• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEPEMILIKAN SENJATA API TANPA IZIN (STUDI DI POLRES DOMPU) Oleh : Tauwik 61511A0147 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEPEMILIKAN SENJATA API TANPA IZIN (STUDI DI POLRES DOMPU) Oleh : Tauwik 61511A0147 SKRIPSI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)iii i. PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEPEMILIKAN SENJATA API TANPA IZIN (STUDI DI POLRES DOMPU). Oleh : Tauwik 61511A0147. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM 2021.

(2) ii.

(3) iii.

(4) iv. SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama. : Tauwik. NIM. : 61511A0147. Tempat dan Tgl Lahir. : Hu‟u, 19 Juni 1998. Alamat. : BTN Pepabri Mataram. Bahwa skripsi dengan judul “Penyidikan Tindak Pidana Kepemilikan Senjata Api Tanpa Izin (Studi Polres Dompu)” adalah benar hasil karya saya. Dan apabila terbukti skripsi ini merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat) maka gelar Sarjana Hukum yang saya sandang, dapat dicabut kembali.. Mataram, 28 Juli 2020 Penyusun,. Tauwik 61511A0147.

(5) v.

(6) vi.

(7) vii. MOTTO HIDUP. “Jangan Takut Gagal Untuk Mencapai Keinginan Mu, Karena Itu Semua Butuh Perjuangan Butuh Keringat Dan usaha Untuk Mencapai Tujuanmu Yang Sesunggunya” IMAN, ILMU, AMAL.

(8) viii. PERSEMBAHAN Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda Rasullulah Muhammad SAW. Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada Orang Yang KuKasihi Dan KuSayangi. Ibu dan Ayah tercinta sebagai tanda pengabdian, rasa hormat dan terima kasih yang tak terukur Saya persembahkan karya kecil ini untuk Ibu (Rukmini) dan Ayah (Zakariah) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, kesenangan, dan kasih sayang yang tak terbatas saya balas hanya dengan selembar kertas dengan kata penawaran tertulis di atasnya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk menjadikan bunda dan bapak yang selalu memotivasi saya, mengairi kasih sayang, selalu mendoakan saya, selalu menasihati saya, dan untuk melakukan hal-hal yang lebih baik lagi, terima kasih ayah ... Terima kasih ibu. Kakak, Adik-Adiku Dan Orang Terdekat Sebagai tanda terimakasih, ku persembahkan karya ini untuk kaka dan adik-adiku (Sumarti Fujiana) dan orang terdekatku terima kasih telah memberikan dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Orang Terdekat Yang Ku Sayangi Sebagai tanda terimakasi ku persembahkan karya ini sebagai orang terdekatku (Laras Desmitasari) karena sampai hari memberikan motivasi, semangat dan memberikan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir..

(9) ix. Dosen Pembimbing Tugas Akhir Penghargaan dan terimakasih penulis berikan kepada ibuk Dr. Rina Rohayu H., S.H., M.H. Selaku pembimbing I, dan bapak Fahrurrozi, S.H., M.H. Selaku pembimbing II yang telah memberikan. Masukan, Saran, menasehati, dan mengarahkan saya, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini..

(10) x. PRAKATA Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penyidikan Tindak Pidana Kepemilikan Senjata Api Tanpa Izin (Studi Polres Dompu)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. Ucapan terima kasih yang tulus dan yang sedalam-dalamnya penulis ucapkank kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini. Penyelesaian penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan dan saran dari berbagai pihak maka pada kesampatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Arsyad Abd. Gani, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram. 2. Ibu Rena Aminwara, S.H., M.Si. Selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. 3. Bapak Dr. Hilman Syahrial Haq, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. 4. Bapak Dr. Usman Munir, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan II Fakultas Universitas Muhammadiyah Mataram. 5. Ibu Anis Prima Dewi, S.H., M.H. Selaku Ketua Kaprodi Studi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram..

(11) xi. 6. Bapak Adi Supriadi, S.H., M.H. Selaku Sekrataris Program Studi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. 7. Bapak Dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. 8. Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram. 9. Sahabat Saya Sejak Menjadi Mahasiswa/I Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram, Amirullah, Ade Muliadin, Saprin, Darmawan, Sahrul, Kudrat. 10. Seluruh teman-teman universitas muhammadiyah mataram. 11. Teman-teman seangkatan, senior, dan junior-junior yang saya sayangi dan saya banggakan. 12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu memberikan dukungan. Akhir kata menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.. Mataram, 06 Juli 2020 Penyusun. Tauwik 61511A0147.

(12) xii. ABSTRAK. Nama. : Tauwik. Nim. : 61511A0147. Fakultas. : Hukum. Jurusan. : Ilmu Hukum. Judul skripsi : Penyidikan Tindak Pidana Kepemilikan Senjata Api Tanpa Izin (Studi Di Polres Dompu). Kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil di wilayah dompu yang tidak dengan ijin resmi dari pihak yang berwajib merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Bagi masyarakat sipil, perijinan dan penggunaan senjata api harus diawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses penyidikan penggunaan senjata api secara illegal di Polres dompu dan untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses penyidikan tindak pidana kepemilikan senjata api tanpa izin. Penelitian ini adalah penelitian empiris. Metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan wawancara. Metode analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa polisi melakukan penyidikan melalui tahapan pemantauan, introgasi, dan melaporkan, dan memeriksa asal usul dan kegunaan senjata api. Kendala yang dihadapi penyidik adalah kurangnya kesadaran dan masyarakat menyembunyikan keberadaan senjata api. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pelaku harus mengembalikan senjata api kepada pihak berwajib dan menuntut kepada pelaku kepemilikan senjata api illegal sesuai dengam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1951 bahwa siapa yang tanpa izin memiliki atau menguasai senjata api secara illegal maka akan dihukum dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup dan atau hukuman penjara paling lama 20 Tahun. Kata Kunci: Penyidikan senjata api illegal.

(13) xiii.

(14) xiv. DAFTAR ISI. SAMPUL .......................................................................................................... i. LEMBAR PENGESEHAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii. LEMBAR SUSUNAN DEWAN PENGUJI .................................................. iii. PERNYATAAN ............................................................................................... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................... v. PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................................... vi. MOTTO HUDUP ............................................................................................ vii. PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii. PRAKATA ....................................................................................................... x. ABSTRAK ....................................................................................................... xii. ABSTRACT ..................................................................................................... xiii. DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1. A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1. B. Perumusan Masalah............................................................................... 5. C. Tujuan dan Manfaat Penelitan............................................................... 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 7. A. TinjauanUmum Hukum Pidana............................................................. 7. 1. Pengertian Hukum Pidana ................................................................ 7. B. Tinjauan umum tindak pidana ............................................................... 8. 1. Pengertian Tindak Pidana ................................................................. 8.

