• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi

Ahli ekonomi klasik yang paling terkemuka yaitu Adam Smith. Karyanya yang sangat terkenal telah ditulis dalam buku yang berjudul An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776. Ada beberapa hal yang ditekankan oleh Adam Smith kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut (Jhingan, 2000) :

1) Menekankan pentingnya hukum alam dalam persoalan ekonomi. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan kegiatannya demi kepentingannya sendiri. Tidak diperlukan ada campur tangan pemerintah didalam kegiatan proses dan pemasaran produksi yang diperoleh. Keseimbangan akan tercapai secara otomatis yang memaksimumkan kesejahteraan nasional.

2) Pentingnya pembagian kerja. Karena dengan pembagian kerja akan menimbulkan tingkat produktivitas kerja yang tinggi.

3) Faktor lain yang cukup penting juga adalah proses pemupukan modal. Sebelum pembagian kerja, lebih awal diciptakan pemupukan modal. Tambahan persediaan modal merupakan faktor yang penting menurut Adam Smith untuk mendorong pembangunan ekonomi. Dengan demikian menurut Adam Smith bahwa permasalahan

pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menginvestasi modal.

4) Agen-agen pertumbuhan juga memegang peran penting dalam proses pembangunan. Petani, pengusaha, produsen, merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Perdagangan bebas merupakan persyaratan bagi agen-agen ekonomi untuk memperluas pasar yang pada gilirannya memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih luas.

5) Spesialisasi dan kemajuan teknologi. Perluasan pasar dan perluasan ekonomi akan memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan spesialisasi akan mendorong perkembangan teknologi dan peningkatan produktivitas.

Menurut Adam Smith bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu negara tercapai pada suatu tingkat tertentu apabila memperhatikan faktor-faktor seperti tabungan, pembentukan modal, kemajuan teknologi serta beberapa faktor lain sebagai pendukung proses pembentukan modal.

Buah pikiran yang sama dengan Adam Smith yaitu teori Ricardo. Menurut Ricardo bahwa faktor-faktor yang dianggap penting didalam memacu pertumbuhan ekonomi antara lain; pembagian sewa, keuntungan dan upah, proses pemupukan modal yang berasal dari tingkat keuntungan, kenaikan upah dan berkurangnya keuntungan pada industri lain. Kelemahan-kelemahan teori Ricardo antara lain mengabaikan pengaruh teknologi, pengertian yang salah tentang keadaan stasioner, kebijakan pasar bebas tidak dilaksanakan dan sebagainya. Menurut Ricardo dan

Smith bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan kembali ke tingkat subsisten (Todaro, 2003).

Tokoh ekonomi klasik berikutnya adalah teori Malthus dan Mill. Pusat perhatian Malthus yaitu menekankan pada pertambahan penduduk. Menurut Malthus bahwa pertambahan penduduk yang terus-menerus tanpa diikuti oleh pertambahan faktor-faktor produksi lain seperti modal, akan menyebabkan kemakmuran masyarakat mundur pada tingkat subsisten. Pandangan Malthus tidak semuanya didukung oleh perkembangan ekonomi dunia. Pertambahan penduduk bilamana kecepatannya masih lebih rendah dibanding dengan kecepatan pertambahan barang-barang modal dan kemajuan teknologi, maka tetap terjadi pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus.

Selanjutnya teori pertumbuhan ekonomi Marx. Teori Marx terkenal dengan teori nilai lebih sebagai basis ekonomi bagi perjuangan kelas didalam kapitalisme. Marx menggunakan teori nilai lebih untuk membangun suprastruktur analisa pembangunan ekonomi.

Kemudian teori pertumbuhan ekonomi Schumpeter. Menurut Schumpeter yang ditulis dalam bukunya “The Theory of Economic Development, 1908” memberikan suatu pemikiran baru tentang sumber pertumbuhan ekonomi dan penyebab konjungtur. Asumsi dalam teori Schumpeter lebih mengacu pada asumsi persaingan sempurna. Dikatakan Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya entrepreneurship yang menemukan inovasi-inovasi baru di dalam perekonomian. Inovasi dapat berupa pengenalan metode produksi baru,

pengenalan barang baru, pembukaan pasar baru, sumber penawaran baru dan pembentukan organisasi baru. Namun Schumpeter menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berjalan terus-menerus tetapi mengalami keadaan dimana ada kalanya berkembang dan ada kalanya mengalami kemunduran.

Pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh pengikut aliran Klasik pada dasarnya memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap teori pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan buah pikiran yang disampaikan ekonom Klasik, umumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah penduduk, tabungan, investasi, inovasi, teknologi dan produktivitas kerja.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes

Ada perbedaan sudut pandang antara teori pertumbuhan ekonomi Klasik dengan teori pertumbuhan ekonomi Keynes. Teori pertumbuhan ekonomi klasik memandang proses pembangunan ekonomi dari sisi penawaran. Namun teori pertumbuhan ekonomi Keynes menegaskan dari sisi permintaan yaitu permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan dan pendapatan nasional. Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, pengusaha, dan pemerintah serta sektor luar negeri dapat meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Keynes mengaku adanya pengangguran, sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun formula yang dikemukakan oleh Keynes adalah :

M X G I C AD Y       ………... (2.1)

dimana Y adalah output, AD adalah permintaan agregat, C adalah pengeluaran konsumsi oleh sektor rumah tangga, I adalah investasi swasta, G adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor pemerintah, X adalah ekspor dan M adalah impor atau (X-M) adalah net ekspor yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh sektor luar negeri (Mankiw, 2001).

Berdasarkan persamaan tersebut, jika salah satu dari komponen pengeluaran berubah maka tambahan terhadap pendapatan nasional adalah besarnya multiplier dikali dengan besarnya perubahan komponen pengeluaran tersebut. Misalnya terjadi perubahan pengeluaran pemerintah sebesar ∆G, maka ∆Y = ∆G. Dimana  =

bt b 1 1 disebut multiplier. Besarnya multiplier sangat dipengaruhi oleh besarnya kecenderungan untuk mengkonsumsi (MPC) dari tarif pajak. Apabila tarif pajak meningkat, maka angka multiplier menjadi kecil sehingga pendapatan berkurang.

Apabila negara menganut sistem perekonomian terbuka, maka angka multiplier menjadi semakin kecil karena dipengaruhi oleh impor. Hal ini dapat dilihat dari rumus multiplier menjadi =

m bt b 1 1 . Dengan demikian, semakin terbuka suatu negara akan mempengaruhi pula efektifitas kebijakan fiskal pemerintah.

Analisis Keynes mengenai dampak kebijakan fiskal pemerintah terhadap kegiatan ekonomi dapat dilihat melalui 3 (tiga) pendekatan (Mankiw, 2001) yaitu ; (1) pendekatan pada besarnya multiplier yang jika digambarkan dalam bentuk grafik sering disebut sebagai analisis perpotongan Keynesian (2) efek perubahan kebijakan fiskal terhadap tingkat

bunga dan investasi melalui analisis IS-LM, dan (3) efek perubahan kebijakan pemerintah terhadap tingkat harga dan permintaan agregat melalui kurva AD dan AS.

Dapat disimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi Keynes bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi melalui proses multiplier C, I, G , X, dan M. Dengan demikian, dalam hal ini sisi permintaan harus bisa dikendalikan oleh pemerintah. Untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan pemerintah harus mampu mempengaruhi C, I, G, X, dan M melalui instrumen kebijakan makro.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Post-Keynesian)

Harrod dan Domar (dalam Jhingan, 2000), menekankan tentang pentingnya investasi (jangka panjang) didalam proses pertumbuhan ekonomi karena aspek investasi mempunyai peran ganda yaitu; (1) investasi menciptakan pendapatan. (2) investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi (I) menambah stok modal seperti gedung-gedung, laboratorium, pabrik, jalan, jembatan dan lain sebagainya, sehingga I=sK dimana K=stok modal dalam masyarakat yang berarti adanya peningkatan kapasitas produksi. Menurut Harrod-Domar, setiap penambahan stok modal akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Y).

Hubungan antara stok modal dengan output secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :

kK

dimana k menunjukkan output yang bisa dihasilkan dari setiap unit modal atau Output Capital Ratio (OCR) dan sebaliknya (I/k) atau Capital Output Ratio (COR). Hubungan K dengan Y bersifat proporsional, karena itu :

k Q K Y

K/ / 1/ ………. (2.3) dimana dK/dY adalah incremental capital output ratio (ICOR). Dengan demikian, apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar I, maka persediaan modal pada akhir tahun akan bertambah sebesar ∆K = I. Penambahan kapasitas ini akan meningkatkan keluaran potensial sebesar :

kI K

k.  ... (2.4)

semakin besar I, maka semakin besar tambahan keluaran potensial.

