• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Instrumen Penelitian

1. Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Untuk mengukur kemampuan koneksi matematis subjek penelitian pada materi pembelajaran saat penelitian ini, maka dilakukan tes sebagai alat ukurnya. Tes kemampuan koneksi matematis ini diberikan kepada kelas yang menggunakan pendekatan matematika realistik dan pembelajaran konvensional. Tes ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pretest untuk mengukur kemampuan awal koneksi matematis subjek penelitian pada materi skala dan posttest untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa setelah pembelajaran pada materi skala.

Bentuk soal tes dalam penelitian ini berbentuk uraian. Maulana (2009: 33) mengatakan bahwa keunggulan tipe tes uraian yaitu:

a. menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa,

b. benar-benar melihat kemampuan siswa, karena hanya siswa yang telah belajar sungguh-sungguh yang akan menjawab dengan benar dan baik, c. menghindari unsur tebak-tebakan saat siswa memberikan jawaban, d. penilai dapat melihat jalannya/proses bagaimana siswa menjawab,

sehingga dapat saja menemukan hal unik dari jawaban siswa itu ataupun dapat mengetahui miskonsepsi siswa.

Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh tes uraian di atas, diharapkan tes uraian ini dapat benar-benar mengungkap kemampuan koneksi matematis siswa karena langkah-langkah siswa dalam menjawab soal akan terlihat serta unsur tebak-tebakan cenderung tidak ada. Karakteristik soal yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan soal yang sama. Jumlah alternatif soal tes kemampuan koneksi matematis yang dibuat dalam penelitian ini berjumlah sepuluh butir soal (alternatif soal tes kemampuan koneksi matematis terlampir), sedangkan yang diambil dalam penelitian ini berjumlah lima butir soal. Instrumen penelitian yang baik, tentu harus diperhatikan kualitas dari instrumen tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria-kriteria tersebut di antaranya validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, dan indeks kesukaran. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut akan dipaparkan sebagai berikut ini.

a. Validitas Butir Soal

Menurut Ruseffendi (2005: 148), “Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen itu untuk maksud dan kelompok tertentu mengukur apa yang semestinya diukur dan derajat ketepatan mengukurya benar”. Validitas teoretis butir soal yang diukur pada penelitian ini adalah validitas isi untuk menguji ketepatan instrumen menurut ahli dalam mengukur kemampuan koneksi matematis dari segi materi yang dievaluasikan dan validitas muka untuk mengukur ketepatan bentuk soal terhadap subjek penelitian menurut ahli. Untuk mengukur validitas teoritis, soal yang dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada ahli pembuatan soal yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

Setelah validitas teoretis terpenuhi, dilakukan pengukuran validitas kriteria yaitu validitas banding (dompleng). Validitas banding ini dilakukan dengan melakukan uji coba soal terhadap beberapa siswa kelas VI di salahsatu SD di Kecamatan Tanjungsiang. Cara menghitung tingkat validitas banding adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang diasumsikan telah memiliki validitas tinggi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan product moment raw score

(Maulana, 2008b: 134) dengan rumus sebagai berikut ini.

xy

= − ( ) ( )

[

2

−( )

2

][

2

−( )

2

keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y = banyaknya peserta tes

= nilai hasil ujicoba

= nilai rata-rata harian

Rumus di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal masih menggunakan product moment raw score, tetapi variabel untuk jumlah skor soal yang dimaksud dan variabel untuk skor total soal tes hasil belajar.

Untuk penghitungan validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel 2010 for windows. Selanjutnya koefisien korelasi yang

diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147) sebagai berikut ini.

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 < xy 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < xy 0,80 Validitas tinggi 0,40 < xy 0,60 Validitas sedang 0,20 < xy 0,40 Validitas rendah 0,00 < xy 0,20 Validitas sangat rendah

xy 0,00 Tidak valid

Hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan, soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya mencapai 0,71 yang berarti validitas instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini tinggi berdasarkan Tabel 3.2 (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat dalam Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar No. Soal Koefisien korelasi Interpretasi *1 0,67 Validitas Tinggi *2 0,88 Validitas Sangat Tinggi 3 0,51 Validitas Sedang *4 0,58 Validitas Sedang *5 0,69 Validitas Tinggi 6 0,65 Validitas Tinggi *7 0,65 Validitas Tinggi 8 0,59 Validitas Sedang 9 0,55 Validitas Sedang 10 0,37 Validitas Rendah

Keterangan: (*) soal yang digunakan untuk tes Kesimpulan :

Secara keseluruhan, soal uji coba tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut ini. 1 item soal memiliki validitas sangat tinggi 10 %

4 item soal memiliki validitas tinggi 40% 4 item soal memiliki validitas sedang 40% 1 item soal memiliki validitas rendah 10%

Adapun validitas soal instrumen yang digunakan dapat ditafsirkan sebagai berikut ini.

