• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Sumber daya Untuk menghasilkan barang barang dan jasa diperlukan

2.3 Kerangka Teoretik

2.3.1 Teori Struktur Naratif

Teori struktur naratif merupakan teori sastra dalam kelompok teori postrukturalisme. Teori ini digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama dalam rumusan permasalahan yaitu tentang bagaimanakah struktur naratif dalam ketiga novel Okky. Seymour Chatman bersama Genette, Prince, Culler, Barthes, Bakhtin, Hayden, Pratt, Lacan, Foucault, Lyotard, dan Baudrilard adalah tokoh- tokoh postrukturalisme naratologi (Ratna, 2004:252-290). Secara konseptual, kelompok teori ini masih berkaitan dengan teori strukturalisme yang berkembang sejak Aristoteles mengenalkan analisis struktur tragedi sebagai satu kesatuan yang utuh. Kemudian, mulai memisahkan bentuk dan substansi serta teks dan wacana. Menurut Ratna (2004:244-245) wacana sebagai cara berkata atau ucapan dimanifestasikan dalam keberagaman aktivitas sosial dan berfungsi menyampaikan berbagai informasi dalam suatu teks. Oleh karena itu, teori

struktur naratif tidak hanya memusatkan perhatian pada struktur bentuk narasi saja, melainkan juga pada substansi narasi tersebut dalam kehidupan manusia.

Chatman pada dasarnya membedakan teorinya sebagai teori postrukturalisme naratologi dengan strukturalisme naratologi pada suara narator dalam struktur transmisi narasi sebagai model komunikasi pengarang dengan pembacanya. Di dalam hal ini, Chatman (1986:140) menyatakan bahwa gagasan tentang pesan narasi mengandaikan konsep pengirim: “„Sender‟ is logically implicated by „message;‟ a sender is by definition built-in: inscribed or immanent in every message.”(Pengirim secara logis terlibat dengan 'pesan'; pengirim tertulis atau imanen dalam setiap pesan).

Di samping itu, di dalam aplikasi teori struktur naratif terdapat konsep hakikat teknik flashback dalam kajian strukturalisme dengan menghubungkannya pada siklus kehidupan manusia. Chatman (2009:31) mengutip pendapat Søren Kierkegaard yang menyatakan bahwa, “Life can only be understood backwards; but must be lived forwards.” (Hidup hanya dapat dipahami mundur, tetapi harus dijalani) dan pendapat Carlos Fuentes yang menyatakan, “What was yet to come would also be a memory.” (Apa yang belum datang akan menjadi kenangan.) Dengan demikian, plot setiap cerita bergerak mundur karena kehidupan manusia yang ditampilkan dalam realitas fiksi didasarkan pada realitas kehidupan manusia yang sebenarnya.

Di dalam konteks kajian ketiga novel Okky ini, bentuk dari isi (content) dan substansi dari isi cerita dalam konteks analisis novel berposisi sebagai unsur intrinsik dengan tiga unsur pembentuk, yakni plot yang ditentukan oleh tindakan

dan kejadian, karakter yang dapat ditentukan oleh struktur fisik, ras, dan relasi gender, dan latar yang ditentukan oleh struktur ruang-cerita dan waktu-cerita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chatman (1980:24-25) berikut ini.

The question is not “What does any given story mean?” but rather ”What does narrative itself (or narrativizing, a text) mean?” The signifiés or signifieds are exactly three –event, character, and detail of setting; the

signifiants or signifiers are those elements in the narrative statement (whatever the medium) that can stand for one of these three, thus any kind of physical or mental action for the first, any person (or, indeed, any entity that can be personalized) for the second, and any evocation of place for the third.

(Pertanyaannya bukan “Apa arti dari cerita tersebut?” melainkan “Apa arti dari narasi itu sendiri (atau penarasian suatu teks)?” Penanda atau yang ditandai terdiri dari tiga –kejadian, sifat, dan gambaran pelataran; penanda merupakan elemen-elemen dalam pernyataan narasi (apa pun mediumnya) yang dapat menjadi wakil salah satu dari ketiganya, meskipun itu jenis tindakan fisik atau mental, orang (atau, tentu saja, suatu entitas yang dapat dipersonalkan), yang kedua, dan setiap pembentukan tempat untuk yang ketiga.)

Di samping bentuk dari isi dan substansi dari isi sebagai komponen cerita dari narasi, teori struktur naratif Chatman menempatkan bentuk dari ungkapan dan substansi dari ungkapan sebagai komponen wacana narasi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Chatman (1980:22) berikut ini.

Narrative discourse, tha “how”, in turn divides into two subcomponents,

the narrative form itself –the structure of narrative transmission- and its manifestation- its appearance in a specific materializing medium, verbal, cinematic, balletic, musical, pantomimic, or whatever. Narrative transmission concerns the relation of time of story to recounting of story,

the source or authority for the story: narrative voice, “poin of voew,” and

the like. Naturally, the medium influences the transmission, but it is important for theory to distinguish the two.