Beberapa asumsi penting yang dikemukakan dalam teori pertumbuhan Harrod-Domar sebagai berikut (Todaro, 2003) :

1) Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari pendapatan nasional (Y). Hubungannya dalam bentuk persamaan :

sY

S...(2.5)

2) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari persediaan modal yang diwakili oleh ∆K, sehingga persamaannya adalah :

K

I  ...(2.6)

akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional Y seperti yang ditunjukan oleh k, maka

k

atau ∆K / ∆Y = k atau akhirnya menjadi : ∆K = k∆Y

3) Jumlah keseluruhan dari tabungan nasional harus sama dengan keseluruhan investasi maka persamaannya adalah :

I

S ...(2.8)

Oleh karena S = sY maka I = ∆K = k∆Y

Dengan demikian, identity tabungan yang merupakan persamaan modal adalah I K Y k sY S     ...(2.9)

atau diringkas menjadi : Y

k

sY  ...(2.10)

jika kedua sisi tersebut dibagi dengan Y dan kemudian k maka diperoleh:

s/k Y/Y

...(2.11)

dimana : s adalah kecondongan marjinal menabung (Marginal Propensity to Save), yang disingkat dengan MPS. Kemudian k adalah rasio modal terhadap output (Capital Output Ratio) yang disingkat dengan COR. Sehingga ∆Y/Y merupakan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau tingkat pertumbuhan ekonomi. Persamaan terakhir menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama ditentukan oleh rasio tabungan nasional serta rasio modal output. Dengan kata lain, bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi akan secara langsung atau positif berbanding lurus dengan s yang artinya bahwa semakin banyak bagian dari Y yang ditabung, maka akan semakin besar pertumbuhan output yang dihasilkan. Sedangkan

hubungannya dengan k adalah berbanding terbalik yang artinya semakin banyak k semakin kecil laju pertumbuhan output yang dihasilkan.

Untuk itu, agar pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan pesat maka bagian dari output yang ditabung harus dinaikan yang berarti konsumsi harus dikurangi. Besarnya kontribusi dari tabungan dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi bahwa pendapatan harus tumbuh sebesar perbandingan antara MPS dan COR, agar dampak ganda investasi tetap memelihara keseimbangan makro pada kesempatan kerja penuh (full employment).

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ini mempunyai asumsi bahwa rasio faktor produksi (K dan L) selalu konstan. Hal ini kemudian disempurnakan oleh teori Neo-Klasik dimana rasio faktor produksi dapat mengalami perubahan.

d. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swan, 1956)

Teori pertumbuhan ekonomi Neo klasik model Solow-Swan ini dikembangkan oleh R.M. Solow dengan menekankan tiga faktor yaitu; kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, tabungan, dan kemajuan teknologi yang eksogen. Solow membangun model pertumbuhan ekonominya sebagai penyempurnaan jalan pemikiran Harrod-Domar (Jhingan, 2000).

Teori pertumbuhan ekonomi menurut model Solow ini ingin menjawab sebuah pertanyaan penting yaitu mengapa terjadi perbedaan standar hidup terutama pendapatan riil antara negara-negara di dunia.

Konsep dasar model Solow menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yaitu Romer (2006) :

AL) F(K,

Y ... (2.12) Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan A adalah teknologi. AL diartikan tenaga kerja efektif.

Beberapa asumsi yang digunakan untuk menjelaskan model Solow yaitu : 1) Constant return to scale yang berarti jika input digandakan maka

output juga diganda sebesar tambahan input.

2) Prinsip kondisi Inada yang berarti marginal product of capital menurun ketika persediaan modal besar. Sebaliknya marginal product of capital meningkat ketika persediaan modal kecil.

3) Hanya ada satu barang.

4) Tidak ada campur tangan pemerintah.

