• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjaun Umum Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Beberapa Unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:16 a. Unsur obyektif tindak pidana sebagai berikut:

13C.S.T. Kansil dan Cristine S.T Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm 45

14Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Pertama, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, 1995, hlm .4.

15Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Soedarto d/a Fakultas Hukum Universitas Diponegogo, Semarang, 1990, hlm. 38

16 I Gunadi, J Efendi, Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Penerbit Kencana Prenadamedia, Jakarta: 2014, hlm. 39-42

Unsur yg terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yg ada hubungannya dgn keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan terdiri dari:

1) Sifat melanggar hukum.

2) Kualitas dari si pelaku.

3) Kausalitas yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

b. Unsur subjektif

Unsur yg terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang di hubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

Unsur atau elemen perbuatan pidana terdiri dari : 1) Kelakuan dan akibat (perbuatan)

2) Hal ikhwal keadaan yang menyertai perbuatan.

3) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.

3. Jenis Jenis Tindak Pidana a. Kejahatan dan pelanggaran

Pembagian Tindak Pidana untuk Tindak Pidana dan Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Buku II memuat delix-delix yang dimaksud tetapi kriteria apa yg digunakan untuk membedakan kedua jenis delik tersebut. Namun KUHP tidak menjelaskannya.

Namun ada dua pendapat yg mencoba untuk menemukan perbedaan sekaligus kriteria antara pelanggaran dan kejahatan. Pendapat

pertama menyatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbeda,an yg bersifat kualitatif. Dengan ukuran ini lalu didapati dua jenis delik yaitu:17

1) Rechtsdelicten ialah perbuatan yg bertentangan dgn keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu Undang-Undang atau tidak, Jadi benar-benar yang dirasakan oleh masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan misal:

pembunuhan, pencurian. Semacam ini disebut kejahatan.

2) Wetsdelicten ialah perbuatan yg oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana karena undang-undang menyebutkan sebagai delik, jadi karena ada undang-undang yang yang mengancamnya dgn pidana.

b. Delik formal dan delik materiel (delik dengan perumusan secara formal dan delik dengan perumusan secara materiel)

1) Delix formal itu adalah delix yg dlam perumusonnya dititikberatkan kepada perbuatan yg dilarang. Delik tersebuttelah berakhir dgn perbuatan seperti tercantumdalam rumusan delik.

2) Delix materiel yaitu delix yang dalam prumusannya dititikberatkan tertuju akibat yg tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru selesai apabila akibat yang dikehendaki itu telah terjadi. Kalau belum maka paling banyanya percoba,an.

c. Delix Commisionis dan Delik Omisionis dan delik commisionis per

17Ismu Gunadi, Jonadi Effendi, Cepat Dan Mudah Memahami Hukom Pidana, Penerbit Kencana Prendamedia Group, Jakarta: 2014. hlm 44-48

omissionem commissa.

1) Delix Commisionis: Delix yang berupa kecurangan terhadap larangan adalah perbuatan sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan, dan penipuan.

2) Delix Omisionis: Delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, adalah tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan yang diharuskan.

3) Delik commisionis per omissionem commissa Delik yang berupa pelanggaran larangan (dus delik commissionis), akan tetapi dapat lakukan dengan cara tidak beebuat.

d. Delix dolus dan delik culpa

1) Delik dolus: delik yg memuat unsur kesengajaan, misal: Pasal 187, 197, 245, 263, 310, 338 KUHP

2) Delik culpa: delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur, misal: Pasal 195, 197, 201, 203, 231 ayat 4 dan Pasal 359, 360 KUHP

e. Delik Tunggal Serta Delix Berangkai.

1) Delik tunggal: Delik yang lumayan dicoba dengan perbuatan satu kali

2) Delik berangkai: Delix yang baru ialah delik, apabila dicoba sebagian kali perbuatan.Delik yg berlangsung terus dan delik selesai.

f. Delik aduan dan delik laporan

1) Delik aduan: delik yg penuntutannya hanya dilakukan apabila ada dari pihak yang terkena (gelaeedeerde partij).

2) Delik laporan: perlu dibedakan antara aduan, gugatan,dan laporan.

Gugatan dipakai dalam acara perdata.

g. Delik sederhana dan delik ada pemberataannya, peringannya.

Misal: delik yg ada pemberataannya, misal:penganiyayaan yg membuat luka berat atau matinya orang (Pasal 351 ayat 2,3 KUHP) Pencurian Pada waktu malam hari dan sebagainya (Pasal 363 KUHP).

h. Delik ekonomi (biasanya disebut tindak pidana ekonomi) dan bukan delik ekonomi.

4. Jenis-Jenis Pidana a. Pidana pokok

Pidana pokok adalah pidana yg dapat dijatuhkan tersendiri oleh hakim, misalnya pidana matti, pidana penjara, pidana kurungandan pidana denda. Berikut ini akan diuraikan jenis pidana yg disebutkan dalam Pasal 10 KUHP yakni:

1) Pidana Mati

Hukuman mati merupakan sanksi terberat diantara semua jenis kejahatan yang ada dan juga merupakan jenis kejahatan yang paling tua, terberat dan sering dikatakan sebagai jenis kejahatan yg paling kejam. Di Indonesia, penerapan pidana terancam dalam pasal-pasal tertentu dalam KUHP.

