• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terwujudnya integrasi HIS

9

Terwujudnya sistem manajemen sarana dan fasilitas

22 % kesesuaian sarfas dengan

standar MFK 80 %

10 Terwujudnya integrasi

HIS 23 tingkat maturitas IT korporasi 2,5

11

Terwujudnya staf yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang unggul

24 % staf yang kinerja unggul (B dan

BS) 90 %

25 jumlah staf SMF yang mengikuti

training di LN (min. 3 bulan) 5 %

12

Terwujudnya tatakelola dan remunerasi yang efektif

26 Skor GCG Corporate 75 %

13

Terwujudnya budaya kinerja dan teamwork yang efektif

27 Indeks budaya kinerja PJN

(PJNHK) 70 %

14 Termanfaatkannya

sumber dana dari luar 28 jumlah KSO yang di atas 1 milyar 2

15 Terwujudnya

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB II - PERENCANAAN KINERJA 14

16 Terwujudnya efisiensi

proses bisnis 30

rasio pendapatan BLU terhadap

biaya operasional 88 %

17

Terwujudnya

peningkatan efektifitas pelayanan

31 Kepatuhan terhadap Clinical

Pathway 50 %

32 % Temuan ketersediaan Obat

Rutin yang di TL 99 %

18

Terwujudnya Peningkatan Mutu Pelayanan

33 Penyampaian hasil laboratorium

Kritis yang tepat wakti < 30 menit 100 %

19 Terwujudnya

peningkatan mutu klinik

34 Infeksi Aliran Darah (IAD) 3,5 %

35 Infeksi Daerah Operasi (IDO) 2,0 %

36 Ventilator Associated Pneumonia

(VAP) 5,8 %

37 Hospital Acuired Pneumonia 1,5 ‰

38 Penerapan Keselamatan Operasi 100 %

Dalam pelaksanaan kegiatannya di tahun 2015, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita mendapatkan dukungan anggaran sebesar Rp 833.756.552.000,-

Kegiatan Anggaran

1. Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan Rp. 675.000.000.000,- 2. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

lainnya Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Rp. 158.756.552.000,-

BAB III

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

AB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian kinerja merupakan hasil dari kegiatan manajemen melalui pengukuran kinerja dengan membandingkan realisasi/hasil dan target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dalam kurun waktu Januari – Desember 2015.

Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Strategis Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2015–2019. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dan Penetapan Kinerja.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran pada tahun 2015 maka Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita telah bekerja untuk memenuhi target-target yang ditetapkan dan tercantum dalam perencanaan dan perjanjian kinerja tahun 2015.

Sasaran strategis Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada perencanaan kinerja 2015 mengacu pada Rencana Strategis RSJPDHK tahun 2015-2019 dan Pedoman Indikator Kinerja BLU Kementerian Kesehatan RI yang kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian kinerja tahun 2015.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 16

Uraian capaian kinerja dari sasaran strategis dan indikator kinerja berdasarkan Perjanjian Kinerja RSJPD Harapan Kita Tahun 2015 dituangkan sebagai berikut :

1. Terwujudnya Kepuasan Stakeholder

Sasaran strategis ini memuat beberapa indikator kinerja seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Sasaran strategis terwujudnya kepuasan stakeholder

KPI Indikator Kinerja /

Keberhasilan Satuan Target 2015 Realisasi 2015 Capaian 1 Tingkat kesehatan RS (PPK BLU) 87 82,95 X

2 Tingkat kepuasan karyawan % 75 70 X

3 Tingkat kepuasan peserta

didik (S1 dan Sp1 FKUI) % 90 91,4

4 % pasien yang puas dan

sangat puas % 85 77,98 X

a. KPI 1. Tingkat Kesehatan RS (PPK BLU)

Indikator ini merupakan gambaran keberhasilan rumah sakit sebagai badan layanan umum, mengacu pada Permenkeu No.05/2013 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Satker BLU Bidanag Layanan Kesehatan. Tingkat kesehatan BLU diukur mengunakan tiga kelompok indikator yaitu : aspek keuangan, aspek pelayanan dan aspek mutu&manfaat.

