• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Lanjut Atas Pengawasan Intern dan Ekstern a Tindak Lanjut Atas pengawasan Intern

PENGAWASAN KEUANGAN DAEARAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

B. Tindak Lanjut Atas Pengawasan Intern dan Ekstern a Tindak Lanjut Atas pengawasan Intern

Tindak lanjut ataupun langkah selanjutnya setalah pelaporan hasil pemeriksaan dari pelaksaan pengawasan keuangan daerah yaitu hasil dari pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh pengawasan intern ditindak lanjuti oileh pemerintah daerah sesuai dengan rekomendasi pemeriksaan dimana wakil gubernur ataupun wakil bupati/walikota bertanggung jawab mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan SKPD yang tidak menindak lanjuti rekomendasi pejabat pengawas pemerintah dapat

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hal ini terdapat dalam Pasal 17 dan 18 PMDN Nomor 23 tahun 2007 Tentang Pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

Untuk memaksimalkan tindak lanjut hasil pengawasan Inspektur provinsi kabupaten/kota melakukan pemantauan dan pemuktahiran atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan yang terdapat dalam lampiran IV yaitu mekanisme dan sistimatika laporan pemantauan dan pemutakhiran tindak Lanjut hasil pengawasan PMDN Nomor 23 tahun 2007 Tentang Pedoman tata cara pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah berikut adalah mekanisme pemantauan dan pemuktahiran hasil pengawasan.

a. Mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan. 1). Persiapan.

Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi danInspektoratKabupaten/Kota mempersiapkan bahan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan berupa data temuan, penyebab, rekomendasi hasil pengawasan dalam bentuk daftar inventarisasi;

2). Pelaksanaan.

Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota, memantau tindak lanjut atas hasil pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan membentuk Tim Pemantau.

3). Pelaporan

Tim Pemantau melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan kepada Inspektur Jenderal/Inspektur Provinsi/Inspektur Kabupaten/Kota kemudian Inspektur Jenderal melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut kepada Menteri Dalam Negeri,Inspektur Provinsi melaporkan hasil pemantauan tindak

lanjut kepada Gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri, Inspektur Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut kepada Bupati/Walikota dengan tembusan Gubernur.

b. Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan. 1). Persiapan

Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota mempersiapkan bahan pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan berupa laporan hasil pemantauan.

2). Pelaksanaan.

Pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan dilaksanakan di kabupaten/kota, provinsi dan nasional dimana Pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan kabupaten/kota dikoordinir oleh Wakil Bupati/Wakil Walikota, pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan provinsi dikoordinir oleh Wakil Gubernur dimana pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan nasionaldikoordinir oleh Menteri Dalam Negeri kemudian rapat pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan nasional ditetapkan secara regional

3). Pelaporan

Hasil rapat pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan kabupaten/ kota dilaporkan Bupati/Walikota kepada Gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dimana hasil rapat pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan provinsi dilaporkan Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri kemudian hasil rapat pemutakhiran regional dilaporkan Inspektur Jenderal kepada Menteri Dalam Negeri.

Kemudian laporan hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti dalam kurun waktu minimal 2 (dua) kali dalam setahun dimana dalam rapat ini dilakukan rapat pemuktahiran data yaitu menanggapi hasil-hasil temuan pemeriksaan yang dilakukan oleh inspektorat yang ditanggapi oleh pemerintah daerah untuk direviu dan dijadikan rekomendasi untuk diserahkan kembali ke inspektorat, dan inspektorat menyampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota.

b. Tindak Lanjut Pengawasan Ektern

Adapun hasil pemeriksaan dan tindak lanjut yang dilakukan Badan Pengawas Keuangan (BPK) yang melakukan pemeriksaan terhadap keuangan daerah ,laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan kemudian laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.

Laporan hasil pemeriksaan disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, yang memuat laporan atas pengendalian intern yang harus mengnungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap kondisi yang dapat dilaporkan hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah yang telah diperiksa memuat koreksi yang dimaksud sebelum disampaikan kepada DPRD. Pemerintah daerah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang

ditemukan dalam laporan hasil pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinanatau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Tanggapan yang dimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPRD.

Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana, undang-undang mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah itu BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1 (satu) semester. Ikhtisar hasil pemeriksaan yang dimaksud disampaikan kepada DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada presiden serta gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.

c. Implikasi Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Penguatan Otonomi Daerah

Pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh pihak Inspektorat merupakan pengawasan intern, dimana inspektorat Provinsi kabupaten/kota merupakan bagian dari

badan pemerintah itu sendiri. Pengawasan intern sebagai mana yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi kabupaten/kota melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Tim Pemeriksa yang dibentuk oleh Inspektorat menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Provinsi kabupaten/ kota disampaikan kepada Gubernur bupati/walikota atau yang mewakili dan Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili. dengan tembusan kepada Menteri untuk provinsi dan gubernur untuk kabupaten/kota dan BPK. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut di monitoring dan dievaluasi kemudian disampaiakan kepada gubernur melalui tembusan kepada menteri untuk tingkat provinsi dan disampaiakan kepada bupati/walikota dan tembusan kepada gubernur untuk kabupaten kota. Hasil dari monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala daerah ini merupakan langkah yang strategis dalam pengawasan keuangan daerah, ketika terjadi penyelewengan keuangan daerah maka kepala daerah dapat membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Daerah (TPKD) adalah tim yang menangani penyelesaian kerugian negara yang diangkat oleh pimpinan instansi yang bersangkutan. TPKD bertugas membantu pimpinan instansi dalam memproses penyelesaian kerugian negara.Dalam rangka melaksanakan tugasnya, TPKD menyelenggarakan fungsi untuk :

a. Menginventarisasi kasus kerugian daerah yang diterima; b. Menghitung jumlah kerugian daerah;

c. Mengumpulkan dan melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung;

d. Menginventarisasi harta kekayaan milik penanggung jawab kerugian negara/daerah yang dapat dijadikan sebagai jaminan penyelesaian kerugian negara;

e. Menyelesaikan kerugian negara melalui Surat pernyataan tanggung jawab mutlak (SPTJM) adalah surat yang dibuat oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen yang memuat pernyataan bahwa seluruh pengeluaran untuk pembayaran belanja telah dihitung dengan benar dan disertai kesanggupan untuk mengembalikan kepada negara apabila terdapat kelebihan pembayaran.;

f. Memberikan pertimbangan kepada pimpinan instansi tentang kerugian negara sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan pembebanan sementara;

g. Menatausahakan penyelesaian kerugian negara;

h. Menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara kepada pimpinan instansi dengan tembusan disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Ketika kerugian daerah yang dilakukan oleh Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan secara hukum yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Pengenaan ganti kerugian tersebut ditetapkan oleh BPK ..

Pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh BPK merupakan pengawasan ekstern pemerintah. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan mengungkapkan bahwa pemeriksaan telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan dalam hal ini pemerintah

daerah dapat melakukan koreksi atas temuan pemeriksaan BPK sebelum disampaikan kepada DPRD BPK dalam melakukan pemeriksaan keuangan memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan, disertai dengan LHP atas SPI, dan LHP atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.

Ada empat jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK, yaitu:

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.

2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

3. Tidak Wajar (TW), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. 4. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat

(TMP) atau Disclaimer menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

diantara empat opini tersebut, opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sangat diharapkan oleh Pemerintah Daerah, namun sampai saat ini yang memperoleh opini tersebut masih relatif kecil. Suatu daerah yang mendapat predikat WTP berarti daerah tersebut dinilai telah mencerminkan sebuah daerah dengan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, maka daerah dengan predikat WTP akan mendapat banyak keuntungan, diantaranya; penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut akan

mendapat kepecayaan dan dukungan masyarakat serta para pelaku usaha/investor; mendapat dana insentif (reward) dari Pemerintah Pusat; dan mendapat kepecayaan dari Pemerintah Pusat memberikan sejumlah anggaran pembangunan

dampak atau implikasi pengawasan terhadap keuangan daerah sangat penting bagi jalannya otonomi daerah dimana dengan adanya TPKD yang dibentuk oleh instansi terkait dan juga BPK yang dalam hal ini dapat memberikan opini maka pengawasan tersebut dapat menambah efektivitas keuangan daearah, tanggung jawab pemerintah daerah terhadap keuangannya, pemerintah mampu memenuhi kewajiban keuangan daerahnya, kejujuran dalam pengelolaan keuangan daerah. Dengan adanya pengawasan tersebut diharapkan tidak ada pejabat yang bertugas mengelola keuangan daerah tersebut yang melakukan kecurangan agar terciptalah keuangan daerah yang baik dan terciptalah good goverment sehingga tercapailah tujuan dari negara yaitu mensejahterakan rakyatnya.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Adapun mekanisme pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh pihak intern adalah pertama melakukan persiapan pemeriksaan dimana dalam hal ini melakukan koordinasi rencana pemeriksaan dan juga pengumpulan dan penelaahan informasi umum mengenai obyek yang diperiksa dan penyusunan program kerja pemeriksaan (PKP). Kedua pelaksaan pemeriksaan dimana pada pelaksanaan ini terbagi atas tiga bagian yaitu kesatu melakukan pertemuan awal dimana tim pemeriksa bertemu dengan kepala daerah atau instansi yang akian diperiksa untuk menyampaikan tujuan dan maksud pemeriksaan, kedua kegiatan pemeriksaan dimana tim pemeriksa melaksanakan tugas pemeriksaan pada obyek yang akan diperiksa sesuai dengan program kerja pemeriksaan dan yang ketiga melakukan pertemuan akhir dimana tim pemeriksan menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada kepala daerah atau yang mewakili dan pimpinan instansi yang terkait.

Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh pihak ekstern yang dalam hal ini dlakukan oleh BPK yaitu dibagi dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil pemeriksaan. Tahap pertama yaitu perencanaan dimana BPK memiliki kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur oleh undang-undang dan juga dalam merencanakan tugasnya BPK memperhatikan permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan dan juga BPK dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan juga masyarakat. Tahap yang kedua yaitu pelaksaan

BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksdaan antara lain meliputi kebebbasan dalam penentuan waktu pelaksaan dan metode pemeriksaan dan juga termasuk pemeriksaan yang bersifat investigatif, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara dan yang tahap ketiga yaitu penyampaian pelaporan hasil pemeriksaan, dimana BPK menyampaiakn hasil pemeriksaan kepada lembaga perwakilan dan pemerintah.

2. Tindak lanjut pengawasan intern dimana dalam tahapan ini dimana inspektorat proninsi atau kabupaten/kota mempersiapkan bahan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan berupa data temuan, penyebab, rekomendasi hasil pengawasan kemudian pelaporan hasil pemantauan tindak lanjut pengawasan kepada menteri dalam negeri dan inspektorat provinsi atau kabupaten/kota melaporkan hasil pementauan tindak lanjut kepada kepala daerah dengan tembusan menteri dalam negeri atau gubernur untuk kabupaten/kota. Kemudian pemukhtahiran hasil pemeriksaan dimana dilaporkan dalam rapat pemukhtahiran regional dilaporkan oleh inspektur jenderal kepada menteri dalam negeri.

Tindak lanjut pengawasan ekstern yaitu dilakukan oleh BPK disusun dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP), setiap LHP disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenanagan ditindak lanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait, selain kepada lembaga perwakilan LHP disampaikan juga kepada pemerintah, dimana pemerintrah dapat melakukan koreksi terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dimana pemerintah

diberi kesempatan untuk menanggapi LHP tersebut dan setelah itu BPK menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaiakn kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum agar masyarakay dapat menegetahui hasil pemeriksaan tersebut.

3. Pengawasan intern sebagai mana yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi kabupaten/kota melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Tim Pemeriksa yang dibentuk oleh Inspektorat menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada Pejabat Pengawas Pemerintah Inspektorat Provinsi kabupaten/ kota disampaikan kepada Gubernur bupati/walikota atau yang mewakili dan Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili. dengan tembusan kepada Menteri untuk provinsi dan gubernur untuk kabupaten/kota dan BPK. Kemudian hasil pemeriksaan tersebut di monitoring dan dievaluasi kemudian disampaiakan kepada gubernur melalui tembusan kepada menteri untuk tingkat provinsi dan disampaiakan kepada bupati/walikota dan tembusan kepada gubernur untuk kabupaten kota. Hasil dari monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala daerah ini merupakan langkah yang strategis dalam pengawasan keuangan daerah, ketika terjadi penyelewengan keuangan daerah maka kepala daerah dapat membentuk tim Penyelesaian Kerugian Daerah (TPKD) adalah tim yang menangani penyelesaian kerugian negara yang diangkat oleh pimpinan instansi yang bersangkutan BPK sebelum disampaikan kepada DPRD

BPK dalam melakukan pemeriksaan keuangan memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan, disertai

dengan LHP atas SPI, dan LHP atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang- undangan. Ada empat jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK, yaitu:

a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP), c. Tidak Wajar (TW),

d. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atau Disclaimer .

Daerah yang mendapat predikat wajar tanpa pengecualian adalah pengelolaan keuangan daerahnya yang baik.

B. Saran

Pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh pihak intern dan ekstern dapat dikatakan telah memenuhi standar namun didalam aplikasinya pengawasan keuangan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu intern dan ekstern kurang maksimal hal ini dikareanakan karena tahapan-tahapan dalam pemeriksaan yang terlalu panjang sehingga diperlukan waktu yang lama juga. Dan dalam pengawasan intern dan ekstern dimana ada kesempatan terhadap badan yang diperiksa untuk mengkoreksi hasil pemeriksaan ini merupakan suatu ketidak konsistenan dalam pengawasan tersebut sehingga perlu dilakukan pengkajian secara mendalam untuk tahapan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA