• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Teori tentang Produktivitas

Pada dasarnya setiap organisasi akan berupaya untuk meningkatkan produktivitasnya, karena dengan peningkatan produktivitas akan meningkatkan efisiensi dan meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan dan memaksimalkan keluaran yang diharapkan.

Produktivitas mempunyai arti yang beragam, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Produktivitas dapat berarti lebih banyak hasil dengan mempertahankan biaya tetap, mengerjakan suatu pekerjaan dengan benar sesuai dengan aturan, bekerja lebih cerdik dan lebih keras atau untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih banyak.

Menurut Greenberg dalam Sinungan (2008:12) : “Produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut”.

Menurut Internal Labour Office dalam Introduction Work Study dalam Hasibuan (2003:114) menyebutkan : “Produktivitas sebagai perbandingan antara pengeluaran (output) dengan pemasukan (input)”. Paul Mali dalam Hasibuan (2003:114) juga mengungkapkan pendapat yang hampir sama, yakni : “Produktivitas

adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien”.

Jadi dalam pengertian ini produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu, yang secara matematis dinyatakan dengan bilangan, sebagimana diungkapkan Whitemore dalam Hasibuan (2003:115) yaitu : “Productivity is measure of the use of the resources of an organization and is usually expressed as a ratio of the resources employed”.

Dewan Produktivitas Nasional dalam Rivianto (2005:25) mendefinisikan “Produktivitas sebagai suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini”. Definisi tersebut memiliki indikator: (1) cerdas (2) profesional (3) kreatif dan inovatif (4) berprestasi (5) semangat kerja.

Berdasarkan uraian dan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

“Produktivitas kerja pegawai adalah perbandingan antara output yang dihasilkan dengan segala sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (input), dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dalam pelaksanaan tugasnya dan efisien dalam penggunaan sumber-sumber daya, yang meliputi jumlah, mutu hasil kerja yang ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan pekerjaan, kemampuan memanfaatkan sarana dan kemampuan dalam mengatasi masalah pekerjaan”.

2.3.2 Jenis-Jenis Produktivitas

Menurut Kusriyanto (2005:15), model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan dengan menggunakan rasio output dibagi dengan input. Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan ini, akan menghasilkan dua jenis ukuran produktivitas, antara lain :

1. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial sering juga disebut dengan produktivitas faktor tunggal (single-factor produkctivity) yang menunjukkan perbandigan antara output dengan

salah satu faktor yang dipergunakan untuk menghasilkan output tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh dari produktivitas parsial, yaitu :

a. Produktivitas Tenaga Kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan :

Produktivitas Tenaga Kerja =

Kerja Tenaga Input

Total Output

Produktivitas tenaga kerja sering kali disebut sebagai man hour yang berarti sejumlah pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja dengan kemampuan rata-rata dalam waktu satu jam. Input yang dimaksud adalah total waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa adanya interupsi apapun. Adapun jenis-jenis interupsi yang dimaksud adalah istirahat, makan dan kegiatan-kegiatan tubuh lainnya yang tidak dapat dicegah. Oleh karenanya disini digunakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa ada interupsi tetapi juga ditambahkan waktu

allowance. Keuntungan adanya konsep man-hour adalah dapat digunakan untuk

memperkirakan dampak dari perubahan yang dialami oleh pekerja sehubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Beberapa contoh produktivitas tenaga kerja antara lain :

Produktivitas Tenaga Kerja =

Kerja Tenaga Kompensasi Biaya Kerja Tenaga Jam Total

Produktivitas Tenaga Kerja =

Tertentu per Waktu Kerja Jam Total Hilang yang Kerja Jam Total

Produktivitas Tenaga Kerja =

Kerja Jam Jumlah Diproduksi yang t Jumlah Uni

Menurut Kusriyanto (2005:65), “produktivitas tenaga kerja dapat sebagai faktor penentu dari produktivitas total karena :

1. Besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja merupakan bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk dan jasa,

2. Masukan sumber daya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan dari faktor-faktor lain, dan

3. Kemajuan teknologi yang mempermudah cara pembuatan barang berkembang dan berasal dari kemajuan tenaga kerja.

Produktivitas individu merupakan cerminan dari pribadi yang produktif, yang menggambarkan potensi persepsi dan kreativitas seseorang yang senantiasa ingin menyembangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya”.

