• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Praktik atau tindakan (Practice)

2.6 Theory Social determinant of health

Beberapa t eori da pat digunakan unt uk m enganalisis f aktor determinan dari partisipasi lansia. Salah satunya adalah Social Determinant

of H ealth (SDH). T eori S DH yang di kemukakan ol eh M armot. M da n

Wilkinson. R , ( 2003), ba hwa S DH m erupakan faktor s osial yang p aling dominan dalam mempengaruhi kesehatan perseorangan. Ada 10 faktor yang disebutkan da lam t eori tersebut yakni t ingkatan s osial, s tres, ke hidupan

awal, pe ngucilan s osial, pe kerjaan, p engangguran, dukun gan s osial, ketagihan, makanan, dan transportasi.

Penjabaran d ari t eori Social D eterminant o f H ealth (SDH) y ang terkait dengan penelitian yaitu:

1. Tingkatan s osial yang d imaksud a dalah be rkaitan de ngan kondi si sosial e konomi yang mempengaruhi k esehatan. Y akni t entang kaya, m iskin, s ejahtera, t idak s ejahtera. Marmot, (2003) menyebutkan bahwa tingkatan sosial individu yang tinggi memiliki risiko l ebih r endah untuk m engalami s akit da n ke matian dibandingkan dengan individu dengan tingkat sosial rendah. Lansia yang me ngalami s akit akan me mpengaruhi tin gkat p artisipasi, Tetapi p ada ma salah tin gkatan s osial p ada la nsia tid ak d iteliti karena keterbatasan penelitian dan membutuhkan waktu yang lama. 2. Stres m erupakan b agian d ari s osial d eterminan k esehatan. P ada lansia, s tres s angat dipengaruhi ol eh ke adaan s osial da n kejiwaannya. P ada pe nelitian i ni t idak a kan di lakukan a nalisis terhadap hubun gan a ntara stres d engan pa rtisipasi l ansia. Stres di sini m embahas m engenai m asalah k eadaan seseorang t erkait pekerjaannya, d imana d engan ad a t idaknya p ekerjaan mengakibatkan stres, tetapi stres berat dialami oleh seseorang yang tidak me miliki p ekerjaan. Hal i tu di karenakan p emeriksaan s tress memiliki cara pengukuran tersendiri dan membutuhkan waktu yang lama.

3. Kehidupan a wal m erupakan s alah s atu f aktor d eterminan d ari kesehatan i ndividu. D iawali de ngan a danya dukung an da ri orangtua t entang p endidikan d an k esehatan an aknya. P ada l ansia, kehidupan a wal m erupakan ke hidupan yang dimulai s ejak di a berada dalam kandungan. Berkaitan dengan nutrisi yang diberikan saat dia tumbuh dan pendidikan yang diberikan orangtua padanya. Marmot, 2006 t entang determinan s osial ke sehatan pa da l ansia, menyebutkan ba hwa p endidikan m erupakan s alah s atu f aktor determinan yang mempengaruhi lansia dalam kesehatannya, karena dengan pe ndidikan yang di p eroleh m aka akan m empengaruhi pengetahuan dari lansia.

4. Faktor p engucilan sosial yang di maksud ol eh M armot, 2003 berkaitan de ngan nor ma, d iskriminasi, stigma ma syarakat yang menganggap l ansia s udah t idak pr oduktif l agi dan m enganggpa sebagai b eban d i m asyarakat, kebencian, da n pe ngangguran. Pengucilan s osial m enghalangi s eseorang u ntuk b erpartisipasi dalam s uatu pe ndidikan, pe latihan, m aupun m endapatkan a kses kesehatan. Diskriminasi la nsia te rjadi d ikarenakan s tatus pendidikan rendah/buta huruf, berpengaruh pada kepercayaan di ri dan perilaku lansia, lansia tidak memiliki daya upaya, lansia akan merasa d irinya m emang w arga m asyarakat yang d ependen d an tidak dapat memberikan kontribusi apa-apa. Pengucilan sosial erat kaitannya dengan cara b ersosialisasi lansia dengan lansia lainnya.

Sehingga, s emakin erat sosialisasi yang d ibentuk o leh s eseorang, maka partisipasi lansia ke pos yandu semakin t inggi. Diskriminasi usia s angat s ulit di ukur. H anya a da s edikit pe nelitian yang dilakukan mengenai diskriminasi usia dan sulit.

