• Tidak ada hasil yang ditemukan

Drug Therapy Problem Butuh Obat ( Need for additional drug therapy ) Frekuensi kejadian DTP butuh obat terjadi pada 7 kasus, yaitu kasus

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Gambaran Kasus Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Obat ( Drug Therapy Problems) yang Terjadi Pada Penatalaksanaan Terapi Dengue

4. Drug Therapy Problem Butuh Obat ( Need for additional drug therapy ) Frekuensi kejadian DTP butuh obat terjadi pada 7 kasus, yaitu kasus

nomor 4, 5, 6, 8, 9, 23, 28, semuanya membutuhkan pemberian lasix sebagai obat diuretik kuat untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura yang

dialami oleh pasien selama dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Namun, pada kasus nomor 5, pasien tidak hanya membutuhkan lasix, tetapi juga membutuhkan Lacto B dan Dulcolax sesuai yang dieresepkan oleh dokter, karena pasien konstipasi, namun tidak tertulis pada catatan pelaksanaan pemberian obat oleh perawat, apakah sudah diberikan atau belum.

Pada kasus nomor 9 juga tidak hanya butuh lasix, tetapi pasien juga membutuhkan parasetamol karena pasien mengeluh pusing dan nyeri perut, padahal dokter sudah meresepkan parasetamol 500 mg namun pada catatan keperawatan tidak tertulis bahwa parasetamol telah diberikan pada pasien ini dan walaupun parasetamol benar diberikan untuk pasien ini, maka dosis parasetamol yang seharusnya diberikan bukan 500 mg tetapi antara 520 mg – 780 mg, karena pasien memiliki berat badan 52 kg, sedangkan dosis parasetamol menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 10 – 15 mg/kgBB.

Adanya pengobatan yang tidak tertulis dalam catatan rekam medis pasien dapat menimbulkan 2 asumsi, yaitu perawat memberikan obat tersebut dan lupa mencatatnya atau perawat memang tidak memberikan obat tersebut kepada pasien sehingga perawat tidak mencatatnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi evaluasi tersendiri dalam hal pencatatan rekam medis untuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Tabel IX. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 KASUS 3 DTP tidak tepat indikasi

Subjective

No. MR : 01.33.34.91

Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg

Keluhan : demam, muntah, pusing, nyeri perut (haid I), mual, sesak, edema palpebra

Diagnosa : DHF grade I

Tgl. Perawatan : 17/01/2008 – 22/01/2008

Outcome : sembuh

Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36,8

Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 17/1 18/1 19/1

Hb 5,6 13,4 13,2 13 – 17 g/dl

Lekosit 2,69 4,4 3,4 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - 1 1 1 – 4 % Batang - 1 - 2 – 5 % Segmen - 23 29 36 – 66 % Limfosit - 73 70 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 % Faal Hemostastis Trombosit 10 36 21 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,1 - 39,6 40 – 50 % LPB - 6% 5% - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d

22/1

2. Pemberian O2 2 tpm tgl 17/1 dan 21/1

3. Pemberian Paracetamol tgl 18/1 jam 20.00 dan Ranitidin tgl 18/1 jam 20.30

4. Pemberian Lasix 1 ampul tgl 21/1

Assessment

1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d

22/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian O2 2 liter/menit tgl 17/1 dan 21/1 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika

masuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

3. Pemberian Paracetamol dan Ranitidin dalam selang waktu 30 menit (tgl 18/1) untuk mengobati nyeri perut

pasien tidak dibenarkan (polifarmasi), karena pasien mengalami nyeri perut (haid I) bukan gangguan lambung,

sehingga pemberian Ranitidin tidak tepat indikasi dan tidak dibutuhkan, keluhan nyeri perut pasien cukup

dengan pemberian Parasetamol saja

4. Pemberian lasix tepat indikasi dan dosis

Planning

1. Ranitidin tidak digunakan lagi, cukup menggunakan parasetamol saja

2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam

3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

Tabel X. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 KASUS 12 (sama dengan kasus 4, 5, 15) DTP dosis kurang

Subjective

No. MR : 01.35.22.01

Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 30,5 kg

Keluhan : demam, badan pegal-pegal, pusing, mual Diagnosa : DHF grade II

Tgl. Perawatan : 24/52008 – 28/5/2008 Outcome : membaik

Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,5

Tekanan Darah (mmHg) 100/75 110/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 24/5 27/5 28/5

Hb 13,5 - - 13 – 17 g/dl

Lekosit 1,7 5,0 4,6 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil 0,5 2 - 1 – 4 % Batang 1,9 - - 2 – 5 % Segmen - 36 19 36 – 66 % Limfosit 46 61 80 22 – 40 % Monosit 14,3 1 1 4 – 8 % Faal Hemostastis Trombosit 125 84 146 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 45 43 40 – 50 % LPB - 4% - - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (22 tpm makro) pada tgl 24/5 – 27/5

2. Pemberian parasetamol 300 mg pada tgl 24/5 jam 14.00 dan 25/5 jam 06.00, 10.30,

14.00 Assessment

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun

pada tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito

(parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 305

mg – 457,5 mg →dosis kurang

Planning

1. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosi, yaitu antara 305 – 457,5 mg dengan membuatnya menjadi sedaan pulveres supaya lebih mudah terpenuhi dosisnya

2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya

Tabel XI. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 KASUS 8 (sama dengan kasus 4, 5, 6, 9, 23, 28) DTP butuh obat

