• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen (IHK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen (IHK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSPOR-IMPOR DAN INDEKS HARGA

KONSUMEN (IHK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI INDONESIA

Knowledge,Piety,Integrity

Oleh:

IBNU SYEH FAJAR NIM: 106084003602

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH EKSPOR-IMPOR DAN INDEKS HARGA

KONSUMEN (IHK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat – syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Knowledge,Piety,Integrity

Oleh:

IBNU SYEH FAJAR NIM: 106084003602

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Ibnu Syeh Fajar

Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 12 Januari 1989 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lumbu Tengah 7D No 244 Blok 8 RT/RW 09/028 Rawa Lumbu Bekasi Timur 17116

No Telp / Hp : 021 – 82416784 / 085693633165 Email : ibnusyehfajar@gmail.com

II.PENDIDIKAN

1994 – 2000 : SDN Bumi Bekasi Baru IV Bekasi 2000 – 2003 : SLTP Negeri 16 Bekasi

2003 – 2006 : SMU Bani Saleh Bekasi

2006 – 2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,

Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2003 – 2004 : Koordinator Bidang Litbang OSIS SMU Bani Saleh Bekasi

(8)

ii

2006 – 2007 : Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah ( Bidang Penelitian dan Pengembangan )

IV. PENGALAMAN KERJA

2011 – 2013 : Pegawai Magang di Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi, Staf Seksi Pengawasan dan Pengendalian LALIN

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Asdaya Ibu : Iin Juariah

(9)

ABSTRACT

This study aims to examine and analyze: Effect of Export, Import and Consumer Price Index on economic growth in Indonesia in 2000 until this year 2012. The research deskriptif using a quantitative approach to the nature of the explanatory method of verification. The data used are secondary data from Export, Import, Consumer Price Index and the Indonesian economic growth (GDP) in 2000 until 2012.

The results showed that the more effective Imports of sector exports boost GDP and Consumer Price Index compared also with the contribution of the variables to GDP in other sectors. Regression analysis showed that the constant value of GDP is 0.526. And the value of 0.015 and Import Export Coefficients are 0.026 and -0.2303 CPI.

It means that 1 unit plus the value of exports will raise the value of GDP of 0,015 units and 1 unit if the added value of imports will decrease the value of GDP of -0.026 units so that one unit of value added in the CPI would slow GDP by -0.2303 units. Of this variable was more effective export sector pushed GDP of imports compared also with the contribution of the variables to GDP in other sectors.

F significance test results indicate that the variable exports, imports and CPI are jointly significant effect on economic growth (GDP) in the alpha (α) of 5%, as indicated by a significant F-statistic value of 0.74 is larger than α = 0.05. In other words, the independent variables jointly affect the dependent variable.

However, partial testing showed that variable EXPORT significant effect on GDP. This is indicated by the value of its significant positive t smaller than α = 5% is equal to 0.043 and that variable IMPORT significant negative effect on GDP. This is indicated by the value of its significant t smaller than α = 5% is equal to 0.013 so that the variable CPI significant negative effect on GDP. This is indicated by the value of its significant t smaller than α = 5% is equal to 0.049. Keywords: Export, Import, consumer price index (CPI), Gross Domestic Product

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis: Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000 sampai tahun 2012. Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan Metode eksplanatoris yang sifat verifikatif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa Ekspor, Impor, Indek Harga Konsumen dan pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) tahun 2000 sampai tahun 2012.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Impor lebih efektif mendorong PDB dari sektor Ekspor dan Indek Harga Konsumen dibandingkan juga dengan kontribusi variabel-variabel tersebut terhadap PDB di sektor lainnya. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Nilai konstanta dari PDB adalah 0,526. Dan nilai Coefficients Ekspor 0,015 dan Impor adalah -0,026 dan IHK -0,2303.

Artinya kalau di tambah 1 unit nilai ekspor akan menaikan nilai PDB sebesar 0,015 satuan dan kalau di tambah 1 unit nilai impor akan menurunkan nilai PDB sebesar -0,026 satuan seterusnya kalau di tambah nilai 1 unit nilai IHK akan menurunkan nilai PDB sebesar -0,2303 satuan. Dari hal tersebut berarti variabel Ekspor lebih efektif mendorong PDB dari sektor Impor dan Indeks Harga Konsumen dibandingkan juga dengan kontribusi variabel-variabel tersebut terhadap PDB di sektor lainnya.

Hasil uji signifikansi f menunjukkan bahwa variabel ekspor, impor dan IHK secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) pada alpa (α) 5% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Signifikan F-statistik sebesar 0,74 lebih besar dari α = 0.05. Dengan kata lain, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Namun pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variable EKSPOR berpengaruh siginifikan terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan positif t nya yang lebih kecil dari α = 5% yaitu sebesar 0,043 dan bahwa variable IMPOR berpengaruh siginifikan negatif terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil dari α = 5% yaitu sebesar 0,013 seterusnya bahwa variable IHK berpengaruh siginifikan negatif terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil dari α = 5% yaitu sebesar 0,049.

(11)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan serta rahmat taufik dan hidayahnya-Nya . Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia “.

Shalawat serta salam yang selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia, serta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang istiqomah dan di ridhoi Allah SWT.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat rahmat dan izin Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran di kemudian hari. Oleh sebab itu perkenankan penulis dalam kesempatan ini mempersembahkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dengan segala kerendahan hati, atas bimbingan dan bantuannya kepada:

(12)

vi

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukan FEB.

3. Bapak Dr.Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

4. Ibu Utami Baroroh, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

5. Bapak Dr. Lukman, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, tuntunan dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang luar biasa kepada penulis.sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak M.Hartana I Putra, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ilmu ilmu baru, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.

7. Seluruh dosen yang telah ikhlas mengajarkan ilmunya dan berbagi pengalaman di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas transfer ilmu dan pengetahuannya.

8. Seluruh staff dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu Penulis selama masa perkuliahan dan memberikan pelayanan yang terbaik ke setiap mahasiswanya, khususnya di jurusan IESP.

9. Rekan – rekan seperjuangan mahasiswa IESP Angkatan 2006.

(13)

vii

11. Teman-teman IESP : Sobat-sobat yang setia dengerin keluhanku dan selalu memberi support Friska Julianti, Nurhuda Bakar, Soraya MHJ, Febri Mandra, Imam Fatoni, zielfadli, fatia hilmiyati, AL, Fauzi H, mutia, popy, beny, indrawan, dll, yang tidak bisa disebutkan semua namanya oleh penulis.

12. Teman-teman BEMJ IESP yang telah bersama sama belajar untuk memikul sebuah tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang berarti bagi fakultas ekonomi.

13. kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi.terima kasih yang terdalam untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai kita semua. Amin

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dalam proses menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku kuliah, paling tidak skripsi ini diharapkan mampu membantu kemajuan ilmu pengetahuan, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk lebih menyempurnakan skripsi ini dimasa mendatang penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari semua pihak dengan harapan agar dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 27 Agustus 2013

(14)

viii

D A F T A R I S I

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ... i

ABSTRACT... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... ... viii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pertumbuhan Ekonomi ... 10

1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi ... 10

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 10

(15)

ix

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod – Domar (Post –

Keynesian) ... 15

d. Teori Pertumbuhan Neo Klasik ... 18

B. Teori Pertumbuhan dengan Model Infinite – Horizon dan Overlapping – generation oleh Ramsey (1928) – Diamond (1965) 22 a. Teori Pertumbuhan Baru ... 25

1) Model R & D ... 26

b. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi ... 28

C.Teori Ekspor dan Impor ... . 32

a. Teori Ekspor ... 32

1) Pengertian Ekspor ... 32

2) Strategi – strategi Kebijakan Ekspor ... 34

3) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) ... 37

4) Teori Keunggulan Komparatif ... 37

5) Teori Hecksher - Ohlin ... 39

6) Teori Perdagangan Internasional ... 39

7) Teori Basis Ekspor Richardson ... 45

8) Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 47

b. Teori Impor ... 48

1) Pengertian Impor ... 48

(16)

x

c. Teori Indek Harga Konsumen (IHK) pada Inflasi ... 52

1. Tingkat Inflasi ... 52

a. Pengertian Inflasi ... 52

b. Jenis Inflasi ... 53

c. Dampak Inflasi ... 54

d. Teori Inflasi ... 55

D. Penelitian Terdahulu ... 56

E. Kerangka Pemikiran ... 66

F. Hipotesis Penelitian ... 69

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. Objek Penelitian ... 70

B. Operasionalisasi Variabel ... 71

C. Jenis dan Sumber Data ... 72

D. Metode Pengumpulan Data... 72

E. Model Analisis ... 73

1. Uji Ekonometrik ... 73

2. Uji Otokorelasi ... 74

3. Uji Multikolinearitas... 74

4. Uji Heteroskedastisitas ... 76

5. Uji Linearitas ... 77

(17)

xi

F. Uji Statistik Estimasi Model... 78

1. Uji Kesesuaian Model... 78

2. Uji Signifikansi Parameter (t – test) ... 80

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (PDB), Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) di Indonesia ... 83

1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia Tahun 2000 – 2012 ... 83

2. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2000 – 2013 ... 85

3. Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000 – 2013 ... 87

4. Perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) Indonesia Tahun 2000 – 2013 ... 90

a. Perbandingan Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen di Indonesia tahun 2000 – 2013 ... 91

b. Analisis Data Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Indonesia ... 93

5. Pengujian Asumsi Validitas Model Penelitian ... 96

a. Uji Model Penelitian ... 96

1) Uji Kecocokan Model ... 96

2) Uji Normalitas dengan menggunakan Jarque Bera ... 96

3) Uji Multikolinier ... 97

(18)

xii

4) Uji Autokorelasi ... 99

5) Uji Heteroskedastisitas ... 100

6. Pembahasan Analisis Ekonomi PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(19)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

1.1 Data PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen 5

(IHK) Indonesia tahun 2007 – 2012

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 61

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 71

4.1 Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2000 – 2013 84

4.2 Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2000 – 2012 87

4.3 Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000 – 2011 89

4.4 Perkembangan IHK Indonesia Tahun 2000 – 2011 91

4.5 Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan IHK di Indonesia 92

Tahun 2000 – 2012

4.6 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK Terhadap 93

PDB Indonesia

4.7 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga 94

Konsumen Terhadap PDB di Indonesia

4.8 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga 95

Konsumen Terhadap PDB di Indonesia

4.9 Test Statistics Chi – Square 97

4.10 Coefficient Correlations antar Variabel Independen 98

(20)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Permintaan Agregat, Penawaran Agregat dan 30

Keseimbangan Ekonomi Makro

2.2 Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah A dan B 42

2.2a Keseimbangan Harga Regional A 43

2.2b Keseimbangan Harga Regional B 43

2.3 Kerangka Pemikiran 68

4.1 Perkembangan PDB, Ekspor – Impor dan IHK 92

(21)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Tabel PDB, Ekspor, Impor dan IHK di Indonesia 112

2. Uji Multikolinier 113

3. Uji Autokorelasi dan uji R 114

4. Uji Signifikan f 114

5. Hasil Regresi Pengaruh Ekspor,Impor dan IHK terhadap PDB 115

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan dari pertumbuhan ekonomi adalah meningkatkan pendapatkan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita kemudian akan memperluas pilihan-pilihan (enlarging choices) penduduk untuk mencapai kesejahteraan-nya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi adalah faktor yang penting untuk mencapai tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu salah satu fokus dalam ilmu ekonomi adalah mengenai teori-teori pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan pada umumnya berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pertumbuhan dan prilakunya. (Mankiw, 2001).

Secara umum teori-teori pertumbuhan ekonomi menyebutkan bermacam-macam sumber pertumbuhan ekonomi, diantaranya bersumber dari perdagangan, spesialisasi, pertumbuhan penduduk, tabungan, investasi, akumulasi kapital, proporsi faktor produksi, teknologi sampai dengan teori baru yang berfokus pada keunggulan sumber daya manusia. (Jhingan,2000).

(23)

dan pemerintah serta sektor luar negeri dapat meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Keynes mengaku adanya pengangguran, sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun formula yang dikemukakan oleh Keynes adalah : YADCIGXM, dimana Y adalah output, AD adalah permintaan agregat, C adalah pengeluaran konsumsi oleh sektor rumah tangga, I adalah investasi swasta, G adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor pemerintah, X adalah ekspor dan M adalah impor atau (X-M) adalah net ekspor yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh sektor luar negeri (Mankiw, 2001).

Konsep marginal kapital (marginal efficiency of capital atau MEC), Keynes menjelaskan permintaan investasi. Menurutnya, permintaan suatu investasi ditentukan oleh besar kecilnya nilai present value dari perolehan bersih yang diharapkan atas pengeluaran tambahan kapital dengan biaya modal yang dikeluarkan saat ini. Dengan demikian, berdasarkan teori ini, suatu investasi tergantung dari tingkat discount rate (tingkat diskonto) yang menyatakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. Semakin besar present value dari perolehan bersih yang diharapkan atas pengeluaran tambahan kapital dibandingkan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan saat ini. (Mankiw, 2001)

(24)

mengandalkan mekanisme pasar dengan menginginkan peran pemerintah sekecil mungkin. Kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu tugas negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang (ada kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan. Pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi hak khusus. (Mankiw, 2001).

