• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terminal Binuangeun

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 59-83)

B. Rencana Pola Ruang

6. Terminal Binuangeun

a. Luas areal 1.970 M2 yang kondsinya rusak berat

b. Jalur trayek yang dilayani sebanyak 2 Trayek yang terdiri dari AKAP dan Angkot.

c. Permasalahan :

- Rendahnya bangkitan penumpang - Kondisi terminal rusak berat

Pertanahan

Berdasarkan kepemilikan lahan, pada tahun 2010 sebesar 21,14% (64.356,66 Ha) sudah dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Lebak dengan luas lahan bersertifikat 64.350,14 Ha atau 99,98% dari luas luas lahan yang dimiliki.

Kependudukan dan Catatan Sipil

Penyediaan dokumen kependudukan dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan dokumen kependudukan, sehingga semua penduduka Kabupaten Lebak diharapkan memiliki dokumen kependudukan

memiliki Kartu Tanda Penduduk. Demikian pula halnya dengan akte kelahiran, yang tercatat memiliki akte kelahiran sekitar 408.915 jiwa atau 33,98%.

Sementara itu dari hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan biodata penduduk melalui validasi data kependudukan pada Buku Induk Penduduk (BIP) dan pengisian form F-1.01 bagi penduduk WNI yang belum terdaftar dalam BIP, database kependudukan (melalui sistem SIAK) telah berhasil merekam penduduk Kabupaten Lebak sebanyak 1.181.021 jiwa.

Untuk pelayanan pendaftaran kependudukan dan catatan sipil dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.30

Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil di Kabupaten Lebak Tahun 2004 - 2008

No Jenis Pelayanan 2004 2005 Tahun 2006 2007 2008

1. Kartu Keluarga (KK) - - - 11.500 14.500

2. Kartu Tanda Penduduk (KTP) 70.000 20.000 22.000 41000 131.000

3. Akta-akta Pencatatan Sipil 10.500 7.000 7.200 7.955 12.000

4. Buku Register 135 145 150 162 240

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Lebak

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Pada era otonomi daerah untuk bidang Keluarga Berencana, setiap kabupaten/kota bekerjasama untuk menyelenggarakan pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sesuai standar pelayanan minimal. Jenis pelayanan yang harus dikembangkan diantaranya :

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);

2. Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)/Kesehatan Reproduksi (KR) yang beruntun dan berkesinambungan.

3. Pengembangan kualitas keluarga meliputi : a. Pembinaan Keluarga Berencana (BKB) b. Pembinaan Keluarga Remaja (BKR) c. Pembinaan Keluarga Lansia (BKL)

Kondisi penyelenggaraan pelayanan sebagaimana uraian di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.31

Banyak Akseptor KB menurut Alat Kontrasepsi yang digunakan di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun IUD MOP MOW Susuk Suntik Pil Kondom Jumlah

1 2004 5.681 2.516 1.630 17.542 66.298 39.521 290 133.478

2 2005 5.542 2.519 1.751 17.835 67.347 39.648 266 134.908

3 2006 5.094 2.582 1.823 13.858 67.897 45.871 298 137.423

4 2007 5.019 2.471 1.918 13.518 74.002 40.159 593 137.680

5 2008 5.530 2.494 2.077 14.815 83.773 48.786 1.322 158.797

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Lebak

Dari tabel di atas diketahui bahwa akseptor KB yang terbanyak menggunakan alat kontrasepsi suntik dan tren setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Pada umumnya dari tahun 2004-2008 jumlah pengguna akseptor KB di Kabupaten Lebak setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Lebak menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) atau akseptor naik sebesar 86,71%.

Tabel 2.32

Jumlah Sarana Pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun KKB Induk Pembantu KKB PKBRS Puskesmas Jumlah

1 2004 34 61 3 33 131

2 2005 36 57 4 35 132

3 2006 34 63 4 35 136

4 2007 35 52 4 34 125

5 2008 34 52 4 40 130

Sumber : BPS Kab. Lebak

Jumlah sarana pelayanan Keluarga Berencana selama kurun waktu 2004-2008 secara berkesinambungan relatif konstan. Hanya sarana pelayanan untuk KKB Induk dan KKB Pembantu secara statistik mengalami fluktuasi.

Tabel 2.33

Jumlah Petugas Lapangan Keluarga Berencana Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun PPLKB PLKB Penyuluh KB Jumlah

1 2004 10 25 101 136

2 2005 7 27 93 127

3 2006 4 21 69 94

4 2007 28 19 41 88

5 2008 28 15 64 79

Sumber : BPS Kab. Lebak

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa PLKB dan Penyuluh KB mengalami penurunan. Hal ini disebabkan petugas lapangan tersebut ada yang pensiun dan mutasi kepegawaian.

Di Kabupaten Lebak pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja terbentuk pada tahun 2007 sebanyak 5 kelompok terdiri dari 1 PIK-KRR Tingkat Kabupaten dan 4 PIK-KRR Tingkat Kecamatan. Seiring dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk pada tahun 2008 jumlah PIK-KRR bertambah menjadi 18 kelompok terdiri dari 1 PIK-KRR Tingkat Kabupaten dan 17 PIK-KRR Tingkat Kecamatan.

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Jumlah posyandu dan kader posyandu di Kabupaten Lebak relatif stabil setiap tahunnya, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.34

Jumlah Pos Yandu, Kader dan Kader Aktif Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Posyandu Kader

Jumlah Kader Kader Aktif

1. 2004 1.539 6.142 3.450

2. 2005 1.539 6.142 3.450

3. 2006 1.646 8.230 8.230

4. 2007 1.646 8.230 8.230

5. 2008 1.646 8.230 8.230

Tabel 2.35

Jumlah Data Kelompok Kegiatan Ketahanan Keluarga di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Kelompok Kegiatan

BKB BKR BKL 1. Rangkasbitung 15 10 14 2. Kalanganyar 7 5 6 3. Cibadak 11 7 8 4. Warunggunung 12 6 7 5. Cikulur 13 6 6 6. Leuwidamar 12 6 7 7. Cimarga 16 7 10 8. Bojongmanik 7 3 5 9. Cirinten 8 5 6 10. Muncang 7 5 6 11. Sobang 9 4 7 12. Gunungkencana 11 6 8 13. Cileles 11 5 8 14. Banjarsari 15 7 10 15. Malingping 13 7 9 16. Wanasalam 11 3 8 17. Cigemblong 8 3 6 18. Cijaku 9 4 6 19. Sajira 14 6 9 20. Lebakgedong 5 3 6 21. Cipanas 13 7 9 22. Maja 12 6 8 23. Curugbitung 9 4 7 24. Panggarangan 9 6 7 25. Cihara 7 4 5 26. Bayah 8 3 8 27. Cibeber 19 7 11 28. Cilograng 9 4 7 Jumlah 300 149 214

Sosial

Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial meliputi proses globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Dampak yang dirasakannya diantaranya semakin berkembang dan meluasnya bobot, jumlah dan kompleksitas berbagai permasalahan sosial.

Penanganan permasalah sosial perlu didukung oleh sarana sosial. Jumlah panti di Kabupaten Lebak pada tahun 2004 berjumlah 70 panti, pada tahun 2005 berjumlah 73 panti, pada tahun 2006 berjumlah 93 panti, pada tahun 2007 berjumlah 116 panti dan pada tahun 2008 berjumlah 129 panti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.35 di bawah ini.

Tabel 2.36

Jumlah Panti Berdasarkan Penanganan Kasus di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Jenis Penanganan

Cacat Asuh Jompo

1 2004 4 70 - 2 2005 4 73 - 3 2006 5 93 - 4 2007 5 116 - 5 2008 5 129 - Sumber :

Yayasan non panti di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 berjumlah 134 yayasan dengan 6.753 anak asuh.

Selain itu, keadaan permasalahan sosial dapat diamati dari data tabel Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di bawah ini.