5) Kemajuan teknologi dan tabungan adalah eksogen dan konstan. Di dalam teori pertumbuhan ekonomi Model Solow menyatakan bahwa tabungan, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi adalah faktor yang dipandang penting mempengaruhi pertumbuhan output suatu negara. Namun diasumsikan bahwa tabungan dan kemajuan teknologi adalah eksogen. Jika tabungan meningkat maka investasi meningkat yang berarti persediaan modal meningkat. Dengan meningkatnya persediaan modal, maka selanjutnya output meningkat. Akan tetapi pertumbuhan output yang diakibatkan oleh tabungan, sifatnya hanya sementara. Hal ini beralasankarena adanya tambahan hasil yang menurun sebagai akibat dari

tambahan modal. Dengan demikian hanya dengan kemajuan teknologi yang menyebabkan pertumbuhan output dalam jangka panjang.

Dalam model Solow, terdapat dua sumber yang menjadi penyebab terjadinya variasi output per pekerja yaitu; (1) Perbedaan dalam modal per pekerja (K/L) dan (2) Perbedaan dalam tenaga kerja efektif (A).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa tabungan merupakan penentu dari persediaan modal yang secara matematika dapat diformulasi menjadi : g)k ( -sf(k) K ... (2.13)

dimana k adalah perubahan persediaan modal, adalah depresiasi, adalah pertumbuhan penduduk, g adalah kemajuan teknologi dan k adalah rasio modal terhadap tenaga kerja. Persamaan ini merupakan persamaan inti dari model Solow. Persamaan ini menjelaskan bahwa perubahan persediaan modal merupakan selisih antara investasi aktual (sf(k)) dan investasi break even point, ((g)k).,dan g tumbuh secara proporsional dengan persediaan modal (k) dimana k=K/L.

Selanjutnya untuk mempertahankan k agar tidak mengalami penurunan, diperlukan investasi dengan dua alasan yaitu; (1) mengganti modal yang susut untuk tetap menjaga persediaan modal, dan (2) jumlah tenaga kerja efektif ( + g) tumbuh sebesar persediaan modal.

Satu hal yang perlu digarisbawahi menurut analisa model Solow bahwa untuk mencapai kondisi pertumbuhan yang mantap. Harus pula memperhatikan penciptaan Golden Rule. Golden Rule yaitu suatu keadaan

dimana terdapat jarak konsumsi yang paling maksimum antara output (y = f(k) dan investasi (sf(k)). Jarak yang terbesar tidak lain adalah konsumsi (c). Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa perekonomian telah membutuhkan sejumlah tabungan yang tepat dan masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan maksimum.

Suatu konsekuensi dalam model Solow akan selalu dihadapkan suatu pilihan bahwa berapa banyak output yang diproduksi itu seyogya nya disisihkan untuk konsumsi dan investasi. Jika output lebih banyak diarahkan untuk konsumsi, maka akan berakibat pada kecilnya jumlah investasi. Semakin banyak output yang dikonsumsi oleh masyarakat berarti semakin kecil tabungan dan pembentukan modal yang akhirnya semakin rendah pertumbuhan output.

Disinilah puncak analisa dari model Solow untuk dapat mempertemukan keseimbangan yang tercipta antara kebutuhan konsumsi (Golden Rule) dan kebutuhan untuk investasi. Oleh karena itu, variabel-variabel seperti pertumbuhan penduduk harus konstan karena jika tidak, dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah terus tentunya mengurangi output yang ingin diinvestasikan karena diserap oleh adanya tambahan penduduk. Kemudian tambahan penduduk itu juga menyebabkan penurunan rasio modal per pekerja, yang selanjutnya menyebabkan penurunan dalam output per pekerja.

Beberapa kesimpulan umum yang dapat diambil dari teori pertumbuhan ekonomi model Solow (1956), dan sekaligus pula dikemukakan kelemahan-kelemahan adalah sebagai berikut :

1) Pertumbuhan ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai melalui kemajuan teknologi. Peningkatan tabungan pada dasarnya meningkatkan pertumbuhan output tetapi sifatnya sementara. Kemajuan teknologi dan tabungan diasumsikan eksogen.

2) Tabungan yang eksogen mendapat kritikan dari Ramsey-Diamond yang menyatakan bahwa tabungan adalah endogen karena dapat ditentukan oleh perilaku individu dan perusahaan.

3) Kemajuan teknologi yang eksogen dikritik oleh teori pertumbuhan baru (new growth theory) yang menyatakan bahwa kemajuan teknologi adalah endogen. Teknologi dapat ditentukan oleh faktor-faktor di luar model.

Kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki oleh teori berikutnya yaitu teori Ramsey-Diamond dan new growth theory oleh Romer (2006). B. Teori Pertumbuhan dengan Model Infinite-Horizon dan

Overlapping-Generation oleh Ramsey (1928) – Diamond (1965)

Baik model dari Ramsey-Cass-Koopmans dan model Diamond, keduanya dimaksudkan untuk memahami lebih jauh dinamika perekonomian agregat yang ditentukan pada level ekonomi mikro dengan asumsi bahwa tabungan adalah endogen dan dapat berubah setiap waktu.

Keputusan untuk menabung dan mengkonsumsi ditentukan oleh sejumlah tertentu rumah tangga sepanjang hidup selama-lamanya yang dikenal sebagai model Infinite Horizons oleh Ramsey-Cass-Koopmans (1928) dan juga dapat ditentukan oleh keputusan rumah tangga dengan masa hidup

yang terbatas yang dikenal sebagai model Overlapping Generation oleh Diamond (1965).

Hal yang menarik dalam model ini berupaya menganalisis sejauh mana tingkat kesejahteraan konsumen dicapai jika rumah tangga meningkatkan konsumsinya baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan datang. Keputusan konsumen untuk meningkatkan konsumsinya pada periode 1 atau periode akan datang tergantung pada discount rate dan intervensi pemerintah. Nampaknya bahwa dalam Ramsey terdapat dinamika dalam hal konsumsi dan modal untuk memusat ke garis pertumbuhan yang seimbang.

Kelebihan dari model Ramsey adalah menganalisis pengaruh dari kebijakan fiskal pemerintah. Beberapa asumsi penting dalam model Ramsay adalah bahwa (1) pembelian pemerintah tidak mempengaruhi konsumsi masyarakat dan tidak mempengaruhi output di masa akan datang. (2) pembelian pemerintah lebih diarahkan ke konsumsi publik daripada investasi publik. (3) pembiayaan berasal dari pajak lump-sum. Suatu peningkatan pengeluaran pemerintah (G(t)), akan mengurangi persediaan modal swasta dan output. Hal ini berarti terjadi crowding out effect.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari model Ramsey; (1) besar kecilnya tabungan sangat ditentukan oleh perilaku rumah tangga sepanjang hidupnya, (2) pengaruh kebijakan fiskal khususnya pembelian pemerintah justru mengurangi tabungan nasional dan persediaan modal yang pada akhirnya pertumbuhan output menurun.

Dalam model Diamond perilaku pemerintah juga mengurangi persediaan modal di masa akan datang. Asumsi yang digunakan adalah terdapat turnover penduduk dan masa hidup rumah tangga terbatas, katakanlah hanya dua periode. Dengan kata lain bahwa rumah tangga tidak lagi tetap, tetapi ada rumah tangga baru atau generasi baru yang akan mempengaruhi pola konsumsi baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan datang. Ketika individu masih muda dia menawarkan tenaga kerjanya dan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang mereka peroleh diperhadapkan oleh dua pilihan antara konsumsi dan tabungan pada periode pertama; dan pada periode kedua biasanya individu mengkonsumsi tabungannya dan tingkat bunga dari tabungan. Ketika pada periode pertama tabungan ditingkatkan maka ada peluang pada periode pertama untuk mengakumulasi modal yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan output. Akan tetapi jika pilihan individu mengurangi tabungan pada periode pertama dalam arti konsumsi meningkat maka tambahan persediaan modal dan output menurun.

Model Diamond menjelaskan bahwa ketika pemerintah meningkatkan pembeliannya secara permanen dan membiayainya secara keseluruhan dengan pajak, maka pendapatan pekerja setelah dikurangi pajak pada periode t sama dengan (1 - ) a

t

k – Gt. Persamaan untuk persediaan modal tahun akan datang (k1+1) dapat dinyatakan sebagai :

 

t t

t k G g n k       (1 ) 2 1 ) 1 ( 1 1 1 ... (2.14)