(15) xv. 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana ............................................................. 9. 3. Jenis Jenis Tindak Pidana ................................................................. 10. 4. Jenis-Jenis Pidana ............................................................................ 13. a. Pidana pokok................................................................................ 13. b. Pidana Tambahan ........................................................................ 16. 5. Pengertian Pidana ............................................................................. 17. C. Kepolisian Republik Indonesia ............................................................. 18. a. Kewenangan Kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat ....................................................................... 18. b. Kepolisian sebagai aparatur hukum ................................................. 18. c. Tanggung jawab kepolisian dalam tindakan hukum ........................ 20. D. Pengertian Penyelidikan Dan Penyidikan ............................................. 20. 1. Pengertian Penyelidikan ................................................................... 20. 2. Pengertian Penyidikan ...................................................................... 22. E. Tinjauan Umum Senjata Api ................................................................. 23. 1. Senjata Api Atau Senjata Api Rakitan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 ...................................................................... 23. 2. Peredaran Senjata Api Ilegal ............................................................ 26. 3. Dampak Peredaran Senjata Api Ilegal .............................................. 26. BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 29. A. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 29. B. Jenis Penelitian (Sosiologis).................................................................. 30. C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 30.

(16) xvi. 1. Jenis Data ........................................................................................ 30. 2. Sumber Data .................................................................................... 31. D. Lokasi Penelitian ................................................................................... 32. E. Tehnik Dan Alat Pengumpulan Data .................................................... 32. F. Analisis Data ......................................................................................... 33. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 34. A. Gambaran Umum Tentang Polres Dompu ............................................ 34. B. Proses Penyidikan Tindak Pidana Kepemilikan Senjata Api Tanpa izin Di Polres Dompu ............................................................................ 40. C. Faktor Penyebab Kepemilikan Senjata Api Tanpa Izin Di Kota Dompu ................................................................................................... 48. D. Kendala-Kendala Dalam Proses Penyidikan Kepemilikan Senjata Api Tanpa Izin Di Polres Dompu ................................................. 57. BAB V PENUTUP ........................................................................................... 61. A. Kesimpulan ........................................................................................... 61. B. Saran ...................................................................................................... 62. DAFTAR PUSTAKA.

(17) 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salahsatu kejahatan yg meresahkan masarakat ialah kekejaman mengunakan senpi Kejahatan ini banyak..macannya, misalnya tindak pidana penganiyayaan.berat..pencurian.pemberatan.pengancaman.penculikan.dan.seb againya. Semua jenis tindak pidana ini telah diatur dalam kitab Undangundang hukum pidana indonesia. Kekejaman yg terjadi di masarakat. merupakan. sebuah pelanggaran terhadap hukmm positif ialah hukumm pidana. kejahatan yg diatur dalam kitab Undangundang hukuum pidana bisa dilihat..sebagai hukuum pidan objektif, yaito suatu tindak pidan yg digolonngkan menurut ketentuan di dalam hukuum mengenai hak penguasa menerapkan hukumm.1 Secara normatif, Indonesia merupakan salah satu negara yg cukup ketat aturan kepemilikan senpi bagi warga sipil. Ada beberapa landasan hukumm yg membahas hal ini, mulai dari tingkat perundanggundangan, yaitu Undang-Undang Darurat No 12 Thn 1951, UndanggUndang No 8 Thn 1948 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 20 Thn 1960. Selebihnya. adalah. peraturannperaturan. yg. dikeluarkan. oleh. negara.. Kepolisian, seperti SK Kapolri No Skep. / 244 / II / 1999 dan Keputusan Kapolri No 82 Thn 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian. 1. Muh. Abdillah Fadlyansyah, 2015, Tinjauan Kriminologis Terhadap Penyalahgunaan Senjata api, Adil Jurnal Hukum, hlm. 1.

(18) 2. Senjata Non-Organik.2 Aparat kepolisian mempunyai tugas dan fungsi meliputi pemeliharaan keamanaan ketertiban warga negara,melindungi, pengayoman dan palayanan tarhadap warga negara dalam kehidupan bermasarakat tempat di mana pelaksana,an tugas dan tanggunng jawab yg diemban. Sebagaimna diketahui dalam upaya pemenuhan kebutuhan yg berbeda*beda serba kompleks sering pertentangan dgn masarakat satu dgn yg lainnya. Ada beberapa pengancaman yg dilakukan warga di dompu dgn memakai senpi dengan mengancam pihak kepolisian lewat facebook menghina aparat kepolisian.3 Namun aparat Kepolisian dalam hal ini terus melakukan penyidikan terhadap pelaku yg mecoba melakukan tindak pidana memakai senpi illegal. Dalam perkembangan kejahatan tersebut terutama kejahatan pembunuha.dewasa.ini.cenderung.menggunakan.senpi bagi para pelaku. Ini dikarenakan senpi dapat digunakan secara praktis serta dapat meminimalisisr risiko perlawanan korban pelaku.Dari sekian peristiwo kejahatan dengan memakai senpi tersebut, kedapatan sebagian kekejaman di mana para pelaku menggunakan senpi mainann dalam melakukan aksi kriminalnya. Negara cukup.ketattdalam.menerapkan.aturan.kepemilikan.senpi bagi warga sipil. Ada sejumlah landasan hukumm yg konstruktif mengenai hal ini, mulai dari tataran undanggundang, yaitu Undang.Undang Darurat No12 Thn 1951, Undang.Undang No 8 Thn 1948, dan Perpu No 20 Thn 1960. 2. Riski Amanta Hasibuaan ,Sanusii Husin Dan Budi Riski Husinn, 2018, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjualan Senjata Api Ilegal Melalui Media Online Facebook, Poenale, hlm. 1 3 https://aceh.tribunnews.com/2020/05/25/pemilik-akun-facebook-ini-ditangkap-ancamtembak-polisi-dengan-senjata-api diakses pada hari senin tanggal 13 April 2020. jam 20:12 Wita.