Salah satu upaya yang dipandang cukup strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kinerja perdagangan luar negeri. Selama ini kinerja perdagangan luar negeri selalu berfluktuatif. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan akan melambat dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya, kinerja ekpor luar negeri diharapkan akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.

(25)

Dengan dimulainya industrialisasi di Indonesia maka dengan sendirinya dibutuhkan devisa ekspor yang tinggi, serta tingkat impor yang cenderung menurun, semakin giat kita melakukan industrialisasi semakin banyak devisa yang dibutuhkan, kebutuhan itu diperuntukan untuk barang konsumsi namun kini perlahan berubah untuk pemenuhan barang modal dan bahan baku. Cadangan devisa yang digunakan untuk pembangunan ini salah satunya berasal dari devisa hasil ekspor kita, baik migas maupun non-migas dan hasil jasa pariwisata. Bahkan devisa kita juga diperoleh dari peminjaman hutang luar negeri agar mampu menjalankan pembangunan tersebut.

(26)
[image:26.595.105.565.175.368.2]

Tabel 1.1

Data PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) di Indonesia Tahun 2007-2012

Tahun PDB ( Juta ) Ekspor (US.$) Impor (US.$) IHK (Index)

2012 8,241,864.30 190,031,845.244 191,691,001.109 135,49

2011 7,422,781.20 203,496,620.060 177,435,555.736 129,91

2010 6,446,851.90 157,779,103.470 135,663,284.048 125,17

2009 5,606,203.40 116,510,026.081 96,829,244.981 117,03

2008 4,948,688.40 137,020,424.402 129,197,306.224 113,86

2007 3,950,893.20 114,100,890.751 74,473,430.118 155,50

Sumber : Badan Pusat Statistik jakarta tahun 2013

Sedangkan tingkat impor pada tahun 2011 semakin meningkat yaitu sebesar $. 177,435,555.736 dan pembangunan industrialisasi dalam negeri tentunya menjadi sebuah pertanyaan karena tingkat impor yang semakin meningkat. Kecenderungan kenaikan tingkat impor ini diimbangi dengan kenaikan tingkat ekspor kita. Oleh sebab itu dalam jangka pendek maupun panjang, cadangan devisa negara tetap stabil dan mengalami kenaikkan. Cadangan devisa tentunya menjadi suatu indikator yang kuat untuk melihat sejauh mana suatu negara mampu melakukan perdagangan dan menunjukan perekonomian negara (BPS Jakarta 2003).

(27)

direalisasi dalam memproduksi barang untuk ekspor dan kekurangannya di impor untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dalam proses pertumbuhan ekonomi berupa sektor atau industri mengalami penciutan atau perluasan secara lambat, pergeseran atau perpindahan sumber daya dari sektor yang satu ke sektor yang lain harus dijamin mekanismenya, terjadinya mungkin sebagian besar melalui mekanisme pasar sehingga pemanfaatan atau penggunaan sumber daya dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilaksanakan secara efisien (Jhingan,2000).

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDB (Produk Domestik Bruto). Saat ini umumnya PDB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu (BPS Jakarta 2003).

(28)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas mengenai determinan investasi swasta dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan di Indonesia maka identifikasi masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Ekspor secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012. 2. Bagaimana pengaruh Impor secara parsial terhadap pertumbuhan

ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012. 3. Bagaimana pengaruh Indek Harga Konsumen (IHK) secara parsial

terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

4. Bagaimana pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis dan Mengetahui pengaruh Ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012 secara parsial.

(29)

3) Untuk menganalisis dan Mengetahui pengaruh Indek Harga Konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012 secara parsial.

4) Untuk Menganalisis dan mengetahui pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012 secara Simultan.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat, terutama untuk:

1. Secara teoritis, kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan ilmu, yaitu :

Mendeskripsikan secara empiris tentang keadaan Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Secara praktis, terdapat 2 (dua) kegunaan hasil penelitian ini, yaitu :

a. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah dalam upaya menggerakkan dan mendorong ekspor-impor guna menimbulkan pertumbuhan ekonomi.

(30)

3. Bagi Pihak lain

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Ahli ekonomi klasik yang paling terkemuka yaitu Adam Smith. Karyanya yang sangat terkenal telah ditulis dalam buku yang berjudul An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations yang diterbitkan pada tahun 1776. Ada beberapa hal yang ditekankan oleh Adam Smith kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut (Jhingan, 2000) :

1) Menekankan pentingnya hukum alam dalam persoalan ekonomi. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan kegiatannya demi kepentingannya sendiri. Tidak diperlukan ada campur tangan pemerintah didalam kegiatan proses dan pemasaran produksi yang diperoleh. Keseimbangan akan tercapai secara otomatis yang memaksimumkan kesejahteraan nasional.

2) Pentingnya pembagian kerja. Karena dengan pembagian kerja akan menimbulkan tingkat produktivitas kerja yang tinggi.

(32)

pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia untuk lebih banyak menabung dan menginvestasi modal.

4) Agen-agen pertumbuhan juga memegang peran penting dalam proses pembangunan. Petani, pengusaha, produsen, merupakan agen kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Perdagangan bebas merupakan persyaratan bagi agen-agen ekonomi untuk memperluas pasar yang pada gilirannya memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih luas.

5) Spesialisasi dan kemajuan teknologi. Perluasan pasar dan perluasan ekonomi akan memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam kegiatan ekonomi. Dengan spesialisasi akan mendorong perkembangan teknologi dan peningkatan produktivitas.

Menurut Adam Smith bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu negara tercapai pada suatu tingkat tertentu apabila memperhatikan faktor-faktor seperti tabungan, pembentukan modal, kemajuan teknologi serta beberapa faktor lain sebagai pendukung proses pembentukan modal.

(33)

Smith bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan kembali ke tingkat subsisten (Todaro, 2003).

Tokoh ekonomi klasik berikutnya adalah teori Malthus dan Mill. Pusat perhatian Malthus yaitu menekankan pada pertambahan penduduk. Menurut Malthus bahwa pertambahan penduduk yang terus-menerus tanpa diikuti oleh pertambahan faktor-faktor produksi lain seperti modal, akan menyebabkan kemakmuran masyarakat mundur pada tingkat subsisten. Pandangan Malthus tidak semuanya didukung oleh perkembangan ekonomi dunia. Pertambahan penduduk bilamana kecepatannya masih lebih rendah dibanding dengan kecepatan pertambahan barang-barang modal dan kemajuan teknologi, maka tetap terjadi pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus.