Tabel 2.37

Jumlah Penduduk Penderita Cacat Fisik Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008 No. Tahun Rungu - Tuna

Wicara

Tuna

Daksa Netra Tuna Ganda Tuna Sumbing Bibir Jumlah

1 2004 1.204 501 509 42 401 2.657

2 2005 1.407 742 837 70 432 3.488

3 2006 1.542 881 801 79 401 3.704

4 2007 1.730 985 838 90 437 4.080

5 2008 1.889 1.424 631 401 386 4.731

Tabel 2.38

Jumlah Penduduk Penderita Cacat Mental Di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Laki-laki Penderita Cacat Mental: Perempuan Jumlah

1 2004 103 78 181

2 2005 124 96 220

3 2006 137 98 235

4 2007 159 102 261

5 2008 198 136 334

Sumber : BPS Kab. Lebak

Ketenagakerjaan

Permasalahan ketenagakerjaan sampai saat ini senantiasa menjadi salah satu isu utama pembangunan, baik pada skala nasional, regional maupun lokal. Diperkirakan permasalahan ketenagakerjaan ini masih akan diwarnai oleh masalah-masalah yang bersifat konvensional dan kontemporer seperti masalah angkatan kerja, pengangguran dan pemutusan hubungan kerja.

Tabel 2.39

Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Petani Buruh Tani Nelayan/ Perikan-an

Buruh

Nelayan PNS Industri Perdaga-ngan Lainnya Jumlah

1 2004 NR NR NR NR NR NR NR NR NR

2 2005 198.355 89.405 NR NR 13.547 20.178 37.265 33.401

3 2006 195.354 110.008 8.781 2.762 16.015 20.177 37.667 73.925 464.699 4 2007 186.634 101.379 6.695 1.236 13.617 21.614 39.058 78.002 448.235

Sumber : BPS Kab. Lebak

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2008 tidak mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007, hanya mengalami perubahan komposisi antara Tenaga Kerja Indonesia perempuan dan laki-lakinya.

Tabel 2.40

Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Laki-laki TKI Perempuan Jumlah

1. 2004 NR NR NR

2. 2005 1.236 2.784 4.020

3. 2006 1.946 3.197 5.143

4. 2007 2.370 3.262 5.632

5. 2008 2.389 3.243 5.632

Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Koperasi sebagai soko guru ekonomi memiliki peran strategis dalam mengembangkan struktur perekonomian daerah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi Koperasi di Kabupaten pada akhir tahun 2008 secara kuantitatif terdiri dari 24 jenis koperasi dengan jumlah 834 koperasi yang memiliki anggota sebanyak 95.012 anggota. Untuk tahun 2008 jumlah Koperasi yang dilihat dari jenis klasifikasi terdiri dari Klasifikasi A sebanyak 75 Koperasi, Klasifikasi B sebanyak 84 Koperasi, Klasifikasi C sebanyak 175 Koperasi, dan Klasifikasi D sebanyak 500 Koperasi. Sementara itu dari segi aktifitas yang dilakukan oleh Koperasi ternyata dari data yang ada hanya 570 Koperasi yang aktif.

Sementara itu berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006 yang dilaksanakan oleh BPS diketahui jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kabupaten Lebak berjumlah 104.537 unit usaha yang bergerak pada 13 jenis usaha. Rincian jenis dan jumlah usaha sebagai berikut :

a. Pertambangan/Penggalian : 1.232 unit usaha; b. Industri Pengolahan : 15.114 unit usaha; c. Listrik, Gas dan Air : 53 unit usaha; d. Konstruksi : 461 unit usaha;

e. Perdagangan Besar dan Eceran : 47.969 unit usaha;

f. Penyediaan Akomodasi (Makanan dan Minuman) : 8.688 unit usaha; g. Transportasi, Pergudangan, Komunikasi : 20.909 unit usaha;

h. Perantara Keuangan : 285 unit usaha;

i. Real Estate, Usaha Persewaan Jasa Perusahaan : 1.769 unit usaha; j. Jasa Pendidikan : 1.520 unit usaha;

l. Jasa Kemasyarakatan (Sosial Budaya) : 5.692 unit usaha; m. Jasa Perorangan Melayani Rumah Tangga : 221 unit usaha.

Tabel 2.41

Perkembangan Koperasi

di Kabupaten Lebak Tahun 2004-2008

No. Tahun Aktif Klasifikasi: Tidak Aktif Jumlah Koperasi Anggota

1 2004 536 81 617 83.830

2 2005 514 118 632 83.862

3 2006 219 436 655 87.981

4 2007 334 402 736 90.443

5 2008 570 264 834 95.012

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kab. Lebak, 2008

Tabel 2.42

Koperasi di Kabupaten Lebak Tahun 2008

Kecamatan Aktif Tidak Aktif Jumlah

Rangkasbitung 158 60 218 Cibadak 39 20 59 Kalanganyar 25 3 28 Cimarga 18 12 30 Warunggunung 39 17 56 Maja 17 9 26 Curug Bitung 9 1 10 Sajira 17 14 31 Lebak Gedong 1 - 1 Cipanas 28 6 34 Leuwidamar 11 7 18 Muncang 11 5 16 Sobang 3 1 4 Bojongmanik 7 - 7 Cirinten 3 2 5 Cikulur 15 10 25 Cileles 11 9 20 Gunung Kencana 10 14 24 Banjarsari 13 15 28 Cijaku 16 3 19 Cigemblong - - - Malingping 31 22 53 Wanasalam 21 9 30 Cihara 11 - 11 Panggarangan 9 6 15

Penanaman Modal

Jumlah investasi swasta di Kabupaten Lebak yang berskala kecil/menengah/besar selama empat tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan yang bergerak pada bidang industri, pertanian, perkebunan, pertambangan pariwisata dan perdagangan, yang terdiri dari :

1). Perusahaan PMDN pada tahun 2004 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 5 perusahaan,

2). Perusahaan PMA pada tahun 2004 sebanyak 2 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 19 perusahaan,

3). Perusahaan Non Fasilitas pada tahun 2004 sebanyak 34 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 1.017 perusahaan.

Tabel 2.43

Perkembangan Investasi di Kab. Lebak Tahun 2004 - 2008 No . Jenis Investasi Tahun Jumlah 2004 2005 2006 2007 2008 1. PMDN Rp. 286.000.000.000 Rp. - Rp. 520.000.000.000 Rp. 15.000.000.000 Rp. - Rp. 821.000.000.000

2. PMA US$ 37.100.000 US$ 184.100.000 US$ 1.390.000 US$ 9.250.000 US$ 172.100.000 US$ 403.940.000

Rp. - Rp. - Rp. - Rp. - Rp. 2.400.000.000 Rp. 2.400.000.000

3. Non Fasilitas Rp. 30.147.500.000 Rp. 34.400.220.000 Rp. 385.633.295.000 Rp. 122.663.000.000 Rp. 143.138.892.000 Rp. 715.982.907.000

Jumlah

Rp. 316.147.500.000 Rp. 34.400.220.000 Rp. 905.633.295.000 Rp. 137.663.000.000 Rp. 145.538.892.000 Rp. 1.539.382.907.000

US$ 37.100.000 US$ 184.100.000 US$ 1.390.000 US$ 9.250.000 US$ 172.100.000 US$ 403.940.000

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Situasi politik di Kabupaten Lebak merupakan resonansi dari konsolidasi demokrasi di Indonesia. Indonesia menempuh jalur transisi demokrasi, kegiatan masyarakat sipil semakin meningkat. Iklilm baru reformasi politik, telah mendorong pertumbuhan organisasi kemasyarakatan baru, yayasan-yayasan, perkumpulan-perkumpulan warga dan sebagainya.

Perkembangan proses demokratisasi sejak tahun 1997 hingga selesainya proses Pemilu tahun 2004 yang lalu telah memberikan peluang untuk mengakhiri masa transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi demokrasi. Berkenaan dengan Pemilu, keberhasilan penting yang telah diraih adalah telah dilaksanakannya pemilihan umum langsung anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, aman dan demokratis pada tahun 2004. Hal ini merupakan modal awal yang penting untuk lebih berkembangnya demokrasi pada masa selanjutnya.