(19) 3. Selebihnya adalah peraturan.peraturan yg dikeluarkan oleh negara. Kepolisian, seperti SK Kapolri Nomor Skep / 244.II / 1999 dan SK Kapolri Dalam hal ini pihak aparat kepolisian terus melakukan penyidikan bagi setiap masyarakat yang memiliki atau yang mempunyai senjata api tanpa izin, dikarenakan banyak masarakat yang merasa resah dengan bered arnya senjata api tersebut. Secara Normatif Indonesia No 18 Thn 2015 tentang perijinan, pengawasan dan pengandalian senjata api nonorganik.4 Berdasarkan SK Kapolri tahun 2015, persayaratan untok memperoleh senpi ternyata cukup gampang,..Cukup dgn memberikan sarat kecukupan dokumenter serupa KTP,.(Karatu Tanda Pengenal), dan lain lain. seorang berusia 24-65 tahun memiliki sertifikat penembak juga lulus tes penembak, maka mampu mendapat senpi. SK tersebut juga mengatur bohwa seorang pemiliki senpi akan keperluan pribadi dibatasi minimal seperti Kepala Dinas Bupati.untuk.kalangan.pejabat.pemerintah.minimal.letnan.satu.untuk.kalangan Angkatan.bersenjata.dannpengacaraaatas.rekomendasiidepartemen.Kehakima. Bersamaan dgn meningkatnya kejahatan dengan senpi, pada thn 2007 Kapolri Sutanto menghasilkan kebijakan penarikan senpi yang dikira illegal. Senpi illegal merupakan senjata yg tidak legal tersebar digolongan sipil ,senjata yg tidak diberikan izin kepemilikan , ataupun senjata yg sudah habis masa berlaku izin nya. Bersumber pada ketentuan yg berlaku..izin kepemilikan senpi di Indonesia dibatasi sampai satu tahun serta bisa diperpanjang buat jangka waktu yg sama . Gerakan Polri ini bertujuan buat 4. Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Perizinan, Pengawasan Dan Pengendalian Senjata Nonorganik..

(20) 4. kurangi kepemilikan senpi oleh sipil sebab banyak penyalahgunaan senpi oleh warga. Walaupun telah upaya preventif dengan mengharuskan calon owner menjajaki psikotes terlebih dulu tadinya mendapat izin kepemilikan senpi Upaya pencegahan yg dilakukan oleh pemerintah dalam hal penghapusan serta kepemilikan senpi perlu diapresiasi sebagai acuan dasar perkembangan kejahatan dengan menggunakan senpi saat ini. Berangkat dari hal tersebut, perlu adanya pengawasan khusus dalam hal kepemilikan dan penggunaan senjata serta senjata api ilegal. Pengawasan khusus menjadi penting, karena kejahatan tersebut merupakan kejahatan terhadap nyawa dan tubuh manusia, penganiayaan, ancaman bahkan pembunuhan yg saat ini dilakukan seperti penggunaan senjatta, penggunaan senpi oleh pelaku, bertujuan untuk meminimalisir resiko korban akibat akibat yang lebih berat. untuk para korban. Akibat penggunaan senpi dalam suatu tindak kejahatan, dan seringkali menimbulkan luka serius, bahkan kematian bagi seseorang. Kejahatan yg*terjadi*di masarakat ialah.sebuahhkriminal.terhadapp hukum.positif.ialah Hukom.Pidana.(Publik). Kejahatan dan kesewenangan yg diatur dalam Kitab undang.undang*Hukuum8Pidan (KUHP). Bisa.dilihat sebagai Hukumm Pidana Obyektif yaitu suatu tindak pidana yg digolongkan menurut KetentuanKetentuan Hukom itu sendiri dan HukumPidann Subjektif yaotu Ketentuan-Ketentuan Hukum mengenai Hak Penguasa Menerapkan.

(21) 5. Hukumm.5 Banyaknya sebaran senpi ataupun senjata api illegal dikalangan sipil yaitu..fenomena..Global tidak..tertatanya..pengawasan..terhadap kepemilikan senpi illegal maupun rakitan illegal. Dimiliki oleh masarakat umum, Aparat Kepolisian dan TNI merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatankejahatan dengan penyalahgunaan senpi di Indonesia. Banyaknya korban yang pasti angka tentang perdagangan senjata api illegal maupun illegal sulit diperoleh. Meskipun peredarannya di masarakat sipil dipastikan meningkat tajam, alasannya Administrasi Kepemilikan senjata api dan senjata rakitan tersebut kurang tertib diawasi oleh Aparat..Kepolisian tidak tahu pasti berapa banyak senpi yg beredar di kalangan masyarakat.6 Berdasarkan..uraian. di..atas,. maka. penyusun. tertarik..untuk. melakukan..penelitian ini dengan melihat berbagai problem yang di paparkan di atas maka penyusun mengankat judul “penyidikan tindak pidana kepemilikan senjata api tanpa izin (Studi di Polres Dompu)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan..latar belakang maka dapat dirumuskan pokok masalah. 1. Bagaimaana proses penyidikan terhadap tindak pidana kepemilikan senjata api.tanpa.izin.di Kabupaten Dompu? 2. Apa kendala-kendala dalam proses penyidikan senjata api tanpa izin di polres Dompu? 5. Surya, Ringkasann Hukumm Pidana,www.doestoe. Diakses Pada hari sabtu, Tanggal 11 April 2020, jam 19:02 wita 6 Rasmita, Juliana Sitepu, 2019, Kajian Kriminologi Terhadap penanggulangan Kejahatan Terhadap Senjata Api, www,repository.usu.ac.id. Diakses Pada hari sabtu,Tanggal 11 April 2020, jam 19:02 wita.

(22) 6. C. Tujuan.dan.Manfaat Penelitan 1. Tujuan.Penelitian a. Untuk.mengetahui.proses penyidikan tindak pidana kepemilikan senjata api tanpa izin di polres Dompu? b. Untuk..mengetahui.kendala-kendala.dalam..prosespenyidikan kepemilikan senjata api tanpa izin di polres Dompu? 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademisi, sebagai pernyataan bagi penyususn untuk memenuhi kebutuhan guna mendapatkan gelar strata 1 (S1) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram b. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis dan pengembangan ilmu dibidang hukom pidana, khususnya tentang Penyidikan Tindak Pidana Kepemilikan senjata Api Tanpa izin. c. Manfaat praktis, praktis dalam hal ciri hukum kepemilikan senjata api dan bagaimana proses penyidikan tindak pidana kepemilikan senjata api secara illegal serta cara penyelesaian proses penyidikan..

(23) 7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Hukum Pidana 1. Pengertian Hukum Pidana Hukum..Pidana adalahhkeseluruhanndari peraturannperaturan yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.7 Menurut Moeljatno. Hukum Pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasardasar dan aturan-aturan untuk.8. a. Menentukan tindakan yg dilarang dgn ancaman atau sanksi tertentu bagi yg melanggar larangan tersebut. b. Mentukan kapan dan dalam kasus apa mereka yg melanggar larangan ini dapat dijatuhi hukuman yg telah dijatuhkan. Sedangkan menurut Sudarsono, pada prinsipnya Hukum Pidana adalah yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana yang merupakan suatu penderitaan9.. 7. H. Muchsinn, Ihtisar Ilmu Hukum, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2006, hlm. 84 Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana, Cetakan Kedelapan, Edisi Refisi, Reinika Cipta, Jakarta 2008, hlm. 1 9 Titik Triwulan Tutik, Pengantar ilmu hukum, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006, hlm. 216217 8.