(Wacana narasi, “bagaimana” membaginya ke dalam dua subkomponen, bentuk narasi itu sendiri –struktur transmisi narasi- dan manifestasinya – penampilannya dalam suatu medium materialisasi khusus, verbal, sinematis, balletis, musikal, pantomim, atau apa pun itu. Transmisi narasi memperhatikan hubungan waktu cerita dengan waktu penceritaan, sumber atau otoritas dari cerita: suara narasi, “sudut pandang,” dan kemiripannya.

Pada hakikatnya, medium mempengaruhi transmisi, tetapi hal ini penting bagi teori untuk membedakan keduanya.)

Berdasarkan penjelasan di atas, struktur naratif novel yang akan dideskripsikan dan dianalisis dalam kajian ketiga novel Okky ini terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah:

(1) Struktur plot, yakni struktur narasi novel yang didasarkan pada tindakan dan kejadian yang muncul dari orang, benda, dan berbagai substansi isi cerita. Struktur plot sebagai sebuah penceritaan pada hakikatnya terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian permulaan, pertengahan, dan bagian akhir suatu cerita. Struktur plot ini akan menentukan apakah cerita beralur maju atau beralur mundur. Oleh karena itu, sinopsis yang menggambarkan pergerakan tokoh harus dideskripsikan dengan cermat, sehingga dapat diidentifikasi perubahan arah berkaitan dengan karakter protagonis dalam menjalani kehidupannya. Menurut Chatman (1980:85), ”Aristotle distinguished between fortunate and

fatal plots, according to whether the protagonist‟s situation improved or

declined.” (Aristoteles membedakan antara alur yang fatal dan keberuntungan menurut apakah situasi protagonis meningkat atau menurun). Dengan demikian, pendeskripsian struktur plot tersebut dapat memperlihatkan protagonis yang sangat baik, tidak begitu jahat, atau luar biasa baiknya.

(2) Struktur fisik, ras, dan relasi gender, yakni struktur narasi novel yang mengungkapkan karakter pelaku cerita. Struktur relasi gender merupakan istilah yang mengacu kepada analisis penokohan dan karakteristik. Analisis ini lebih menekankan kepada hubungan antartokoh laki-laki dengan perempuan. Hubungan tersebut ditentukan oleh tindakan nyata tokoh cerita, baik dalam

pemunculan maupun peniruannya. Menurut Chatman (1980:108), “In the Greek, the emphasis is on action, not on the men performing the action […] Action comes first; it is the object of imitation.” (Dalam bahasa Yunani,

penekanan terdapat pada tindakan […] Tindakan muncul dahulu; yang merupakan objek peniruan). Dengan demikian, relasi gender itu ditentukan oleh tindakan nyata tokoh cerita dalam menghadapi persoalan kehidupan, baik bersifat individual maupun kolektif.

(3) Struktur ruang dan waktu, yakni struktur narasi novel yang didasarkan pada latar tempat dan waktu tindakan serta kejadian berlangsung. Struktur ruang dan waktu pada analisis setting ditempatkan pada latar tempat dan latar waktu. Chatman (1980:152) memberi perbedaan ruang dan waktu sebagai berikut, “As the dimension of story-evens is time, that of story-existence is space.”

(Seperti dimensi kejadian-cerita adalah waktu, maka dimensi eksistensi-cerita adalah ruang). Dengan kata lain, struktur ruang ditentukan oleh tempat berpijak cerita sedangkan struktur waktu ditentukan oleh pemunculan kejadian dalam cerita yang bersangkutan.

(4) Struktur transmisi narasi, yakni struktur pengiriman narasi yang akan mengungkapkan sudut pandang narator dalam menyampaikan isi cerita. Di dalam struktur transmisi narasi, penanda atau yang ditandai terdiri dari tiga hal, pertama, kejadian, sifat, dan gambaran pelataran. Kedudukan penanda atau yang ditandai diungkapkan Chatman (1980:25) Penanda merupakan elemen-elemen dalam pernyataan narasi (apa pun mediumnya) yang dapat menjadi wakil salah satu dari ketiganya, meskipun itu jenis tindakan fisik atau

mental, orang (atau, tentu saja, suatu entitas yang dapat dipersonalisasikan), yang kedua, dan setiap pembentukan tempat untuk yang ketiga). Ketiga, penanda atau yang ditandai ini diungkapkan dalam bentuk sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga. Struktur naratif ini menjadi medium pengarang untuk menampakkan kekuasaan diri atau menyamarkan kehadiran dirinya.

Keempat komponen bentuk struktur narasi di atas pada hakikatnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu komponen cerita dan komponen wacana. menyimpulkan cara paling mudah mengenali dan membedakan cerita dengan wacana adalah dengan pertanyaan „apa‟ untuk memahami cerita dan „bagaimana‟ untuk memahami wacana. Komponen cerita tersebut terdiri dari struktur plot, struktur fisik, ras, dan relasi gender, serta struktur ruang dan waktu digerakkan oleh orang, benda, dan berbagai substansi isi cerita. Sebaliknya, komponen wacana terdiri dari struktur transmisi narasi dan manifestasinya, penampilannya dalam suatu medium materialisasi khusus, verbal, sibematis, balletis, musikal, pantomim, atau apa pun itu yang mampu memanifestasikan sesuatu (Ratna, 2004:257).

Dokumen terkait