b. Produktivitas Modal merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input modal yang diukur berdasarkan :

Produktivitas Modal =

Modal Input

Total Output

c. Produktivitas Material merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input material yang diukur berdasarkan :

Produktivitas Material =

Material Input

Total Output

d. Produktivitas Energi merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input energi yang diukur berdasarkan :

Produktivitas Energi =

Energi Input

Total Output

e. Efektivitas produksi merupakan ukuran produktivitas parsial kegiatan produksi berdasarkan output yang dihasilkan dengan target yang telah ditetapkan. Berikut adalah ukurannya : Efektivitas produksi = Produksi Target Total Output

Keuntungan pengukuran produktivitas parsial adalah :

• Mudah dipahami, data mudah diperoleh, dan mudah dalam menghitung indeks produktivitas.

Beberapa indikator data produktivitas parsial (seperti output per jam kerja) tersedia atau mudah didapat pada perindutrian pada umumnya.

• Alat diagnosa yang baik untuk bagian-bagian yang perlu ditingkatkan produktivitas, jika digunakan dengan indikator produktivitas total.

• Bila yang digunakan hanya pengukuran ini saja, hasilnya belum dapat dijadikan patokan perbaikan sehingga dapat menyebabkan kerugian.

• Tidak dapat menjelaskan kenaikan biaya secara keseluruhan.

• Cenderung untuk melakukan perbaikan hanya pada bagian yang diukur. • Tidak baik dipakai untuk pengontrolan profit.

2. Produktivitas Total

Produktivitas yang menunjukkan perbandingan atara total output dengan jumlah dari semua faktor input. Jadi pengukuran produktivitas total merupakan semua bagian yang tergolong input dalam upaya menghasilkan output (Kusriyanto, 2005). Produktivitas = Output Total/ Input Total

Keuntungan pengukuran produktivitas total adalah :

Mempertimbangkan semua faktor output dan input yang dapat dihitung, sehingga lebih akurat dalam mencerminkan keadaan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya.

• Bila digunakan dengan pengukuran produktivitas parsial, dapat menarik perhatian pihak manajemen untuk melakukan tindakan yang lebih efektif.

• Analisisi sensitivitas lebih mudah digunakan. • Mudah dihubungkan dengan total biaya. Keterbatasan pengukuran produktivitas total :

• Data untuk perhitungan relatif sulit diperoleh pada level produk dan level konsumen.

Faktor yang intangible (tidak nyata) tidak dipertimbangkan.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Masalah produktivitas selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Produktivitas karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organsisasi lain termasuk : kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif. Dimensi lain dari

produktivitas mungkin tepat untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, tetapi yang didata ini adalah yang paling umum, yang mengidentifikasikan elemen-elemen yang paling penting dari suatu pekerjaan. Sebagai contoh, dalam sektor perbankan, pekerjaan di bagian pemasaran (marketing) memiliki kriteria pekejaan seperti mencari nasabah untuk mencapai target yang ditetapkan, mengedukasi nasabah, melayani nasabah dan mengadministrasikan rekening nasabah secara tertib, baik dalam sistem komputer (soft copy) maupun dalam bentuk kertas (hard copy).

Kriteria pekerjaan adalah faktor yang terpenting dari apa yang dilakukan orang dipekerjaannya. Kriteria pekerjaan menjelaskan yang sudah dibayar oleh organisasi untuk dikerjakan oleh karyawannya. Oleh karena itu, kriteria-kriteria ini penting dan harus diukur, dibandingkan dengan standar yang ada. Hasilnya harus dikomunikasikan kepada setiap karyawan. Pekerjaan hampir selalu memiliki lebih dari satu kriteria atau dimensi untuk dinilai, dan ini berarti bahwa si karyawan mungkin berproduktivitas lebih baik dalam satu kriteria dibandingkan kriteria

lainnya. Beberapa kriteria mungkin memiliki nilai lebih penting daripada kriteria lainnya. Pembobotan adalah suatu cara untuk menunjukkan hal ini. Misalnya, di beberapa sektor perbankan, pencapaian target dana maupun penyaluran kredit memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan pengadministrasian maupun pelayanan.