(24) 8. B. Tinjaun Umum Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit’’ perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dengan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Kitab Undang-Undang Hukum pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. Tindak pidana biasanya disamakan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum.10 Delik tercantum dalam kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berikut: “Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana”.11 Pengertian tindak pidana ialah tindakan yg tidak hanya dirumuskan oleh KUHP.12 Mengenai kewajiban untuk berbuat tetapi dia tidak berbuat, yang Undang.Undang menentukan pada Pasal 164 KUHP, ketentuan dalam pasal ini mengaharuskan seseorang untuk melaporkan kepada pihak yg berwajib apabila akan timbul kejahatan, ternyata dia tidak melaporkan, maka ia dikenai sanksi. Seperti diketahui istilah strafbaarfeit telah diterjemahkan kedalam. 10. Lukman Hakim, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Ke. 1 , Deepublish, Yogyakarta, 2020, hlm. 3 11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-2, Balai Pustaka, Jakarta. 1989. hlm 219 12 S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3 Storia Grafika, Jakarta: 2002, hlm 204.

(25) 9. bahasa Indonesia yang menimbulkan berbagai arti, umpamanya saja dapat dikatakan sebagai perbuatan yg dapat atau boleh dihukum, peristiwa pidana, perbuatan pidana, tindak pidana. Para sarjana Indonesia mengistilahkan strafbarfeit itu dalam arti yang berbeda, diantaranya. Moeljanto menggunakan istilah perbuatan pidana, yaitu:Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukumm, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melakukan larangan tersebut”13 Sementara perumusan strafbarfeitn menurut Van Hamel dalam buku Satochid Kartanegara adalah kelakuan orang yg dirumuskan dalam Undang.undang, bersifat melawan hukum yg patut dipidana dengan kesalahan.14 Pengertian perbuatan ternyata yg dimaksudkan bukan hanya berbetukn positif, artinya melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu yg dilarang, dan berbentuk negatif, artinya tidak berbuat sesuatu yg diharuskan.15 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Beberapa Unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:16 a. Unsur obyektif tindak pidana sebagai berikut:. 13. C.S.T. Kansil dan Cristine S.T Kansil, Pokok-pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm 45 14 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Pertama, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, 1995, hlm .4. 15 Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Soedarto d/a Fakultas Hukum Universitas Diponegogo, Semarang, 1990, hlm. 38 16 I Gunadi, J Efendi, Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Penerbit Kencana Prenadamedia, Jakarta: 2014, hlm. 39-42.

(26) 10. Unsur yg terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yg ada hubungannya dgn keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan terdiri dari: 1) Sifat melanggar hukum. 2) Kualitas dari si pelaku. 3) Kausalitas yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat. b. Unsur subjektif Unsur yg terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang di hubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur atau elemen perbuatan pidana terdiri dari : 1) Kelakuan dan akibat (perbuatan) 2) Hal ikhwal keadaan yang menyertai perbuatan. 3) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana. 3. Jenis Jenis Tindak Pidana a. Kejahatan dan pelanggaran Pembagian Tindak Pidana untuk Tindak Pidana dan Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Buku II memuat delix-delix yang dimaksud tetapi kriteria apa yg digunakan untuk membedakan kedua jenis delik tersebut. Namun KUHP tidak menjelaskannya. Namun ada dua pendapat yg mencoba untuk menemukan perbedaan sekaligus kriteria antara pelanggaran dan kejahatan. Pendapat.

(27) 11. pertama menyatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbeda,an yg bersifat kualitatif. Dengan ukuran ini lalu didapati dua jenis delik yaitu:17. 1) Rechtsdelicten ialah perbuatan yg bertentangan dgn keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu UndangUndang atau tidak, Jadi benar-benar yang dirasakan oleh masyarakat. sebagai. bertentangan. dengan. keadilan. misal:. pembunuhan, pencurian. Semacam ini disebut kejahatan. 2) Wetsdelicten ialah perbuatan yg oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana karena undang-undang menyebutkan sebagai delik, jadi karena ada undang-undang yang yang mengancamnya dgn pidana. b. Delik formal dan delik materiel (delik dengan perumusan secara formal dan delik dengan perumusan secara materiel) 1) Delix. formal. itu. adalah. delix. yg. dlam. perumusonnya. dititikberatkan kepada perbuatan yg dilarang. Delik tersebuttelah berakhir dgn perbuatan seperti tercantumdalam rumusan delik. 2) Delix materiel yaitu delix yang dalam prumusannya dititikberatkan tertuju akibat yg tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru selesai apabila akibat yang dikehendaki itu telah terjadi. Kalau belum maka paling banyanya percoba,an. c. Delix Commisionis dan Delik Omisionis dan delik commisionis per 17. Ismu Gunadi, Jonadi Effendi, Cepat Dan Mudah Memahami Hukom Pidana, Penerbit Kencana Prendamedia Group, Jakarta: 2014. hlm 44-48.

(28) 12. omissionem commissa. 1) Delix Commisionis: Delix yang berupa kecurangan terhadap larangan adalah perbuatan sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan, dan penipuan. 2) Delix Omisionis: Delik yang berupa pelanggaran terhadap perintah, adalah tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan yang diharuskan. 3) Delik commisionis per omissionem commissa Delik yang berupa pelanggaran larangan (dus delik commissionis), akan tetapi dapat lakukan dengan cara tidak beebuat. d. Delix dolus dan delik culpa 1) Delik dolus: delik yg memuat unsur kesengajaan, misal: Pasal 187, 197, 245, 263, 310, 338 KUHP 2) Delik culpa: delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur, misal: Pasal 195, 197, 201, 203, 231 ayat 4 dan Pasal 359, 360 KUHP e. Delik Tunggal Serta Delix Berangkai. 1) Delik tunggal: Delik yang lumayan dicoba dengan perbuatan satu kali 2) Delik berangkai: Delix yang baru ialah delik, apabila dicoba sebagian kali perbuatan.Delik yg berlangsung terus dan delik selesai. f.. Delik aduan dan delik laporan.