Capaian

- Pada tahun 2015 terealisasi nilai sebesar 82,95, bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan maka belum memenuhi target.

- Terjadi penurunan juga dibandingkan tahun sebelumnya, dimana angka kesehatan BLU bernilai 86,45. Namun dalam standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan, hasil capaian termasuk dalam kategori SEHAT dengan nilai AA atau pada rentang nilai 80-N-95

Tabel 3.2. Nilai Indikator Kinerja BLU

KINERJA RSJPDHK BOBOT NILAI 2014

NILAI 2015

1 Indikator Keuangan 30 25.50 24,05

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 17

3 Indikator Mutu 35 31,70 31,90

TOTAL 100 86.45 82,95

KATEGORI AA AA

Tabel 3.3. Kategori Nilai Indikator Kinerja BLU

SEHAT NILAI

A 65 s/d 80

AA 80 s/d 95

AAA > 95

Kendala

1. Pada indikator layanan penurunan terjadi seiring dengan menurunnya angka produktifitas layanan pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014. Menurunnya angka produktifitas dikarenakan RSJPDHK telah menjalankan program JKN tentang rujukan berjenjang.

2. Belum sesuainya indikator yang ditetapkan dengan kondisi asli RS sebagai Pusat Rujukan Nasional RS khusus.

3. Sistem pelaporan keuangan belum maksimal. Upaya Tindak Lanjut :

1. Penilaian lebih disesuaikan dengan kondisi RS sebagai Pusat Rujukan Nasional (RS khusus)

2. Sistem Pelaporan keuangan terintegrasi dengan Teknologi Informasi.

b. KPI 2. Tingkat Kepuasan Karyawan

Berdasarkan persfektifnya maka karyawan merupakan aset dan

stakeholder inti rumah sakit.

Kepuasan karyawan adalah tingkat penerimaan karyawan terhadap kondisi yang berhubungan dengan iklim & lingkungan kerja,beban kerja, kepemimpinan, karir, dan kesejahteraan.

Capaian/Kondisi yang dicapai

Pencapaian tingkat kepuasan karyawan RSJPDHK tahun 2015 adalah dibawah 70%, belum memenuhi target yang ditetapkan RS pada tahun 2015 sebesar 75%.

Tingkat kepuasan karyawan diukur melalui survey dengan jumlah responden 335 (19% ) dari 1750 karyawan.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 18

Faktor yang diteliti yaitu faktor jenis pekerjaan, rasa aman, lingkungan kerja, pengembangan karir, supervisi, hubungan dengan pihak manajemen, pendidikan & pelatihan, kompensasi & manfaat serta budaya organisasi, terbukti secara signifikan berhubungan dengan kepuasan kerja staf RSJPD Harapan Kita.

Faktor utama yang berkontribusi adalah rasa aman akan pekerjaan yang dimiliki, sehingga intervensi pada faktor ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan/staf RSJPD Harapan Kita.

Kendala :

1. Tingkat responsible dari responden terhadap pelaksanaan survey masih kurang.

2. Kurangnya kesempatan staf untuk berperan aktif dalam memberikan saran, ide atau gagasan yang membangun sehingga akan meningkatkan produktifitas kerja staf

3. Kurangnya kesempatan staf menambah pengetahuan dan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan.

Upaya Tindak Lanjut :

1. Berupaya meningkatkan kesadaran karyawan untuk lebih terlibat dalam pelaksanaan survey.

2. Meningkatkan kesempatan staf untuk menambah pengetahuan dan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Survey selanjutnya akan dibuat anonim untuk lebih memberikan keterbukaan kepada responden

c. KPI 3. Tingkat Kepuasan Peserta Didik (S1 dan Sp1 FKUI)

Sebagai Rumah Sakit Pendidikan maka indikator ini diperlukan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta didik.

Peserta didik yang dimaksud adalah adalah mahasiswa S1 Kedokteran, Sp1 Kardiologi, Sp1 Bedah Jantung FKUI. Kepuasan diukur berdasarkan faktor paparan kasus, dukungan sarana prasarana pendidikan, kepuasan terhadap staf pengajar, dll

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 19

Capaian :

Hasil pengukuran tingkat kepuasan peserta didik pada tahun 2015 adalah sebesar 91%, mencapai target dari yang ditetapkan pada tahun 2015 sebesar 90%

Secara teknis pelaksanaan survey memuat 27 pertanyaan, hasil yang diperoleh terdiri dari :

1. Responden yang menjawab survey dengan jawaban puas adalah sebanyak 1630%

2. Responden yang menjawab survey dengan jawaban sangat puas adalah sebanyak 840%

3. Total Responden yang menyatakan puas dan sangat puas adalah 2470%.

Formula perhitungan Hasil Survey :

∑ (Jawaban Puas + Jawaban Sangat Puas ) Jumlah Seluruh Item Pertanyaan = ((1630% + 840%) / 27

= 2470% / 27 = 91,4 % Kendala :

1. Pengukuran masih meliputi tingkat kepuasan peserta didik S-1 dan PPDS Kardiologi FKUI, belum menyertakan pengukuran (kuestioner) untuk PPDS BTKV.

2. Sementara tidak ada kendala yang berarti, karena dari target 90% telah tercapai yaitu : 91,4%.

Upaya Tindak Lanjut :

1. Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di semua divisi RSJPDHK agar tingkat kepuasan peserta didik dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

2. Perbaikan proses belajar mengajar dalam prodi ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah.

3. Menyertakan pengukuran/evaluasi tingkat kepuasan untuk PPDS BTKV (bedah Thoraks Kardiovaskular).

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 20

d. KPI 4. Prosentase (%) pasien yang puas dan sangat puas Capaian :

Pada tahun 2015 tercapai prosentase pasien yang menyatakan puas dan sangat puas sebesar 77,98 %, angka belum mencapai target dari yang ditetapkan sebesar 85%

Kendala :

• Survey dilakukan pada saat terjadi perubahan sistem alur pendaftaran dan pelayanan poliklinik umum.

• Masih adanya beberapa unit yang belum maksimal dalam memberikan pelayanan.

Upaya Tindak Lanjut :

• Berdasarkan hasil survey yang diakukan didapat masukan kepada diharapkan bagi unit layanan dapat meningkatkan mutu/kualitas layanan yang kurang memenuhi harapan dari pelanggan.

• Pengumpulan sample responden diharapkan mendapatkan dukungan dari unit layanan.

2. Terwujudnya RSJPDHK sebagai Rujukan Nasional

Tabel 3.4. Sasaran strategis terwujudnya RSJPDHK sebagai Rujukan Nasional

KPI Indikator Kinerja /

Keberhasilan Satuan Target 2015 Realisasi 2015 Capaian 5 % keberhasilan operasi jantung secara mandiri di PJT Binaan

% 98 98,63 √

6 % kasus sulit yang berhasil % 90 98,14 √

a. KPI 5. Prosentase (%) keberhasilan operasi jantung secara mandiri di PJT Binaan

Indikator dipilih untuk mengukur kemandirian PJT dengan tingkat keberhasilan yang tinggi setelah mendapat pembinaan dari RSJPD Harapan Kita.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 21

Formula pengukuran melalui perbandingan Jumlah pasien operasi jantung mandiri yang pulang sehat dibagi jumlah seluruh pasien yang dioperasi secara mandiri.

Capaian

Tabel. 3.5 Data Tindakan di PJT Binaan

NO Nama PJT Binaan TARGET

Tahun 2014 Tahun 2015 Jumlah Tindakan Mortalitas Jumlah Tindakan Mortalitas 1. RS. Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 98% 16 0 29 1

2. RSUD A Wahab Sjahranie –

Samarinda 21 0 44 0

TOTAL 54 0 73 1

(%) KEBERHASILAN OPERASI

JANTUNG 100% 98,63%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan realisasi capaian tahun 2015 pada indikator tercapainya persentasi keberhasilan operasi jantung secara mandiri di PJT binaan sebesar 98,63%, angka capaian berhasil mencapai target dari yang ditetapkan sebesar 98%, meski dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan.

Analisa/Kajian

Saat ini yang dianggap binaan dalam tindakan bedah adalah: 1. RSUD A. Wahab Syahranie, Samarinda

2. RS dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

Pada kedua RS tersebut pembinaan terdiri dari berbagai tingkat, baik pelayanan jantung yang ditangani seluruhnya oleh tim dari RSJPDHK dan dokter setempat menjadi asisten, tindakan bedah dilakukan oleh dokter setempat dan dokter bedah jantung RSJPDHK menjadi asisten, tindakan operasi dilakukan oleh dokter bedah setempat dan dokter bedah jantung RSJPDHK menjadi supervisor dan tidak ikut melakukan tindakan bedah. Demikian juga dengan pelayanan anestesi dan intensive care pasca operasi jantung.

Angka keberhasilan operasi jantung secara mandiri di RS binaan yang dilaporkan untuk indikator ini adalah angka in-hospital survival pasien yang menjalani operasi jantung terbuka baik dewasa maupun anak/

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 22

kongenital di kedua RS tersebut, baik dilakukan bersama-sama maupun dilakukan oleh dokter bedah jantung setempat dibawah supervisi.

Walaupun pada definisi operasional indikator tersebut adalah keberhasilan operasi jantung yang dilakukan secara mandiri (tidak disertai oleh dokter bedah jantung dari RSJHK), namun hal tersebut belum dapat dilaporkan karena dianggap kedua RS tersebut masih dalam proses pembinaan.

Kendala / Hambatan

 Data keberhasilan operasi jantung yang ada adalah data saat masih dalam pembinaan.

 Pemilihan pasien yang akan menjalani tindakan operasi di tempat RS binaan seharusnya dipilih kasus yang dengan tingkat kesulitan rendah, namun terdapat kasus yang dilakukan tindakan di tempat binaan karena pasien tersebut tidak memungkinkan ditransfer ke Jakarta (kemungkinan kasusnya terlalu berat untuk dapat ditransfer)

 Kendala internal dari RS daerah tersebut dimana tidak lengkapnya tim bedah jantung yang harus menjalani pembinaan. Pada saat tahap pembinaan ini harusnya terdapat SDM setempat yang lengkap paketnya sehingga dapat bersama sama menjalani pembinaan untuk dapat dipersiapkan secara keseluruhan. Sebagai contoh tidak atau belum tersedianya staf intensivist yang akan menangani pasien pasca bedah.

Upaya Tindak Lanjut

Upaya tindak lanjut pada indikator ini diantaranya yaitu:

1. Penetapan kasus yang akan dilakukan operasi yang akan dilakukan di RS binaan ditentukan dan dibahas terlebih dahulu.

2. Kelengkapan SDM dan skema pembinaan di RS binaan harus manjadi bagian dari prasyarat pembinaan, dan tercantum dalam perjanjian kerjasama.

3. Penetapan RS yang dibina harus ditetapkan dengan surat keputusan Direksi dan dengan skema pembinaan yang disepakati.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 23

Usulan :

Untuk tahun 2016, harus ada SK direksi yang menentukan RS mana yang disebut sebagai RS binaan, dan kemudian di dalam Perjanjian Kerjasama disebutkan mengenai persaratan awal untuk menjadi RS binaan dan terdapat skema yang jelas yang harus dipenuhi sebagai hasil dari proses pembinaan tersebut. Diusulkan RS binaan pada tahun 2016 adalah RS. Wahab Syahranie, Samarinda (oleh karena dianggap belum siap melanjutkan program bedah janutng secara mandiri mengingat ketersediaan SDM), dan RS Manado.

Pada PKS harus tercantum skema pemenuhan SDM secara lengkap(paket), sarana dan prasarana dalam tahun pertama, setidaknya sudah ada dokter bedah jantng, anestesi jantung, intensivist yang sudah atau sedang menjalani pendidikan dalam tahun terakhir.

Skema pembinaan harus jelas setiap tahunnya menyangkut persiapan pelayanan bedah jantng mandiri di m asa mendatang, dan kewajiban melaporkan hasil pembinaan sebagai indikator keberhasilan. Pada 1 sampai 2 tahun pertama, pembinaan dilakukan dengan melakukan tindakan operasi di tempat untuk kasus-kasus risiko rendah yang dilakukan bersama-sama oleh dokter bedah jantung setempat dan dokter bedah jantung dari RSJPDHK. Demikian pula dengan anestesi dan perawatan intensive, dan perawatan lainnya..

Pada 1 tahun berikutnya tindakan bedah dilakukan hanya oleh dokter bedah setempat, sementara dokter bedah RSJPDHK hanya menjadai supervisor. Demikian pula dengan anestesi, perawatan intensive dan keperawatan lainnya.

Pada 2 tahun berikutnya, tim RSJPDHK tidak perlu datang ke tempat pembinaan tetapi RS binaan harus melaporkan hasil dari tindakan operasinya sebagai evaluasi bagi RS binaan dan dapat diberikan masukan untuk mengatasi masalah. Selain itu sebagai laporan keberhasilan kegiatan pembinaan RSJPDHK.

Indikator yang dinilai adalah sesuai dengan definisi operasional, yaitu keberhasilan operasi jantung yang dilakukan secara mandiri, yaitu yang dilakukan oleh tim bedah jantung setempat, walaupun masih dalam supervise oleh tim bedah jantung RSJPDHK, sehingga RS binaan harus tetap melaporkan kegiatan bedah jantungnya.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 24

b. KPI 6. Prosentase (%) kasus sulit yang berhasil

RSJPDHK sebagai pusat rujukan nasional, harus mampu dan berhasil menangani kasus-kasus sulit.

Kasus sulit dalam hal ini adalah kasus koroner yang menjalani tindakan operasi CABG dengan EF kurang dari 40%.

Capaian

Tahun 2015 ditetapkan target sebesar 90% untuk indikator prosentase kasus sulit yang berhasil.

Target dapat terpenuhi dengan pencapaian realisasi sebesar 98,14%, keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada table.

Tabel. 3.6 Prosentase kasus sulit yang berhasil tahun 2015

No Bulan Jumlah Tindakan CABG Ejection Frection Mortalitas CABG Inklusi Mortalitas (%) Kasus sulit Yang Berhasil (%) > 40% <40% 1 Januari 49 29 20 3 7,14% 92,86 % 2 Februari 51 30 21 2 4,44% 95,56 % 3 Maret 69 40 29 1 1,59% 98,41 % 4 April 60 31 29 0 0,00% 100 % 5 Mei 71 34 37 2 2,90% 97,10 % 6 Juni 63 40 23 0 0,00% 100 % 7 Juli 36 20 16 0 0,00% 100 % 8 Agustus 50 21 29 0 0,00% 100 % 9 September 49 39 10 1 2,27% 97,73 % 10 Oktober 53 35 18 1 2,17% 97,83 % 11 November 58 37 21 1 1,92% 98,08 % 12 Desember 49 25 24 0 0,00% 100 % TAHUN 2015 658 381 277 11 1,86% 98,14% Analisa/Kajian

Prosentase kasus sulit yang berhasil yang dilaporkan adalah keberhasilan operasi jantung (in-hospital survival) operasi CABG pasien dengan ejection fraction < 40%, karena sesuai dengan pembagian kasus sulit yang tertera pada clinical pathway dengan batas EF 40%. Saat ini didapatkan hasil capaian realisasi tahun 2015 adalah 98,14%.

Upaya Tindak Lanjut

Melanjutkan indikator penilaian ini sebagai tolak kemandirian PJT dengan tingkat keberhasilan yang tinggi setelah mendapat pembinaan dari RSJPD Harapan Kita.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 25

3. Terwujudnya peran strategis PJN

Tabel. 3.7. Indikator Kinerja Sasaran Terwujudnya peran strategis PJN

KPI Indikator Kinerja /

Keberhasilan Satuan Target 2015 Realisasi 2015 Capaian 7 Jumlah rekomendasi/kajian

nasional yang dihasilkan 1 ? ?

8 Jumlah implementasi program

preventif dan promotif 1 1

a. KPI 7. Jumlah rekomendasi/kajian nasional yang dihasilkan

Sesuai visinya ”leader in cardiovascular care, education and research” maka RSJPDHK sebagi PJN diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi/kajian yang bersifat nasional. Rekomendasi/kajian nasional yang dimaksud adalah dalam hal pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang kardiologi yang menjadi dasar bagi pemerintah dalam menentukan NSPK

Capaian

Tahun 2015 terealisasi 3 rekomendasi/kajian yang bersifat nasional yaitu : 1. Panduan Pelayanan Kardioserbrovaskular

2. Rencana Strategi Nasional Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Kardioserebrovaskular Tahun 2015-2019

3. Rencana Strategi Nasional Pengendalian Tembakau Di Indonesia Tahun 2015 – 2019

Kendala/Hambatan

1. Kurangnya koordinasi di lingkungan kementerian sehingga menyebabkan respon dalam menindaklanjuti usulan kajian/ rekomendasi yang bersifat Nasional menjadi tertunda.

Upaya Tindak Lanjut

1. Meningkatkan koordinasi dengan lingkungan kementerian, dalam hal menindaklanjuti rekomendasi/kajian Nasional.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 26

b. KPI 8. Jumlah implementasi program preventif dan promotif

Peran RSJPDHK sebagai Pusat Jantung Nasional tidak hanya kuratif, tapi juga dalam preventif & promotif untuk menurunkan angka kematian KV.

Capaian

Tahun 2015 RSJPDHK diharapkan dapat melaksanakan program preventif dan promotif setidaknya 1 (satu) kali sesuai dengan target yang ditetapkan pada tahun 2015.

Pelaksanaan program di 2015 terealisasi sebanyak 1 (satu) kali, sehingga target dapat terpenuhi.

Kegiatan yang terlaksana di tahun 2015 yaitu Kegiatan seminar dengan tema ”Cardiovascular Prevention and Primary Care”, peserta terdiri dari 250 orang dokter-dokter dari Puskesmas Jabodetabek. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 21 November 2015 bertempat di Auditorium RSJPD Harapan Kita.

Kegiatan merupakan bentuk kerjasama dengan Dinkes (Dinas Kesehatan) Pusat.

Topik yang dismpaikan pada acara tersebut adalah : 1. Masalah penyakit kardiovaskular di Indonesia

2. Konsep prevensi primodial, primary dan secondary prevention 3. Deteksi dini kardiovaskular

4. Konseling berhenti merokok

5. Tatalaksana awal penyakit infark miocard 6. Prevensi sekunder dengan farmako terapi 7. Prevensi sekunder penyakit kardiovaskular 8. Program rehabilitasi pasca operasi jantung

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 27

4. Terwujudnya layanan, pendidikan & penelitian yang ekselen dalam AHS Tabel. 3.8. Indikator kinerja dalam mewujudkan layanan, pendidikan, dan

penelitian yang ekselen dalam AHS

KPI Indikator Kinerja /

Keberhasilan Satuan

Target 2015

Realisasi

2015 Capaian

9 Jumlah riset translasional yang

diaplikasikan 1 1

10 % PPDS kardiologi yang lulus

tepat waktu (≤ 9 semester) 65 % 62,5 X

11 % capaian indikator medik

kardiovaskular 80 % 91,28

12 % komplen yang ditangani

dengan baik 85 % 94,92

13 Jumlah peserta fellowship dari

LN 1 1

a. KPI 9. Jumlah riset translasional yang diaplikasikan

Riset translational adalah riset klinis (di laboratorium atau lapangan) yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Teraplikasikannya diukur dari direkomendasikan-nya suatu tatalaksana atau pemeriksaan baru oleh Komite Medik

Indikator dipilih untuk menunjukan manfaat penelitian bagi pengembangan pelayanan kardiovaskular.

Capaian :

- Target tercapai namun belum sempurna / berjalan sebagian

- Tahun 2015 hasil penelitian ESMR dipublikasi internasional. Sudah pernah diajukan dan telah mendapat rekomendasi HTA, tetapi belum berjalan operasionalisasinya.

Usulan : aplikasi ESMR pada pasien no options Kendala :

- Tindak lanjut usulan tidak ada /belum ada keputusan.

- Belum ada SOP baku bagaimana hasil penelitian di RSJPD Harapan Kita bila akan diaplikasikan.

Upaya Tindak Lanjut :

Dibuat SOP pengembangan pelayanan dari hasil penelitian orisinal di RSJPD Harapan Kita.

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 28

b. KPI 10. Prosentase (%) PPDS kardiologi yang lulus tepat waktu (≤ 9 semester)

Indikator dipilih untuk menggambarkan mutu sistem pendidikan dan hasil pendidikan, melalui formula : persentase PPDS yang lulus dalam waktu 9 semester dibandingkan angkatannya.

Capaian / Kondisi yang dicapai saat ini :

Tahun 2015 tercapai angka Prosentase PPDS yang lulus dalam waktu 9 semester sebesar 62,5 %, angka tersebut belum memenuhi dari target yang ditetapkan pada tahun 2015.

penghitungan tahunan merupakan rata-rata capaian dari semester I dan semester II melalui formula :

(Ʃ lulusan / Ʃ PPDS Pada Angkatannya) X 100% Secara rinci dapat dilihat pada table dibawah :

Tabel 3.9. Penghitungan Angka Kelulusan PPDS

Semester I

= € peserta lulus / PPDS pada angkatannya x 100% = 4 / 8 x 100%

= 50% Semester II

= € peserta lulus / PPDS pada angkatannya x 100% = 6 / 8 x 100%

= 75% Total 2015

= (50% + 75%) / 2 = 62,5%

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 29

Kendala :

Beberapa hal yang menjadi kendala tidak tercapainya target pada tahun 2015 :

1. Umumnya terlambat lulus krn terlambat dalam menyelesaikan penelitian

2. Belum ada data PPDS BTKV (Bedah Thoraks Kardiovaskular) FKUI.

Upaya Tindak Lanjut :

1. Membuat pohon penelitian dari tiap-tiap divisi agar dapat dimanfaatkan utk penelitian PPDS.

2. PPDS pada semester 6 sudah boleh menentukan / mengajukan topik penelitian.

3. Memperbaiki proses belajar mengajar. 4. Memasukkan data kelulusan PPDS BTKV.

c. KPI 11. Prosentase (%) capaian indikator medik kardiovaskular Pemilihan indikator bermaksud untuk mengukur kualitas pelayanan dan

patient safety di RSJPD Harapan Kita.

Indikator medik kardiovaskular terdiri dari 11 indikator, 5 indikator merupakan indikator klinis kardiovaskular (KV) dan 6 indikator merupakan indikator IPSG yang diambil dari standar JCI.

11 Indikator tersebut adalah :

1. Angka Door to balloon time kurang dari 90 menit 2. Angka mortalitas Acute Myocardial Infarction (AMI) 3. Angka rehospitalisasi pasien gagal jantung

4. Angka mortalitas bedah pintas koroner elektif tanpa penyulit 5. Waktu utilisasi laboratorium kateterisasi

6. Kepatuhan identifikasi pasien rawat inap 7. Implementasi prosedur TbaK di rawat inap

8. Kepatuhan penyimpanan obat high alert, elektrolit pekat, dan Looks Alike Sounds Alike diruang intensif, intermediate, kamar operasi dan IGD

9. Penerapan surgical safety 10. Kepatuhan cuci tangan 11. Identifikasi risiko jatuh

LAKIP RSJPDHK TAHUN 2015

BAB III - AKUNTABILITAS KINERJA 30

Capaian / Kondisi saat ini

Tahun 2015 didapat capaian realisasi sebesar 91,28%, Capaian telah memenuhi target yang ditetapkan sebesar 80%.. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel. 3.10. Capaian Indikator Medik

INDIKATOR Target 2015 Rata-rata Real 2015 Pencapaian target

1 Door to balloon time kurang dari 90

menit < 90 menit 70 menit 100 %

2 Angka mortalitas Acute Myocardial Infarction (AMI) < 8 % 6,02 % 100 % 3 Angka rehospitalisasi pasien gagal jantung <15 % 0,67 % 100 %

Dokumen terkait