• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN PENGGUNAAN ALAT BUKTI

B. Tindak Pidana Kejahatan Mayantara (Cyber crime)

Kejahatan mayantara (Cyber crime) merupakan bentuk kejahatan yang relatif baru apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain yang sifatnya konvensional (street crime). Cyber crime muncul bersamaan dengan lahirnya revolusi teknologi informasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Ronni R. Nitibaskara bahwa : Interaksi sosial yang meminimalisir kehadiran secara fisik, merupakan ciri lain revolusi teknologi informasi. Dengan interaksi semacam ini, penyimpangan hubungan sosial yang berupa kejahatan (cyber), akan menyesuaikan bentuknya dengan karakter baru tersebut”.78

Beberapa literatur sering mengidentikkan cyber crime sebagai computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertian Computer Crime

sebagai: "… any illegal act requiring knowledge of Computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution".79

78

Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2001. Ketika Kejahatan Berdaulat: Sebuah Pendekatan Kriminologi, Hukum dan Sosiologi, Peradaban, Jakarta, hal. 38.

Pengertian lainnya diberikan oleh

79

Eddy Djunaedi Kartasudirdja, 2005. Yurispundensi Kejahatan Komputer, Jakarta, CV. Tanjung Agung hal. 3

36

Organization of European Community Development, yaitu: "any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data". Kejahatan komputer dapat diartikan juga sebagai tindak pidana apa saja yang dilakukan dengan memakai komputer (hardware dan

software) sebagai sarana/alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain, atau tindakan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer yang canggih.80 Andi Hamzah dalam bukunya Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer (1989) mengartikan cyber crime sebagai: “kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal.” Sedangkan menurut Eoghan Casey “Cyber crime is used throughout this text to refer to any crime that involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on computer“.81

Kejahatan mayantara (cyber crime) dapat diartikan sebagai kegiatan ilegal dengan perantara komputer yang dapat dilakukan melalui jaringan elektronik global. Perbedaannya dengan kejahatan konvensional dapat dilihat dari kemampuan serbaguna yang ditampilkan akibat perkembangan informasi dan teknologi komunikasi yang semakin canggih. Sebagai contoh, komunikasi yang melalui internet membuat pelaku kejahatan lebih mudah beraksi melewati batas wilayah Negara untuk melakukan kejahatannya tersebut. Internet juga membuat kejahatan semakin terorganisir dengan tersedianya teknik yang semakin canggih

80

Eddy Djunaedi Kartasudirdja, ibid. 81

Andi Hamzah, 1989. Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 85.

37

guna mendukung dan mengembangkan jaringan untuk perdagangan obat, pencucian uang, perdagangan senjata ilegal, penyelundupan dan lain-lain. Bagi para hacker keadaan ini memberikan ruang yang cukup luas untuk mengaplikasikan keahlian komputer yang dimilikinya.82

Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-10 mengenai Pencegahan kejahatan dan penanganan Pelaku Tindak Pidana, yang membahas isu mengenai kejahatan yang berhubungan dengan jaringan komputer, membagi cyber crime

dalam arti luas. Cyber crime menjadi dua kategori yaitu cyber crime dalam arti sempit dan cyber crime dalam arti luas. Cyber crime dalam arti sempit (kejahatan komputer: computer crime) adalah setiap perilaku ilegal yang ditunjukkan dengan sengaja pada operasi elektronik yang menargetkan sistem keamanan komputer dan data yang diproses oleh sistem komputer tersebut. Cyber crime dalam arti luas (kejahatan yang berkaitan dengan komputer: adalah setiap perilaku ilegal yang dilakukan dengan maksud atau berhubungan dengan sistem komputer atau jaringan, termasuk kejahatan pemilikan, penawaran atau distribusi dari komputer sistem atau jaringan. Tentu saja definisi ini sangat kompleks. Perbuatan yang dianggap ilegal di suatu negara belum tentu dianggap ilegal di negara lain.83

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya istilah cyber crime berbeda-beda, ada yang menggunakan istilah kejahatan komputer, kejahatan mayantara dan lain-lain. Sedikitnya terdapat dua kelompok para ahli yang memberikan pendapat mengenai istilah ataupun definisi mengenai kejahatan komputer, kejahatan yang

82

Steven Furnell, 2002. Cyber crime Vandalizing The Information Society. United States of America: Pearson Education Limited, hal. 3.

83

Shinder, Debra Littlejohn, 2002. Science of the Cyber crime, United States of America: Syngress Publishing, hal. 17.