(29) 13. 1) Delik aduan: delik yg penuntutannya hanya dilakukan apabila ada dari pihak yang terkena (gelaeedeerde partij). 2) Delik laporan: perlu dibedakan antara aduan, gugatan,dan laporan. Gugatan dipakai dalam acara perdata. g. Delik sederhana dan delik ada pemberataannya, peringannya. Misal: delik yg ada pemberataannya, misal:penganiyayaan yg membuat luka berat atau matinya orang (Pasal 351 ayat 2,3 KUHP) Pencurian Pada waktu malam hari dan sebagainya (Pasal 363 KUHP). h. Delik ekonomi (biasanya disebut tindak pidana ekonomi) dan bukan delik ekonomi. 4. Jenis-Jenis Pidana a. Pidana pokok Pidana pokok adalah pidana yg dapat dijatuhkan tersendiri oleh hakim, misalnya pidana matti, pidana penjara, pidana kurungandan pidana denda. Berikut ini akan diuraikan jenis pidana yg disebutkan dalam Pasal 10 KUHP yakni: 1) Pidana Mati Hukuman mati merupakan sanksi terberat diantara semua jenis kejahatan yang ada dan juga merupakan jenis kejahatan yang paling tua, terberat dan sering dikatakan sebagai jenis kejahatan yg paling kejam. Di Indonesia, penerapan pidana terancam dalam pasal-pasal tertentu dalam KUHP..

(30) 14. 2) Pidana Penjara Pemenjaraan merupakan hukuman pokok yang berwujud atau merampas kebebasan seseorang. Namun, pidana penjara ini tidak hanya memberikan pembalasan atas perbuatan yang dilakukan dgan memberikan penderitaan kepada terpidana karena telah dirampas atau dirampas kebebasannya untuk bergerak, tetapi juga memiliki tujuan lain yaitu membina dan membimbing terpidana. seseorang sehingga dia dapat kembali menjadi anggota masyarakat yg baik dan berguna. masarakat, bangsa dan negara. Mengenai pidana penjara, Rusli Effendy menyatakan bahwa “pidana Penjara Diancamkan Terhadap kejahatan-kejahatan bersengaja, kejahatan-kejahatan culpa dan pelanggaran fiskal”18 Dalam Pasal 12 KUHP, diatur mengenai lamanya ancaman atau penjatuhan pidana penjara. 3) Pidana Kurungan Pidana kurungan merupakan pidana yang lebih ringan daripada pidana penjara yg diperuntukkan bagi peristiwa-peristiwa pidana yang lebih ringan sifatnya, dalam hal bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sebagaimana telah diatur dalam Buku III KUHP serta bagi mereka yang melakukan kejahatan-kejahatan yg tidak disengaja sebagaimana yang telah diatur dalam Buku II KUHP. 18. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)..

(31) 15. Adapun perbedaan perbedaan pidana penjara dan pidana kurungan menurut Andi Hamzah yaitu :19 a) Pidana kurungan dijatuhkan pada kejahatan-kejahatan culpa,pidana penjara dijatuhkan untuk kejahatankejahatan dolus dan culpa. b) Pidana kurungan ada dua macam yaitu kurungan principal dan subsidair (pengganti denda), pada pidana penjara tidak mengenal hal ini. c) Pidana bersarat tidak terdapat dalam pidana kurungan. d) Perbedaan berat ringan pemidanaan. e) Perbedaan berat ringannya pekerjaan yang dilakukan terpidana. 4) Pidana Denda Pidana denda ialah pidana yang berupa harta benda yg jumlah ancaman pidananya pada umumnya relatif ringan yg mana dirumuskan sebagai pokok pidana alternatif dari pidana penjara dan denda. Terpidana yg diancam dgn pidana denda sedikit sekali, seperti dalam Buku II KUHP hanya terdapat satu delik yaitu Pasal 403 KUHP sedangkan dalam pelanggaran pada Buku III hanya terdapat 40 Pasal dari Pasal-Pasal tentang pelanggaran, 20 5) Pidana Tutupan Pidana tutupan ialah merupakan jenis pidana yang baru dimasukkan dalam KUHP yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946 tanggal 31 Oktober 1946 dan menempati urutan kelima pada jenis-jenis pidana pokok seperti yang telah ada pada Pasal 10 huruf a KUHP. 19. Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidana,an Indonesia, Pradya Paramita, Jakarta: 1993, hlm.36-37 20 http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/Jenis-Jenis,Pidana-Penjelasannya.html, Diakses Pada Hari minggu Tanggal 3 Mei 2020, Jam 9:10 wita.

(32) 16. b. Pidana Tambahan Ialah pidana..yang bersifat bertambah pidana pokok yg dijatuhi, tidaklah dapat berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam perampasan barang-barang tertentu. Pidana tambahan ini bersifat fakultatif artinya dapat dijatuhkan tetapi tidaklah harus. pidana tambahan terdiri atas pencabutan hak tertentu, perampasan barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim:21 1) Pencabutan Hak Tertentu Pencabutan hak-hak tertentu ini sifatnya sementara, kecuali memang terpidana dijatuhi pidana penjara seumur hidup. Hukuman ini pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya mendegradasikan martabat seseorang sebagai warga negara yang memang layak untuk dihormati atau untuk menekan orang menjadi warga negara yang tidak pantas dihormati dengan meniadakan sebagian hak perdatanya dan hak-haknya menurut hukum publik karna orang tersebut telah melakukan kejahatan. 2) Perampasan Barang-barang Tertentu Pidana ini merupakan pidana tambahan yang dijatuhkan oleh hakim. untuk mencabut hak milik atas suatu barang dari. pemiliknya dan barang itu dijadikan barang mi lik pemerintah untuk dirusak atau dimusnahkan atau dijual untuk negara menurut penjelasan Pasal 39 KUHP.. 21. Ray Pratama Siadari, 2012, Pengertian Jenis-Jenis Dan Pengertian Pemidanaan, Raydi...

(33) 17. 3) Pengumuman Putusan Hakim Dalam penjelasan Pasal 43 KUHP menyatakan bahwa : Sebenarnya semua putusan hakim sudah harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum, tetapi sebagai hukuman tambahan, putusan itu dengan istimewa disiarkan sejelas-jelasnya dengan cara yang ditentukan oleh hakim. 5. Pengertian Pidana Penggunaan istilah pidana itu sendiri diartikan sebagai sanksi pidana. Untuk pengertian yang sama, sering juga digunakan istilah-istilah yg lain, yaitu hukuman, penghukuman, pemidanaan, penjatuhan hukuman, pemberian pidana, dan hukum pidana.22 Moeljatno mengatakan, istilah hukuman yang berasal dari “sraf” dan istilah “dihukum” yang berasal dari “wordt gestraf” merupakan istilah yang konvensional. Beliau tidak setuju dengan istilah-istilah itu dan menggunakan istilah yang konvensional, yaitu pidana yang menggantikan kata “starf” dan diancam dengan pidana untuk menggantikan kata “world gestraf”. Menurut Moeljatno, kalau “straf diartikan “hukuman”, maka “strafrech” seharusnya diartikan sebagai „ hukuman‟.23. 22. Mahrus Ali, Dasar Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta: 2017, hlm 185 Muladi Dan Barda Nawawi Arief, Teori Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 1 23.