Dengan demikian demokrasi selama ini ditandai pula dengan terumuskannya format hubungan antara pusat-daerah yang baru berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagaiman diubah terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang pada intinya lebih mendorong kemandirian daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan mengatur mengenai hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota, atau propinsi dengan kabupaten dan kota.

Pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil (civil society) di Kabupaten Lebak jika dikelola dengan benar akan menjadi komponen strategis dalam rangka : 1. Memobilisasi dan menyatukan kepentingan, perhatian dan kebutuhan

masyarakat atau bagian-bagiannya, dan untuk menyampaikannya kepada para pemegang kekuasaan atau wakil-wakil partai politik.

2. Membantu pemantauan dan pengendalian lembaga-lembaga publik serta pelaksanaan undang-undang, peraturan-peraturan, dan

3. Memediasi antar kepentingan-kepentingan sosial, agama dan budaya yang bertentangan, pendidikan, penelitian, dan kegiatan-kegiatan rekonsiliasi bisa membantu mengurangi konflik dan menemukan resolusi-resolusi konflik.

Masyarakat sipil di Kabupaten Lebak, merupakan modal dasar bagi upaya pencapaian mekanisme check and balance, distribusi kekuasaan secara sehat dan

fair, serta adanya struktur dan budaya politik yang adil dan berorientasi kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, tantangan terberat dalam kurun waktu 5 sampai 20 tahun mendatang dalam pembangunan politik adalah menjaga proses konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan.

Konsolidasi demokrasi akan berjalan baik apabila didukung oleh kelembagaan demokrasi yang kokoh. Sampai dengan saat ini, proses demokrasi dalam kehidupan sosial dan politik dapat dikatakan telah berjalan pada jalur dan arah yang benar yang ditunjukkan dengan tingginya partisipasi masyarakat dan peran partai politik dalam proses Pemilu (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan Legislatif). Dalam waktu 5 (lima) tahun kedepan, pelaksana serta peningkatan kualitas demokrasi yang sudah berjalan baik, akan terus dikembangkan.

Gambaran tentang berjalannya proses demokrasi di Kabupaten Lebak dapat terlihat pada berikut ini.

Tabel 2.44

Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Lebak Menurut Fraksi Hasil Pemilu Tahun 2004

No Fraksi Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah

1. Partai Golkar 11 2 13 2. PDI Perjuangan 10 - 10 3. P P P 6 - 6 4. Keadilan Sejahtera 5 1 6 5. Kebangkitan Bangsa 4 - 4 6. Lebak Membangun 6 - 6 J u m l ah 42 3 45 Tabel 2.45

Jumlah Pemilihan Umum

Kabupaten Lebak Tahun 2006 dan 2008 No. Jenis Pemilihan Umum Menggunakan Hak Pilih

Tidak Menggunakan Hak Pilih

Tabel 2.46

Jumlah Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum Kabupaten Lebak Tahun 2006 dan 2008

No. Kecamatan Suara Sah Suara Tidak Sah

1. Gubernur dan Wakil Gubernur 530.570 22.809

2. Bupati dan Wakil Bupati 560.597 8.483

Sumber : KPU Kab. Lebak, Tahun 2006 dan 2008

Tabel 2.47

Jumlah Daftar Terpilih Anggota DPRD Kabupaten Lebak Pemilu Tahun 2009

No. Daerah Pemilihan Jumlah Calon Terpilih Suara Sah

1. Lebak 1 10 28.927 2. Lebak 2 9 28.162 3. Lebak 3 9 41.122 4. Lebak 4 8 37.685 5. Lebak 5 6 20.927 6. Lebak 6 8 32.878 Jumlah 50 189.701

Sumber : KPU Kab. Lebak, Tahun 2009

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.

Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Di Kabupaten Lebak kelembagaan perangkat daerah sebanyak 51 satuan kerja yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2001. Dengan diterbitkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Kabupaten Lebak mengembangkan tata kelembagaan pemerintahan daerahnya menjadi 61 satuan kerja yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 11 Tahun 2007.

