SKRIPSI
PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN DI PROVINSI ACEH
OLEH
AYA MARISSA DESIANTI 110503107
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas,benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 19 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan,
ii ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh.
Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 9 kabupaten setiap tahunnya dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan dari periode 2006 sampai dengan 2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, diperoleh dari website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Penelitian ini melakukan pengujian regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum uji t dan uji f padalevel signifikansi 5% (α =0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal, sedangkan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.
iii ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the sifgnficant effect of local taxes and local retributions toward the capital expenditure in Province of Aceh.
The design research in this minithesis is using causal associative design, with nine districts as the sample each year of the 18 districts in Aceh Province. This research was conducted from the period 2006 -2013. This research utilizes secondary data. The data are taken from the official website of Financial Ministry of the Republic Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). This research is using multiple linear regression with bring about classical assumption test before t - test and f - test on 5% level of significant (α=0,05).
The result of this research show that in partial, Local Taxes have a positive significant impact to Capital Expenditure, Local Retributions have a positive impact but not significant to Capital Expenditure, and as simultan, Local Taxes and Local Retributions have a positive significant impact to the Capital Expenditure.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat,
rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tersayang yang telah
memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Teruntuk Ibunda Neneng Suharni dan Ayahanda Muhammad Azhari
yang telah memberikan kasih sayang penuh kepada penulis, kepada kakak tercinta
Ayu Priska Anggraini yang tak pernah berhenti memberikan semangat kepada
penulis, dan dua orang adik Winda Dessy Qatrunnada dan Muhammad Fariz
Adura.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
v
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu
Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis melalui kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku
Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis dalam konsultasi
akademik selama masa perkuliahan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi
yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan kepada
penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas
Sumatera Utara stambuk 2011. Seluruh pihak yang tiada henti
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya Hashifah Anisah, Sanita Diaz, Shahira Nadira Arsya, Beatrix
Pardede, Ketrin Aprila dan Bang T. Qivi Hady Daholi, serta kepada pihak
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
vi
Tak ada yang sempurna, demikian juga dalam penulisan skripsi ini, hal ini
semata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis, saran dan
kritik tentu akan sangat membantu. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun pihak lain.
Medan, 19 Maret 2015 Penulis,
vii DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……… ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ………..……….…… vii
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR GAMBAR ……….……….. x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan 5 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian …..…... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ……… 7
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah ……..….….. 7
2.1.2 Pajak Daerah ………..…… 8
A. Pengertian Pajak Daerah …………. 8
B. Jenis-Jenis Pajak Daerah …………... 9
C. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten/Kota ……. 10
D. Subjek Pajak Kabupaten/Kota………. 12
E. Objek Pajak Kabupaten/Kota ……. 15
F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota ……. 17
2.1.3 Retribusi Daerah ………. 18
A. Pengertian Retribusi Daerah ……. 18
B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah ……. 19
C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi daerah …..………… 21
D. Objek Retribusi Daerah ………. 22
E. Tarif Retribusi Daerah ………. 23
2.1.4 Belanja ……….…… 24
A.Pengertian Belanja Daerah ………..…… 24
B. Klasifikasi Belanja………. 25
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 28
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ……….…… 31
2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian …… 31
2.3.2 Hipotesis Penelitian ……….… 32
viii
3.2 Populasi dan Sampel ………..…. 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ………... 35
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel … 35 3.5 Metode Pengumpulan Data ……… 36
3.6 Metode Analisis Data ……… 36
3.7 Jadwal Penelitian ……… 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Data Penelitian ……… 45
4.2 Analisis Hasil Penelitian ……… 47
1. Statistik Deskriptif ………. 47
2. Pengujian Asumsi Klasik ………. 48
3. Analisis Regresi ……….. 55
4. Pengujian Hipotesis ……… 56
4.3 Pembahasan Hasil Analisis ……….. 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 62
5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 62
5.3 Saran ……….. 63
DAFTAR PUSTAKA ………. 65
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ……... 28
Tabel 3.1 Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh 33 Tabel 3.2 Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh ……… 35
Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran ….……….. 36
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ………... 44
Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten Sampel ….………. 46
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ……….…. 47
Tabel 4.3 Uji Normalitas ………..…………. 49
Tabel 4.4 Uji Normalitas Setelah Transformasi ……… 50
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas ……….…….. 53
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ……… 55
Tabel 4.7 Hasil Analisis regresi ……… 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) ……… 58
Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (F-Test) ……… 59
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………. 31
Gambar 4.1 Uji Normalitas P-Plot ………. 51
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Pemerintahan Kabupaten
Sampel……… 67
Lampiran 2 Realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh
Tahun 2006 – 2013 ………. 68
Lampiran 3 Hasil Pengujian Regresi Linier
ii ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh.