(34) 18. C. Kepolisian Republik Indonesia a. Kewenangan Kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia Pasal 30 ayat (4) merumuskan tugas pokok kepolisian sebagai berikut: 1. Selaku alat Negara penegak hukum memilihara serta meningkatkan tertib hukum dan sama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan. keamanan. Negara. lainnya. membina. ketentraman. masyarakat dalam Negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masarakat. 2. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undang. 3. Membimbing masarakat agar terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan. b. Kepolisian sebagai aparatur hukum Bahwa sejarah bergulirnya aparat hukum dengan dikeluarkan TAP MPR No.VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Kepolisian, TAP MPR No. IV/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran kepolisian dan Undang-Undang No 2 Thn 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia maka: 24. Pasal 30 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.

(35) 19. 1. Kepolisian adalah alat Negara yg melaksanakan kekuasaan Negara dibidang kepolisisan mencegah dan menekan dalam rangka criminal justice system. 2. Kepolisian adalah alat Negara yang melaksanakan pemiliharaan keamanan dalam negri. 3. Kepolisian berkedudukan langsung dibawah presiden dimana kapolri diangkat dan diberhentikan dengan persetujuan DPR. Secara khusus dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2002 menjelaskan 3 pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut: a. Memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakan hukum dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Bahwa setiap tindakan anggota kepolisian dalam rangka wewenang hukum dapat dibenarkan sedangkan tindakan yang diluar atau melampaui wewenang hukumnya, atau memang tidak mempunyai wewenang hukum untuk bertindak sewenang-wenang atau tidak wajar, harus dipandang sebagai tindakan perseorangan secara pribadi yang harus dipertanggung jawabkan secara hukum sebagai berikut: 1) Pertanggung jawaban secara hukum dipilih (Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 1, 2 dan 3 tentang pemberhentian anggota kopolisian, peraturan. disiplin anggota kepolisian, dan teknis.

(36) 20. institusional peradilan umum bagi anggota kepolisian. 2) Pertanggung jawaban secara umum etika profesi (keputusan kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor. Pol: kep/32/VII/2003). 3) pertanggung jawaban secara hukum tata usaha Negara 4) Pertanggung jawaban secara hukum pidana 5) Kepolisian sebagai bagian dari tatanan hukum Indonesia c. Tanggung jawab kepolisian dalam tindakan hukum. Tugas-tugas. kepolisian. yang. berkaitan. dengan. pelayanan. masyarakat antara lain meliputi: 1) Pelayanan atas pengaduan atau laporan dari masyarakat 2) Pelayanan dalam memberikan bantuan kepolisian 3) Pelayanan administrasi lantas 4) Pelayanan dala proses penegakan hukum atau penyidikan. Undang-Undang No 2 Thn 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 2 menjelaskan bahwa fungsi-fungsi kepolisian ialah salah satu fungsi Kepemerintahan Negara di bidang pemiliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. D. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan 1. Pengertian Penyelidikan Penyelidik pada dasarnya memiliki kewenangan terbagi dua jenis, yg pertama adalah kewenangan karena kewajiban sebagai penyelidik, dan kewenangan yg timbul atas perintah penyidik. Karena kewajibannya.

(37) 21. sebagai penyelidik, penyelidik berwenang untuk. a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Mencari keterangan dan barang bukti. c. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri. d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.25 Adapun kewenangan atas perintah penyidik, penyelidik berwenang untuk: 1) Melakukan. penangkapan,. larangan. meninggalkan. tenpat,. penggeledahan dan pengangkapan. 2) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. 3) Mengambil sidik jari dan memotret seorang. 4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik. Hal yang membedakan kewengan penyelidik karena kewajibannya dan kewengan yang ditimbul atas perintah penyidik adalah dari sudut pandang kapan kewengan tersebut timbul. Kewenangan penyelidik atas perintah penyidik timbul sa,at proses telah sampai ketahap penyidikan. Dalam hal ini penyelidik bertindak atas perintah penyidik untuk untuk kepentingan penyidikan, hal ini karenakan pada dasarnya tidak mungkin dalam tahap penyelidikan sudah ada status penyidik. Status penyidik baru timbul rangka menjalankan fungsi penyidikan yang ditandai 25. Aristo, Pengantar Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Pangaribuan, Jakarta, 2016,. hlm. 39-40..

(38) 22. dengan diterbitnya surat perintah penyidikan, yang menunjuk penyidik untuk menyidik suatu perkara. Sedangkan kewenangan yang dimiliki penyelidik karena kewajiban adalah kewenangan yang dimiliki dan digunakan sebelum masuk tahap penyidikan, Status penyelidik juga semestinya timbul saat menjalankan fungsi penyelidikan yang ditandai dengan surat tugas untuk melakukan penyelidikan:26 2. Pengertian Penyidikan 27 Penyidik adalah didefenisikan sebagai pejanat aparatur negara republik..indonesia..atau pejabat pegawai negeri sipil tertentuyang di beri kewenangan kusus oleh perundang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidik karena kewajiban mempunyai wewenang untuk: a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian. c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penangkapan, penahan, penggeledahan dan penyitaan. e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan 26. Ibid. hlm 39-40 Aristo Pangaribuan, Arsa Mufti, Dan Iksan Zikry, Pengantar Hukum Pidana Di Indonesia, Edisi Ke. 1 Cetakan Ke. 1, Rajawali Pers, Jakarta: 2017, hlm 42-46 27.

(39) 23. pemeriksaan perkara. i. Mengadakan penghentian penyidikan. j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Bila dicermati dari kewenangan-kewenangan di atas, dikaitkan dengan pengertian dan fungsi penyidik, maka penyidik pada tahap penyelidikan. Status penyidik, selain dibatasi dengan syarat kepangkatan, dalam pelaksanaannya secara administarsi penyidikan haruslah timbul dari surat perintah penyidikan. Hal ini menjadi penting untuk mencegah kesewenang-wenangan aparat kepolisian. Sekalipun seseorang pejabat kepolisian memenuhi kualifikasi sebagai penyidik, namun tidak diberikan tugas sebagai penyidik dalam suatu perkara, maka sudah semestinya ia tidak berwenang ikut serta dalam menjalankan tugas penyidikan pada perkara tersebut. E. Tinjauan Umum Senjata Api 1. Senpi Atau Senjata Api Rakitan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 Undang-Undang Darurat No 12 Thn 1951 Pasal 1 ayat (2) memberikan pengertian senpi dan amunisi yaitu termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 (ayat 1) dari putusan senjata api 1936 (Stb. 1937 No 170), yang telah diubah dengan ordonantie tanggal 30 Mei 1939 (stb. No 278).. Menurut Pasal 1 (ayat 1) Undang-Undang senjata api (Lembaran.