2) Pidana Penjara

Pemenjaraan merupakan hukuman pokok yang berwujud atau merampas kebebasan seseorang. Namun, pidana penjara ini tidak hanya memberikan pembalasan atas perbuatan yang dilakukan dgan memberikan penderitaan kepada terpidana karena telah dirampas atau dirampas kebebasannya untuk bergerak, tetapi juga memiliki tujuan lain yaitu membina dan membimbing terpidana. seseorang sehingga dia dapat kembali menjadi anggota masyarakat yg baik dan berguna. masarakat, bangsa dan negara.

Mengenai pidana penjara, Rusli Effendy menyatakan bahwa “pidana Penjara Diancamkan Terhadap kejahatan-kejahatan bersengaja, kejahatan-kejahatan culpa dan pelanggaran fiskal”18 Dalam Pasal 12 KUHP, diatur mengenai lamanya ancaman atau penjatuhan pidana penjara.

3) Pidana Kurungan

Pidana kurungan merupakan pidana yang lebih ringan daripada pidana penjara yg diperuntukkan bagi peristiwa-peristiwa pidana yang lebih ringan sifatnya, dalam hal bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sebagaimana telah diatur dalam Buku III KUHP serta bagi mereka yang melakukan kejahatan-kejahatan yg tidak disengaja sebagaimana yang telah diatur dalam Buku II KUHP.

18Pasal 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Adapun perbedaan perbedaan pidana penjara dan pidana kurungan menurut Andi Hamzah yaitu :19

a) Pidana kurungan dijatuhkan pada kejahatan-kejahatan culpa,pidana penjara dijatuhkan untuk kejahatan-kejahatan dolus dan culpa.

b) Pidana kurungan ada dua macam yaitu kurungan principal dan subsidair (pengganti denda), pada pidana penjara tidak mengenal hal ini.

c) Pidana bersarat tidak terdapat dalam pidana kurungan.

d) Perbedaan berat ringan pemidanaan.

e) Perbedaan berat ringannya pekerjaan yang dilakukan terpidana.

4) Pidana Denda

Pidana denda ialah pidana yang berupa harta benda yg jumlah ancaman pidananya pada umumnya relatif ringan yg mana dirumuskan sebagai pokok pidana alternatif dari pidana penjara dan denda. Terpidana yg diancam dgn pidana denda sedikit sekali, seperti dalam Buku II KUHP hanya terdapat satu delik yaitu Pasal 403 KUHP sedangkan dalam pelanggaran pada Buku III hanya terdapat 40 Pasal dari Pasal-Pasal tentang pelanggaran, 20

5) Pidana Tutupan

Pidana tutupan ialah merupakan jenis pidana yang baru dimasukkan dalam KUHP yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946 tanggal 31 Oktober 1946 dan menempati urutan kelima pada jenis-jenis pidana pokok seperti yang telah ada pada Pasal 10 huruf a KUHP.

19Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidana,an Indonesia, Pradya Paramita, Jakarta:

1993, hlm.36-37

20http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/Jenis-Jenis,Pidana-Penjelasannya.html, Diakses Pada Hari minggu Tanggal 3 Mei 2020, Jam 9:10 wita

b. Pidana Tambahan

Ialah pidana..yang bersifat bertambah pidana pokok yg dijatuhi, tidaklah dapat berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam perampasan barang-barang tertentu. Pidana tambahan ini bersifat fakultatif artinya dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus. pidana tambahan terdiri atas pencabutan hak tertentu, perampasan barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim:21

1) Pencabutan Hak Tertentu

Pencabutan hak-hak tertentu ini sifatnya sementara, kecuali memang terpidana dijatuhi pidana penjara seumur hidup. Hukuman ini pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya mendegradasikan martabat seseorang sebagai warga negara yang memang layak untuk dihormati atau untuk menekan orang menjadi warga negara yang tidak pantas dihormati dengan meniadakan sebagian hak perdatanya dan hak-haknya menurut hukum publik karna orang tersebut telah melakukan kejahatan.

2) Perampasan Barang-barang Tertentu

Pidana ini merupakan pidana tambahan yang dijatuhkan oleh hakim untuk mencabut hak milik atas suatu barang dari pemiliknya dan barang itu dijadikan barang mi lik pemerintah untuk dirusak atau dimusnahkan atau dijual untuk negara menurut penjelasan Pasal 39 KUHP.

21 Ray Pratama Siadari, 2012, Pengertian Jenis-Jenis Dan Pengertian Pemidanaan, Raydi..

3) Pengumuman Putusan Hakim

Dalam penjelasan Pasal 43 KUHP menyatakan bahwa : Sebenarnya semua putusan hakim sudah harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, tetapi sebagai hukuman tambahan, putusan itu dengan istimewa disiarkan sejelas-jelasnya dengan cara yang ditentukan oleh hakim.

5. Pengertian Pidana

Penggunaan istilah pidana itu sendiri diartikan sebagai sanksi pidana. Untuk pengertian yang sama, sering juga digunakan istilah-istilah yg lain, yaitu hukuman, penghukuman, pemidanaan, penjatuhan hukuman, pemberian pidana, dan hukum pidana.22 Moeljatno mengatakan, istilah hukuman yang berasal dari “sraf” dan istilah “dihukum” yang berasal dari

“wordt gestraf” merupakan istilah yang konvensional. Beliau tidak setuju dengan istilah-istilah itu dan menggunakan istilah yang konvensional, yaitu pidana yang menggantikan kata “starf” dan diancam dengan pidana untuk menggantikan kata “world gestraf”. Menurut Moeljatno, kalau “straf diartikan “hukuman”, maka “strafrech” seharusnya diartikan sebagai „ hukuman‟.23

22 Mahrus Ali, Dasar Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta: 2017, hlm 185

23 Muladi Dan Barda Nawawi Arief, Teori Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 1

Dokumen terkait