Selanjutnya teori pertumbuhan ekonomi Marx. Teori Marx terkenal dengan teori nilai lebih sebagai basis ekonomi bagi perjuangan kelas didalam kapitalisme. Marx menggunakan teori nilai lebih untuk membangun suprastruktur analisa pembangunan ekonomi.

(34)

pengenalan barang baru, pembukaan pasar baru, sumber penawaran baru dan pembentukan organisasi baru. Namun Schumpeter menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berjalan terus-menerus tetapi mengalami keadaan dimana ada kalanya berkembang dan ada kalanya mengalami kemunduran.

Pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh pengikut aliran Klasik pada dasarnya memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap teori pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan buah pikiran yang disampaikan ekonom Klasik, umumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah penduduk, tabungan, investasi, inovasi, teknologi dan produktivitas kerja.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes

Ada perbedaan sudut pandang antara teori pertumbuhan ekonomi Klasik dengan teori pertumbuhan ekonomi Keynes. Teori pertumbuhan ekonomi klasik memandang proses pembangunan ekonomi dari sisi penawaran. Namun teori pertumbuhan ekonomi Keynes menegaskan dari sisi permintaan yaitu permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan dan pendapatan nasional. Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, pengusaha, dan pemerintah serta sektor luar negeri dapat meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Keynes mengaku adanya pengangguran, sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun formula yang dikemukakan oleh Keynes adalah :

M X G I C AD

(35)

dimana Y adalah output, AD adalah permintaan agregat, C adalah pengeluaran konsumsi oleh sektor rumah tangga, I adalah investasi swasta, G adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor pemerintah, X adalah ekspor dan M adalah impor atau (X-M) adalah net ekspor yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh sektor luar negeri (Mankiw, 2001).

Berdasarkan persamaan tersebut, jika salah satu dari komponen pengeluaran berubah maka tambahan terhadap pendapatan nasional adalah besarnya multiplier dikali dengan besarnya perubahan komponen pengeluaran tersebut. Misalnya terjadi perubahan pengeluaran pemerintah sebesar ∆G, maka ∆Y = ∆G. Dimana  =

bt

 b 1

1

disebut multiplier.

Besarnya multiplier sangat dipengaruhi oleh besarnya kecenderungan untuk mengkonsumsi (MPC) dari tarif pajak. Apabila tarif pajak meningkat, maka angka multiplier menjadi kecil sehingga pendapatan berkurang.

Apabila negara menganut sistem perekonomian terbuka, maka angka multiplier menjadi semakin kecil karena dipengaruhi oleh impor. Hal ini dapat dilihat dari rumus multiplier menjadi =

m bt

 b 1

1

. Dengan

demikian, semakin terbuka suatu negara akan mempengaruhi pula efektifitas kebijakan fiskal pemerintah.

(36)

bunga dan investasi melalui analisis IS-LM, dan (3) efek perubahan kebijakan pemerintah terhadap tingkat harga dan permintaan agregat melalui kurva AD dan AS.

Dapat disimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi Keynes bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi melalui proses multiplier C, I, G , X, dan M. Dengan demikian, dalam hal ini sisi permintaan harus bisa dikendalikan oleh pemerintah. Untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan pemerintah harus mampu mempengaruhi C, I, G, X, dan M melalui instrumen kebijakan makro.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Post-Keynesian)

Harrod dan Domar (dalam Jhingan, 2000), menekankan tentang pentingnya investasi (jangka panjang) didalam proses pertumbuhan ekonomi karena aspek investasi mempunyai peran ganda yaitu; (1) investasi menciptakan pendapatan. (2) investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi (I) menambah stok modal seperti gedung-gedung, laboratorium, pabrik, jalan, jembatan dan lain sebagainya, sehingga I=sK dimana K=stok modal dalam masyarakat yang berarti adanya peningkatan kapasitas produksi. Menurut Harrod-Domar, setiap penambahan stok modal akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Y).

Hubungan antara stok modal dengan output secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :

kK

(37)

dimana k menunjukkan output yang bisa dihasilkan dari setiap unit modal atau Output Capital Ratio (OCR) dan sebaliknya (I/k) atau Capital Output Ratio (COR). Hubungan K dengan Y bersifat proporsional, karena itu :

k Q K Y

K/  / 1/ ………. (2.3)

dimana dK/dY adalah incremental capital output ratio (ICOR). Dengan demikian, apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar I, maka persediaan modal pada akhir tahun akan bertambah sebesar ∆K = I. Penambahan kapasitas ini akan meningkatkan keluaran potensial sebesar :

kI K

k.  ... (2.4)

semakin besar I, maka semakin besar tambahan keluaran potensial.

Beberapa asumsi penting yang dikemukakan dalam teori pertumbuhan Harrod-Domar sebagai berikut (Todaro, 2003) :

1) Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari pendapatan nasional (Y). Hubungannya dalam bentuk persamaan :

sY

S...(2.5) 2) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari persediaan modal

yang diwakili oleh ∆K, sehingga persamaannya adalah : K

I  ...(2.6) akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional Y seperti yang ditunjukan oleh k, maka

k

(38)

atau ∆K / ∆Y = k atau akhirnya menjadi : ∆K = k∆Y

3) Jumlah keseluruhan dari tabungan nasional harus sama dengan keseluruhan investasi maka persamaannya adalah :

I

S ...(2.8) Oleh karena S = sY maka I = ∆K = k∆Y

Dengan demikian, identity tabungan yang merupakan persamaan modal adalah

I K Y k sY

S     ...(2.9) atau diringkas menjadi :

Y k

sY  ...(2.10) jika kedua sisi tersebut dibagi dengan Y dan kemudian k maka diperoleh:

s/k Y/Y

...(2.11)

(39)

hubungannya dengan k adalah berbanding terbalik yang artinya semakin banyak k semakin kecil laju pertumbuhan output yang dihasilkan.

Untuk itu, agar pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan pesat maka bagian dari output yang ditabung harus dinaikan yang berarti konsumsi harus dikurangi. Besarnya kontribusi dari tabungan dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi bahwa pendapatan harus tumbuh sebesar perbandingan antara MPS dan COR, agar dampak ganda investasi tetap memelihara keseimbangan makro pada kesempatan kerja penuh (full employment).

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ini mempunyai asumsi bahwa rasio faktor produksi (K dan L) selalu konstan. Hal ini kemudian disempurnakan oleh teori Neo-Klasik dimana rasio faktor produksi dapat mengalami perubahan.

d. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swan, 1956)

Teori pertumbuhan ekonomi Neo klasik model Solow-Swan ini dikembangkan oleh R.M. Solow dengan menekankan tiga faktor yaitu; kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, tabungan, dan kemajuan teknologi yang eksogen. Solow membangun model pertumbuhan ekonominya sebagai penyempurnaan jalan pemikiran Harrod-Domar (Jhingan, 2000).