38

berkaitan erat dengan komputer, atau penyalahgunaan komputer. Ada yang memandang kejahatan komputer dalam arti sempit, yakni kejahatan yang perlu menggunakan keahlian khusus pada komputer atau jaringan. Ada pula yang mengartikan dalam arti luas yaitu semua kejahatan yang berhubungan dengan komputer.

a. Pengertian Cyber crime dalam Arti Luas

Ada beberapa pengertian kejahatan komputer oleh berbagai ahli sebagaimana dikutip dalam (Kartasudirja, 1999). Menurut Comer, cyber crime

adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan itikad buruk untuk tujuan keuangan yang melibatkan komputer. Menurut Mandel mendefinisikan pengertian cyber crime meliputi : penggunaan komputer untuk tujuan melaksanakan perbuatan penipuan, pencurian atau penyembunyian yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan keuangan, keuntungan bisnis, kekayaan atau pelayanan; ancaman terhadap komputer itu sendiri, seperti pencurian perangkat keras atau lunak, sabotase dan pemerasan. Kemudian menurut Kespersen, cyber crime adalah setiap perbuatan melawan hukum yang secara langsung mengganggu proses program komputer yangtelah dirancang.Sedangkan Ulrich Sieber mendefinisikankejahatan komputer menjadi; penipuan dengan memanipulasi komputer; mata-mata dengan komputer dan pembajakan perangkat lunak; sabotase komputer, pencurian data, memasuki Dual Processor System (DP system) tanpa otoritas dan hacking dan komputer sebagai alat untuk melakukan kejahatan.84

84

Eddy Junaedi Kartasudirja, 1999. Bahaya Kejahatan Komputer. Jakarta: Tanjung Agung, hal. 3

39 Menurut Kartasudirja (1999)85

2. Pengertian Cyber crime dalam Arti Sempit

, dalam pengertian luas, cyber crime adalah tindak pidana apa saja yang dapat dilakukan dengan memakai komputer (hardware

dan software) sebagai sarana atau alat, komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan pihak lain.

Para ahli yang menganut pandangan yang sempit memberikan pengertian atau definisi kejahatan komputer sebagai tindak pidana yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi canggih, tanpa penguasaan ilmumana tindak pidana tidak mungkin dapat dilaksanakan. (…any illegal act for which knowledge of computer technology is essential for its perpetration).86

Pakar hukum komputer, Don Parker dan Nycum, memberikan pengertian kejahatan komputer dalam arti sempit yaitu setiap perbuatan hukum yang menjadikan pengetahuan khusus mengenai teknologi komputer sangat penting untuk pelaksanaan, penyidikan dan penuntutan. Menurut Kartasudirja, dalam pengertian sempit, cyber crime adalah tindak pidana yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer yang canggih.87

3. Karakteristik Cyber crime

Ada beberapa karakteristik yang membedakan cyber crime dengantindak pidana konvensional. Karakteristik cyber crime dibandingkan tindak pidana lain menurut Nitibaskara88

85

Ibid, hal. 2.

ada empat yaitu :

86

Ibid, hal. 2. 87

Ibid, hal. 3. 88

Nitibaskara, Tb R, 2000. “Problema Yuridis Cyber Crime”, Makalah pada seminar Cyber Law, Bandung, diselenggarakan oleh Cipta Bangsa, hal. 1.

40 1. Penggunaan TI dalam modus operandi;

2. Korban cyber crime dapat menimpa siapa saja mulai dari perseorangan sampai negara;

3. Cyber crime bersifat non violence (tanpa kekerasan);

4. Karena tidak kasat mata maka fear of crime (ketakutan atas kejahatan) tidak mudah timbul.

Cyber crime berbeda dengan kejahatan komputer lainnya. Hal ini mempengaruhi dengan adanya kecepatan cyberspace sehingga terjadi perubahan mendasar mengenai kejahatan ini. Pertama, karena kecanggihan cyberspace, kejahatan dapat dilakukan dengan cepat bahkan dalam hitungan detik. Kedua, karena cyberspace yang tidak terlihat secara fisik maka interaksi baik individu maupun kelompok terjadi sehingga pemikiran yang dianggap ilegal di luar dunia

cyber dapat disebarkan ke masyarakat melalui dunia cyber. Ketiga, karena dunia

cyber yang universal memberikan kebebasan bagi seseorang mempublikasikan idenya termasuk yang ilegal seperti muncul bentuk kejahatan baru seperti

cyberterrorism. Keempat, karena cyberspace tidak dalam bentuk fisik maka konsep hukum yang digunakan menjadi kabur. Misalnya konsep batas wilayah Negara dalam sistem penegakan hukum suatu negara menjadi berkurang karena keberadaan dunia cyber dimana setiap orang dapat berinteraksi dari berbagi tempat di dunia.89

Keberadaan dunia cyber, sekarang ini menjadi urusan dunia internasional bukan domestik suatu negara lagi. Karena pengaruh yang ditimbulkan dapat

89

Clifford, Steven, 2006. Cybercrime Vandalizing The Information Society, United States of America: Pearson Education Limited, hal. 7-8.