Persamaan ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi Gt, akan mengurangi k1+1 pada kt tertentu.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian model Ramsey dan Diamond yaitu bahwa tabungan sesungguhnya tidak eksogen tetapi ia endogen, sehingga ada kaitannya dengan perilaku rumah tangga apakah lebih memilih untuk mengkonsumsi pada periode pertama ataukah memilih untuk mengkonsumsi pada periode kedua. Keputusannya akan mempengaruhi akumulasi modal yang berguna untuk mendorong pertumbuhan output per pekerja. Tetapi tingkat pengembalian dari akumulasi modal mengalami penurunan ketika perekonomian sudah berada pada tingkat kapasitas penuh (full employment). Selain itu bahwa dalam model Ramsey-Diamond masih menggunakan asumsi kemajuan teknologi eksogen dan diminishing return of capital.

a. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Munculnya teori pertumbuhan baru (New Growth Theory) karena ditemukan kelemahan secara empirik dari model pertumbuhan jangka panjang yang dipelopori oleh Solow (1956) pada tahun 1980–an. Teori pertumbuhan ekonomi model Solow tidak mampu menjawab pertanyaan penting tentang mengapa tingkat pendapatan riil antar negara di dunia berbeda. Dengan demikian motivasi pokok tumbuhnya teori baru adalah untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar negara. Dalam teori pertumbuhan baru berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang menentukan besar kecilnya residu yang mana di dalam teori Solow tidak dijelaskan.

Menurut model new growth bahwa pertumbuhan ekonomi diseluruh dunia dalam jangka panjang hanya dapat tercipta apabila ada kemajuan teknologi yang endogen dan pengembangan sumber daya manusia (Todaro (2003), Romer (2006). Negara-negara yang mempunyai tingkat kemajuan teknologi yang lebih cepat nampaknya mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding negara-negara yang tingkat kemajuan teknologinya lebih lambat. Kemajuan teknologi tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumberdaya yang tinggi.

Terdapat model untuk menjelaskan teori pertumbuhan endogen yaitu model R & D (Romer, 2006).

1) Model R & D

Asumsi yang dipergunakan dalam Model R & D ini yaitu : (1) output diproduksi dengan tiga input : modal (K), tenaga kerja (L) dan teknologi (A). (2) terdapat dua sektor yaitu sektor R&D untuk memproduksi tambahan persediaan pengetahuan dan sektor barang untuk menghasilkan output. Kedua sektor tersebut menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. (3) Sebagian tenaga kerja digunakan dalam R&D (aL) dan sebagian pula digunakan dalam sektor barang (1–aL).

Sama halnya, sebagian model digunakan dalam R&D (aK), sebagian pula digunakan dalam produksi barang (1 – aK).

Model R & D tersebut menjelaskan bahwa kemajuan teknologi tergantung pada kuantitas modal dan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam sektor R&D dan tingkat teknologi. Bentuk persamaan dapat diformulasi sebagai berikut :

A(t) L(t), a K(t), G(a ) (tK L A ...(2.15) dimana .

A tingkat produksi ide-ide baru.

Jika persamaan ini disusun kedalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas maka bentuknya adalah :

) ( , ) ( , ) ( ( ) (t B a K t a L t At A K L ...(2.16) dimana B adalah parameter, B0; 0; 0.

Persamaan tersebut menunjukan bahwa jika ada tambahan bagian modal dan bagian tenaga kerja dalam R&D, maka produksi ide-ide baru meningkat. Selanjutnya karena produksi ide-ide-ide-ide baru yang meningkat maka output akan meningkat pula.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian model R & D ini yaitu bahwa kemajuan teknologi merupakan penentu pertumbuhan ekonomi jangka panjang Kemajuan teknologi tersebut berasal dari berbagai sumber seperti pengembangan R&D. Kemudian bagian output yang digunakan baik melalui K dan L akan menciptakan tabungan dan investasi dalam modal fisik. Sektor yang menghasilkan ilmu pengetahuan selanjutnya digunakan secara bebas oleh kedua sektor. Berdasarkan anggapan ini, maka model R & D menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa asumsi pergeseran eksogen faktor produksi. Di sini pertumbuhan berkelanjutan dapat meningkat secara endogen karena penciptaan ilmu pengetahuan berkembang terus-menerus.

Ada dua variabel penting dalam model R & D yaitu : (1) bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, menentukan persediaan modal; dan (2) bagian tenaga kerja yang bekerja di sektor R

Dokumen terkait