(40)

Konsep dasar model Solow menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yaitu Romer (2006) :

AL) F(K,

Y ... (2.12) Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan A adalah teknologi. AL diartikan tenaga kerja efektif.

Beberapa asumsi yang digunakan untuk menjelaskan model Solow yaitu : 1) Constant return to scale yang berarti jika input digandakan maka

output juga diganda sebesar tambahan input.

2) Prinsip kondisi Inada yang berarti marginal product of capital menurun ketika persediaan modal besar. Sebaliknya marginal product of capital meningkat ketika persediaan modal kecil.

3) Hanya ada satu barang.

4) Tidak ada campur tangan pemerintah.

(41)

tambahan modal. Dengan demikian hanya dengan kemajuan teknologi yang menyebabkan pertumbuhan output dalam jangka panjang.

Dalam model Solow, terdapat dua sumber yang menjadi penyebab terjadinya variasi output per pekerja yaitu; (1) Perbedaan dalam modal per pekerja (K/L) dan (2) Perbedaan dalam tenaga kerja efektif (A).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa tabungan merupakan penentu dari persediaan modal yang secara matematika dapat diformulasi menjadi :

g)k (

-sf(k)

K ... (2.13)

dimana k adalah perubahan persediaan modal,  adalah depresiasi,  adalah pertumbuhan penduduk, g adalah kemajuan teknologi dan k adalah rasio modal terhadap tenaga kerja. Persamaan ini merupakan persamaan inti dari model Solow. Persamaan ini menjelaskan bahwa perubahan persediaan modal merupakan selisih antara investasi aktual (sf(k)) dan investasi break even point, ((g)k).,dan g tumbuh secara proporsional dengan persediaan modal (k) dimana k=K/L.

Selanjutnya untuk mempertahankan k agar tidak mengalami penurunan, diperlukan investasi dengan dua alasan yaitu; (1) mengganti modal yang susut untuk tetap menjaga persediaan modal, dan (2) jumlah tenaga kerja efektif ( + g) tumbuh sebesar persediaan modal.

(42)

dimana terdapat jarak konsumsi yang paling maksimum antara output (y = f(k) dan investasi (sf(k)). Jarak yang terbesar tidak lain adalah konsumsi (c). Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa perekonomian telah membutuhkan sejumlah tabungan yang tepat dan masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan maksimum.

Suatu konsekuensi dalam model Solow akan selalu dihadapkan suatu pilihan bahwa berapa banyak output yang diproduksi itu seyogya nya disisihkan untuk konsumsi dan investasi. Jika output lebih banyak diarahkan untuk konsumsi, maka akan berakibat pada kecilnya jumlah investasi. Semakin banyak output yang dikonsumsi oleh masyarakat berarti semakin kecil tabungan dan pembentukan modal yang akhirnya semakin rendah pertumbuhan output.

Disinilah puncak analisa dari model Solow untuk dapat mempertemukan keseimbangan yang tercipta antara kebutuhan konsumsi (Golden Rule) dan kebutuhan untuk investasi. Oleh karena itu, variabel-variabel seperti pertumbuhan penduduk harus konstan karena jika tidak, dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah terus tentunya mengurangi output yang ingin diinvestasikan karena diserap oleh adanya tambahan penduduk. Kemudian tambahan penduduk itu juga menyebabkan penurunan rasio modal per pekerja, yang selanjutnya menyebabkan penurunan dalam output per pekerja.

(43)

1) Pertumbuhan ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai melalui kemajuan teknologi. Peningkatan tabungan pada dasarnya meningkatkan pertumbuhan output tetapi sifatnya sementara. Kemajuan teknologi dan tabungan diasumsikan eksogen.

2) Tabungan yang eksogen mendapat kritikan dari Ramsey-Diamond yang menyatakan bahwa tabungan adalah endogen karena dapat ditentukan oleh perilaku individu dan perusahaan.

3) Kemajuan teknologi yang eksogen dikritik oleh teori pertumbuhan baru (new growth theory) yang menyatakan bahwa kemajuan teknologi adalah endogen. Teknologi dapat ditentukan oleh faktor-faktor di luar model.

Kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki oleh teori berikutnya yaitu teori Ramsey-Diamond dan new growth theory oleh Romer (2006).

B. Teori Pertumbuhan dengan Model Infinite-Horizon dan Overlapping-Generation oleh Ramsey (1928) – Diamond (1965)

Baik model dari Ramsey-Cass-Koopmans dan model Diamond, keduanya dimaksudkan untuk memahami lebih jauh dinamika perekonomian agregat yang ditentukan pada level ekonomi mikro dengan asumsi bahwa tabungan adalah endogen dan dapat berubah setiap waktu.

(44)

yang terbatas yang dikenal sebagai model Overlapping Generation oleh Diamond (1965).

Hal yang menarik dalam model ini berupaya menganalisis sejauh mana tingkat kesejahteraan konsumen dicapai jika rumah tangga meningkatkan konsumsinya baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan datang. Keputusan konsumen untuk meningkatkan konsumsinya pada periode 1 atau periode akan datang tergantung pada discount rate dan intervensi pemerintah. Nampaknya bahwa dalam Ramsey terdapat dinamika dalam hal konsumsi dan modal untuk memusat ke garis pertumbuhan yang seimbang.

Kelebihan dari model Ramsey adalah menganalisis pengaruh dari kebijakan fiskal pemerintah. Beberapa asumsi penting dalam model Ramsay adalah bahwa (1) pembelian pemerintah tidak mempengaruhi konsumsi masyarakat dan tidak mempengaruhi output di masa akan datang. (2) pembelian pemerintah lebih diarahkan ke konsumsi publik daripada investasi publik. (3) pembiayaan berasal dari pajak lump-sum. Suatu peningkatan pengeluaran pemerintah (G(t)), akan mengurangi persediaan modal swasta dan output. Hal ini berarti terjadi crowding out effect.

(45)

Dalam model Diamond perilaku pemerintah juga mengurangi persediaan modal di masa akan datang. Asumsi yang digunakan adalah terdapat turnover penduduk dan masa hidup rumah tangga terbatas, katakanlah hanya dua periode. Dengan kata lain bahwa rumah tangga tidak lagi tetap, tetapi ada rumah tangga baru atau generasi baru yang akan mempengaruhi pola konsumsi baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan datang. Ketika individu masih muda dia menawarkan tenaga kerjanya dan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang mereka peroleh diperhadapkan oleh dua pilihan antara konsumsi dan tabungan pada periode pertama; dan pada periode kedua biasanya individu mengkonsumsi tabungannya dan tingkat bunga dari tabungan. Ketika pada periode pertama tabungan ditingkatkan maka ada peluang pada periode pertama untuk mengakumulasi modal yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan output. Akan tetapi jika pilihan individu mengurangi tabungan pada periode pertama dalam arti konsumsi meningkat maka tambahan persediaan modal dan output menurun.

