• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP MAWAR (Rosa hybrida L.) HASIL PERSILANGAN TUNGGAL

DEDEH KURNIASIH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

ix Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian : 30 Januari 2005 Tanggal Lulus : Hasil Persilangan Tunggal

Nama : Dedeh Kurniasih NRP : A35102011.1

x

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Juni 1971 sebagai anak kedua dari pasangan Adang Dahlan dan Hj. Euis Maemunah. Menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri Curug Agung Padalarang tahun 1985. Tahun 1988 penulis lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Padalarang dan Lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri II Cimahi pada tahun 1991, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2002, penulis mendapat tugas belajar di Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan diperoleh dari program PAATP Dep artemen Pertanian Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Penelitian Tanaman Hias sejak tahun 2001 sampai sekarang.

xi

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas ijinNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genetik terhadap Mawar (Rosa hybrida L.) Hasil Persilangan Tunggal.

Terima kasih yang sebesar -besarnya penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sriani Sujiprihati M.S. dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas M.Sc. selaku pembimbing, atas segala saran, bantuan, arahan dan ide-idenya yang sangat baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Krisantini M.Sc. atas kesediaannya sebagai dosen penguji luar komisi dan terima kasih atas saran serta masukannya. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ir. Darliah M.S. yang telah banyak membantu dan mengijinkan genotipe-genotipenya untuk dipergunakan. Kepada Teh Nina dan Kang Nanang terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Komisi Pembinaan Tenaga Kerja Badan Litbang Pertanian khususnya program PAATP yang telah membiayai studi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibunda dan Ayahanda (Alm.) serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, untuk suami tercinta terimakasih atas ijin, perhatian dan dukunganya.

Akhir kata semoga tulisan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Maret 2006

xii

Halaman

DAFTAR TABEL…..………..….……….……..…. xiii

DAFTAR GAMBAR………....… xiv DAFTAR LAMPIRAN……..……….…... xv PENDAHULUAN

Latar Belakang………...…... 1 Tujuan Penelitian………..…... 3 Kerangka Pemikiran………..…………..…..…..… 3

Bagan Alur Penelitian…………..………..……...………...… 7 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Mawar ………...…..…. 8 Pendugaan Keragaman……….………..………....……. 11 Pendugaan Heritabilias………..………..………...…... 12 Korelasi Genetik Antar Karakter ………....………..………….….... 13 Sidik Lintas………...………...……... 15 Indeks Seleksi… ……….... 16 Pendugaan Jarak Genetik ……….………..………...……. 18

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan………...…….. 21 Bahan dan Alat ………..………..…...… 21 Rancangan Percobaan...………...………. 21 Pelaksanaan Percobaan………...……….. 26 Pengamatan……….…...… 28 HASIL DAN PEMBAHSAN

Kondisi Umum Penelitian……….………...……... 31 Pendugaan Keragaman Karakter Morfologi yang Diamati…….…….….. 32 Pendugaan Heritabilitas Karakter Kuantitatif yang Diamati …….…..….. 41 Korelasi antar Karakter Kuantitatif yang Diamati……….………. 43 Sidik Lintas………...……….……….…... 46 Indeks Seleksi……….……….………....…... 55 Pendugaan Jarak Genetik Berdasarkan Penampilan Fenotipik……...…... 69 KESIMPULAN DAN SARAN………...……...……..…. 73 DAFTAR PUSTAKA………...………...…..… 75 LAMPIRAN………...………... 80

xiii

Halaman 1. Kelas Kualitas Bunga Potong Mawar Berdasarkan Panjang

Tangkai dan Diameter Kuncup ………..…... 11 2. Analisis Varian untuk RKL Teracak Penarikan Anak Contoh…………. 22 3. Analisis Kovarian ………...……...………….. 24 4. Keragaman, Koefisien Variasi Genetik dan Dua Kali Standar