(40) 24. Negara. 1937. No. 170 diubah dengan Lembaran Negara. 1939 No. 278) tentang. Undang-Undang. senpi. (pemasukan,. pengeluaran. dan. pembongkaran) 1936, yg dimaksud senpi ialah : a. Bagian-bagian senjata api. b. Meriam-meriam. dan. penyembur-penyembur. api. dan. bagian-. bagiannya. c. Senjata-senjata tekanan udara dan senjata tekanan, dan pistol-pistol pemberi syarat, dan selanjutnya senjata-senjata api tiruan seperti pistolpistol tanda bahaya, pistol-pistol perlombaan, pistol-pistol mati suri, dan revolver-revolver mati suri dan dan benda-benda lain yg serupa itu yg dapat dipergunakan untuk mengancam atau mengejutkan, demikian bagian-bagian senpi itu, dgn pengertian, bahwa senjata tekanan udara, senjata tiruan serta bagian-bagian senjata itu hanya dapat dipandang sebagai senpi, apabila dgn nyata tidak dipergunakan sebagai permainan anak-anak. Sedangkan berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1976, senpi salah satu alat untuk melaksanakan tugas pokok angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan, sedangkan bagi instansi pemerintah di luar angkatan bersenjata, senpi merupakan alat khusus yg penggunaannya diatur melalui ketentuan Instruksi Presiden Nomor. 9 Thn 1976, yg menginstruksikan agar para menteri (pimpinan lembaga pemerintah dan diatur non pemerintah) membantu pertahahan agar dapat mencapai sasaran tugasnya..

(41) 25. Undang-Undang Darurat Nomo 12 Tahun 1951 menjelaskan secara terperinci mengenai aturan serta ketentuan pidana yang berhubungan dengan senjata api dan juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan senjata api beserta jenis-jenisnya.28 Mengenai Pasal-Pasal yang terkait dengan senjata api adalah seperti berikut: a). Barang siapa, yg tanpa hak masuk ke Indonesia membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan, atau mencoba menyerahkan, menguasai,. membawa,. mempunyai. dalam. menyembunyikan,. mempunyai miliknya,. mempergunakan,. persediaan menyimpan, atau. padanya. atau. mengangkut,. mengeluarkan. dari. Indonesia suatu senpi,amunisi atau suatu bahan peledak, dihukum dengan hukuan mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara setinggi-tingginya dua puluh tahun. b). Yg dimaksud pengertian senpi dan amunisi termaksud juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat 1 dari peraturan Senpi (Vuurwaperegeling In-, uit-, doorvoer en losing) 1936 (Sbtl.1937 Nomor 170), yg telah diubah dgn Ordonnatie tanggal 30 Mei 1939. (Stbl Nomor 278), tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata yg nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yg ajaib (merkwardigheid), dan bukan pula suatu senjata yg tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak. 28. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Mengubah “Ordonnantietij delijke Bijzondere Strafbepalingen” (Stbl. 1948 Nomor 17) Dan Undang-undang Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948.

(42) 26. dapat digunakan. 2. Peredaran Senjata Api Ilegal Peredaran senjata api ilegal (senpi) di Indonesia terkait erat dgn banyaknya senpi selundupan yang masuk ke dalam negeri. Akhir-akhir ini kasus Penyelundupan Senpi sangat marak terjadi. Pada tahun 1999 saja, Polri berhasil menggagalkan penyelundupan 100 senjata gas model khusus 38, 5 revolver, 3 senjata semprot, 1.499 peluru karet, 2.800 peluru kosong, dan 7 tabung gas yg melibatkan Kim Jil Sum, seorang warga negara Korea Selatan. Pada tahun 2001, petugas Bea dan Cukai di Bandara SoekarnoHatta, Jakarta berhasil menggagalkan penyelundupan 500 buah berbagai jenis senpi. Di tahun yg sama, Kantor Bea dan Cukai Tanjung Perak Surabaya disita sekitar 200 sen. Penyelundupan senpi termasuk peluru berhasil diungkap dgn ditangkapnya Kim Jun Sun (45), warga Taiwan. Kim ditangkap aparat kepolisian di tempat persembunyiannya di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, dengan tuduhan menyelundupkan sebanyak 103 pucuk senapan, 100 senjata gas, 38 pistol dan 1.499 peluru yg terdiri dari 750 peluru karet dan 749 butir peluru. peluru hampa.29 3. Dampak Peredaran Senjata Api Ilegal Peredaran senpi ilegal berdampak negatif bagi masarakat luas. Kerugian yg terjadi tidak hanya berupa harta benda tetapi menimbulkan kerugian berupa nyawa seseorang. Beberapa contoh kasus pidanaa yg menggunakan senpi sebagai alat kejahatan antara lain pada tanggal 3. 29. Agung Wijanarko, 2007, Penegakan Hukum Peredaran Senjata Ilegal, Universitas Airlangga, Jilid 1, hlm 30.

(43) 27. Agustus 1998 terjadi tindak pidana perampokan yg mencederai tiga orang pegawai Bank Bukopin di jalan tol Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Muhammad Roem alias Siyu (31) luka berat akibat ditembak perampok bersenjata api di depan kediamannya, Jalan Janur Elok QH VIII, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Mei 2002. Kemudian pada 1 Februari 2000, dua perampok menggunakan sebuah sepeda motor Yamaha RX King. dan senjata bersenjatakan FN 46, menembak di paha kanan Lianti (40) dan mengambil tas pinggang korban berisi uang tunai. Insiden itu terjadi di Jalan Boulevard Raya, di depan Gading Sport Club, Kelapa Gading. Kemudian pada 7 Februari 2000, segerombolan penjahat bersenjata tangan enam orang menyita dua sepeda motor yg sedang melaju di kawasan Ciledug, Tangerang. Salah satu pemilik sepeda motor ditembak oleh pelaku, kemudian kasus pencarian senpi lainnya yg menarik perhatian masarakat adalah pada tanggal 26 Juli 2001 terjadi penembakan terhadap Syafiuddin Kartasasmita, Ketua Muda Tindak Pidana Umum di Mahkamah Agung. , oleh Noval Hadad dan Maulawarman, di sekitar Kemayoran, Jakarta. Sentral, kasus ini diduga melibatkan putra mantan Presiden Republik Indonesia, Tommy Soeharto. Pada 12 Januari 2002 kasus terkait lainnya terjadi dgn senpi, yaitu seorang pengacara (Irm), melepaskan tembakan dengan pistol revolver setelah kaca depan kiri mobilnya dihantam helm Agus Rianto yg kesal saat terbang di atas Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 9 Oktober 2002, empat perampok senjata api menembak tangan dan kaki Suparyono (36) dan Sukadi (38), karyawan perusahaan kontraktor PT. Modern Surya Jaya (MSJ), di Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan. Kemudian pada tahun 2003 terjadi.