Model Diamond menjelaskan bahwa ketika pemerintah meningkatkan pembeliannya secara permanen dan membiayainya secara keseluruhan dengan pajak, maka pendapatan pekerja setelah dikurangi pajak pada periode t sama dengan (1 - ) a

t

k – Gt. Persamaan untuk persediaan modal tahun akan datang (k1+1) dapat dinyatakan sebagai :

t t

t k G

g n

k  

   

(1 )

(46)

Persamaan ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi Gt, akan mengurangi k1+1 pada kt tertentu.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian model Ramsey dan Diamond yaitu bahwa tabungan sesungguhnya tidak eksogen tetapi ia endogen, sehingga ada kaitannya dengan perilaku rumah tangga apakah lebih memilih untuk mengkonsumsi pada periode pertama ataukah memilih untuk mengkonsumsi pada periode kedua. Keputusannya akan mempengaruhi akumulasi modal yang berguna untuk mendorong pertumbuhan output per pekerja. Tetapi tingkat pengembalian dari akumulasi modal mengalami penurunan ketika perekonomian sudah berada pada tingkat kapasitas penuh (full employment). Selain itu bahwa dalam model Ramsey-Diamond masih menggunakan asumsi kemajuan teknologi eksogen dan diminishing return of capital.

a. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

(47)

Menurut model new growth bahwa pertumbuhan ekonomi diseluruh dunia dalam jangka panjang hanya dapat tercipta apabila ada kemajuan teknologi yang endogen dan pengembangan sumber daya manusia (Todaro (2003), Romer (2006). Negara-negara yang mempunyai tingkat kemajuan teknologi yang lebih cepat nampaknya mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding negara-negara yang tingkat kemajuan teknologinya lebih lambat. Kemajuan teknologi tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumberdaya yang tinggi.

Terdapat model untuk menjelaskan teori pertumbuhan endogen yaitu model R & D (Romer, 2006).

1) Model R & D

Asumsi yang dipergunakan dalam Model R & D ini yaitu : (1) output diproduksi dengan tiga input : modal (K), tenaga kerja (L) dan teknologi (A). (2) terdapat dua sektor yaitu sektor R&D untuk memproduksi tambahan persediaan pengetahuan dan sektor barang untuk menghasilkan output. Kedua sektor tersebut menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. (3) Sebagian tenaga kerja digunakan dalam R&D (aL) dan sebagian pula digunakan dalam sektor barang (1–aL).

Sama halnya, sebagian model digunakan dalam R&D (aK), sebagian

pula digunakan dalam produksi barang (1 – aK).

(48)

A(t) L(t), a K(t), G(a )

(tK L

A...(2.15)

dimana .

A tingkat produksi ide-ide baru.

Jika persamaan ini disusun kedalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas maka bentuknya adalah :

) ( , ) ( , ) ( ( )

(t B a K t a L t At

A  K L ...(2.16)

dimana B adalah parameter, B0; 0; 0.

Persamaan tersebut menunjukan bahwa jika ada tambahan bagian modal dan bagian tenaga kerja dalam R&D, maka produksi ide-ide baru meningkat. Selanjutnya karena produksi ide-ide-ide-ide baru yang meningkat maka output akan meningkat pula.

(49)

Ada dua variabel penting dalam model R & D yaitu : (1) bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, menentukan persediaan modal; dan (2) bagian tenaga kerja yang bekerja di sektor R & D yang menghasilkan ilmu pengetahuan, menentukan pertumbuhan persediaan ilmu pengetahuan. Kedua variabel tersebut mempengaruhi pertumbuhan output dalam jangka panjang.

b. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diukur dari kenaikan PDB, dimana PDB secara umum tidak lain adalah keseluruhan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian dalam satu tahun. Secara formal, pertumbuhan ekonomi dihitung dengan rumus:

% 100 1 1 x PDB PDB PDB Y t t t     ... (2.17)

dimana Y adalah pertumbahan ekonomi, PDBt adalah nilai PDB tahun

berjalan, dan PDBt-1 adalah nilai PDB satu tahun sebelumnya.

PDB dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan yang disebut pertama merupakan perhitungan PDB dari sisi penawaran agregat (aggregat supply), sedangkan pendekatan yang disebut terakhir merupakan perhitungan PDB dari sisi permintaan agregat (aggregat demand) (Tulus Tambunan, 2003).

(50)

sektor, yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan. sewa, dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa. Dengan demikian, maka :

9 ,..., 3 , 2 , 1

  

i i NO PDB

... (2.18)

Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor. Dalam pendekatan ini, perhitungan PDB juga mencakup penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Dengan demikian, PDB adalah jumlah dari nilai tambah bruto (NTB) dari kesembilan sektor tersebut.

PDB = PDB1 + PDB2 + PDB3 + ... + PDB9 ...(2.19)

Sedangkan menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari semua komponen dari permintaan akhir, yakni pengeluaran konsumsi rumah tangga (C), pembentukan modal tetap domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto (X-M). Dengan demikian, maka :

(51)

output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga tertentu (P). Pertumbuhan ekonomi terjadi ketika output (Y) periode berikutnya lebih besar dibandingkan dengan periode sebelumnya (Y1 > Y0). Berdasarkan

analisis gambar tersebut, tampak jelas bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh pergeseran kurva AS (bagian A) dan atau pergeseran kurva AD (bagian B).

[image:51.595.125.490.342.556.2]

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif. Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah, sedangkan pertumbuhan dalam nilai relatif dinyatakan dalam persentase.

Gambar 2.1.

Permintaan Agregat, Penawaran Agregat dan Keseimbangan Ekonomi Makro

Sumber : Tulus Tambunan (2003)

Pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya dapat dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil berdasarkan harga konstan. Berdasarkan harga berlaku, nilai barang dan jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan harga pasar pada tahun bersangkutan, yang berarti kenaikan harga-harga (efek inflasi) turut dihitung. Sedangkan berdasarkan harga konstan, nilai barang dan jasa

AS1

AS0

AD

Y0 Y1

P

(A)

AS

AD1

Y0 Y1

P

(B)

(52)

dihitung berdasarkan harga pada "tahun dasar" (IHK=100), yang berarti tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.

Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam nilai nominal (PDB harga berlaku), pertumbuhan ekonomi dalam nilai riil (PDB harga konstan) lebih menunjukkan pertumbuhan output yang sebenarnya, sehingga lebih tepat digunakan untuk menganalisis kinerja ekonomi suatu negara.

Secara sederhana, cara menghitung PDB menurut harga konstan dapat dilakukan dengan rumus:

) ( ) ( 100 t HB t t

HK x PDB

IHK

PDB

... (2.21)

dan cara menghitung PDB menurut harga berlaku di lakukan dengan rumus: 100 ) ( ) ( t t HK t HB IHK x PDB PDB  ... (2.22)

dimana HK adalah harga konstan, HB adalah harga berlaku. IHK adalah indeks harga konsumen, 100 adalah IHK tahun dasar, dan t adalah tahun tertentu.

(53)

penduduk PDB Yp

 

... (2.23)

Meskipun pendapatan per kapita merupakan indikator yang paling lazim dan digunakan secara luas, namun indikator tersebut bukan tanpa cacad. Indikator tersebut merupakan indikator makro yang hanya menghitung secara rata-rata pendapatan penduduk suatu negara, sehingga tidak mampu menunjukkan bagaimana pendapatan tersebut didistribusikan diantara penduduk. Oleh karena itu, indikator ini juga dianggap menyembunyikan realitas kemiskinan.

C. Teori Ekspor Dan Impor a. Teori Ekspor

1) Pengertian Ekspor

Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan juga dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara serta membantu berbagai usaha untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan peranan sektor yang mempunyai keunggulan komperatif karena efesiensi dalam faktor produksi. Nopirin menyatakan bahwa ekspor berasal dari suatu produksi dalam negeri dijual dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi.(Syaikhu, 2010:14)

(54)

(export-led- development) artinya ekspor memegang peranan utama dan signifikan terhadap proses pembangunan suatu bangsa.

Peranan perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi cukup menonjol. Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik mengungkapkan betapa pentingnya perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara, yang disebut sebagai mesin pertumbuhan. Perdagangan luar negeri (ekspor-impor) mempunyai arti yang sangat penting bagi negara. Bilamana suatu negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah. Dari perdagangan luar negeri ini, maka negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2003).

(55)

perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal12)

Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari adam smith yang disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu Negara akan melakukan spesialisasi terhadap produk dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu, dimana Negara tersebut memiliki keunggulan absolute dan tidak produksi atau import suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana Negara tersebut tidak mempunyai keunggulan tersebut atas Negara lain yang memproduksi atas barang yang sama, atau suatu Negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika Negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan dengan Negara lain.

2) Strategi-Strategi Kebijakan Ekspor

(56)

fundamental pembangunan maupun perekonomiannya. Dan memang sudah terlebih dahulu berbenah diri.

Profesor Lance Taylor memberikan ulasan yang bagus sekali ketika mengatakan "Dapat dipastikan bahwa kemampuan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Akan tetapi keunikan sejarah dan lingkungan geografis yang dimiliki negara-negara industri baru semakin memperbesar keraguan mengenai bagaimana mungkin kemampuan ekspor itu dapat dimiliki secara universal oleh semua negara. Apa yang harus dituntut oleh negara-negara Dunia Ketiga dari tatanan ekonomi internasional adalah proteksi-proteksi terhadap kepentingan-kepentingan mereka yang sah menurut hukum dibidang perdagangan bukan hanya sekedar konsesi-konsesi perdagangan". (Juniartha,2009).

(57)
(58)

biaya tenaga kerja yang rendah telah menyebabkan harga dalam negeri menjadi lebih kompetitif dengan harga dunia.(Todaro, 2000:211). 3) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage)- Adam Smith

Teori keunggulan atau keuntungan absolut dari Adam Smith sering disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produksi dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu. Dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi. Misalnya tenaga kerjadi dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari Negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tambunan,2004:47).

(59)
(60)

lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional (Tambunan,2003:48).

5) Teori Hecksher-Ohlin

Teori modern ini dalam perdagangan internasional dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya“ Interregional and Internasional trade” yang didasarkan sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Hecksher, yang ditulisnya pada tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori Hecksher–Ohlin. (Soelistio dan Nopirin, 1977:54)

Dalam Hecksher–Ohlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu; a) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital.

b) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” faktor produksi yang tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih padat capital.

c) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang berbeda. ( Boediono, 2000:59)

d) Inti dari model Hecksher –Ohlin yang diuraikan diatas adalah suatu Negara lebih cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif melimpah di negara tersebut.

6) Teori Perdagangan Internasional

(61)

kebutuhannya, namun di lain pihak ada kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri karena alasan-alasan tertentu seperti keterbatasan dalam sumber daya alam, kekurangan modal, skill yang belum memadai dan lain-lain. Kebutuhan demikian ini biasanya diperoleh dari negara lain melalui kegiatan perdagangan. Jadi telah terbentuk saling ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia ini.

Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi kian penting peranannya.

Perdagangan luar negeri atau perdagangan internasional sebagai salah satu bagian dari analisa ekonomi pembangunan, memegang peranan penting dalam usaha peningkatan pendapatan perkapita. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua negara telah melaksanakan perdagangan internasional. Hampir tanpa terkecuali semua perekonomian terlibat dalam perdagangan internasional bagi suatu perekonomian dapat diukur dalam hubungannya dengan produksi nasional bruto atau Gross National Product (GNP), sebagai contoh orang dapat mengukur keterbukaan suatu perekonomian melalui peranan impor perekonomian berbeda dengan perekonomian yang lain.

(62)

propelled the development of today’s economically advanced nation

during nineteenth and early twentieth century. Rapidly expanding

export market provide dan d additional stimulus to growing local

demands that led to establishment of large-scale manufacturing

industries. Together witha relativelystable political structure and

flexible social institutions, these increased exportearnings enabled the

developing country in the nineteenth century to borrow fundin the

international capital market at very low interest rate. This capital

accumulation inturn stimulated further production, made possible

increased imports, and led to more diversified industrial structure.”

Bahwa perdagangan merupakan mesin pertumbuhan banyak dibahas dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan. Surplus yang diperoleh oleh negara yang melakukan perdagangan internasional berpeluang untuk meningkatkan aktivitas perekonomiannya Manfaat lain yang diperoleh dari perdagangan, khususnya bagi negara- negara berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu; (1) perdagangan internasional memperluas pasar, merangsang inovasi dan meningkatkan produktivitas; (2) perdagangan internasional meningkatkan tabungan dan akumulasi kapital; (3) perdagangan internasional memiliki efek mendidik dalam hal dorongan atau keinginan terhadap hal-hal baru dan transfer teknologi, skill dan enterpreneurship.

