• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERMINOLOGI NORMA, STANDAR, PEDOMAN, KRITERIA DAN SISPRO MENURUT REFERENSI

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI (Halaman 49-68)

Hasil kajian pustaka berkaitan dengan terminologi norma, standar, pedoman, kriteria, serta sistem dan prosedur, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Norma

Norma terbentuk karena sifat alamiah manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunal maupun

kelompok materiil. Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturan kepentingan. Untuk menghindari hal tersebut maka kelompok masyarakat membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.

a. Definisi

Dalam beberapa referensi, norma didefinisikan sebagai berikut: 1) Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah Propinsi sebagai Daerah Otonom, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan pengendali dalam melaksanakan kegiatan;

2) Wikipedia menyebutkan norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya;

3) Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, M.A & Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix, norma adalah 1. Suatu ketentuan atau aturan yang bersifat mengikat dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima; patokan perilaku yang pantas; 2. tingkah laku rata-rata yang diabstraksikan; 3. ukuran suatu fenomena yang dipakai untuk mengukur fenomena lainnya; kaidah.

4) Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3, wj. S poerwadaminta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, mendefinisikan norma sebagai aturan yang telah ditetapkan bersama dan mengikat setiap individu dalam suatu kelompok;

5) Dalam Kamus Bahasa Indonesia-online, definisi norma adalah 1 aturan atau ketentuan yang mengikat warga

kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima 2 aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu:

• Norma agama adalah aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya yang bersumber pada ajaran agama;

• Norma sosial adalah aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya;

• Norma susila adalah aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan sosial sehari-hari, seperti pergaulan antara pria dan wanita.

6) Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, Sekretariat Badan LITBANG Departemen Perhubungan, menyebutkan bahwa norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan/pengendalian dalam melaksanakan.

b. Tingkatan dalam penegakan norma

Berbagai tingkatan pada penegakan norma adalah:

1) Pelanggaran norma yang dikenakan sanksi hukum, biasanya termasuk penegakan hukum;

2) Pelanggar norma yang diterapkan, dianggap eksentrik atau tak normal (perilaku diluar kebiasaan);

3) Perilaku lainnya di luar norma tidak diakui. Norma-norma telah diasumsikan lebih dahulu dan seringkali pada tingkat ekstrim dimana pada setiap penentangan norma bisa memprovokasi stigma atau sanksi.

Contoh: Kata orang tua seringkali diasumsikan bahwa seseorang itu telah menikah. Pada pasangan yang telah menikah (suami-istri) selalu dianggap bahwa pasangan tersebut akan memiliki atau menginginkan anak.

4) Norma menurut penegakannya dibedakan sebagai berikut:

Norma sosial: meliputi Cara (usage), Kebiasaan (Folkways), Tata kelakuan (Mores), dan Adat istiadat (Custom);

• Norma hukum.

c. Norma dasar

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem Norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau

das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa

yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dari aksi manusia yang deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang membedakan antara apa yang ada (das sein) dan apa yang

“seharusnya”, juga keyakinan Hume bahwa ada

ketidakmungkinan pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya bahwa hukum, yang merupakan pernyataan-pernyataan “seharusnya” tidak bisa direduksi ke dalam aksi-aksi alamiah. Kemudian, bagaimana mungkin untuk mengukur tindakan-tindakan dan kejadian yang bertujuan untuk menciptakan sebuah norma legal? Kelsen menjawab dengan sederhana; kita menilai sebuah aturan “seharusnya” dengan memprediksinya terlebih dahulu. Saat “seharusnya” tidak bisa diturunkan dari “kenyataan”, dan

selama peraturan legal intinya merupakan pernyataan

“seharusnya”, di sana harus ada presupposition yang merupakan pengandaian.

Sebagai oposisi dari norma moral yang merupakan deduksi dari norma moral lain dengan silogisme, norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak (act of will). Sebagaimana sebuah tindakan hanya dapat menciptakan hukum, bagaimana pun, harus sesuai dengan norma hukum lain yang lebih tinggi dan memberikan otorisasi atas hukum baru tersebut. Kelsen berpendapat bahwa inilah yang dimaksud sebagai Basic Norm yang merupakan presupposition dari sebuah validitas hukum tertinggi.

Kelsen sangat skeptis terhadap teori-teori moral kaum objektivis, termasuk Immanuel Kant. Kedua, Kelsen tidak mengklaim bahwa presupposition dari Norma Dasar adalah sebuah kepastian dan merupakan kognisi rasional. Bagi Kelsen, Norma Dasar adalah bersifat optional. Senada dengan itu, berarti orang yang percaya bahwa agama adalah normatif maka ia percaya bahwa “setiap orang harus percaya dengan perintah Tuhan”. Tetapi, tidak ada dalam sebuah nature yang akan memaksa seseorang mengadopsi satu perspektif normatif. Kelsen mengatakan bahkan dalam atheisme dan anarkhisme, seseorang harus melakukan presuppose Norma Dasar. Meskipun, itu hanyalah instrumen intelektual, bukan sebuah komitmen normatif, dan sifatnya selalu optional.

d. Nilai Normatif Hukum

Nilai normatif Hukum bisa diperbandingkan perbedaannya dengan nilai normatif agama. Norma agama, sebagaimana norma moralitas, tidak tergantung kepada kepatuhan aktual dari para pengikutnya. Tidak ada sanksi yang benar-benar langsung sebagaimana norma hukum. Misalnya saja ketika seorang lupa untuk berdoa di malam hari, maka tidak ada instrumen langsung yang memberikan hukuman atas ketidakpatuhannya tersebut.

Validitas dari sistem hukum bergantung dari paktik-pratik aktualnya. Dikatakannya bahwa “peraturan legal dinilai sebagai sesuatu yang valid apabila normanya efektif (yaitu secara aktual dipraktikkan dan ditaati)”. Lebih jauh lagi, kandungan sebenarnya dari Norma Dasar juga bergantung pada keefektivitasannya. Sebagaimana yang telah berkali-kali ditekankan oleh Kelsen, sebuah revolusi yang sukses pastilah revolusi yang mampu merubah kandungan isi Norma Dasar. Perhatian Kelsen pada aspek-aspek normatifitasan ini dipengaruhi oleh pandangan skeptis David Hume atas objektivitasan moral, hukum, dan skema-skema evaluatif lainnya. Pandangan yang diperoleh seseorang, utamanya dari karya-karya akhir Hans Kelsen, adalah sebuah keyakinan adanya sistem normatif yang tidak terhitung dari melakuan presuppose atas Norma Dasar. Tetapi tanpa adanya rasionalitas maka pilihan atas Norma Dasar tidak akan menjadi sesuatu yang kuat. Agaknya, sulit untuk memahami bagaimana normatifitas bisa benar-benar dijelaskan dalam basis pilihan-pilihan yang tidak berdasar.

Hans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley. Kelsen meninggalkan hampir 400 karya, dan beberapa dari

bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Pengaruh Kelsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui Pure Theory of Law, tetapi juga dalam positivisme hukum kritis, filsafat hukum, sosiologi, teori politik dan kritik ideologi. Hans Kelsen telah menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum. Dalam hukum internasional misalnya, Kelsen menerbitkan Principles of

International Law. Karya tersebut merupakan studi sistematik

dari aspek-aspek terpenting dari hukum internasional termasuk kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang diberikan, retaliasi, spektrum validitas dan fungsi esensial dari hukum internasional, pembuatan dan aplikasinya. Norma

seseorang dalam bermasyarakat untuk mewujudkan kehidupan antara manusia yang aman, tentram dan sejahtera sehingga norma hukum didefinisikan sebagai norma yang mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan yang berasal dari kitab undang-undang hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman, sejahtera, makmur, dan sebagainya.

Suatu teori yang bernama Teori Normatif menjelaskan bahwa seseorang mau menolong karena adanya norma-norma tertentu dalam masyarakat.

1) Norma Timbal Balik (Reciprocity Norm):

Norma ini membuat seseorang akan membalas pertolongan dengan pertolongan. Jadi, tindakan menolong yang kita lakukan merupakan semacam tindakan balas budi atas pertolongan yang orang lain berikan kepada kita. 2) Norma Tanggungjawab Sosial (Social Resposibility Norm):

Norma ini membuat setiap orang wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan. Namun hal ini dapat mengakibatkan kita akan hanya menolong orang yang diberi atribusi eksternal, yaitu orang yang menderita karena cacat permanen (terutama cacat lahir), korban bencana alam, atau korban kecelekaan lalu lintas. Kita terkadang enggan untuk menolong orang yang diberi atribusi internal, yaitu menderita karena kemiskinan akibat malas kerja, atau jatuh sakit karena kecerobohannya sendiri.

3) Norma Keseimbangan (Harmonic Norm):

Norma ini menekankan pada keseimbangan alam dimana alam harus selalu berada dalam keadaan serasi, selaras, seimbang agar hubungan antar manusia dan hubungan

dengan lingkungan sekitar dapat selalu berjalan dengan baik. Oleh karena itu, manusia harus mengupayakan hal itu secara terus menerus, salah satunya dengan melakukan tindakan menolong orang lain.

2. Standar

Banyak diskusi dalam mempelajari dan membahas definisi standar. Kamus Oxford memberikan beberapa pengertian konsep kunci mengenai definisi standar. Pertama, standar adalah derajat terbaik. Kedua, standar memberikan suatu dasar perbandingan.

a. Definisi

Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Standar adalah suatu catatan minimum dimana terdapat kelayakan isi dan akhirnya masyarakat mengakui bahwa standar sebagai model untuk ditiru;

2) Standar adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik;

3) Standar adalah pernyataan tertulis dari suatu harapan-harapan yang spesifik;

4) Standar adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat;

5) Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Reyers, 1983);

6) Standar adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu sendiri, dan hasilnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan;

7) Standar adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan (Donebean).

8) Peraturan Pemerintah Nomor: 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional menjelaskan bahwa definisi standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan berkerjasama dengan semua pihak; 9) Peraturan Pemerintah Nomor : 102 tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional menyebutkan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya; 10) Peraturan Pemerintah Nomor: 102 tahun 2000 tentang

Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) adalah rancangan standar yang dirumuskan oleh panitia teknis setelah tercapai konsensus dari semua pihak yang terkait;

11) (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, M.A & Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix) Standar ; panji-panji, bendera sebagai lambing;

12) (Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke-3, wj. S poerwadaminta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, Balai Pustaka) Standar : Ukuran tertentu yang digunakan sebagai patokan;

13) (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Standar : 1 n ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan: petugas dari instansi itu menguraikan -- gedung sekolah yang baik; 2 n ukuran atau tingkat biaya hidup: -- hidup di kota Medan lebih tinggi daripada -- hidup di kota Bandung; 3 n Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai (harga): negara-negara tertentu memakai -- emas; 4 a baku: bahasa yang dipakai pada surat kabar tertentu dapat dianggap telah--; -- sosial ukuran untuk memiliki, meneliti, dan memilih sikap yang sebaik-baiknya untuk dipergunakan;

14) (Wikipedia) Standar, atau lengkapnya standar teknis : suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. 15) Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi

dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, Puslitbang Perhubungan Darat, disebutkan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang diberlakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan.

16) Studi Standar Pelayanan Angkutan KA di Perkotaan, Puslitbang Perhubungan Darat, mendefinisikan standarisasi sebagai proses merumuskan, menetapkan dan merivisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak.

Standar yang berbasis pada sistem manjemen kinerja menegaskan spesifikasi suatu kinerja antara lain;

1) Spesifik (specific) 2) Terukur (measurable) 3) Tepat (appropriate) 4) Andal (reliable) 5) Tepat waktu (timely)

Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.

b. Ketentuan dalam standar

Empat ketentuan dalam standar adalah sebagai berikut:

1) Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya; 2) Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan),

proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya; 3) Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan

sistem dalam organosasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan/pasen, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai;

4) Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah

dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi.

c. Komponen standar

Komponen-komponen standar meliputi: 1) Standar Struktur:

Standar struktur adalah karakteristik organisasi dalam tatanan asuhan yang diberikan. Standar ini sama dengan standar masukan atau standar input yang meliputi:

• Filosofi dan objektif;

• Organisasi dan administrasi;

• Kebijakan dan peraturan;

Staffing dan pembinaan;

• Deskripsi pekerjaan (fungsi tugas dan tanggungjawab setiap posisi klinis);

• Fasilitas dan peralatan. 2) Standar Proses:

Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan. Standar ini berfokus pada kinerja dari petugas profesional di tatanan klinis, mencakup:

• Fungsi tugas, tanggungjawab, dan akuntabilitas;

• Manajemen kinerja klinis;

Monitoring dan evaluasi kinerja klinis. 3) Standar Outcomes:

Standar outcomes adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasen. Standar ini berfokus pada asuhan pasen yang prima, meliputi:

• Kepuasan pasen;

• Keamanan pasen;

• Kenyamanan pasen.

Pada dasarnya, ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standar lain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi.

d. Manfaat penetapan standar

Manfaat dari ditetapkannya suatu standar adalah:

1) Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa; 2) Memelihara keselamatan publik dan perlindungan

lingkungan;

3) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing;

4) Melancarkan transaksi (perdagangan) dan pencapaian kesepakatan dagang (kontrak);

5) Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barries & entrance facilitation/tools;

6) Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui

bagaimanakah tingkat pelayanan yang diharapkan/ diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas;

7) Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja;

8) Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal;

9) Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik;

10) Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf; 11) Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik

pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

3. Pedoman

Beberapa definisi pedoman yang diperoleh dari beberapa sumber dan referensi.

a. (PP No. 25 tahun 2000) Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat;

b. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, M.A & Yenny Salim, B.Sc, Pustaka Phoenix) Pedoman adalah alat untuk menunjukkan, mengetahui arah atau mata angin, bentuknya seperti jam berjarum besi berani; buku petunjuk; sesuatu yang menjadi dasar pegangan, ukuran dsb; buku petunjuk yang menerangkan cara menjalankan atau mengerjakan sesuatu; pimpinan atau pengurus perkumpulan;

c. (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Pedoman adalah n 1 alat untuk menunjukkan arah atau mata angin (biasanya spt jam yg berjarum besi berani); kompas: sebelum ada -- , orang menggunakan bintang untuk menentukan arah perjalanan perahu; 2 kumpulan ketentuan dasar yg memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan; 3 hal (pokok) yg menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dsb) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu: di samping syarat-syarat yg lain, para penyunting perlu menguasai -- ejaan; 4 pemimpin (yg menerangkan cara menjalankan atau mengurus perkumpulan): surat edaran dr -- besar; berpedoman adalah n v 1 memakai pedoman: kita bentuk warga negara yg ber-Pancasila dan ~ kpd haluan negara; 2 menuju, mengarah (ke) ...; berpegang (kpd); menurut contoh: dl menentukan langkahnya ia selalu ~ kpd pengalamannya; memedomani adalah v mendasari pd pedoman: hakim hendaknya ~ undang-undang tertulis dalam memutuskan perkara;

d. Studi Kebutuhan Standarisasi di Sektor Transportasi dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Transportasi, Puslitbang Perhubungan Darat, disebutkan bahwa pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat.

4. Kriteria

Pengertian dan literatur yang membahas khusus masalah kriteria ternyata belum banyak ditemukan, scope kriteria sangat sempit setelah melihat kenyataan bahwa kriteria digunakan oleh manusia pada umumnya hanya sebagai salah satu alat bantu dalam proses atau teknis pengambilan keputusan.

a. Definisi

Beberapa definisi kriteria yang diperoleh dari referensi adalah sebagai berikut:

1) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP, 1990) Pengertian kriteria yang berlaku secara umum adalah “ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu”;

2) (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online) Kriteria : /kritéria/ n ukuran yg menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu; -- delisting Ek ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan dicoretnya (dikeluarkannya) suatu lembaga atau badan dari papan bursa efek.

b. Sifat kriteria

Kriteria yang ditetapkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1) Kriteria selalu mengandung nilai-nilai yang universal

maupun lokal;

2) Harus dipastikan bahwa kriteria tersebut berfungsi dengan baik pada saat dipergunakan (mengandung nilai-nilai yang statis maupun dinamis);

3) Harus dipastikan bahwa orang yang akan menggunakan kriteria tersebut benar-benar memahami seluk-beluk tentang kriteria yang dimaksud.

5. Sispro

Sispro atau Sistem Prosedur terdiri dari dua kata, yaitu sistem dan prosedur yang masing-masing kata tersebut memiliki arti tersendiri.

a. Definisi

Beberapa definisi sistem dan prosedur yang diperoleh dari referensi adalah sebagai berikut:

1) Sistem /sistém/ n 1 perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas: -- pencernaan makanan, pernapasan, dan peredaran darah dl tubuh; -- telekomunikasi; 2 susunan yg teratur dr

pandangan, teori, asas, dsb: -- pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer, dsb); 3 metode: -- pendidikan (klasikal, individual, dsb); kita bekerja dng -- yg baik; -- dan pola permainan kesebelasan itu banyak mengalami perubahan;

2) Sistem: seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi di antara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan (Ludwig Von Bartanlanfy);

3) Sistem: suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain (Anatol Raporot);

4) Sistem: setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya (L. Ackof) (staffsite.gunadarma.ac.id); 5) Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa

Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat (Wikipedia);

6) Tata Cara (Prosedur): tahap dan mekanisme yang harus dilalui dan diikuti untuk menyelesaikan sesuatu kegiatan (Konsep Pedoman Teknis Tata Cara Pelaporan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan, www.dim.esdm.go.id) 7) Prosedur adalah n 1 tahap kegiatan untuk menyelesaikan

suatu aktivitas; 2 metode langkah demi langkah secara pasti dl memecahkan suatu masalah; -- semu Ling metode analisis bahasa yang konon mengikuti prinsip ilmiah, tetapi dulu kenyataannya melanggar karena asumsi penyelidikan tidak

konsisten atau karena sulit dilaksanakan di praktik (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online);

8) Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara adalah suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada di negara tersebut; 9) Prosedur adalah suatu spesifikasi dari rangkaian tindakan,

bertindak atau operasi yang harus dieksekusi dengan cara yang sama untuk tujuan tertentu. Secara singkat, prosedur adalah suatu urutan dari aktivitas, tugas, langkah-langkah,

Dalam dokumen BAB II STUDI PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI (Halaman 49-68)

Dokumen terkait