Deviasi Genetik Karakter Kuantitatif yang Diamati….…....……..…... 33 5. Nilai Duga Heritabilitas Karakter Kuantitatif yang Diamati………

42

6. Korelasi Genetik antara Karakter Kuantitatif yang Diamati ………….. 44 7. Sidik Lintas Panjang Tangkai dengan Jumlah Daun,

Jumlah Buku, Panjang leher Bunga dan Jumlah Bunga per Tanaman.… 47 8. Sidik Lintas Lama Kesegaran Bunga dengan Diameter

Kuncup, Diameter Tangkai, Jumlah Daun dan Jumlah Buku …….…… 50 9. Sidik Lintas Diameter Mekar dengan Diameter Kuncup,

Jumlah Petal dan Jumlah Bunga per Tanaman……….….….………….. 52 10. Sidik Lintas Jumlah Bunga per Tanaman dengan Panjang Tangkai,

Diameter Bunga Mekar, Panjang Ruas, dan Panjang Leher Bunga..…... 53 11. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Ekonomis………..………

56

12. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Duga Heritabilitas……….

57

13. Seleksi Berdasarkan Peringkat Kecerahan Warna Bunga

Kelompok Warna Merah ……….……… 58

14. Seleksi Berdasarkan Peringkat Kecerahan Warna Bunga

Kelompok Warna Orange……….……… 59

15. Seleksi Berdasarkan Peringkat Kecerahan Warna Bunga

Kelompok Warna Putih. ……….………. 60 16. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Pengaruh Langsung

dari Sidik Lintas Panjang Tangkai.……….…... 61 17. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Pengaruh Langsung

dari Sidik Lintas Diameter Kuncup……….…. 62 18. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Pengaruh Langsung

dari Sidik Lintas Lama Kesegaran Bunga..………… ……….….……... 64 19. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Pengaruh Langsung

dari Sidik Lintas Diameter Bunga Mekar..……… ……….……... 65 20. Indeks Seleksi Berdasarkan Pembobot Nilai Pengaruh Langsung

dari Sidik Lintas Jumlah Bunga per Tanaman.…...………... 66 21. Fenotipik Lima Kandidat Kultivar Unggul Baru………. 68

xiv

Halaman 1. Bagan Alur Penelitian……….. 7 2. Warna dan Bentuk Bunga Mawar yang Diamati ………….……….. 37 3. Contoh Bentuk Dasar Daun Terminal……….……..….. 39 4. Diagram Sidik Lintas Panjang Tangkai dengan Jumlah Daun, Jumlah

Buku, Panjang Leher Bunga dan Jumlah Bunga per Tanaman.………….. 47 5. Diagram Sidik Lintas Lama Kesegaran Bunga dengan Diameter

Kuncup, Diameter Tangkai, Jumlah Daun dan Jumlah Buku………. 50 6. Diagram Sidik Lintas Diameter Bunga Mekar dengan Diameter

Kuncup, Jumlah Petal dan Jumlah Bunga per Tanaman………. 52 7. Diagram Sidik Lintas Jumlah Bunga per Tanaman dengan Panjang

Tangkai, Diameter Bunga Mekar, Panjang Ruas dan Panjang Leher

Bunga………... 54

xv

Halaman 1. Tata Letak Percobaan………... 80 2. Matrik Koefisien Kemiripan 30 Genotipe Mawar yang Diuji…………. 81 3. Hasil Pengamatan Karakter Warna Batang Muda, Batang Tua dan

Daun Muda………...…..………...……….. 82 4. Hasil Pengamatan Karakter Warna Daun Tua, Stamen Bagian Luar

dan Spot Petal………...………...……. 83 5. Hasil Pengamatan Karakter Bentuk Kuncup dan Bentuk Duri Besar …. 84 6. Hasil Pengamatan Karakter Bentuk Dasar Daun Terminal dan Zona