41

menimpa siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Sebagai contoh yang dikemukakan Schmidt adalah penyebaran virus “I love you” pada tahun 2000 yang meluas di luar perkiraan sebelumnya. Virus ini adalah salah satu virus pertama yang menjangkiti kurang lebih 45 sistem jaringan di dunia dan membuat kerugian sekitar 10 milyar dollar US. Setelah diselidiki, pelakunya adalah seorang mahasiswa suatu universitas komputer di Filipina yaitu Onel de Guzman yang beralasan itu semua dilakukan dalam rangka proyek penelitian kampus. Karena pada tahun tersebut Filipina belum ada aturan yang mengatur hacking maka aparat penegak hukum membatalkan semua tuduhan terhadapnya. 90

Hal ini menandakan bahwa cyber crime bersifat global dalam artian akibat yang ditimbulkan tidak terbatas dalam satu wilayah suatu negara saja. Dengan menggunakan teknologi komputer dan komunikasi, dalam hal ini jaringan komputer melalui media internet, cyber crime dapat dilakukan dalam berbagai tempat yang terpisah dengan korbannya. Bahkan, korban dan pelaku cyber crime

dapat berasal dari negara yang berbeda. Sehingga cyber crime sering kali bersifat

borderless (tanpa batas wilayah) bahkan transnasional (lintas batas negara). Di samping itu, cyber crime tidak meninggalkan jejak berupa catatan atau dokumen fisik dalam bentuk kertas (paperless), akan tetapi semua jejak hanya tersimpan dalam komputer jaringannya tersebut dalam bentuk data atau informasi digital (log files).91

90

R. Schmidt. 2006, Scence of the Cybercrime, United States of America: Syngress Publishing, hal. 123-124.

91

42

Dalam dunia maya, masalah keamanan merupakan suatu hal yang sangat penting. Tingginya tingkat kriminal dalam dunia internet/cyber dan lemahnya hukum dalam hal pengamanan dan penanganan kasus cyber crime ini, menyebabkan semakin maraknya kejahatan-kejahatan yang terjadi dalam dunia

cyber tersebut. Ditambah lagi kecilnya kemungkinan ditangkapnya pelaku dan kemajuan teknologi yang mempermudah aksi mereka. Seseorang yang melakukan kejahatan jenis ini, terkadang tidak memiliki motif untuk meraup keuntungan ekonomis, tetapi juga karena unsur lain seperti tantangan, hobby dan bahkan membuktikan tingkat intelijen yang dimilikinya dan kebolehan teknis yang terlibat di dalamnya. Yang pada intinya, pelaku menggunakan kekreativitasnya untuk melakukan aksinya tersebut.92

Dibalik dari semua itu, tidak semua cyber crime dapat disebutkan sebagai tindak kejahatan dalam arti yang sesungguhnya. Dimana, cyber crime sebagai kejahatan yang murni kriminal seperti pencurian data, penipuan, penyebaran virus dan material bajakan dan lain sebagainya. Sedangkan cyber crime sebagai kejahatan abu-abu yaitu dalam hal pengintaian guna untuk mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya demi kepentingan pengintaian, termasuk sistem pengintaian baik secara terbuka maupun tertutup. Kejahatan seperti ini disebut sebagai probing atau portscaning. Seperti layaknya dalam komunitas dunia internasional pada umumnya, kebebasan dalam penggunaan internet memerlukan suatu aturan yang jelas dan melindungi setiap penggunaannya dan menghindari kekacauan yang sangat mudah terjadi di dalam dunia cyber ini

92

43

dimana batasan territorial suatu negara beserta juridiksi hukumnya menjadi tidak jelas dan rancu. Dalam jaringan komputer seperti internet, masalah kriminalitas menjadi semakin kompleks karena ruang lingkupnya yang sangat luas. Cyber crime kini telah menjadi isu internasional, dimana tindak kejahatan ini sangat sulit untuk ditanggulangi hingga saat ini.

Aktivitas cyber crime dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Yang patut diperhatikan dan dikhawatirkan adalah bahwa aktivitas cyber crime justru banyak terjadi dan berasal dari negara-negara berkembang seperti Ukraina, Pakistan dan Indonesia sendiri, yang tidak lain disebabkan karena hukum yang lemah dan kurangnya perhatian terhadap masalah ini di negara tersebut dalam mengatur penggunaan akses informasi global tersebut. Dalam hal ini cyber law dan cyber policy.93

C. Pengaturan Hukum Pidana Dalam Undang-Undang RI No. 11 Tahun

Dokumen terkait