Guna meningkatkan potensi daerah, Kabupaten Lebak melakukan kerjasama dengan daerah otonom lainnya serta dengan dunia usaha sejumlah 2 kegiatan kerja sama, yaitu :

1. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah di bidang Tata Pemerintahan dan Pembangunan Daerah dan menghasilkan Keputusan Bersama Bupati Sragen Provinsi Jawa Tengah dengan Bupati Lebak Provinsi Banten Nomor : 570/04/03/2005 dan Nomor : 130.1/Kep-65/Bapp/2005.

2. Kerjasama pembangunan Pasar Kota Rangkasbitung dengan PT. Bukit Kiara Lestari dan menghasilkan Perjanjian Kerjasama Nomor : 180/Perj-02/2006 dan Nomor : 010/PK/BKL/April-2006 yang kemudian diubah dengan Addendum dan Perubahan Perjanjian Kerjasama Nomor : 180/Perj-08/2007 dan Nomor : 010A/PK/BKL/Juli 2007.

Sejak Juni 2006 telah beroperasi unit Pelayanan Perijinan Terpadu sebagai salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak terhadap penyederhanaan pelayanan perijinan kepada masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan menjadi jauh lebih cepat, tepat dan mudah. Adapun perijinan yang dikeluarkan oleh unit KPPT diantaranya :

1. IPPT (Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah); 2. IMB (Ijin Mendirikan Bangunan);

3. SITU/SIGA (Surat Ijin Tempat Usaha/Surat Ijin Gangguan); 4. SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan);

5. TDP (Tanda Daftar Perusahaan); 6. TDG (Tanda Daftar Gudang);

7. TDI/IUI (Tanda Daftar Industri/Ijin Usaha Industri); 8. Ijin Pertambangan Umum;

9. Ijin Penyelenggaraan Reklame;

Perijinan sebagaimana disebutkan di atas, penandatanganannya dilaksanakan oleh Kepala KPPT Kabupaten Lebak atas nama Bupati Lebak, namun untuk perijinan tertentu Kepala KPPT harus terlebih dahulu meminta persetujuan Bupati Lebak melalui Nota Dinas. Adapun perijinan yang dikecualikan tersebut meliputi :

1. Perijinan untuk pendirian Hotel;

2. Perijinan untuk pendirian Rumah Sakit;

3. Perijinan untuk pemasangan reklame konstruksi besar; 4. Perijinan untuk pendirian Rice Milling Unit (RMU); 5. Perijinan untuk pendirian SPBU/Pompa Bensin;

6. Perijinan untuk penerbitan Ijin Usaha Industri yang mempunyai nilai investasi Rp. 1 Milyar ke atas;

7. Perijinan untuk usaha Pertambangan Umum 5 Hektar ke atas;

8. Perijinan untuk mendirikan bangunan dengan 500 m2 ke atas dan atau bangunan dengan nilai bangunan Rp. 500 juta ke atas;

9. Perijinan untuk Peruntukan Penggunaan Tanah 1.000 m2 ke atas;

10. Perijinan yang belum memiliki dasar aturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkembangan pencapaian target retribusi perijinan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.48

Pencapaian Target Retribusi Perijinan KPPT Tahun 2006 – 2008

No. Jenis Perijinan 2006 Tahun 2007 2008

1. Ijin Penebangan Kayu dan Bambu 160.541.900,- 178.921.250,- 192.802.625,- 2. Ijin Pengusahaan Sarang Burung Walet 40.750.000,- 19.750.000,- 19.250.000,- 3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 62.400.000,- 113.000.000,- 81.100.000,-

4. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 24.975.000,- 45.450.000,- 33.325.000,-

5. Tanda Daftar Industri (TDI) / Ijin Usaha Industri (IUI) 8.050.000,- 12.950.000,- 9.525.000,- 6. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) / Surat Ijin Gangguan (SIGA) 267.335.000,- 485.732.000,- 521.625.145,-

7. Tanda Daftar Gudang (TDG) 3.350.000,- 2.150.000,- 1.650.000,-

No. Jenis Perijinan 2006 Tahun 2007 2008

9. Ijin Penggunaan Tanah (IPPT) 952.157.650,- 143.671.125,- 80.983.400,-

10. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 302.090.950,- 263.515.750,- 271.022.550,- 11. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) 9.600.000,- 31.300.000,- 16.150.000,-

12.

Ijin Pertambangan Umum (Iuran Pertambangan Umum

Percadangan Wil. Pertambangan Umum)

108.465.750,- 194.210.450,- 212.508.900,- Sumber : KPPT Kab. Lebak

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; sedangkan Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah kerja kecamatan. Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Lebak pada tahun 2008 sebanyak 340 desa dan 5 Kelurahan yang tersebar di 28 Kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.49 di bawah ini.

Tabel 2.49

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Desa Kelurahan

1 Malingping 14 - 2 Wanasalam 13 - 3 Panggarangan 11 - 4 Bayah 11 - 5 Cilograng 10 - 6 Cibeber 22 - 7 Cijaku 10 - 8 Banjarsari 20 - 9 Cileles 12 - 10 Gunungkencana 12 -

No. Kecamatan Desa Kelurahan 16 Sajira 15 - 17 Cimarga 17 - 18 Cikulur 13 - 19 Warunggunung 12 - 20 Cibadak 15 - 21 Rangkasbitung 11 5 22 Maja 14 - 23 Curugbitung 10 - 24 Cihara 9 - 25 Cigemblong 9 - 26 Cirinten 10 - 27 Lebakgedong 6 - 28 Kalanganyar 7 - Jumlah 340 5

Sumber : BPS Kab. Lebak, 2008

Perlu diketahui, bahwa pada tahun 2006 jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Lebak sebanyak 315 desa dan 5 kelurahan. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, maka dikeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2008 mengenai pemekaran 25 desa di Kabupaten Lebak yang pada akhirnya jumlah desa/kelurahan berjumlah 340 desa dan 5 Kelurahan.

Guna meningkatkan kinerja pemerintahan desa, perlu ditunjang dengan sarana kantor desa yang memadai. Untuk lebih jelasnya kondisi kantor desa dapat dilihat pada tabel 2.50 berikut ini :

Tabel 2.50

Kondisi Kantor Desa/Kelurahan di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah Desa Kondisi Bangunan Kantor Desa

Baik Sedang Rusak Belum Punya

1. Rangkasbitung 16 4 15 1 1 2. Kalanganyar 7 - 6 1 - 3. Cibadak 15 - 4 2 6 4. Warunggunung 12 - 4 8 - 5. Cikulur 13 11 - 2 - 6. Maja 14 2 7 3 2 7. Sajira 15 2 7 6 - 8. Curugbitung 10 - 7 - 3

No. Kecamatan Jumlah Desa Kondisi Bangunan Kantor Desa

Baik Sedang Rusak Belum Punya

9. Cipanas 14 3 4 5 2 10. Lebakgedong 6 1 - 2 3 11. Cimarga 17 3 1 2 11 12. Leuwidamar 12 4 1 6 1 13. Muncang 12 1 3 - 8 14. Sobang 10 5 3 - 2 15. Bojongmanik 9 2 - 3 6 16. Cirinten 10 2 - 3 5 17. Gunungkencana 12 7 - 4 1 18. Cileles 12 - 11 - 1 19. Banjarsari 20 4 - 6 7 20. Cijaku 10 1 - 6 3 21. Cigemblong 9 - 2 7 - 22. Malingping 14 - 7 6 1 23. Wanasalam 13 3 7 2 1 24. Panggarangan 11 6 3 1 1 25. Cihara 9 - 2 6 - 26. Bayah 11 - 4 3 4 27. Cilograng 10 2 4 3 1 28. Cibeber 22 3 3 14 2 JUMLAH 345 66 105 102 72

Sumber : BP2KBMPD Kab. Lebak, 2008

Status tanah yang dimiliki oleh kantor desa/kelurahan sebagian besar berstatus tanah desa yaitu sebesar 66,25%, sebagian lagi berstatus tanah pribadi sebesar 4,37% dan hibah sebesar 1,56%.

