• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. URAIAN TEORITIS

II.5. Teori S-O-R

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Semula teori ini berasal dari psikologi namun karena objek materialnya, manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi maka ilmu komunikasi juga mengunakan teori ini.

57 Ibid.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan.

Unsur-unsur teori S-O-R adalah: 1. Pesan (Stimulus)

2. Komunikan (Organism) 3. Efek ( Response)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek

“how” bukan “what” dan “why”. Dalam bentuk yang lebih jelas lagi, how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaimana mengubah sikap

komunikan.

Dalam proses perubahan sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof.Dr.Mar’at dalam bukunya Sikap Manusia, Perubahan, serta

Pengukurannya mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang mengatakan

bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel penting, yaitu:59 1. Perhatian

2. Pengertian 3. Penerimaan

Gambar 2.3. Skema Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukkan bahwa tindakan bergantung pada proses yang terjadi kepada individu (organisme/mahasiswa).

Komunikator atau dosen menyampaikan stimulus atau pesan kepada komunikan atau mahasiswa yang berupa komunikasi verbal maupun nonverbal yang bersifat fatis.

Setelah komunikan menerimanya akan memunculkan respon berupa komunikasi efektif diantara komunikator dan komunikan.

II.6. Komunikasi Efektif

Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga seni bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut tidak hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif.60

60 Kincaid dan Schramm dalam Deddy Mulyana, Human Communication, hal.viii

Stimulus Organism

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam mana makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator— pendeknya, komunikasi efektif adalah makna bersama.61

Meskipun anda telah berbicara dan mendengarkan, mengatakan segala sesuatu dengan ekspresi wajah dan isyarat, belum tentu komunikasi anda itu efektif ataupun memuaskan. Seperti yang dikatakan Romeo dalam Romeo and

Juliet-nya Shakespeare: “Ia berbicara, namun ia tidak mengatakan sesuatupun.”

Faktanya adalah bahwa kita, seperti Juliet, biasanya terus melakukan kebiasaan-kebiasaan kita tanpa menyadari kegagalan-kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan komunikasi. Meskipun kebanyakan dari kita belajar berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain semudah kita belajar berjalan, perbedaan antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil adalah seperti perbedaan antara berjalan dan menari balet.

Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan ketrampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah kita mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan apa yang kita dan orang lain lakukan ketika kita sedang berkomunikasi. Mempelajari komunikasi yuang efektif pada dasarnya adalah berusaha memahami apa yang menyebabkan orang lain berprilaku sebagaimana yang ia lakukan.62

61 Verderber, ibid. 62 Baird et al, ibid, hal.ix

Komunikasi yang efektif, menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, paling tidak menimbulkan lima hal ; pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.63

1. Pengertian

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut.

Pengertian disini berarti penerimaan yang cermat atas stimuli yang dimaksud oleh dosen Ilmu Komunikasi USU terhadap mahasiswa, yaitu ditandai adanya kesamaan kerangka pemikiran (Frame of reference) dan kesamaan pengalaman (Field of experience).

2. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis

(phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.

Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang sIstem komunikasi interpersonal.

63

Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat , hal.13. http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20, (2 Mei 2009)

Kesenangan yang diperoleh mahasiswa selama proses komunikasi dengan dosen berlangsung menjadi salah satu indikasi bahwa telah terjadi komunikasi efektif.

3. Mempengaruhi Sikap

Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasif. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

Adanya pengaruh pada sikap ini ditandai dengan adanya penambahan penambahan pemahaman atau pengetahuan (kognitif) pada mahasiswa, timbulnya perasaan senang atau kesenangan (afektif) dalam perasaan mahasiswa dan sikap cenderung patuh (konatif) oleh mahasiswa terhadap dosen.

4. Hubungan Sosial yang Baik

Sebagai makhluk sosial yang tak pernah bisa sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.

Hubungan sosial yang makin baik diantara dosen dan mahasiswa ini ditandai dengan adanya sikap saling pengertian (mutual understanding), saling percaya (mutual confidence) dan saling menguntungkan (mutual favorable) diantara dosen dan mahasiswa dalam proses komunikasi yang sedang berjalan.

5. Tindakan

Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.

Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Dalam hal ini tindakan nyata oleh mahasiswa sebagai akumulasi dari keseluruhan penyampaian pesan komunikasi oleh dosen Ilmu Komunikasi USU. diukur dari kepatuhan dan sikap hormat mahasiswa terhadap dosen.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait