• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Mawar

Tanaman mawar berasal dari Asia Tengah dan menyebar ke belahan bumi utara (Crokett 1974). Spesies mawar yang berasal dari belahan bumi utara mencapai 200 spesies (Hasek 1980). Menurut Sukarno dan Nampiah (1997), mawar termasuk ke dalam subfamili Rosidae yang terdiri atas 125 -200 spesies, 95 spesies berasal dari Asia, 18 spesies berasal dari Amerika dan sisanya berasal dari Eropa Timur, sedangkan di Indonesia mawar didatangkan oleh pemerintah Belanda dari Eropa.

Mawar dikelompokkan berdasarkan tipe bunga, sifat tumbuh atau kegunaannya. Berdasarkan sifat tumbuh dan pemanpilannya, mawar dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu mawar kuno dan mawar modern. Mawar kuno adalah semua varietas dan kultivar mawar yang ditemukan, diidentifikasi dan diperkenalkan sebelum tahun 1867, sedangkan mawar modern adalah jenis -jenis mawar yang muncul setelah tahun 1867. Mawar yang digunakan sebagai bunga potong umumnya termasuk kelompok mawar modern. Mawar modern terdiri dari beberapa kelas antara lain, Hybrid Tea, Polyantha dan Floribunda (Cheriton 1994).

Jumlah kromosom dasar mawar adalah n = 7, mawar modern umumnya mempunyai jumlah kromosom 14 atau 28 (Crokett 1974), kurang dari 50% dari spesies yang ada adalah diploid, tiga spesies triploid, 46 spesies tetraploid, 24 spesies pentaploid, 22 spesies hexaploid dan dua spesies oktaploid, sedangkan spesies Rosa hybrida L. umumnya tetraploid (Stewart 1969) dan genotipe- genotipe yang digunakan dalam penelitian ini merupakan spesies yang tetraploid.

Terdapat tiga pigmen utama pada mawar yaitu antosianidin, peonin dan pelargonidin (Darliah 1995). Menurut De Vries et al. (1974), kisaran warna untuk mawar pada dasarnya tidak terbatas, dan yang paling banyak adalah dua pigmen antosianidin (sianidin dan pelargonidin), dua flovanol (quercetin dan kaempferol) dan sejumlah karotinoid. Sianidin terdapat pada kultivar-kultivar berwarna merah, karotinoid dan flavonol terdapat pada kultivar -kultivar berwarna kuning dan putih, sedangkan pigmen peonin terdapat pada kultivar-kultivar berwarna

merah jambu sampai merah keunguan dan sangat jarang terdapat pada mawar (De Vries et al. 1974).

Mawar merupakan tanaman tahunan (perenial) berbentuk perdu dengan ketinggian 30 cm sampai 5 meter, batangnya berduri merupakan ciri khas dan berkayu, tanaman tersebut mulai bercabang dari bagian bawah atau beberapa senti meter di atas permukaan tanah (Kartapradja 1995).

Menurut Ray dan Maccaskey (1985) tipe batang spesies Rosa hybrida L. adalah tegak, umumnya batang tersebut berwarna hijau atau merah pada waktu masih muda dan menjadi hijau kecoklatan

atau tetap merah saat sudah tua. Batang utama disebut main shoot dan pada sistem soft pinching, batang utama disebut bottom break yaitu tunas yang keluar dari bagian terbawah batang atas.

Mawar mempunyai dua daun majemuk dengan tiga, lima atau tujuh anak daun. Tiap anak daun tersusun berhadapan dan tiap pasangan anak daun dihubungkan oleh rachis. Tipe daun merupakan daun lengkap yaitu mempunyai helai daun, tangkai daun dan daun penumpu (Taylor 1961). Letak daun pada tangkai bunga adalah berselang dan pada setiap tangkai daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga. Tanaman mawar berakar tunggang dengan akar cabang seperti serat dan akar rambut yang menyerupai benang (Kartapradja 1995).

Bakal bunga terbungkus oleh kelopak bunga (sepala) yang terdiri atas empat sepalum, umumnya sepala tersebut berwarna hijau. Rosa hybrida L. berbunga tunggal dan merupakan bunga sempurna dengan benang sari dan putik yang banyak serta tersusun pada dasar bunga yang berbentuk guci (Kartapradja 1995).