Ketahanan Pangan

Menurut Undangundang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Ketahanan Pangan, menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Dalam mengukur ketahanan pangan suatu wilayah melalui metode perhitungan Food Security

tersebut semakin rawan pangan, atau termasuk prioritas utama dalam pembangunan.

Indeks ketersediaan pangan dihitung dengan menggunakan data produksi pangan berupa serelia (padi-padian) dan umbi-umbian (umbi jalar dan umbi kayu) selama tiga tahun terakhir. Hal ini dikarenakan kebutuhan kalori umumnya berasal dari serelia dan umbi-umbian tersebut. Berdasarkan perhitungan indeks tersebut, diketahui bahwa secara umum Kabupaten Lebak merupakan daerah yang cukup pangan. Secara lebih lengkap, data indeks ketersediaan pangan tersaji pada tabel 2.51 berikut ini :

Tabel 2.51

Indeks Ketersediaan Pangan Kabupaten Lebak (2007-2009)

NO KECAMATAN KONDISI PANGAN INDEKS

1 Malingping Surplus Tinggi 0,139

2 Wanasalam Surplus Tinggi -

3 Panggarangan Surplus Tinggi 0,135

4 Cihara Surplus Tinggi 0,258

5 Bayah Surplus Tinggi 0,189

6 Cilograng Surplus Tinggi 0,039

7 Cibeber Surplus Tinggi 0,133

8 Cijaku Surplus Tinggi 0,080

9 Cigemblong Surplus Tinggi 0,226 10 Banjarsari Surplus Sedang 0,347

11 Cileles Surplus Tinggi 0,249

12 Gunungkencana Surplus Sedang 0,352 13 Bojongmanik Surplus Tinggi 0,142 14 Cirinten Surplus Tinggi 0,265 15 Leuwidamar Surplus Rendah 0,675

16 Muncang Surplus Sedang 0,479

17 Sobang Surplus Tinggi 0,312

18 Cipanas Surplus Tinggi 0,097

19 Lebak Gedong Surplus Tinggi 0,217

20 Sajira Surplus Tinggi 0,275

21 Cimarga Surplus Sedang 0,525

22 Cikulur Surplus Sedang 0,346 23 Warunggunung Surplus Sedang 0,325

24 Cibadak Surplus Sedang 0,539

25 Rangkasbitung Defisit Rendah 0,977 26 Kalanganyar Defisit Rendah 1,000

27 Maja Surplus Sedang 0,558

28 Curug bitung Surplus Sedang 0,478

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 (tiga) kecamatan yang perlu mendapatkan perhatian yaitu Kecamatan Rangkasbitung, Kalanganyar, dan Leuwidamar. Berdasarkan ketersediaan pangannya, Kecamatan Rangkasbitung dan Kalanganyar merupakan wilayah yang defisit pangan. Hal ini karena kedua kecamatan tersebut merupakan wilayah transisi perkotaan yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Selain itu, masalah alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman menyebabkan rasio antara ketersediaan dan konsumsi menjadi defisit.

Kondisi rasio konsumsi yang defisit ini juga terjadi di Kecamatan Leuwidamar. Penyebab utama rendahnya ketersediaan pangan di wilayah ini karena lahan pertanian yang tidak cukup luas. Sehingga produksi pangan tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Kondisi ketersediaan pangan di Kabupaten Lebak didukung oleh lebih dari 50% kecamatan yang memiliki kondisi surplus tinggi diantaranya adalah Kecamatan Malingping, Wanasalam, Penggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cibeber, Cijaku, Cigemblong, Cileles, Bojongmanik, Cirinten, Sobang, Cipanas, Lebakgedong, dan Sajira.

Berdasarkan pendekatan indeks pangan dan penghidupan atau aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, sebagian wilayah Kabupaten Lebak termasuk dalam kategori prioritas 1 sampai prioritas 3. Beberapa kecamatan yang termasuk prioritas pertama dan harus segera ditangani adalah Kecamatan Cihara, Cirinten

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 59-83)

Dokumen terkait