(44) 28. kasus penembakan yang menimpa Direktur Utama PT. Asaba, Boedyharto Angsono (60), di halaman Sasana Krida GOR Penjaringan, Jalan Jembatan Tiga, Pluit, hal ini dilatarbelakangi oleh persaingan usaha antar sesama pengusaha dan melibatkan oknum TNI.30. 30. Agung Wijanarko, 2007, Penegakan Hukum Peredaran Senjata Ilegal, Universitas Airlangga, Jilid 1, hlm 30.

(45) 29. BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan. mengungkapkan. gejala. secara. holistik-kontekstual. melalui. pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri penelitian sebagai instrumen kunci.31 Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan: 1. Pendekatan Undang-undang (Statute Approach) Pendekatan Undang-undang yaitu pendekatan dengan menggunkan regulasi, dengan kata lain pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji yang terkait dengan Penyidikan tindak pidana kepemilikan senjata api tanpa izin. 2. Pendekatan konseptual (Conseptual Aprroach) Pendekatan konseptual, yakni pendekatan yg dilakukan dgn mengkaji asas-asas hukumm, prinsip-prinsip hukumm serta.pandangan.dan doktrin/pendapat para ahli yg terkait dgn Penyidikan tindak pidana memiliki senjata api tanpa izin. 3. Pendekatan Sosiologis (Sociological Approach) Pendekatan sosiolagis yaitu suatu pendekatan dgn melihat atau memperhatikan keberlakuan dari suatu aturan penerapan dari suatu aturan 31. Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis, Suaka Media, Yogyakarta, 2015, hlm. 8.

(46) 30. dalam praktiknya yang berkaitan dengan penyusunan tersebut dengan melakukan.wawancara.langsung dgn pihak Polres Dompu yg berkaitan dgn penyidikan tindak pidana memiliki senjata api tanpa izin. B. Jenis Penelitian (Sosiologis) Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian empiris adalah metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia baik dari perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan pengamatan langsung.32 C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yg digunakan.dalam.penelitian.ini.ialah sebagai berikut: a. Data.primer. Merupakan bahasan penelitian yang berupa fakta-fakta empiris sebagai perilaku maupun hasil perilaku manusia. Baik dalam bentuk perilaku verbal maupun nyata, maupun perilaku yang terdokumentasi dalam berbagai hasil perilaku ataupun catatan-catatan dalam berbagai hasil perilaku (Arsip). Data primer dalam penelitian ini merupakan data hasil wawancara di lapangan yang dilakukan dengan pihak Polres Dompu dan pelaku yang menggunakan senjata api tanpa izin. b. Data Sekunder Merupakan data yang berupa bahan hukum yang terdiri dari: 32. Mukti Fajar, dan Yulianto Achnad, Dualisme Penelitian Hukum (Normative dan Empiris), PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 280.

(47) 31. 1) Bahan hukum primer Merupakan bahan hukum yg bersifat autoritatif dan peraturan perundang-undangan yg berlaku yg dimiliki oleh penelitian yg dilakukan. 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder biasanya berupa pendapat hukum/ doktrin/teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun website yang terkait dengan penelitian. Bahan hukum sekunder pada dasarnya digunakan untuk memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Dengan adanya hukum sekunder maka peneliti akan terbantu untuk memahami atau menganalisis bahan hukum primer. 3) Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yg memberikan penjelasan dan petunjuk tentang bahan hukumm primer dan sekunder. Biasanya bahan hukuum tersier diperoleh dari kamus hukuum, kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris, dll. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:. a. Data lapangan Ialah suatu bentuk pengumpulan data yg dilakukan dgn cara.

(48) 32. mengadakan penelitian di lapangan kemudian mendatangi instansi instansi yg berkaitan atau berhubungan dgn permasalahan yg diangkat dalam. penelitian. dengan. menggunkan. tehnik. mewawancarai.. Kemudian memperoleh data lapangan tersebut maka menetapkan lokasi yaitu di Polres Dompu. b. Data kepustakaan kepustakaan yaitu data yg diperoleh dgn mempelajari atau mengkaji berbagai literature dan peraturan undang undang, seperti buku, tulisan ilmiah, dan karya ilimiah lainnya yg ada dalam kepustakaan atau berkaitan dengan permasalah yg diangkat. D. Lokasi Penelitian Untuk penelitian kualitatif (studi Polres Dompu). E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka penelitian. Pengumpulan data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya sampai dengan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian guna mendapatkan informasi yang diharapkan, pengumpulan data dilakukan melalui : 1. Studi kepustakan Pengumpulan data perpustakaan dilakukan dgn membaca dan mempelajari literatur berupa buku-buku pendapat para sarjana hukumm dan bahanbahan lain yg terkait dgn materi pelajaran, setelah terkumpul kemudian disusun dan disusun secara sistematis..

(49) 33. 2. Wawancara Dalam penelitian yang bersifat empiris dilakukan wawancara, guna untuk mendapatkan data yang terukur, karena data primer yang didapatkan dalam penelitian ini perlu wawancara. Dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif. Deskripti kualitatif yaitu dengan memberikan uraianurian, penjelasan-penjelasan terhadap data yang ada sehingga terjalin dalam suatu rangkaian kalimat yang mempunyai arti yang dapat dipahami serta disimpulkan guna menjawab permasalahan..

(50)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian identifikasi terhadap tingkat resiko penyakit lemak darah menggunakan algoritme backpropagation, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut

Program / kegiatan yang mendukung Capaian Indikator Persentase ketersediaan angkutan umum yang melayani wilayah di Kabupaten Banyuasin pada Tahun 2016 adalah

Dengan metode analisis faktor diperoleh empat faktor yang mempengaruhi indeks prestasi mahasiswa S1 Matematika FMIPA USU yaitu, Faktor Lingkungan dan Pengawasan Orang Tua,

antara blok yang satu dengan blok setelahnya, sehingga blok-blok ini disebut sebagai blok overlapping. Uji Serial yang dibahas di sini dikhususkan untuk pengujian keacakan

Status gizi balita akan termanifestasi pada tingkat masing-masing individu yang dipengaruhi oleh asupan makanan serta status kesehatan (penyakit), yang keduanya merupakan

Establishment of Sustainable Investment Consultancy and Entrepreneurship Development Center for Entrepreneurs oriented towards solving the problems of pre-establishment

Sementara dalam a Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 32 Tahun 2018 tentang Perlakuan Bagi Tahanan dan Narapidana Lanjut usia, penangan khusus bagi Lansia didasarkan