Pada saat mengukur produktivitas, adalah penting menentukan kriteria yang relevan. Umumnya, kriteria itu relevan ketika difokuskan pada aspek yang paling penting dari pekerjaan si karyawan. Sebagi contoh, menilai seorang petugas pelayanan kepuasan konsumen dalam suatu perusahaan dari “penampilan”, tentu saja kurang relevan dibandingkan dengan jumlah telepon yang ditanganinya. Contoh ini menekankan bahwa kriteria pekerjaan yang terpenting harus diidentifikasi dan dikaitkan dengan deskripsi pekerjaan.

Operasional organisasi yang tinggi, baik menyangkut masalah sumber daya manusia maupun yang lainnya sebagai input tidak diimbangi denga keluaran (output) yang tinggi atau dengan kata lain hasil kerja yang tidak meningkat, berarti produktivitas suatu organisasi akan menurun. Bila dilihat dari segi personil, menurunnya produktivitas disebabkan kurangnya pengawasan dan disiplin kerja yang rendah. Untuk mengubah perilaku semacam itu diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang memadai. Upaya tersebut misalnya dengan mengikutsertakan pekerja dalam pendidikan dan pelatihan.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja diperlukan adanya suatu sistem pengawasan yang baik sehingga pegawai bekerja dengan penuh tanggung jawab. Menurut Sedarmayanti (2004:29) produktivitas dikatakan meningkat apabila :

1. Volume/ kuantitas keluaran bertambah besar tanpa menambah jumlah masukan.

2. Volume/ kuantitas keluaran tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang.

3. Volume/ kuantitas keluaran bertambah besar, sedangkan masukannya berkurang.

4. Jumlah masukan bertambah asalkan kuantitas keseluruhan bertambah berlipat ganda.

Dalam suatu organisasi yang selalu berusaha menggunakan manajemen yang berorientasi pada mutu (manajemen pengedalian mutu), yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan dengan manajemen yang berorientasikan pada hasil (manajemen berdasarkan objek) terlihat keberhasilan itu dengan berbagai indikator, antara lain : tingkat kesadaran yang tinggi, ia merasa rugi jika tidak hadir dalam pekerjaan, selalu terdorong jiwanya untuk berprestasi dan menaati segala ketentuan/ tata tertib.

Apabila produktivitas naik hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan adanya peningkatan keterampilan tenaga kerja. Produktivitas kadang-kadang dipandang sebagai penggunaan intensif terhadap sumber-sumber konversi seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat dan benar-benar menunjukkan suatu penampilan yang efisiensi.

Menurut Blunchor dan Kapustin yang dikutip oleh Sinungan (2008:9), faktor- faktor peningkatan produktivitas, pertama, perbaikan terus menerus, yaitu upaya

meningkatkan produktivitas kerja salah satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk melakukan perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan internal contohnya, yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi: (a) perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena dampak tindakan suatu organisasi yang dominant peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.

Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan. Peningkatan mutu hasil pekerjaan dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi manajemen, misalnya, perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan keputusan. Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.

Ketiga, pemberdayaan sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung kiat untuk: (a) mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, mempunyai harga diri, daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam; (b) manusia

mempunyai hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk manajemen) yang dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Keempat, kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan. Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b) penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d) lingkungan kerja yang bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi udara.

Kelima, umpan balik. Pelaksanaan tugas dan karier karyawan tidak dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan sistem umpan balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi, senang atau tidak senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima oleh akal sehat. Jika seseorang harus dikenakan sanksi disiplin, status berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Validitas yang tinggi, dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.

Menurut Dessler (1997:10), pentingnya peningkatan produktivitas dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah: (a) peningkatan produktivitas dapat

berarti peningkatan hasil yang dicapai dengan penggunaan sumberdaya secara efektif dan efisien; dan (b) hal tersebut akan memberikan sumbangan besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih kuat. Kaitannya dengan upah meliputi: (a) aspek peningkatan produktivitas dapat berupa penurunan biaya produksi dan peningkatan kemampuan bersaing karena hasil jumlah produksi bertambah dan harga ditekan lebih rendah; (b) apabila hal tersebut dibarengi dengan pembinaan pasar maka keuntungan akan meningkat; (c) bertambah besarnya keuntungan antara lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan tingkat upah dan perluasan usaha. Hubungannya dengan aspek kesejahteraan mencakup: (a) peningkatan produktivitas dapat mempengaruhi kenaikan taraf hidup dan (b) jika upah meningkat maka dapat untuk membiayai kebutuhan hidup akan lebih baik.

Dokumen terkait