• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL SEBELUM

D. Kepastian Hukum Melalui Harmonisasi Undang-Undang

1. Terciptanya Tujuan Hukum Dalam Pengawasan Pasar

Otoritas Jasa Keuangan

Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana pengendali dan perubahan sosial, hukum memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, damai, adil yang ditunjang dengan kepastian hukum sehingga kepentingan individu dan masyarakat dapat terlindungi yang pada akhirnya akan memberi kemanfaatan bagi masyarakat.

242

A.A. Oka Mahendra, “Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan” (1 April 2010), Diunduh dari

benar-benar merupakan kebutuhan masyarakat manusia yang nyata dan objektif.243 Namun keadilan bukan satu-satunya tujuan hukum melainkan juga bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan (welfare state).244

Sementara itu ada juga aliran utilistis, yakni yang menganggap tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan kemanfaatan dan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi mayoritas umat manusia.245 Teori Utilitiarisme berpandangan bahwa kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan kesejahteraan bersama. Perbuatan yang baik diukur dari hasil yang bermanfaat, jika hasilnya tidak bermanfaat, maka tidak pantas disebut baik.246

Terdapat juga aliran yuridis dogmatik yang menganggap bahwa tujuan hukum adalah semata-mata hanya untuk mewujudkan kepastian hukum. Aliran ini menganggap bahwa hukum yang telah tertuang dalam rumusan peraturan perundang-undangan adalah sesuatu yang memiliki kepastian untuk diwujudkan. Kepastian hukum adalah hal yang mutlak bagi setiap aturan dan karena itu kepastian hukum itu sendiri merupakan tujuan hukum.247

Tujuan hukum yang dikemukakan oleh Gustav Radbruch dengan asas prioritasnya, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Hukum berfungsi untuk mencapai tujuan hukum demi tercapainya kesejahteraan, kedamaian, ketertiban dan keamanan dalam suatu negara.248

243

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, (Bandung : Bina Cipta, Tanpa Tahun), hlm. 2-3.

244

Mochtar Kusumaatmadja, Loc.cit

245

Fazar Fuzhu, ‘pengertian Tujuan Hukum Yang Ada Di Indonesia”, (12 Maret 2013), Diunduh dari (diakses pada tanggal 12 Februari 2014).

246

K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta : Kanisius, 2000), hlm. 67.

247

Fazar Fuzhu, Loc.cit.

248

Sofyan Ibrahim, “Pelaksanaan Fungsi Hukum Sebagai Sarana Social Control Dalam Suatu Negara”, Majalah Hukum Universitas Sumatera Utara, Volume 8, Nomor 2, Agustus 2003, hlm. 214-215.

Ketiga tujuan hukum tersebut masing-masing ditempatkan ke dalam ajaran hukum sebagai pandangan legalisme yang menitikberatkan pada keadilan, pandangan fungsional yang menitikberatkan pada kemanfaatan dan pandangan yang kritis yang menitikberatkan pada kepastian hukum.249

Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum yaitu untuk mewujudkan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Dimana keadilan menurut Plato250 adalah nilai kebijakan yang paling tertinggi. Keadilan menurut H.L.A. Hart adalah nilai kebajikan yang paling legal atau atribut pribadi (habitus

animi).251

Maka keadilan yang dikemukakan tersebut pada prinsipnya bertujuan sama bergantung pada sudut pandang masing-masing. Namun menjadi persoalan adalah ketika terjadi tindakan yang tidak adil (unfair prejudice) di dalam kehidupan, maka sektor hukum jugalah yang berperan untuk menemukan dan mengembalikan keadilan yang telah hilang (the lost justice) inilah yang disebut Aristoteles sebagai keadilan korektif.

252

Hukum memegang peranan serta kedudukan yang tidak kecil dalam proses pelayanan keadilan terhadap masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena tumbuhnya negara sebagai organisasi sosial yang semakin kuat dengan alat perlengkapannya yang semakin tersusun rapi dan lengkap pula. Dengan demikian, hukum akan lebih mampu untuk menjadi sarana penyelenggaraan keadilan dalam masyarakat yang efisien.253

249

Bisdan Sigalingging, “Analisis Hubungan Kelembagaan Antara Otoritas Jasa Keuangan dengan Bank Indonesia”, (Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, USU, 2013), hlm. 20.

250

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 92.

251

Ibid. 252

Ibid.

253

Satjipto Rahardjo, “Keadilan, Hukum dan Masyarakat”, Majalah Badan Pembinaan Hukum Nasional, Nomor 1, Tahun 1988, Jakarta, hlm. 33.