5. sosial d ari k esehatan adalah p ekerjaan. P ekerjaan d isini e rat kaitannya d engan s tres, d itempat k erja yang m enyebabkan terjadinya p enyakit p ada s eseorang. Aktivitas adalah s alah s atu determinan s osial da ri ke sehatan. l ansia m erupakan ke lompok sumber da ya m anusia ( SDM) yang tidak pr oduktif (ketergantungan). K enyataannya m asih b anyak l ansia yang m asih produktif da n m ampu be rperan a ktif da lam ke hidupan bermasyarakat, b erbangsa, d an b ernegara, n amun k arena f aktor usia, tentunya lansia dihadapkan dengan keterbatasan. Berdasarkan kegiatan s ehari-hari, pe nduduk us ia ke rja t ermasuk j uga l ansia diklasifikasikan me njadi dua ke lompok, yaitu a ngkatan ke rja da n bukan a ngkatan ke rja. A ngkatan ke rja m erupakan ke lompok penduduk us ia ke rja yang aktif m elakukan k egiatan e konomi, mencakup mereka yang melakukan kegiatan bekerja/berusaha dan mereka yang aktif mencari pekerjaan/usaha. Sedangkan penduduk bukan a ngkatan ke rja m encakup m ereka yang s edang be rsekolah, mengurus rumah t angga da n m ereka yang m elakukan ke giatan lainnya s eperti p ensiun, pe nerima t ransfer/kiriman, pe nerima

deposito/bunga b ank, j ompo atau alasan yang l ain ( Profil lansia, 2009).

Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2009, ha mpir separuh (47,44 persen) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja dan s ebesar 0,41 pe rsen t ermasuk m enganggur/mencari ke rja, kemudian m engurus r umah t angga 27,88 pe rsen da n ke giatan lainnya sekitar 24,27 persen (BPS RI, 2009). Tingginya persentase lansia yang bekerja dapat dimaknai bahwa sebenarnya lansia masih mampu be kerja s ecara pr oduktif unt uk m embiayai ke hidupan rumah t angganya, na mun di sisi lain m engindikasikan ba hwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah l anjut, l ansia t erpaksa be kerja unt uk m embiayai ke hidupan rumah t angganya. B erdasarkan ha sil s tudi l ansia t ahun 2008, tingginya pa rtisipasi pe nduduk l ansia yang b ekerja, a ntara l ain karena k ebutuhan e konomi r umah t angga, m emanfaatkan w aktu luang, da n m enjaga k esehatan (Komnas Lansia, 2010) . Aktivitas memiliki hubungan dengan partisipasi lansia ke posyandu. Hal ini sesuai de ngan pe nelitian M enurut pe nelitian F ahrun dkk (2009) faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di RW 7 K elurahan W onokusumo K ecamatan S emampir S urabaya adalah pekerjaan, pendapatan, tingkat pengetahuan dan pola tempat tinggal. Pengaruh pekerjaan dengan kunjungan lansia ke posyandu adalah 69,3% ibu rumah tangga dan 6,6% wiraswata dan PNS.

6. Pengangguran merupakan keadaaan individu yang tanpa pekerjaan atau an gkatan k erja yang s ama s ekali t idak b ekerja d an m encari pekerjaan ( Buletin l ansia, 2009) . Lansia pe ngangguran akan menimbulkan ke sakitan da n ke matian yang cepat. M armot, 2003, menjelaskan b ahwa p engangguran b erkaitan d engan ad anya peningkatan d epresi d an s tres. P enelitian i ni tidak m elakukan research t erhadap t ingkat s tres da ri l ansia. D engan kondi si l ansia yang t idak s ehat m aka a kan m empengaruhi t ingkat pa rtisipasi lansia.

7. Dukungan s osial j uga merupakan s alah s atu f aktor de terminan sosial dari kesehatan. Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial mempengaruhi partisipasi lansia ke pos yandu. Dukungan s osial yang di maksud t erdiri da ri dukungan kader, petugas kesehatan, tetangga, keluarga, teman, dan tokoh tokoh masyarakat dan agama. Ditambahakan teori dukungan sosial m odifikasi T aylor ( 2009), dukun gan s osial t erdiri da ri 5 bentuk e mosional, i nformasional, i nstrumental dan ap praisal d an kelompok s osial, da pat di rinci s ebagai b erikut ( a) D ukungan emosional A spek i ni m elibatkan ke kuatan j asmani da n ke inginan untuk pe rcaya p ada or ang l ain s ehingga i ndividu yang bersangkutan m enjadi yakin b ahwa o rang l ain t ersebut m ampu memberikan cinta da n kasih s ayang ke padanya. D ukungan i ni mencakup un gkapan e mpati, ke pedulian d an perhatian t erhadap

individu, s ehingga i ndividu t ersebut m erasa n yaman, di cintai da n diperhatikan. B eberapa h al yang t ermasuk i nteraksi yang mendukung a dalah m endengarkan de ngan penuh pe rhatian, merefleksikan p ernyataan s ubjek, m enawarkan s impati d an menyakinkan k embali, m embagi pe ngalaman pr ibadi d an menghindari konflik, (b) Dukungan Instrumental aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai c ontohnya a dalah pe ralatan, pe rlengkapan, da n s arana pendukung l ain da n t ermasuk di dalamnya m emberikan pe luang waktu untuk memberikan bantuan langsung. Dukungan ini dikenal juga d engan i stilah dukung an pe rtolongan, duk ungan n yata a tau dukungan m aterial, ( c) D ukungan Informatif, aspek i ni b erupa pemberian i nformasi unt uk m engatasi m asalah. Aspek i nformatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang di butuhkan ol eh i ndividu yang be rsangkutan, s ehingga individu dapat mengatasi masalahnya dan m encoba mencari jalan keluar unt uk m emecahkan m asalahnya, ( d) D ukungan pe nilaian / penghargaan, aspek i ni terdiri a tas dukun gan p eran s osial yang meliputi um pan ba lik, pe rbandingan s osial, da n a firmasi (persetujuan). P emberian dukunga n i ni m embantu i ndividu unt uk melihat segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri, m embentuk ke percayaan di ri da n k emampuan s erta m erasa

dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan sosial da lam be ntuk p enilaian yang pos itif dapat m embantu individu da lam m engembangkan ke pribadian dan m eningkatkan identitas di ri, ( e) K elompok s osial, be ntuk d ukungan i ni a kan membuat i ndividu merasa a nggota da ri s uatu ke lompok y ang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

8. Kecanduan a tau ke tagihan yang di maksud ol eh M armot, 2003 adalah b erkaitan d engan a lkohol, oba t-obatan, t embakau, da n menderita k arena pe nggunaannya. D isebutkan p ula ba hwa ha l i tu bisa t erjadi k arena ad anya p engaruh d ari l ingkungan s osial. Kecanduan tembakau atau perokok bisa terjadi pada lansia. Namun pada pe nelitian i ni t idak m enjelaskan t entang hubung an p erokok dengan kesehatan lansia.

9. Makanan yang di maksud ol eh M armot, 2003, adalah be rkaitan dengan diet untuk menjaga kesehatan dan menghindari terjadinya mal nut risi. B erdasarkan s tudi a wal yang telah di lakukan, didapatkan ha sil ba hwa pos yandu l ansia m elaksanakan k egiatan yang disebut pemberian makanan tambahan (PMT). PMT diberikan dalam upaya menjaga kelangsungan kesehatan lansia yang hadir ke posyandu. P enelitian i ni t idak m elakukan research mengenai d iet gizi. H al i tu di karenakan pe nelitian i ni l ebih di tekankan pa da

menganalisis hubungan dari sebuah teori dengan partisipasi lansia ke posyandu.

10. Faktor l ain d eterminan sosial d ari k esehatan ad alah t ransportasi. Kebijakan t ransportasi yang di sebutkan be rkaitan de ngan j arak yang di tempuh ol eh l ansia ke pos yandu unt uk berpartisipasi da n alat tr ansportasi itu s endiri. B erdasarkan h asil s tudi a wal d ari penelitian i ni, di sebutkan ba hwa t ransportasi berhubungan e rat dengan pa rtisipasi l ansia ke pos yandu. H al i ni s esuai de ngan penelitian J uniardi ( 2012) da lam pe nelitiannya t entang pa rtisipasi lansia m enyebutkan ba hwa f aktor yang m empengaruhi pa rtisipasi lansia adalah salah satunya yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu terhadap tingkat partisipasi.

Dokumen terkait