• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

24

Wawancara dengan Ibu Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro. 23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro.

46

Pada prinsipnya, definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek jumlah tenaga kerja, pendapatan dan jumlah

aset. Berikut ini adalah kriteria-kriteria UKM menurut World Bank.25

1. Medium Enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

c. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

2. Small Enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

c. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

3. Micro Enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu

c. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

Dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil dan Menengah yaitu:26

25

Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing, artikel diakses pada 14 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/definisi-dan-kriteria-ukm-menurut-lembaga-dan-negara-asing/

26

Klasifikasi UKM, artikel diakses pada 14 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/29/klasifikasi-ukm/

47

1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang

memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat

kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor

4. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

Di Indonesia, istilah UKM telah berkembang menjadi UMKM semenjak pemerintah membuat produk hukum UMKM dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, berisi definisi UMKM beserta penjelasan kriteria-kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM:

(1) Usaha Mikro adalah Usaha Produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

48

(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

(3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atas hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa usaha yang digolongkan sebagai UMKM memiliki kriteria sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.B.1

Kriteria UMKM Menurut Pasal 6 UU nomor 20 Tahun 2008 No Uraian

Kriteria

Kekayaan Bersih Hasil Penualan

49

1 Usaha

Mikro

Maksimal Rp 50 Juta. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Maksimal Rp 300 Juta

2 Usaha

Kecil

Minimal Rp 50 Juta, maksimal Rp 500 Juta. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Lebih dari Rp 300 Juta, Maksimal Rp 2,5 Miliar

3 Usaha

Menengah

Minimal Rp 50 Juta, maksimal Rp 10 Miliar. Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Lebih dari 2,5 Miliar, Maksimal Rp 50 Miliar

Sumber: Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 Lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara UMKM dan Usaha Besar,

sebagaimana disajikan berdasarkandalam tabel berikut.

Tabel 2.B.2

Kriteria UMKM menurut Badan Pusat Statistik

No Unit Usaha Jumlah Pekerja Tetap

1 Usaha Mikro Hingga 4 orang

2 Usaha Kecil 5 hingga 19 orang

3 Usaha Menengah 20 hingga 99 orang

4 Usaha Besar lebih dari 99 orang

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2. Karakteristik UMKM

Besaran aset dan pekerja tetap yang dimiliki oleh skala UMKM dapat menunjukkan kemampuan UMKM dalam menghasilkan barang dan jasa, namun kemampuan suatu UMKM tidak dapat disamakan dengan UMKM lainnya atau bahkan Usaha Besar. Hal ini karena terdapat

karakteristik-50

karakteristik tersendiri bagi UMKM. Pada dasarnya, karakteristik UMKM

secara umum dianggap sama dilihat dari ciri-cirinya yaitu sebagai berikut;27

1. Struktur organisasi yang sangat sederhana

2. Tanpa staf yang berlebihan

3. Pembagian kerja yang kendur

4. Memiliki hierarki manajerial yang pendek

5. Aktivitas sedikit formal, sedikit menggunakan proses perencanaan

6. Kurang membedakan aset pribadi dan aset perusahaan.

Karakteristik UMKM juga dijelaskan berdasarkan penelitian Balton yang menyatakan bahwa terdapat jenis kegiatan yang disebut kerajinan yang bisa dibedakan yaitu kerajinan yang bermutu tinggi dan yang bermutu rendah. Kerajinan yang bermutu mempunyai nilai seni yang tinggi dan pembelinya dari kalangan tertentu, sedang yang bermutu rendah untuk dijual lokal dengan

harga yang relatif murah.28

Berdasarkan dari karakteristik yang telah dijelaskan di atas, dikemukakan bahwa karakteristik UMKM dilihat dari pelaksanaan aktivitas operasional dan manajerial masih terbilang sederhana dan produk UMKM berupa kerajinan tangan memiliki wilayah pemasaran yang sempit atau hanya terbatas pada cakupan lokal.

27

Titik Sartika Pratomo & Abd Rachman Soedjono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2002), h. 15.

28

51

3. Permasalahan UMKM

Menurut Mohammad Jafar Hafsah permasalahan yang dihadapi

UMKM bisa dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal.29

1. Faktor Internal

a) Kurangnya Permodalan

b) Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas

c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

2. Faktor Eksternal

a) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

b) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

c) Implikasi Otonomi Daerah

d) Implikasi Perdagangan Bebas

e) Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek

f) Terbatasnya Akses Pasar

Berdasarkan temuan survei BPS sejak tahun 2003 dan 2005 yang dikutip dari Tulus Tambunan, salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh sebagian besar responden (usaha mikro dan kecil) setelah keterbatasan permodalan adalah kesulitan pemasaran. Seiring dengan Ina Primiana,

29

Mohammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah”, (Jurnal Infokop Nomor 25 tahun XX, 2004), h. 41-43.

52

menjelaskan bahwa beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan

pemasaran UMKM.30

1. Sulitnya akses pasar dikarenakan keterbatasan-keterbatasan

antara lain: membaca selera pasar, mengenal pesaing dan produknya, memposisikan produknya di pasar, mengenal kelemahan produknya di antara produk pesaing.

2. Keterbatasan SDM. Dalam UMKM pada umumnya pemilik

masih melakukan semua kegiatan sendiri atau dibantu beberapa pegawai seperti produksi, atau pengawasan produksi, sehingga mencari pasar menjadi terbengkelai.

3. Standarisasi produk lemah, hal ini menyebabkan pesanan

dikembalikan (retur) karena kualitas produk yang dihasilkan spesifikasinya tidak sesuai dengan pada saat pesan.

4. Hilangnya kepercayaan pelanggan akibat ketidakmampuannya

memenuhi permintaan dalam jumlah besar, antara lain, dikarenakan tidak tersedianya dana untuk memenuhi permintaan tersebut.

Selain karena pemasaran, permasalahan UMKM juga dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan manajerial dan profesionalisme dari para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan operasional UMKM.

30

Ina Primiana, Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri, (Bandung, Alfabeta: 2009), h. 50-51

53

Seperti yang diungkapkan oleh Rustam Effendi bahwa salah satu permasalahan intern yang dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya

profesionalisme tenaga pengelola usaha kecil, dan permasalahan extern yang

dihadapi salah satunya adalah adalah masih kurangnya pembinaan dalam

bidang manajemen maupun peningkatan kualitas SDM31.

4. Definisi Akses Pemasaran

Secara bahasa, Akses memiliki arti jalan masuk. Peluso dan Ribot

mendefinisikan akses sebagai kemampuan menghasilkan keuntungan dari sesuatu, termasuk diantaranya objek material, perorangan, institusi, dan simbol.32 Jadi akses adalah jalan atau kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari satu objek, perorangan, institusi dan simbol.

Berbicara mengenai pemasaran, pemasaran tidak hanya berbicara mengenai penjualan semata, seiring yang dikemukakan oleh American Marketing Association (AMA) dalam Machfoedz bahwa pemasaran adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran yang memenuhi tujuan individu atau organisasi. Pemasaran bukan hanya periklanan dan personal selling. Pemasaran mencakup berbagai aktivitas yang ditujukan pada rangkaian berbagai jenis barang, jasa dan ide. Aktivitas ini meliputi

31

Mohammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah”, (Infokop: Nomor 25 tahun XX, 2004), h. 38-39

32

Jesse C. Ribot dan Nancy C Pelusso, “A Theory of Acces”, Rural Sociology, Volume 68, Nomer 2 (2003: The Rural Sociology Society), H. 153

54

pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk memenuhi

kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industri pengguna.33

Berdasarkan definisi akses dan pemasaran yang telah dikemukakan para ahli, pemasaran dalam penelitian ini dibatasi pada indikator lokasi, penetapan harga (pricing), promosi dan inovasi.

5. Definisi Pembinaan & Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pembinaan berasal dari kata bina, yang berarti proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan/penyempurnaan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih

baik.34 Pelatihan menurut Good dalam Marzuki bahwa pelatihan adalah suatu

proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan.35 Jadi

pembinaan & pelatihan adalah proses usaha secara efektif dan efisien melalui penyempurnaan skill dan pengetahuan.

Pembinaan dan pelatihan yang diberikan koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro mengacu kepada aspek manajemen usaha dan manajemen SDM. Menurut Machfoedz, manajemen ialah proses yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui perencanaan,

33

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan: Metode Manajemen, dan Implementasi, (Yogyakarta: BPFE, 2005) h.85-86

34

Definisi Pembinaan diakses pada 22 Januari 2013 dari tautan http://kbbi.web.id/bina

35

M. Saleh Marzuki, Strategi dan Model Pelatihan, (Malang: IKIP Malang, 1992) h. 5

55

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian manusia dan sumber daya

organisasi lainnya.36 Sedangkan manajemen sumber daya manusia dapat

diartikan sebagai proses penggajian, pengembangan, motivasi, dan evaluasi

karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.37

Dalam penelitian ini pembinaan & Pelatihan SDM dilihat pada indikator pengetahuan dan metode pembinaan & pelatihan yang diterima oleh UMKM anggota kemitraan LotteMart cabang Bintaro.

6. Definisi Kinerja UMKM

Menurut Wirawan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi

dalam waktu tertentu.38 Armstrong dan Baron dalam Wibowo juga

menjelaskan secara rinci bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis

organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.39 Di

dalam suatu perusahaan yang melaksanakan suatu bisnis, kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,

36

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan: Metode Manajemen, dan Implementasi, (Yogyakarta: BPFE, 2005) h.205

37

Ibid., h. 187

38

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.

39

56

merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional

perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.40 Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan keluaran atau hasil dari suatu usaha yang memanfaatkan sumber daya selama periode waktu tertentu dan didasarkan pada indikator-indikator tertentu selaras dengan tujuan strategis dari suatu organisasi.

Pengukuran kinerja suatu organisasi atau perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai macam cara atau ukuran. Zou dan Stan mengemukakan tiga

hal dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu:41

1. Pengukuran finansial, seperti penjualan (sales), keuntungan

(profit), dan pertumbuhan (growth)

2. Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction),

pencapaian tujuan (goal achievement), dan proses bisnis (Business process)

3. Pengukuran gabungan

Dalam penelitian ini, Kinerja UMKM dibatasi pada pengukuran finansial yaitu pemanfaatan & pertumbuhan sumber daya berupa nilai aset atau kekayaan usaha, dan pertumbuhan pendapatan (omzet) usaha setelah

40

Erich A. Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan Edisi 8, (Jakarta: Elangga, 1996)

41

Zou dan Stan, The Determinants of Export performance: A Review of The Emphirical Literature Between 1987 and 1997. (International Marketing Review Vol. 15 No. 5: MCB University Press, 1998), h.342

57

mengikuti kemitraan usaha di LotteMart cabang Bintaro. Aset yang dimaksud adalah aset tetap dan tidak tetap, berdasarkan PSAK 16 paragraf 6 aset tetap

didefinisikan sebagai aset berwujud yang:42

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang

atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebah dari satu periode.

Dalam penelitian ini, aset tetap yang dimaksud berupa peralatan, Mesin produksi, kendaraan, toko/outlet selain di LotteMart. Aset tidak tetap atau aset tidak terwujud dapat berupa, merek dagang, hak cipta, paten dan kekayaan intelektual lainnya. Sedangkan pendapatan (omzet) yang dimaksud berupa dari nilai hasil penjualan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya dalam kurun waktu per bulan.

Dokumen terkait