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai segala bentuk norma maupun tindakan yang bertujuan memberikan kondisi aman, nyaman dan kepastian hukum bagi subyek hukum baik orang perorangan maupun badan hukum. Dengan adanya perlindungan hukum diharapkan dapat menghidarkan terjadinya persengketaan, seandainyapun terjadi sengketa, sudah terdapat norma hukum untuk penyelesaiannya.254

Tujuan dari perlindungan hukum adalah untuk mencapai suatu keadilan, sebab fungsi hukum tidak hanya dalam upaya mewujudkan kepastian hukum, tetapi juga agar tercapainya jaminan dan keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, akan tetapi berfungsi juga untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan pengusaha dengan konsumen, penguasa/ pemerintah dengan rakyat. Bahkan hukum sangat dibutuhkan untuk melindungi mereka yang lemah atau belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.255

Harmonisasi UUPM terhadap UUOJK diharapkan dapat melindungi kepentingan pemodal publik agar mempunyai hak-hak yang seimbang dengan

Harmonisasi peraturan perundang-undangan akan sangat membantu dalam mewujudkan keadilan dalam penegakan hukum. Sebagaimana melalui harmonisasi UUPM terhadap UUOJK akan diselaraskan dan disesuaikan konsepsi peraturan yang terdapat di dalam UUPM terhadap UUOJK. Penyelarasan dan penyesuaian ini pada akhirnya akan memberi pengaruh yang besar dalam menciptakan keadilan.

254

Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu,1987, hlm. 1.

255

Lili Rasyidi dan l.B. Wyasa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Cet. 2, Bandung, 2003, hlm. 118.

emiten dan pentingnya konsistensi dalam penegakan hukum yang diatur dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang Pasar Modal. Dalam penerapan sanksi juga akan semakin tegas apabila ditemukan ada pelanggaran dalam pelaksanaan kegiatan di pasar modal. Sehingga undang-undang akan menjadi pondasi dan landasan yang kokoh bagi setiap pihak yang memberi rasa keadilan, aman dan nyaman dalam melaksanakan kegiatan di pasar modal.

Selanjutnya mengenai tujuan hukum untuk memberi kemanfaatan dalam masyarakat. Asas manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu atau dengan kata lain meningkatkan atau melawan kebahagiaan itu sendiri. Sehingga tujuan hukum untuk mencapai kesejahteraan akan tercapai.256

Kriteria utilitas (kemanfaatan) menurut Jhon Stuart Mill harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual yang lebih awet atau resisten sebagai hasil yang diinginkan yakni kebahagiaan.

Harmonisasi UUPM terhadap UUOJK akan memberikan kebijaksanaan yang masuk akal untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama. Sesuai dengan tujuan hukum untuk kemanfaatan, maka melalui harmonisasi peraturan perundang-undangan ini akan menambah kuantitas keuntungan yang dihasilkan oleh suatu tindakan dan berkurangnya jumlah kerugian dari tindakan sebelum adanya upaya pengharmonisasian UUPM terhadap UUOJK ini.

257

256

Ian Saphiro, Asas Moral dalam Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia yang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institusi, 2006, hlm. 14.

257

Gunawan Prasetio, Etika Bisnis, (Yogyakarta : Simon & Schuster, 1997), hlm. 190- 192.

manfaat yang positif untuk bisnis. Baik bermanfaat untuk pelaku bisnis maupun kepada masyarakat konsumen.258

Tujuan dari hukum yang selanjutnya adalah kepastian hukum. Pendapat mengenai kepastian hukum dikemukakan pula oleh Jan M. Otto sebagaimana dikutip oleh Sidharta, yaitu bahwa kepastian hukum dalam situasi tertentu mensyaratkan sebagai berikut :259

Kelima syarat yang dikemukakan Jan M. Otto tersebut menunjukkan bahwa kepastian hukum dapat dicapai jika substansi hukumnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Aturan hukum yang mampu menciptakan kepastian hukum adalah hukum yang lahir dari dan mencerminkan budaya masyarakat. Kepastian hukum yang seperti inilah yang disebut dengan kepastian hukum yang sebenarnya (realistic legal certainly), yaitu mensyaratkan adanya keharmonisan antara negara dengan rakyat dalam berorientasi dan memahami sistem hukum. 1) Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah

diperoleh (accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara;

2) Bahwa instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya;

3) Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut;

4) Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum; dan

5) Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.

260

Kepastian hukum melalui harmonisasi UUPM terhadap UUOJK yakni memberi adanya kejelasan, tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif dan dapat dilaksanakan. Harmonisasi UUPM terhadap UUOJK akan

258

O.P. Simorangkir, Etika : Bisnis, Jabatan, dan Perbankan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 55.

259

“Memahami Kepastian (Dalam) Hukum”, (05 Februari 2013), diunduh dari pada tanggal 12 Februari 2014).

260

menciptakan hukum yang berlaku tegas di dalam masyarakat, mengandung keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna atas suatu ketentuan hukum, serta mampu menjamin hak dan kewajiban setiap pihak dalam pasar modal. Hal ini akan mendorong minat para investor untuk bergabung bersama pasar modal Indonesia karena adanya kepastian hukum dalam undang-undang yang menjadi landasan untuk perlindungan hukum di pasar modal.

2. Akibat yang timbul apabila terjadi disharmonisasi Undang-Undang Pasar

Dokumen terkait