1 item soal memiliki validitas sangat tinggi 20% 3 item soal memiliki validitas tinggi 60% 1 item soal memiliki validitas sedang 20%

b. Reliabilitas Butir Soal

Menurut Maulana (2009: 45) “Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh, seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen terhadap yang lainnya”. Karena bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal essay, maka rumus yang digunakan pada penelitian adalah koefisien alpha atau koefisien Cronbach Alpha. Hal ini sejalan dengan ungkapan Maulana (2009: 47), “Cara Cronbach Alpha baik digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen yang berupa essay”. Surapranata (2009:114) mengatakan bahwa Rumus koefisien alpha adalah sebagai berikut ini 11

= [

( −1)

][1 -

2 2

]

Keterangan: 11 = reliabilitas tes = jumlah soal

2 = varians skor setiap butir soal 2= varians skor total

Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft excel 2010 for windows. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) sebagai berikut ini.

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien korelasi Interpretasi

0,80 < 11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < 11 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 11 0,40 Reliabilitas rendah

11 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan Tabel 3.4, hasil uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian mencapai kriteria reliabilitas sangat tinggi dengan perolehan koefisien korelasi reliabilitas mencapai 0,81 (perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen terlampir).

c. Indeks Kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

�� =

� � Keterangan:

�� = indeks kesukaran

= rata-rata skor setiap butir soal

� � = Skor Maksimum Ideal

penghitungan indeks kesukaran dengan formula di atas dilakukan dengan bantuan program Microsoft excel 2010 for windows, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 < IK 0,30 Sukar 0,30 < IK 0,70 Sedang 0,70 < IK 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

Berikut ini merupakan data indeks kesukaran hasil uji coba instrumen tes hasil belajar yang dilakukan.

Tabel 3.6

Analisis Indeks Kesukaran No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi *1 0,59 Sedang *2 0,24 Sukar 3 0,05 Sukar *4 0,17 Sukar *5 0,34 Sedang 6 0,43 Sedang *7 0,13 Sukar 8 0,41 Sedang 9 0,05 Sukar 10 0,26 Sukar

Keterangan: (*) soal yang digunakan untuk tes Kesimpulan :

Secara keseluruhan, soal uji coba tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut ini. 4 item soal sedang 40 %

Adapun indeks kesukaran soal instrumen yang digunakan untuk tes dapat ditafsirkan sebagai berikut ini.

2 item soal sedang 40 % 3 item soal sukar 60% Penjelasan:

Soal tes kemampuan koneksi matematis ini tidak ada yang memiliki indeks kesukaran mudah dan sebagian besar termasuk soal yang memiliki indeks kesukaran sukar karena tes ini mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.

d. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut:

�� = � − �

� � Keterangan:

�� = daya pembeda

� = rata-rata skor kelompok atas

= rata-rata skor kelompok bawah

� �

= Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

DP 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP 0,20 Jelek 0,20 < DP 0,40 Sedang 0,40 < DP 0,70 Baik 0,70 < DP 1,00 Sangat Baik

Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes hasil belajar yang dilakukan.

Tabel 3.8

Analisis Daya Pembeda No. Soal Daya Pembeda Tafsiran *1 0,68 Baik *2 0,27 Sedang 3 0,07 Jelek *4 0,12 Jelek *5 0,46 Baik 6 0,22 Sedang *7 0,10 Jelek 8 0,24 Sedang 9 0,02 Jelek 10 0,10 jelek

Keterangan: (*) soal yang digunakan untuk tes Kesimpulan:

Secara keseluruhan, soal uji coba tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut ini. 2 item soal baik 20%

3 item soal sedang 30% 5 item soal jelek 50%

Adapun daya pembeda soal instrumen yang digunakan untuk tes dapat ditafsirkan sebagai berikut ini.

2 item soal baik 40% 1 item soal sedang 20% 2 item soal jelek 40% Keterangan:

Soal yang memiliki daya pembeda jelek adalah soal yang memiliki indeks kesukaran sukar bahkan mendekati sangat sukar sehingga siswa pada kelompok unggul dan asor sama-sama tidak dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik.

Dari sepuluh soal yang ada, hanya lima soal yang digunakan dalam penelitian karena setiap tujuan pembelajaran yang tercantum di dalam alternatif tes pada penelitian ini memiliki 2 alternatif soal. Setelah berkonsultasi dengan pihak ahli dan mempertimbangkan tingkatan validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya, lima buah soal yang dipilih adalah soal nomor 1, 2, 4, 5, dan 7.

Dokumen terkait