Desain penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan desain asosiatif kausal, dengan jumlah sampel sebanyak 9 kabupaten setiap tahunnya dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan dari periode 2006 sampai dengan 2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, diperoleh dari website resmi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). Penelitian ini melakukan pengujian regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum uji t dan uji f padalevel signifikansi 5% (α =0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal, sedangkan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal.
iii ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the sifgnficant effect of local taxes and local retributions toward the capital expenditure in Province of Aceh.
The design research in this minithesis is using causal associative design, with nine districts as the sample each year of the 18 districts in Aceh Province. This research was conducted from the period 2006 -2013. This research utilizes secondary data. The data are taken from the official website of Financial Ministry of the Republic Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id). This research is using multiple linear regression with bring about classical assumption test before t - test and f - test on 5% level of significant (α=0,05).
The result of this research show that in partial, Local Taxes have a positive significant impact to Capital Expenditure, Local Retributions have a positive impact but not significant to Capital Expenditure, and as simultan, Local Taxes and Local Retributions have a positive significant impact to the Capital Expenditure.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tahun 1999, Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem
pemerintahan yang bersifat desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era
otonomi daerah. Kebijaksanaan otonomi daerah di Indonesia dirumuskan dalam
Undang - Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi
dengan Undang - Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 12 Tahun
2008 serta dirumuskan pula dalam Undang - Undang No.25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah direvisi
dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Kedua undang-undang di bidang
otonomi daerah tersebut telah menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam
wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah.
Otonomi daerah secara efektif mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2001.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah ini artinya pemerintah pusat
memberikan hak dan tanggung jawab yang lebih besar kepada pemerintah daerah
untuk mengurus rumah tangga nya sendiri baik dari sektor keuangan maupun dari
sektor nonkeuangan. Dalam hal mengelola keuangan daerah, daerah dituntut
untuk mencari sendiri sumber penerimaannya guna membiayai pengeluaran
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.
Pemberian otonomi daerah ini juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,
2
Tujuan awal pelaksanaan otonomi adalah mewujudkan Kapasitas Fiskal
Daerah yang kuat dalam mendukung terciptanya kemandirian daerah. Gambaran
citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui melalui
seberapa besar kemampuan sumber daya keuangan daerah tersebut mampu
membangun daerahnya. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan
Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008,
sumber pendapatan daerah terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana perimbangan
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan Pemerintah
Daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang
dimiliki. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Asli
Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pad yang sah.
Pemungutan pajak dan retribusi daerah haruslah dipahami masyarakat
bahwa pemungutan tersebut merupakan sumber penerimaan bagi daerah yang
3
Peraturan pajak daerah dan retribusi daerah tertuang di dalam Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah sebagai ganti
Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Undang-Undang tersebut menyebutkan daerah
diberi kewenangan untuk memungut 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi
dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang berpengaruh
dalam pembiayaan penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan daerah
sehingga dapat memantapkan perwujudan otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya
disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dalam UU
tersebut disebutkan objek retribusi adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan
4
Hasil penerimaan pajak dan retribusi dalam membiayai belanja daerah
diakui belum optimal dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan
kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Oleh
karena itu, setiap daerah harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat
meningkatkan sumber penerimaan dengan memanfaatkan potensi daerah yang
dimilikinya sehingga tujuan otonomi daerah dapat tercapai.
Terkait dengan hal ini, Zulkautsar (2014) melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap pembangunan daerah baik secara parsial maupun
simultan pada Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini
adalah secara parsial pajak daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap belanja modal, secara parsial retribusi daerah juga tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal, dan secara simultan pajak
daerah dan retribusi daerah secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap belanja modal.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan variabel independen yang sama dengan
penelitian sebelumnya yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, dan menggunakan
variabel dependen yang sama pula yaitu belanja modal namun dengan tempat dan
waktu penelitian yang berbeda sehingga akan menghasilkan penelitian yang
5
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan baik secara parsial
maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten di Provinsi Aceh?” 1.2.2 Batasan Permasalahan
a. Batasan aspek penelitian ini adalah terhadap akutansi keuangan
daerah, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah dan retribusi
daerah dibandingkan dengan realisasi belanja modal daerah.
b. Batasan waktu penelitian meliputi tahun 2006 - 2013.
c. Objek penelitian ini adalah pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi
Aceh.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui
pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah baik secara parsial
maupun simultan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah
6
1.3.2 Manfaat Peneltian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan
khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten di
Provinsi Aceh.
2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah, untuk memberikan
sumbangan informasi tentang pengelolaan keuangan daerah
sehingga dapat mengoptimalkan potensi daerah.
3. Bagi Calon Peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang
melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap belanja modal sehingga hasilnya
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002 : 132), ”Pendapatan Asli Daerah
adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Menurut Halim (2004 : 67):
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh
dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:
a. Pajak Daerah;
8
c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.
2.1.2 Pajak Daerah
A. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Siahaan (2005:7):
Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Menurut Prakosa (2003 : 1):
Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang
selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
9
B. Jenis – Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi
atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak
berdasarkan undang– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
10
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
C. Jenis Pajak Kabupaten/Kota
a) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahat
an termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
b) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa boga/katering.
c) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
11
badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau
dinikmati oleh umum.
e) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral
bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
g) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah
keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
i) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung
12
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak
atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau
laut.
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.
D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota
Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak
daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
13
pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak
tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota
berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:
1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan
yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
2) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib
Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Restoran.
3) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang
menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
4) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.
5) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak
Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik
disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan
14
6) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang
pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil
Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir
adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat Parkir.
8) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah.
9) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet
adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.
10) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh
15
memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
11) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan
yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
E. Objek Pajak Kabupaten/Kota
Menurut Siahaan (2005 : 55). ”Untuk dapat mengenakan pajak, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya
objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada
dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand
(keadaan yang nyata).”
Objek pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009 adalah:
1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
16
2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran.
3) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan
dengan dipungut bayaran.
4) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.
Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya
;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.
5) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh
dari sumber lain.
6) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan
17
7) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
8) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.
9) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.
10) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
11) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota
Menurut Prakosa (2003:8),” Tarif pajak merupakan alat
ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak. Secara Teoritis terdapat empat macam tarif
pajak,yaitu: tarif proporsional, tarif progresif, tarif degresif, dan
18
Tarif pajak kabupaten/kota menurut UU No. 28 Tahun
2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:
a. Tarif Pajak Hotel 10%
b. Tarif Pajak Restoran 10%
c. Tarif Pajak Hiburan 35%
d. Tarif Pajak Reklame 25%
e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10%
f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25%
g. Tarif Pajak Parkir 30%
h. Tarif Pajak Air Tanah 20%
i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10%
j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
0,3%
k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
2.1.3 Retribusi Daerah
A. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Siahaan (2005 : 5), ”Retribusi Daerah adalah
Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa
tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
perorangan”.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi
19
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah:
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,
retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi
penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah
cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan
20
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada
dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian
kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi
tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir,
retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah
potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi
penjualan produksi usaha daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin
21
beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi
izin usaha perikanan.
C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek
retribusi daerah danwajib retribusi daerah adalah:
a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau
Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum
yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Jasa Umum.
b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Jasa Usaha.
c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau
Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah
Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang
22
perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Perizinan Tertentu.
D. Objek Retribusi Daerah
Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No.
28 Tahun 2009,yaitu:
1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau Badan.
2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi:
- pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;
dan/atau
- pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan
perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
23
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
E. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah
Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung
berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat
penggunaan jasa.
Dalam Siahaan (2005:448), “tingkat penggunaan jasa dapat
dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi
beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang
bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa
kali/berapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.
Menurut Siahaan (2005:449),”Tarif retribusi adalah nilai
rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung
besarnya retribusi daerah yang terutang”.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip
dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian
24
b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif
Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak.
c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan.
2.1.4 Belanja
A. Pengertian Belanja Daerah
Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun
2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan
sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
25
B. Klasifikasi Belanja
Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor
71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk
tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:
1. Belanja operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek.
Belanja operasi meliputi:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Bunga
d. Subsidi
e. Hibah
f. Bantuan sosial
2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar
harga beli/ bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/pembangunan asset sampai asset tersebut siap
26
Belanja modal terdiri dari:
a. Belanja modal tanah
b. Belanja modal peralatan dan mesin
c. Belanja modal gedung dan bangunan
d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
e. Belanja modal asset tetap lainnya
f. Belanja asset lainnya (asset tak berwujud)
3. Belanja lain-lain/belanja tak terduga
Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran
anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat/daerah.
4. Belanja transfer
Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas
pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah
seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi
kekabupaten/kota serta dana bagi hasildari kabupaten/kota ke desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
27
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua,
belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung
terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
2. Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan
tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis
belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan
28
[image:42.595.118.511.165.755.2]2.2 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
1. Rolan Pakpahan (2009) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah
Dependen:
1. Belanja Daerah
29 dan retribusi daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Daerah.
2. Agave Sianturi (2010) Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi
Daerah
Dependen
1. Belanja Modal
30
terhadap belanja modal.
3. Zulkautsar (2014)
Pengaruh Pajak daerah dan retribusi Daerah terhadap Pembangunan Daerah melalui Belanja Modal pada Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah
Dependen: 1. Belanja Modal
1.Secara Parsial Pajak Daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal 2. Secara Parsial Retribusi Daerah juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal 3. Secara Simultan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Sampel penelitian pada penelitian ini yakni pada sembilan kabupaten di
Provinsi Aceh.
2. Tahun Penelitian pada penelitian ini adalah enam tahun anggaran, mulai
31
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan
dua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu
variabel dependen yaitu belanja modal.
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:
H1
H3
[image:45.595.117.514.377.608.2]H2
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
Pajak Daerah
(X1)
Retribusi Daerah
(X2)
Belanja Modal
32 2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011 : 42) “Hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,disangkal atau
diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena.
Hipotesis dalan penelitian kuantitatif bertujuan untuk:
1. Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional
2. Menyatakan variabel-variabel penelitian
3. Sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data
4. Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja
Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja
Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh
H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama
berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada
33 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Menurut Sangadji dan
Sopiah (2010:30), “penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antaradua variabel atau lebih”. Menurut Umar (2003:30)
“desain kausal berguna untuk mengukur hubungan – hubungan antar variabel riset
atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain”. Jadi penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang menjelaskan
hubungan sebab dan akibat dua variabel atau lebih untuk menganalisis bagaimana
suatu variable mempengaruhi variabel lainnya.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:185), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”. Populasi pada penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD pada
pemerintah kabupaten di Provinsi Aceh dari tahun 2006-2013. Pada Povinsi Aceh
[image:47.595.114.510.616.753.2]terdapat 18 Kabupaten.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh
No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten
1. Kabupaten Aceh Barat 10. Kabupaten Aceh Timur
2. Kabupaten Aceh Barat Daya 11. Kabupaten Aceh Utara
34
4. Kabupaten Aceh Jaya 13. Kabupaten Bireuen
5. Kabupaten Aceh Selatan 14. Kabupaten Gayo Lues
6. Kabupaten Aceh Singkil 15. Kabupaten Nagan Raya
7. Kabupaten Aceh Tamiang 16. Kabupaten Pidie
8. Kabupaten Aceh Tengah 17. Kabupaten Pidie Jaya
9. Kabupaten Aceh Tenggara 18. Kabupaten Simeulue
Sumber: Wikipedia
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:186), “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis sebagai kriteria
sampel adalah:
1. Kabupaten di Provinsi Aceh yang telah melaporkan Laporan Realisasi
APBD pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id).