Dasar Spot Petal ………..……….... 85 7. Hasil Pengamatan Karakter Penampakan Samping Bagian Atas Bunga

dan Bagian Bawah Bunga ……….……..……….... 86 8. Hasil Pengamatan Karakter Bentuk dan Jumlah Kelopak Bunga pada

Masing -Masing Kriteria ………..……….... 87 9. Hasil Pengamatan Karakter Kewangian Bunga ………..….... 88 10. Gambar dan Kriteria Beberapa Karakter Kualitatif yang Diamati…...… 89

1.1. Latar Belakang

Mawar (Rosa spp.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang dikenal dan disukai masyarakat, baik sebagai bunga potong, penghias taman maupun sebagai bunga pot. Permintaan bunga potong mawar di pasar dalam negeri terus meningkat dibandingkan dengan bunga potong lain, terutama di kota- kota besar seperti Bandung dan Jakarta (Kartapradja 1997). Produksi mawar potong tahun 1996, 1997, 1998, 1999 dan 2000 berturut-turut adalah 173.111.552, 17.270.984, 35.582.398, 33.594.352 dan 78.147.515 tangkai (Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2001).

Antara bunga potong yang diperdagangkan di Jakarta tahun 1999, 2000 dan 2001 volume penjualan mawar menduduki peringkat ketiga setelah anggrek dan gladiol yaitu 4.952.000, 5.162.600 dan 3.646.600 tangkai/tahun (Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias 2002), dengan volume impor bulan Agustus 2000 mencapai 1021 kg (Biro Pusat Statistik 2000). Rata-rata produksi mawar tahun 2003 hanya 470.103 tangkai/ha/tahun, keadaan tersebut mengakibatkan bunga potong mawar menduduki peringkat pertama dalam volume impor (Satsijati et al. 2004). Tingginya konsumsi bunga potong mawar, menjadikan komoditas tersebut sebagai komoditas penting sehingga usaha peningkatan kualitas maupun kuantitas harus dilakukan.

Menurut Morey (1969) karakter penting yang menentukan kualitas bunga potong mawar antara lain adalah warna bunga, ukuran bunga, kewangian bunga, lama kesegaran bunga, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga, jumlah duri, dan jumlah petalum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) (1995), bahwa standar kualitas bunga potong mawar ditentukan oleh panjang dan kokohnya tangkai bunga, ukuran bunga, bentuk bunga, kepadatan kuntum bunga, warna bunga, lamanya kesegaran bunga (vase life) serta harus bebas hama dan penyakit.

Peningkatan kualitas dan kuantitas bunga potong mawar selain dengan cara memperluas areal tanam, juga dengan penggunaan genotipe-genotipe unggul yang berdaya hasil tinggi dan mempunyai fenotipe yang baik sesuai dengan selera pasar dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Dalam rangka

mendapatkan genotipe-genotipe baru yang unggul, dilakukan introduksi, mutasi dan hibridisasi.

Program pemuliaan tanaman hias di Balithi dengan teknik hibridisasi telah lama dilakukan dengan melakukan persilangan antar kultivar unggul, selain itu sudah diadakan kerjasama dengan lembaga lain yang terkait. Sejak tahun 1997 telah dilakukan kerjasama dengan Plant Research Internasional (PRI) Belanda, untuk melakukan persilangan antar kultivar-kultivar yang merupakan plasma nutfah Belanda. Hasil persilangan tersebut dihasilkan 63 hibrid, yang pada tahun 2000 diuji daya adaptasi dan penampilannya serta diseleksi berdasarkan penampilan fenotipe di Indonesia. Pada tahun 2002, dari 63 tanaman hibrid terseleksi 30 tanaman. Tanaman hibrid tersebut menjadi plasma nutfah baru di Indonesia yang merupakan tambahan sumber keragaman genetik baru sehingga memperluas keragaman. Setelah dilakukan seleksi dan evaluasi, genotipe- genotipe yang merupakan plasma nutfah baru tersebut dapat digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk membentuk hibrida double cross, atau sebagai kandidat kultivar unggul baru yang siap dilepas.