Menurut Taylor (1961), bagian organ reproduktif pada mawar adalah putik di bagian tengah dan ben ang sari di sekelilingnya, keduanya terlindung di dalam petal. Organ reproduktif jantan terdiri atas kepala sari yang didalamnya terdapat polen dan tangkai sari, sedangkan organ reproduktif betina terdiri atas stigma yang akan menangkap polen, stilus dengan tabung polennya yang akan berkembang dan akan membawa polen untuk pembuahan sel telur dalam ovari. Kedudukan benangsari sama tinggi atau lebih tinggi daripada putik, dengan

periode matangnya putik bersamaan dengan matangnya benang sari, keadaan tersebut memungkinkan mawar dapat menyerbuk sendiri (Darliah 1995).

Buah pada bunga mawar disebut hip, hip mempunyai kandungan vitamin C yang tinggi dengan warna yang akan berubah dari hijau ke merah, kuning atau variasi dari itu (Hasek 1980), disamping itu, warna buah juga akan berubah dari hijau ke orange, orange kemerahan atau ungu kehitaman (Taylor 1961). Di dalam buah terdapat biji yang akan mengalami dormansi. Untuk memecahkan dormansi, biji diberi perlakuan suhu rendah (40 C) selama 3 -4 bulan (Darliah 1995).

Penyakit utama yang menyerang tanaman mawar di Indonesia adalah embun tepung (Oidium sp.), terutama pada tanaman yang ditanam di dataran tinggi dan dipelihara di dalam rumah plastik. Penyebab penyakit embun tepung di Indonesia belum diidentifikasi dengan tepat karena penciri spesies patogen tersebut yaitu kleistotesium belum diketahui keberadaannya. Kleistotesium merupakan stadium seksual, namun yang berperan dalam siklus hidup patogen tersebut adalah stadium aseksualnya (konidium), dan stadium aseksual tersebut secara umum dikenal sebagai Oidium sp. (Suhardi et al. 2002).

Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penggunaan bahan tanaman yang bebas penyakit, penggunaan kultivar yang tahan terhadap penyakit, kultur teknis yang benar, sanitasi lingkungan dan penggunaan pestisida yang bijaksana (Muharam 1995). Penggunaan kultivar yang tahan terhadap penyakit embun tepung merupakan alternatif dalam usaha pengendalian serangan penyakit tersebut. Penggunaan fungisida yang intensif dapat meninggalkan residu pada daun yang menurunkan kualitas penampilan bunga secara keseluruhan.

Pada tanaman hias khususnya mawar, kualitas merupakan faktor utama dalam seleksi terhadap hasil. Hasil mencakup semua karakter yang harus ada sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan oleh Asosiasi Bunga Indonesia khususnya dan organisasi lain yang terkait. Hasil yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan biasanya berhubungan erat dengan harga jual bunga. Berdasarkan panjan g tangkai dan diameter kuncup, bunga potong mawar dibagi menjadi enam kelas kualitas (Hartono dan Faisal 1995b), seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelas Kualitas Bunga Potong Mawar Berdasarkan Panjang Tangkai dan Diameter Kuncup

Kelas Panjang Tangkai (cm) Diamater Kuncup (cm) Ekstra super x = 65 x > 2.5 Super 55 = x 65 x > 2.5 Panjang 45 = x 55 x > 2.5 Medium 35 = x 45 x > 2.5 Pendek 25 = x 35 x > 2.5 Sweet Hearts (Baby roses) x > 35 x > 1.5

Berdasarkan penampilan fisik secara keseluruhan, bunga potong dibagi dalam empat standar kualitas yaitu AA, A, B dan C. Kualitas AA merupakan kualitas ekstra super yang dipilih dari standar grading terbaik dalam ukuran, kesegaran, warna yang prima dan spesifik untuk setiap produk, bebas hama dan penyakit serta tidak ada kerusakan mekanis yang disebabkan oleh hama, bekas penyakit, residu pestisida dan cara penanganan yang tidak baik. Kualitas A mempunyai persyaratan yang sama dengan kualitas AA dengan deviasi 5% dan kualitas B mempunyai deviasi 10%, sedangkan kualitas C adalah standar kualitas diluar AA, A dan B (Hartono dan Faisal 1995a). Kualitas bunga sangat berkaitan erat dengan harga jual, kualitas bunga yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan harga di petani maupun di pasaran.