya dapat merasakan kesedihan, kesususahan dan kebahagian satu sama lain karena mereka sudah menyatu setelah ikatan pernikahan.

3. Penukaran Balai Laki-Laki Dan Perempuan

Adapun fungsipenukaran balai antara balai lakai-laki dengan balai perempuan berfungsi sebagai penyatuan dua keluarga karena pernikahan bukan hanya menyatukan dua orang saja tetapi penyatuan dua keluarga besar yang sebelumnya

(54)

41

tidak saling kenal, balai ini berfungsi sebagai lambang pengerat hubungan kekeluargan.

4. Sebagai Pelestarian Adat Dan Seni

Balai merupakan salah satu kekayan khazana budaya lokal yang perlu sekali dilestarikan dan dijaga keaslianya sebagai ciri kebudayan lokal suatu daerah, saat balai diletakan antara pengantin ini berfungsi seni yang dilihat orang bayak karena balai ini indah untuk dilihat.

5. Balai Sebagai Lambang Kebesaran Melayu

Balai merupakan salah satu lambang kebesaran orang Melayu jika pada zaman dahulu semakin tinggi tingkat balai maka semakin tinggi juga kedudukan pemilik balai, tetapi saat ini sudah jarang yang menggunakan balai terlalu tinggi kebanyakan tingkat tiga saja fungsinya mengetahui kedudukan balai terlihat dari tingginya tingkat balai.

6. Seserahan yang dibawa Untuk Melewati Berbagai Hempang

Balai ini selalu ada saat melewati hempang yang merupakan suatu tradisi Melayu sebelum mempelai laki-laki bertemu dengan mempelai prempuan harus melewati semua hempang salah satu seserahan yang dibawa dan ada selalu disamping memepeli laki-laki adalah balai, balai ini dibawa oleh laki-laki karena berat dan waktu mengankatnya cukup lama, lalu balai itu ditukar dengan balai peremuan yang menunggu dipelaminan yang fungsinya memiliki arti telah bersatunya dua keluarga.

7. Nilai Pendidikan Ketuhanan

Nilai pendidikan ketuhanan merupakan nilai yang paling penting dimiliki manusia, manusia diciptakan agar bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini

Gambar

Gambar 9 :Balai para Sultan
Gambar 15 : Kaki balai
Gambar 17 :  Merawal ( Bendera / panji )
Gambar 19 : ukiran pada kaki
+6

Referensi

Dokumen terkait

AMRULLAH HANAFIE, MM MAKASSAR, 2 Februari 2015 KEPALA BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT. DEVY KHADDAFI, S.E Pangkat:

Nilai t hitung untuk perilaku kepemimpinan (PK) dan komitmen organisasi (KO), lebih besar dari nilai t tabel , maka Ho ditolak, berarti dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

Pokja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bima pada saat Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi penyedia jasa diharuskan untuk membawa

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah Direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa Demikian untuk maklum.. Dto POKJA

Rujukan Surat penetapan pemenang Pelelangan Umum nomor:B/10.13/V/2015/Ro Sarpras tanggal 22 Mei 2015 tentang Penetapan pemenang paket pekerjaan Pengadaan Kapor Polri Tutup

NIDN/NAMA DOSEN/BID ILMU JAFUNG/GOLRU/TMMD PEND./UMUR/MK GRUP KETERANGAN CATATAN SISTEM PENGUSULAN.. 60 - 60 - Sistem Sertifikasi Pendidik untuk Dosen

NIDN/NAMA DOSEN/BID ILMU JAFUNG/GOLRU/TMMD PEND./UMUR/MK GRUP KETERANGAN CATATAN SISTEM PENGUSULAN.. 60 - 60 - Sistem Sertifikasi Pendidik untuk Dosen

Dengan inI kami mengundang Saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Pekerjaan Konsultan dengan Sistem Seleksi Sederhana untuk :. Pengawasan