Keberhasilan seleksi tergantung pada kemampuan pemulia untuk memilih genotipe-genotipe unggul yang disukai masyarakat. Program seleksi yang efektif dan efesien memerlukan informasi tentang keragaman genetik, heritabilitas karakter-karakter yang diinginkan, korelasi antara karakter -karakter yang diamati dan pengaruh dari karakter-karakter yang diduga erat hubungannya dengan hasil serta indeks seleksi (Hallauer dan Miranda 1988; Borojevic 1990). Dalam hal tersebut hasil adalah semua karakter yang menentukan kualitas bunga sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

Informasi keterkaitan atau korelasi antara dua karakter atau lebih. perlu diperoleh karena bermanfaat khususnya dalam pelaksanaan seleksi tidak langsung terhadap suatu karakter. Karakter-karakter yang berkorelasi tersebut dapat digunakan sebagai penciri, yaitu dengan mengetahui nilai korelasi antar karakter, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian seleksi terhadap karakter hasil yang baik dapat dilakukan melalui karakter lain yang lebih mudah diamati, sehingga usaha untuk memperoleh kultivar unggul baru yang berpotensi hasil tinggi akan lebih terarah dan efisien.

Berdasarkan pengetahuan tentang karakter-karakter komponen hasil yang mendukung hasil dengan cara sidik lintas, maka seleksi secara bersama-sama terhadap karakter–karakter tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan indeks seleksi. Indeks seleksi digunakan untuk menyeleksi secara simultan genotipe bukan berdasarkan salah satu karakter saja tapi berdasarkan skor indeks. Dengan demikian indeks seleksi lebih efektif menambah peluang terseleksinya genotipe unggul dibandingkan dengan cara seleksi langsung (Purwoko 1995). Terbatasnya penelitian indeks seleksi pada tanaman mawar, menyebabkan manfaat yang besar dari penggunaan indeks seleksi belum dapat diketahui dengan baik, sehingga perlu dilakukan dalam penelitian ini.

Dalam program hibridisasi, perlu diketahui keragaman genetik, nilai duga heritabilitas dan kekerabatan diantara genotipe dari populasi tetua yang akan digunakan. Informasi tersebut sangat diperlukan untuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan genotipe-genotipe mawar untuk mengarahkan program pemuliaan selanjutnya. Dengan diketahuinya hubungan kekerabatan maka akan dapat diidentifikasi genotipe-genotipe calon tetua persilangan yang potensial dan dapat mencegah penggunaan tetua-tetua yang berkerabat dekat dalam persilangan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan hibrida mawar hasil persilangan tunggal (single cross) dan memperoleh calon tetua untuk persilangan ganda (double cross) berdasarkan jarak genetik. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang keragaman genetik, heritabilitas dalam arti luas, korelasi antar karakter, sidik lintas dan indeks seleksi untuk mendapatkan mawar yang berkualitas berdasarkan sejumlah karakter kualitas bunga serta menduga jarak genetik genotipe-genotipe mawar hasil persilangan tunggal.

1.3. Kerangka Pemikiran

Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk mengidentifikasi variasi dari karakter-karakter yang dapat diturunkan dan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan tanaman budidaya dengan memadukan gen -gen karakter-karakter tersebut ke dalam satu genotipe (Poehlman 1979). Pemuliaan tanaman mawar

bertujuan untuk meningkatkan potensi hasil secara genetik seh ingga diperoleh genotipe-genotipe unggul yang lebih baik dibandingkan kultivar-kultivar yang telah ada. Disamping itu pemuliaan mawar diarahkankan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada bunga impor, yaitu melalui perluasan keragaman, terutama warna bunga dan perbaikan kualitas bunga.

Pada penelitian ini dievaluasi 30 genotipe yang berbeda yang berasal dari persilangan tetua yang berbeda pula. Menurut Poehlman dan Sleper (1995), suatu populasi yang terdiri dari bermacam -macam genotipe jika ditumbuhkan pada lingkungan yang sama, maka fenotipik karakter-karakter seperti daya hasil, karakter pertumbuhan dan kualitas hasilnya akan bervariasi sebab penampilan fenotipik suatu karakter tergantung pada faktor genotipe dan lingkungan tumbuhnya.

Untuk memperoleh informasi secara umum tentang genotipe-genotipe yang diuji melalui karakter fenotipe, maka salah satunya adalah melakukan analisis genetik dengan menduga beberapa parameter genetik, diantaranya adalah pendugaan keragaman genotipe dan fenotipe, heritabilitas, korelasi antar karakter, sidik lintas serta indeks seleksi.

Adanya keragaman satu karakter pada suatu populasi berarti terdapat suatu keragaman dalam populasi tersebut. Keragaman yang luas pada karakter-karakter yang diamati merupakan syarat utama dalam keberhasilan program seleksi. Keragaman yang luas juga akan mempermudah diperolehnya varians dari suatu karakter yang diinginkan. Dengan demikian suatu karakter pada populasi yang memiliki keragaman genetik yang luas akan memberikan harapan yang besar bahwa pekerjaan seleksi terhadap karakter yang diinginkan dapat berhasil dengan baik, sebaliknya keragaman genetik yang sempit berarti populasi tersebut homogen sehingga program perbaikan tanaman dengan cara seleksi hasilnya kurang efektif (Falconer 1981), oleh karena itu keragaman menjadi perhatian utama dalam pemuliaan tamanan.

Seleksi terhadap suatu karakter yang mempunyai keragaman luas akan lebih efisien jika kerakter tersebut mempunyai nilai duga heritab ilias yang tinggi.

Seleksi akan efektif untuk suatu karakter dengan heritabilitas yang tinggi dan relatif tidak efektif pada karakter dengan heritabilitas yang rendah (Fehr 1987).

Menurut Knight (1979), seleksi dapat dilakukan pada generasi awal apabila karakter yang akan diseleksi mempuyai nilai duga heritabilias yang tinggi, dan apabila nilai duga heritabilitas rendah, seleksi dilakukan pada generasi lanjut akan lebih efektif.

Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu seleksi. Dalam pekerjaan seleksi, mengetahui hubungan suatu karakter dengan karakter lain sangat penting. Apabila terdapat korelasi antara karakter penduga dengan karakter yang dituju maka seleksi akan lebih efektif (Poespodarsono 1988). Pengetahuan tentang korelasi antar karakter dibutuhkan untuk menduga hasil yang mungkin bisa dicapai dan dapat dijadikan dasar penyusunan program seleksi yang lebih efisien. Disamping itu, pengetahuan korelasi antar karakter sangat penting, karena untuk memilih suatu bahan tanaman unggul diperlukan seleksi dua atau tiga sifat secara bersama-sama. Bila diketahui ada korelasi yang erat antar karakter maka pemilihan sifat tertentu, secara tidak langsung telah memilih sifat lain yang diperlukan dalam usaha memperoleh bahan tanaman unggul (Astika 1991).

Analisis korelasi sederhana belum cukup untuk menjelaskan hubungan dimana peubah tidak bebas dipengaruhi oleh sejumlah peubah bebas (Steel dan Toorie 1995). S idik lintas lebih dapat memberikan gambaran yang sebenarnya daripada menggunakan korelasi genetik. Penggunaan analisis lintas juga merupakan penjabaran dari korelasi genetik antara komponen hasil terhadap hasil menjadi dua konponen yaitu pengaruh langsung dan tidak langsung.