2. Kabupaten di Provinsi Aceh yang telah menyerahkan Laporan
Realisasi APBD secara lengkap dan terus menerus dari tahun
35
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sampel yang digunakan adalah
[image:49.595.104.515.173.370.2]sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh
No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten
1. Kabupaten Aceh Utara 6. Kabupaten Aceh Barat Daya
2. Kabupaten Aceh Besar 7. Kabupaten Aceh Jaya
3. Kabupaten Aceh Barat 8. Kabupaten Nagan Raya
4. Kabupaten Bireuen 9. Kabupaten Aceh Selatan
5. Kabupaten Gayo Lues
Jumlah amatan adalah 72 (9 kabupaten x 8 tahun).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data ini telah dikumpulkan
oleh pihak lain sebelumnya. Pada penelitian ini data diperoleh dari situs
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia (http://www.djpk.kemenkeu.go.id) berupa data series keuangan tahun
2006-2013.
3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan defenisinya akan
36
Tabel 3.3
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Jenis
Variabel
Nama Variabel Defenisi Skala
Independen Pajak Daerah Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Rasio
Independen Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ata diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Rasio
Dependen Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Rasio
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan teknik
dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan data sekunder, mencatat, dan
mengolah data yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji asumsi
37
1) Uji Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Pengujian regresi linier berganda
dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu
lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara
normal, artinya bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejala autokorelasi,
dan gejala heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi
linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji
asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina (2011: 101),”tujuan uji normalitas adalah ingin
mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk
melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji
statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. “
Salah satu cara untuk menguji normalitas distribusi data dengan
menggunakan alat bantu SPSS yaitu menggunakan statistic nonparametric-
Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan
38
1) Jika Zhitung (Kolmogorov Smirnov) < Ztabel (1,96),
atau angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.
2) Jika Zhitung (Kolmogorov Smirnov) > Ztabel (1,96),
atau angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data
yang tidak normal, diantaranya:
1) Transformasi data ke bentuk lainnya
Pelanggaran asumsi normalitas biasanya disebabkan
bentuknya menceng (skew), sehingga untuk mengatasinya dapat
mengubah nilai atau mentransformasikan nilai ke dalam bentuk
log. Dengan mentransformasikan nilai-nilai observasi data ke
dalam bentuk log diharapkan dapat membentuk distribusi yang
normal.
2) Trimming
Trimming adalah membuang data yang outlier. Nilai outlier
bisa ditentukan dengan kriteria nilainya lebih kecil dari µ-2σ atau lebih besar dari µ+2σ. Metode ini juga mengecilkan sampelnya.
3) Winsorizing
Winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke
suatu nilai tertentu, menjadi nilai maksimum dan minimum yang
39
menjadi µ -2σ dan nilai observasi yang lebih besar µ+2σ akan diubah menjadi nilai µ+2σ.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variable independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidk terjadi korelasi di antara variable
independen.
Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dijelaskan berikut ini.
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
40
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untukmelihat apakah dalam suatu model
regresi linearada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kealahan pada periode t-1. Auto korelasi muncul karena observasi
yangberurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan lainnya.
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson. Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi
autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku
statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil
patokan:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi,
3) Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.
d. Uji Heteroskedasititas
Salah satu asumsi yang penting dari modelregresi linear adalah
varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya
hetereokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan datacross
section (silang waktu) daripada data time series.