(63)

kekuatan di pasar menyebabkan setiap negara berbeda dengan negara-negara lainnya baik dalam hal tingkat pembangunan ekonomi maupun pendapatan perkapita.

[image:63.595.158.514.643.741.2]

Menurut Nopirin (1995). Menyangkut hubungan antara negara ataupun antara wilayah dalam suatu negara, maka pada prinsipnya secara teoritis perdagangan antara wilayah dapat saling menguntungkan satu sama lain. Dengan menggunakan asumsi dua wilayah A dan B ; dan hanya satu barang yang diperdagangan; dapat dilakukan analisis secara parsial untuk melihat terjadinya perdagangan antara wilayah. Analisis parsial perdagangan antara wilayah dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini. Karena harga keseimbangan yang terjadi di wilayah A berbeda (lebih rendah) dengan harga keseimbangan di daerah B maka perbedaan ini membuka peluang untuk terjadinya perdagangan antara wilayah (interregional). Barang akan mengalir (diekspor) dari wilayah A ke wilayah B. Harga barang di wilayah A akan naik karena jumlahnya berkurang, sementara harga barang di wilayah B akan turun karena jumlahnya bertambah banyak. Demikian seterusnya sampai pada satu titik dimana harga barang pada kedua wilayah adalah sama.

(64)
[image:64.595.170.531.125.250.2]

Gambar 2.2a. Keseimbangan harga regional A

Gambar 2.2b Keseimbangan harga regional B

Sumber. Nopirin ( 1995)

Selanjutnya, dalam teori basis ekspor (base export theory) yang menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional sangat tergantung kepada aktivitas ekspor.

Dengan pendapatan regional merupakan kelipatan dari ekspor, dengan rumus :

i m i e

i X i

Y

  

[image:64.595.223.516.307.451.2]
(65)

Dimana : Yi adalah pendapatan regional, ei adalah marginal propensity to expenditure, dan mi adalah marginal propensity to import. Dari persamaan di atas, maka diperoleh angka pengganda basis ekspor (multiplier) sebagai berikut :

i m i e K i dX i dY     1 1

/ ………..……(2.25)

Sedangkan dalam model pertumbuhan interregional, yang merupakan perluasan dari teori basis ekspor, menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi regional terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya seperti : (1) investasi dan pengeluaran pemerintah, (2) pertumbuhan daerah lain yang berada dalam satu sistem, dan (3) pertumbuhan dalam hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional, dan tingkat pajak marginal. Kesimpulan dari model pertumbuhan interregional disajikan dalam persamaan matematika sebagai berikut :

Yi = A + KiXi...(2.26)

Dimana Yi adalah pendapatan regional daerah – i, A adalah pengeluaran otonom total, yang terdiri dari pengeluaran untuk investasi dan belanja pemerintah, X1 adalah ekspor daerah – i, dan K adalah angka pengganda regional yang besarnya adalah :

    ) )( ( 1 1 i t I ij m i c
(66)

Demikian : ti : adalah tingkat pajak marginal.

ci : Marginal propensity to consumen m : Marginal propensity to impor.

7) Teori Basis Ekspor Richardson

(67)

Harry W. Richardson (1977) dalam bukunya Elements of Regional Economics memberi uraian sebagai berikut. Berkenaan dengan daerah i dapat dituliskan :

Yi = (Ei – M) + Xi ... (2.28) Pendapatan = pengeluaran untuk barang /jasa domestik = ekspor, dimana : Ei = ei Yi ... (2.29) Mi = mi Yi ... (2.30)

Xi = eksogen ... (2.31) Dimana :

ei : Hasrat membelanjakan uang (marginal propensity to expenditure) mi : hasrat membeli barang impor (marginal propensity to impor) Dengan mensubsitusikan fungsi-fungsi (2.29), (2.30), dan (2.31) ke dalam no... (2.32)

Maka , Yi = ei Yi – miYi + Xi, dengan demikian :

i m i e i X Yi   

1 ...(2.33)

Jika fungsi no. (2.10) diubah susunannya maka :

i m i e i X i Y    1 1 ...(2.34) i X i Y

adalah rasio pendapatan terhadap ekspor yang disebut multiplier basis

diberi simbol K.

i m i e K    1 1 ...(2.35)

Jadi, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor, jika hasrat membelanjakan secara lokal (e – m) adalah lebih kecil daripada satu.

Hasil yang diperoleh adalah multiplier basis rata-rata sedangkan untuk peramalan diperlukan perubahannya, yaitu :

(68)

Menurut Richardson, besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya, makin besar suatu daerah, ekspornya semakin kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan, demikian pula impornya. Hal ini membuat daerah yang besar cenderung memiliki K yang tinggi karena rasio pendapatan ekspor adalah rendah, tetapi m juga rendah dan ini cenderung menaikkan K. Sebaliknya, daerah yang kecil maka rasio pendapatan ekspornya adalah tinggi, tetapi m juga tinggi dan ini cenderung menurunkan K. jadi, K bisa berubah apabila luas daerah analisis diubah. Dengan demikian, K sulit dijadikan pegangan tunggal dalam peramalan apabila luas daerah berubah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.

8) Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar- pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Michael P. Todaro & Stephen C, 2003).

(69)

tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).

b.Teori Impor

1) Pengertian Impor

Impor adalah pengiriman dagangan dari luar negeri ke pelabuhan diseluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun yang bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki didalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri (Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 15).

Dalam statistik perdagangan internasional impor sama dengan perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indone

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1.
Gambar 2.2 Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah A dan B
Gambar 2.2b Keseimbangan harga regional B
+7

Referensi

Dokumen terkait

indikator pencapaian kompetensi yang tertera pada RPP (Akuntabilitas: Kejelasan Target) Kemudian Saya akan membuat soal evaluasi berupa soal pilihan ganda yang rahasia dan

faktualdalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman

Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia Pada hasil analisis regresi meunjukkan bahwa variabel ekspor Indonesia pada tahun 1979 – 2018 tidak berpengaruh

Selanjutnya secara simultan variabel ekspor dan impor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Bruto yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

variabel PDB adalah sebesar 0,063 dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh t tabel sebesar 1,761 hasil regresi menunjukan t hitung < t tabel maka dalam hal ini (Ho)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekspor, impor dan indeks harga konsumen (IHK) terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi

Penelitian dengan metode magnetik ini dilakukan untuk mendapatkan target zona mineralisasi emas berdasarkan data magnetik, penampang IP, peta geologi dan peta

• Nilai tukar efektif riil • pengeluaran pemerintah • terms of trade • keterbukaan (ekspor + impor/ PDB) • capital controls • produktivitas • Pengeluaran pemerintah