Genotipe unggul mawar potong harus mempunyai beberapa karakter kualitas secara bersama-sama oleh karena itu harus dilakukan seleksi secara simultan terhadap karakter -karakter tersebut, sehingga perbaikan suatu kultivar secara bersama-sama dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan indeks seleksi yang didasarkan pada suatu skor.

Menurut Hasnam et al. (1970), penggunaan indeks seleksi berdasarkan pengukuran terhadap beberapa karakter dapat efektif menambah peluang terseleksinya genotipe unggul dibandingkan dengan seleksi langsung berdasarkaan satu karakter, karena beberapa karakter dapat diseleksi secara

simultan. Sementara itu menurut Kauffmann dan Dubley (1979), indeks seleksi dapat digunakan untuk meningkatkan seleksi genotipe terbaik berdasarkan satu atau banyak karakter jika karakter tersebut berkorelasi dan mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi.

Indeks seleksi dapat disusun berdasarkan nilai ekonomis nisbi dan nilai duga heritabilitas (Hallauer et. al. 1982). Disamping itu, dapat dikembangkan berdasarkan nilai pengaruh langsung yang diperoleh dari analisis sidik lintas terhadap hasil. Dengan menggunakan ke empat pembobot tersebut diharapkan dapat diperoleh genotipe-genotipe mawar yang berkualitas baik.

Nilai ekonomi nisbi suatu tanaman ditentukan oleh beberapa karakter yang mungkin penting atau kurang penting, sehingga harus dipertimbangkan beberapa karakter dalam memutuskan individu-individu yang memiliki nilai terbaik untuk seleksi (Subandi et al. 1973). Pada penelitian ini, karakter-karakter yang akan diberi nilai ekonomis nisbi adalah panjang tangkai bunga, diam eter kuncup, diameter bunga mekar, lama kesegaran bunga, dan jumlah bunga per tanaman. Sedangkan karakter warna bunga akan disusun berdasarkan peringkat kecerahan warna bunga.

Genotipe-genotipe yang digunakan dalam penelitian berasal dari persilangan antar genotipe yang berbeda sehingga masing-masing mempunyai penampilan fenotipe yang relatif berbeda. Oleh kerena itu seleksi diperlukan untuk memilih tetua persilangan dalam rangka membentuk hibrida double cross

dan memilih genotipe unggul baru yang siap dilepas.

Berdasarkan keragaman karakter dari genotipe-genotipe yang diuji, hubungan kekerabatan antar individu atau populasi dapat diukur berdasarkan kemiripan dari sejumlah karakter. Dengan asumsi karakter-karakter yang berbeda tersebut menggambarkan perbedaan susunan genetiknya, sehingga akan dapat ditentukan bagaimana hubungan diantara genotipe yang diamati berdasarkan tingkat kemiripan dan ketidakmiripannya melalui prosedur pengelompokan atau

clustering (Dunn dan Everitt 1982).

Sejumlah karakter fenotip ik yang diamati dapat dijadikan sarana untuk menduga jarak genetik antara genotipe-genotipe yang diamati. Seberapa jauh jarak genetik antar tetua-tetua yang akan digunakan dalam persilangan sangat

menentukan keberhasilan program pemuliaan. Semakin jauh jarak genetik menunjukkan semakin rendah tingkat kemiripan genetik antar genotipe, sehingga semakin jauh jarak genetik dari tetua-tetua yang akan disilangkan, maka peluang untuk mendapatkan keturunan yang lebih unggul semakin besar (Enny et al. 1993). Disamping itu, jarak genetik merupakan pelengkap informasi kombinasi tetua yang akan digunakan dalam hibridisasi dengan mempertimbangkan penampilan tetua.