Subjective

No. MR : 01.34.76.90

Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 24 kg

Keluhan : demam, pusing, edema palpebra, flushing, ascites Diagnosa : DHF grade II

Tgl. Perawatan : 20/4/2008 – 23/4/2008 Outcome : sembuh

Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 37,3 (post parasetamol) 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 20/4 21/4 23/4 Hb - 11,7 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 7,8 - 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 39 - 36 – 66 % Limfosit - 60 - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 % Faal Hemostastis Trombosit 20 89 52 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - 40 – 50 % LPB - - - - Penatalaksanaan

Pemberian infus RL pada tgl 20/4 – 23/4, tidak diberikan parasetamol karena kondisi pasien tidak demam

Assessment

1. Tidak dijelaskan pada catatan dokter dan perawat berapa cc infus RL yang

diberikan kepada pasien, namun pemberian infus di sini sudah tepat, karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan ascites pada pasien Planning

1. Memberikan lasix dengan dosis 12 mg – 36 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk mengatasi

edema palpebra pasien

2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya

3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit

Tabel XII. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 KASUS 27 (sama dengan kasus nomor 5) DTP dosis berlebih

Subjective

No. MR : 01.22.58.35

Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 32 kg

Keluhan : demam, BAB 1x encer, gatal-gatal

Diagnosa : DHF grade I

Tgl. Perawatan : 1/3/2008 – 4/3/2008

Outcome : membaik

Objective

Pemeriksaan Masuk Keluar

Suhu Tubuh (0C) 38 36

Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70

Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal

1/3 3/3 4/3

Hb 14,3 13,5 13,2 13 – 17 g/dl

Lekosit 3,14 7,0 5,0 5 – 11 ribu/mmk

Hitung jenis leukosit

Eosinofil - - 6 1 – 4 % Batang 0,3 1 - 2 – 5 % Segmen 69,1 26 38 36 – 66 % Limfosit 26,8 73 56 22 – 40 % Monosit 3,8 - - 4 – 8 % Faal Hemostastis Trombosit 112 73 111 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 - - 40 – 50 % LPB 3 - 2 - Penatalaksanaan

1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 1/3 – 4/3

2. Pemberian parasetamol ¾ tab pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.25 dan parasetamol 320 mg pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.00

3. Pemberian avil 1 tab pada tgl 3/3 jam 06.00, avil ½ tab tgl 3/3 jam 09.00 & 15.50

Assessment

1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ

2. Pemberian parasetamol ¾ tab dan parasetamol 320 mg yang diberikan pada pasien dalam waktu bersamaan dan berurutan dapat menimbulkan akumulasi, seharusnya pemberian parasetamol pertama dan kedua jaraknya 4 – 5 jam →dosis berlebih

Planning

1. Memberikan parasetamol pertama dan kedua dalam rentang waktu 4 – 5 jam, dengan dosis sesuai standar (10 – 15 mg/kgBB), yaitu antara 320 – 480 mg karena pasien memiliki BB = 32 kg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya

D. Hasil Terapi yang Diperoleh Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I

Tahun 2008

Hasil terapi DHF Grade I adalah sembuh dan membaik. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus DHF grade I yang dinyatakan sembuh dan membaik :

Tabel XIII. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 16) Prosentase (%)

Sembuh 11 68,75

Membaik 5 31,25

Hasil terapi Dengue Haemorrhagic Fever Grade II adalah sembuh dan membaik. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus Dengue Haemorrhagic Fever grade II yang dinyatakan sembuh dan membaik :

Tabel XIV. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 15) Prosentase (%)

Sembuh 2 13,3

Membaik 13 86,7

Tabel XV. Lamanya TinggalPasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (hari) Jumlah Kasus (n = 16 ) Prosentase (%) 1 - 0 2 3 18, 75 3 4 25 4 4 25 5 3 18, 75 6 1 6, 25 7 1 6, 25

Tabel XVI. Lamanya TinggalPasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (hari) Jumlah Kasus (n = 15 ) Prosentase (%) 1 1 6, 67 2 1 6, 67 3 5 33, 33 4 4 26, 67 5 4 26, 67 6 - 0 7 - 0

Lamanya perawatan untuk penderita DHF grade I terbanyak adalah 4 hari dengan outcome pada waktu pulang adalah sembuh, sedangkan lamanya perawatan untuk penderita DHF grade II terbanyak adalah 5 hari dengan outcome pada waktu pulang adalah membaik. Hal ini membuktikan bahwa kasus DHF non komplikasi memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi karena tidak terdapat pasien yang mengalami kematian di sini, tetapi pasien pulang dalam keadaan sembuh dan membaik.

Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa penyembuhan DHF dengan atau tanpa syok akan terjadi lebih cepat, yaitu dalam 2 – 3 hari (Hadinegoro, 2002). Pada kasus DHF grade I dan DHF grade II tidak sesuai dengan teori, namun pasien yang dirawat menunjukkan outcome yang baik ketika pulang, yaitu sembuh dan membaik. Dengue Haemorrhaagic Fever mempunyai perjalanan penyakit yang sulit diramalkan, karena pada umumnya semua pasien mengalami fase demam selama 2 – 7 hari, kemudian diikuti oleh fase kritis selama 2 – 3 hari (Hadinegoro, 2002).

51 BAB V

Dokumen terkait