Uji heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu
41
model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau
homokedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik
scattter plot antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar analisisnya:
1) Jika ada pola-pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas,
2) Jika tidak ada pola yang jelas atau titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
2) Pengujian Hipotesis
Model regresi linier berganda adalah model regresi yang memiliki lebih
dari satu variabel independen. Pada penelitian ini terdapat dua variabel
independen, yakni pajak daerah dan retribusi daerah. Model regresi linier
berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memiliki asumsi
normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik
multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
Persamaan regresi linier berganda yaitu :
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Keterangan :
Y = Indeks Pengungkapan,
X1 = Pajak Daerah,
42 α = Konstanta,
ε = error,
β1, β2 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.
a. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Untuk pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Hipotesis statistik yang
diajukan adalah :
H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:
1) H1 diterima apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
2) H1 ditolak apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.
b. Uji Simultan (F-test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan
membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikasi yang
43
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh
secara bersama-sama.
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis
adalah :
1) H1 diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,
2) H1 ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05
c. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisian korelasi dikatakan kuat apabila niali R lebih besar dari 0,5 atau
mendekati 1. Koefisian determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar
variabel dependen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0
sampai 1. Apabila R square mendekati satu maka variabel-variabel independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel
dependennya. Sebaliknya semakin kecil R square maka kemampuan variabel
44 3.7 Jadwal Penelitian
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar
1. Pengajuan proposal skripsi
2. Bimbingan proposal skripsi
3. Seminar proposal skripsi
4. Bimbingan dan penulisan skripsi
45 BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 DATA PENELITIAN
Aceh adalah sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera
dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Ibu kota Provinsi Aceh
adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Aceh
terletak antara 01o 58' 37,2" - 06o 04' 33,6" Lintang Utara dan 94o57' 57,6" -
98o 17' 13,2" Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas
permukaan laut. Batas wilayah Provinsi Aceh sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan Selat Malaka
Timur : berbatasan dengan Selat Malaka
Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara
Barat : berbatasan dengan Samudera Indonesia
Pada tahun 2012 Provinsi Aceh dibagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota,
terdiri dari 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong atau desa. Luas
Provinsi Aceh 5.677.081 ha, dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai
2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan lahan
46
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu: Suku Aceh, Suku Tamiang,
Suku Gayo, Suku Alas, Suku Kluet, Suku Julu, Suku Pakpak, Suku Aneuk Jamee,
Suku Sigulai, Suku Lekon, Suku Devayan, Suku Haloban, Suku Nias
Provinsi Aceh memiliki Sembilan lokasi suaka alam/objek wisata, yaitu
Taman Buru Linge Isaq, Cagar Alam Serbajadi, Taman Nasional Gunung Leuser,
Taman Wisata dan Taman Laut Pulau Weh Sabang, Cagar Alam Jantho, Hutan
untuk Latihan Gajah (PLG), Taman Wisata Laut Kepulauan
Banyak, dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus
terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten yang telah ditentukan sebagai
sampel. Adapun kabupaten yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan
pertimbangan yang ditentukan oleh penulis adalah sebanyak 9 sampel untuk setiap
[image:60.595.116.514.497.759.2]tahunnya. Kabupaten yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Pemerintahan Kabupaten Sampel
No. Nama Kabupaten Kriteria 1 Kriteria 2 Sampel
1. Kabupaten Aceh Barat √ √ Sampel 1
2. Kabupaten Aceh Barat Daya √ √ Sampel 2
3. Kabupaten Aceh Besar √ √ Sampel 3
4. Kabupaten Aceh Jaya √ √ Sampel 4
5. Kabupaten Aceh Selatan √ √ Sampel 5
6. Kabupaten Aceh Singkil √ x -
7. Kabupaten Aceh Tamiang √ x -
47
9. Kabupaten Aceh Tenggara √ x -
10. Kabupaten Aceh Timur √ x -
11. Kabupaten Aceh Utara √ √ Sampel 6
12. Kabupaten Bener Meriah √ x -
13. Kabupaten Bireuen √ √ Sampel 7
14. Kabupaten Gayo Lues √ √ Sampel 8
15. Kabupaten Nagan Raya √ √ Sampel 9
16. Kabupaten Pidie √ x -
17. Kabupaten Pidie Jaya √ x -
18. Kabupaten Simeulue √ x -
4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang
digunakan dalam penelitian. Berikut ini merupakan output SPSS yang
[image