1.4. Bagan Alur Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dilakukan penelitian dengan alur seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan Alur Penelitian. 30 Genotipe Mawar Hibrida Double Cross Nilai Ekonomis Nilai Duga Heritabilitas Korelasi Seleksi KVG 2*SD Clustering

Hibrida unggul dengan kualitas bunga yang baik

Tinggi-Rendah Luas-Sempit Preferensi Konsumen Analisis Genetik Keragaman Jarak Genetik Tetua Double Cross Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Sidik Lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Mawar

Tanaman mawar berasal dari Asia Tengah dan menyebar ke belahan bumi utara (Crokett 1974). Spesies mawar yang berasal dari belahan bumi utara mencapai 200 spesies (Hasek 1980). Menurut Sukarno dan Nampiah (1997), mawar termasuk ke dalam subfamili Rosidae yang terdiri atas 125 -200 spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies berasal dari Amerika dan sisanya berasal dari Eropa Timur, sedangkan di Indonesia mawar didatangkan oleh pemerintah Belanda dari Eropa.

Mawar dikelompokkan berdasarkan tipe bunga, sifat tumbuh atau kegunaannya. Berdasarkan sifat tumbuh dan pemanpilannya, mawar dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu mawar kuno dan mawar modern. Mawar kuno adalah semua varietas dan kultivar mawar yang ditemukan, diidentifikasi dan diperkenalkan sebelum tahun 1867, sedangkan mawar modern adalah jenis -jenis mawar yang muncul setelah tahun 1867. Mawar yang digunakan sebagai bunga potong umumnya termasuk kelompok mawar modern. Mawar modern terdiri dari beberapa kelas antara lain, Hybrid Tea, Polyantha dan Floribunda (Cheriton 1994).

Jumlah kromosom dasar mawar adalah n = 7, mawar modern umumnya mempunyai jumlah kromosom 14 atau 28 (Crokett 1974), kurang dari 50% dari spesies yang ada adalah diploid, tiga spesies triploid, 46 spesies tetraploid, 24 spesies pentaploid, 22 spesies hexaploid dan dua spesies oktaploid, sedangkan spesies Rosa hybrida L. umumnya tetraploid (Stewart 1969) dan genotipe- genotipe yang digunakan dalam penelitian ini merupakan spesies yang tetraploid.

Terdapat tiga pigmen utama pada mawar yaitu antosianidin, peonin dan pelargonidin (Darliah 1995). Menurut De Vries et al. (1974), kisaran warna untuk mawar pada dasarnya tidak terbatas, dan yang paling banyak adalah dua pigmen antosianidin (sianidin dan pelargonidin), dua flovanol (quercetin dan kaempferol) dan sejumlah karotinoid. Sianidin terdapat pada kultivar-kultivar berwarna merah, karotinoid dan flavonol terdapat pada kultivar -kultivar berwarna kuning dan putih, sedangkan pigmen peonin terdapat pada kultivar-kultivar berwarna

merah jambu sampai merah keunguan dan sangat jarang terdapat pada mawar (De Vries et al. 1974).

Mawar merupakan tanaman tahunan (perenial) berbentuk perdu dengan ketinggian 30 cm sampai 5 meter, batangnya berduri merupakan ciri khas dan berkayu, tanaman tersebut mulai bercabang dari bagian bawah atau beberapa senti meter di atas permukaan tanah (Kartapradja 1995).

Menurut Ray dan Maccaskey (1985) tipe batang spesies Rosa hybrida L. adalah tegak, umumnya batang tersebut berwarna hijau atau merah pada waktu masih muda dan menjadi hijau kecoklatan

atau tetap merah saat sudah tua. Batang utama disebut main shoot dan pada sistem soft pinching, batang utama disebut bottom break yaitu tunas yang keluar dari bagian terbawah batang atas.

Mawar mempunyai dua daun majemuk dengan tiga, lima atau tujuh anak daun. Tiap anak daun tersusun berhadapan dan tiap pasangan anak daun dihubungkan oleh rachis. Tipe daun merupakan daun lengkap yaitu mempunyai helai daun, tangkai daun dan daun penumpu (Taylor 1961). Letak daun pada tangkai bunga adalah berselang dan pada setiap tangkai daun terdapat titik tumbuh