• Tidak ada hasil yang ditemukan

tersedia

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 29-41)

6. Kejenuhan Basa cara perhitungan sebagai berikut:

Kejenuhan Basa = me (Ca+Mg+K+Na)/100g

me KTK /100g ×100 %

7. Kapasitas Tukar Kation (CEC), dilakukan dengan metode Ekstrasi 1 N NH4 OAc pH7.

8. Basa tukar(K, Ca, Mg, Na) dengan metode Ekstrasi 1 N NH4 OAc pH7.

Secara ringkas, pelaksanaan penelitian diterangkan dalam flowchart (Gambar 2) sebagai berikut:

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dibantu dengan softwere SPSS versi 2.4 for wimdows.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Regresi linear berganda berguna untuk menghitung besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas yang dinotasikan dengan Y. Variabel terikat dalam hal ini adalah rasa salak. Berhubung dalam penelitian ini variabel terikat (Y) berbentuk data kualitatif yakni rasa salak, maka dalam proses analisa statistik perlu dilakukan kategorisasi terlebih dalulu dengan pemberian kode khusus untuk masing-masing variabel terikat yaitu salak sepat (Y0), salak manis (Y1), dan salak masam (Y2). Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan nilai variabel terikat yang dinotasikan dengan X. Variabel bebas dalam hal ini adalah pH tanah (pH H2O), tekstur (fraksi

Penentuan Lokasi Berdasarkan Karakter Rasa (Manis, Masam, Sepat) Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan Data Curah Hujan Analisis Tanah

Analisis Data

Laporan Penelitian / Skripsi

Gambar 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Kebun Salak di Tapanuli Selatan

pasir, debu, liat), N-Total, P-tersedia, KTK, C-Organik, kejenuhan basa, basa tukar (K,Ca, Mg, Na) serta faktor iklim berupa curah hujan dan elevasi.

Pengaruh fungsional variabel bebas terhadap variabel terikat dianalisa dengan menggunakan model persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 .... + b15X15

Keterangan :

Y : variabel terikat (rasa salak)

X : variabel bebas (status hara tanah, curah hujan dan elevasi) a : intersep dan garis pada sumbu Y

b : koefisien regresi linear X1 : pH tanah

X2 : C-organik X3 : N-total X4 : fraksi pasir X5 : fraksi debu X6 : fraksi liat X7 : P-tersedia X8 : kejenuhan basa X9 : kapasitas tukar kation X10 :K tukar

X11 : Ca tukar X12 : Mg tukar X13 : Na tukar X14 : curah hujan

X15 : elevasi Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, serta tidak terdapat gejala heteroskedasitisitas, multikolinearitas dan autokorelasi dalam model regresi yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model regresi telah layak digunakan (Priyatno, 2014).

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal dan mendekati normal. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji one sample Kolmogorov – Sminov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan dan nilai uji one sample Kolmogorov – Sminov > 5% (Priyatno, 2014).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varians residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan adalah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dalam

meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas (Priyatno, 2014). Apabila ditemukan gejala heterokedasititas dalam model regresi maka data harus di transformasi data terlebih dahulu, kemudian diulang kembali uji asumsi klasik dari awal.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 (Priyatno, 2014). Apabila ditemukan gejala multikolinearitas dalam model regresi, maka perlu dilakukan analisis faktor.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain dalam model regresi. Pada penelitian ini, uji autokorelasi yang digunakan adalah uji runs test. Model regresi dikatakan bebas dari gejala autokorelasi apabila Signifikansi dua arah (Asymp. Sig. 2-tailed) > 0,05.

(Priyatno, 2014).

Analisis Faktor

Analisis faktor utamanya digunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi lebih sedikit, misalnya dari 15 variabel bebas diubah menjadi 3 atau 4 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable). Analisis faktor dalam penelitian ini selain digunakan untuk meringkas variabel bebas menjadi lebih sedikit juga untuk mengatasi terjadinya kolinearitas ganda (multicollinearity). Pembuatan faktor dilakukan sedemikian rupa sehingga faktor yang satu dengan lainnya orthogonal artinya bebas satu sama lain atau tidak terjadi multikolinearitas sehingga tepat digunakan sebagai variabel bebas dalam analisis regresi linear beraganda.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji t (parsial) dan Uji F (serempak). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau ditolak.

Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria yang harus dipenuhi dalam uji ini yaitu:

− Jika -t hitung ≤ t tabel; H0 terima (tidak ada pengaruh)

− jika t hitung > t tabel; H0 ditolak (ada pengaruh) Adapun kriteria berdasarkan nilai signifikansi:

− Jika signifikansi > 0,05 ; H0 terima (tidak ada pengaruh)

− Jika signifikansi < 0,05 ; H0 ditolak (ada pengaruh) (Priyatno, 2014).

Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam uji ini yaitu:

− Jika F hitung ≤ F tabel; H0 terima (tidak ada pengaruh)

− jika F hitung > F tabel; H0 ditolak (ada pengaruh) Adapun kriteria berdasarkan nilai signifikansi:

− Jika signifikansi > 0,05 ; H0 terima (tidak ada pengaruh)

− Jika signifikansi < 0,05 ; H0 ditolak (ada pengaruh) (Priyatno, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

pH H2O

Nilai pH tanah pada masing-masing lokasi penelitian salak di Kabupaten Tapanuli Selatan diterangkan dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Hasil Analisa pH Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan

Sampel

Marancar Angkola Selatan Angkola Barat (Rasa Sepat) (Rasa Masam) (Rasa Manis) Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 4,51 m 4,44 sm 4,58 m

Keterangan: m (masam) ; sm (sangat masam)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diliha t bahwa nilai rata-rata pH H2O tanah di Kecamatan Marancar adalah sebesar 4,57, nilai ini menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) tergolong tanah masam (Lampiran 1). Nilai pH H2O terendah terdapat pada sampel 3 yakni sebesar 4,21 dan pH H2O tertinggi terdapat pada sampel 6 yakni sebesar 5,5.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pH H2O tanah di Kecamatan Angkola Selatan adalah sebesar 4,27, nilai ini tergolong tanah sangat masam (Lampiran 1). Nilai pH H2O terendah terdapat pada sampel 9 yakni sebesar 3,94 dan pH H2O tertinggi terdapat pada sampel 3 yakni sebesar 4,64.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pH H2O tanah di Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 4,89, nilai ini tergolong tanah masam (Lampiran 1). Nilai pH H2O terendah terdapat pada sampel 3 yakni sebesar 4,54 dan pH H2O tertinggi terdapat pada sampel 8 yakni sebesar 5,11.

C-organik

Nilai C-organik tanah pada masing-masing lokasi penelitian salak di Kabupaten Tapanuli Selatan diterangkan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil Analisa C-organik Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan

Sampel Marancar Angkola Selatan Angkola Barat

(Rasa Sepat) (Rasa Masam) (Rasa Manis) Nilai (%) Kriteria Nilai (%) Kriteria Nilai (%) Kriteria

Keterangan: sr(sangat rendah) ; r (rendah) ; s (sedang) ; t (tinggi)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata C-organik tanah di Kecamatan Marancar adalah sebesar 2,11%, nilai ini masuk ke kategori sedang (Lampiran 2). Nilai C-organik terendah terdapat pada sampel 8 yakni sebesar 1,52% dan nilai C-organik tertinggi terdapat pada sampel 10 yakni sebesar 2,94%.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata C-Organik tanah di Kecamatan Angkola Selatan adalah sebesar 2,35%, nilai ini masuk ke kategori sedang (Lampiran 2). Nilai C-organik terendah terdapat pada sampel 2

yakni sebesar 1,56% dan nilai C-organik tertinggi terdapat pada sampel 7 yakni sebesar 3,06%.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata C-organik tanah di Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 1,69%, nilai ini masuk ke kategori rendah (Lampiran 2). Nilai C-organik terendah terdapat pada sampel 7 yakni sebesar 0,91% dan nilai C-organik tertinggi terdapat pada sampel 3 yakni sebesar 2,23%.

N-total

Nilai N-total tanah pada masing-masing lokasi penelitian salak di Kabupaten Tapanuli Selatan diterangkan dalam Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil Analisa N-total Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan

Sampel Marancar Angkola Selatan Angkola Barat

(Rasa Sepat) (Rasa Masam) (Rasa Manis) Nilai (%) Kriteria Nilai (%) Kriteria Nilai (%) Kriteria tanah di Kecamatan Marancar adalah sebesar 0,38%, nilai ini masuk ke kategori sedang (Lampiran 2). Nilai N-total terendah terdapat pada sampel 10 yakni sebesar 0,33% dan nilai N-total tertinggi terdapat pada sampel 1 yakni sebesar 0,42%.

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata N-total kategori tinggi (Lampiran 2). Nilai N-total terendah terdapat pada sampel 1 yakni sebesar 0,38% dan nilai N-total tertinggi terdapat pada sampel 10 yakni sebesar 0,62%.

P-tersedia

Nilai P-tersedia tanah pada masing-masing lokasi penelitian salak di Kabupaten Tapanuli Selatan diterangkan dalam Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Hasil Analisa P-tersedia Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan

Sampel

Marancar Angkola Selatan Angkola Barat (Rasa Sepat) (Rasa Masam) (Rasa Manis) Nilai

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata P-tersedia tanah di Kecamatan Marancar adalah sebesar 113,7 ppm, nilai ini masuk ke

kategori sangat tinggi (Lampiran 2). Nilai P-tersedia terendah terdapat pada sampel 9 yakni sebesar 106,84 ppm dan nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada sampel 1 yakni sebesar 127,91 ppm.

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata P-tersedia tanah di Kecamatan Angkola Selatan adalah sebesar 124,47 ppm, nilai ini masuk ke kategori sangat tinggi (Lampiran 2). Nilai P-tersedia terendah terdapat pada sampel 2 yakni sebesar 115,58 ppm dan nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada sampel 10 yakni sebesar 129,29 ppm.

Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata P-tersedia tanah di Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 164,33 ppm, nilai ini masuk ke kategori sangat tinggi (Lampiran 2). Nilai P-tersedia terendah terdapat pada sampel 9 yakni sebesar 144,14 ppm dan nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada sampel 2 yakni sebesar 204,58 ppm.

Kapasitas Tukar Kation

Tabel 5. Hasil Analisa Kapasitas Tukar kation Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan

Sampel

Marancar Angkola Selatan Angkola Barat

(Rasa Sepat) (Rasa Masam) (Rasa Manis)

Nilai

Keterangan: r (rendah) ; s (sedang) ; t (tinggi) ; st (sangat tinggi)

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kapasitas tukar kation tanah di Kecamatan Marancar adalah sebesar 37,56 me/100 g, nilai ini masuk ke kategori tinggi (Lampiran 2). Nilai kapasitas tukar kation terendah terdapat pada sampel 5 yakni sebesar 27,77 me/100 g dan nilai kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada sampel 1 yakni sebesar 47,95 me/100 g.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kapasitas tukar kation tanah di Kecamatan Angkola Selatan adalah sebesar 30,97 me/100 g, nilai ini masuk ke kategori tinggi (Lampiran 2). Nilai kapasitas tukar kation terendah terdapat pada sampel 2 yakni sebesar 18,39 me/100 g dan nilai kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada sampel 10 yakni sebesar 49,63 me/100 g.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kapasitas tukar kation tanah di Kecamatan Angkola Barat adalah sebesar 18,90 me/100 g, nilai ini menurut masuk ke kategori sedang (Lampiran 2). Nilai kapasitas tukar kation terendah terdapat pada sampel 3 yakni sebesar 10,42 me/100 g dan nilai kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada sampel 1 yakni sebesar 24,31 me/100 g.

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 29-41)

Dokumen terkait