• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kerangka Teori

6. Tindak Tutur :

Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan

suatu bahasa dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks

30

tutur berasal dari bahasa Inggris “speech act” yang berarti ‘tindak tutur’. Namun,

ada sebagian pakar pragmatik Indonesia (seperti Purwo) yang menerjemahkannya

menjadi tindak ujaran.Dalam hal pengertian istilah Indonesia tampaknya tidak ada

perbedaan antara kedua istilah ini (Siregar, 1997:36).Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan salah satu istilah saja yaitu Tindak tutur.

Menurut Searle (1969), dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia

berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau

kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang,

kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak

tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan

merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi

bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, begitu juga

tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah (Rani,

2004:158) J.L.Austin merupakan tokoh teori tindak tutur pertama yang

memperkenalkan konsep tindak tutur melalui bukunya How to do thing with words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tuturan bersifat performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya,

dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti

bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Teori

tindak tutur Austin selanjutnya mengalami perkembangan setelah Searle dalam

bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language.Ia mengatakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat

31

ilokusi (ilocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Chaer dan Leonie, 2004: 53), yaitu:

a. Tindak tutur lokusi, adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti

“berkata”, atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat

dipahami.

b. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan

dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi biasanya

berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh,

menawarkan, dan menjanjikan.

c. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya

ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari

orang lain.

Teori tindak tutur Austin merupakan teori tindak tutur yang berdasarkan

pembicara, sedangkan Searle melihat tindak tutur berdasarkan pendengar.Jadi,

Searle berusaha melihat bagaimana nilai ilokusi itu ditangkap dan dipahami

pendengar. Searle membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur

ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu :

a. Tindak Tutur Representatif

Menurut Yule (2006:92), tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang

menyatakan keyakinan penutur tentang ihwal realita eksternal. Tindak tutur ini

berfungsi memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu.Artinya, pada tindak tutur

jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan

32

tutur jenis ini sebagai tindak tutur asertif, yang mengidentifikasikan dari segi

semantik karena bersifat proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab

terhadap kesesuaian antara kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi terletak

pada pihak penutur.Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini,

adalah tuturan-tuturan yang bersifat penegasan, pernyataan, pelaporan dan

pemerian.

b. Tindak Tutur Komisif

Yule (2006) memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif, penutur

menindaklanjuti atau memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini

mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penggunaan tindak

tutur komisif, penutur bertanggung jawab atas kebenaran apa yang dituturkan.

Leech (1993) mengatakan jenis tindak tutur ini memiliki fungsi menyenangkan.

Menyenangkan maksudnya adalah menyenangkan pihak pendengarnya karena dia

tidak mengacu kepada kepentingan penutur. Jenis tindak tutur yang termasuk ke

dalam jenis tindak tutur ini menurut Yule (2006:94) adalah perjanjian, ancaman,

penolakan dan jaminan .

c. Tindak Tutur Direktif

Dalam tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan pihak

penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak

tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan (Yule, 2006:93).

Jenis tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur jenis direktif adalah perintah,

permintaan, pemberian saran. Dalam hal ini pendengar bertanggung jawab untuk

33 d. Tindak Tutur Ekspresif

Yule (2006:93) berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat

pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan,

meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang,

mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong dan rasa tidak suka.

e. Tindak Tutur Deklaratif

Berdasarkan pendapat Yule (2006:93) dapat diketahui bahwa dalam tindak

tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan itu, misalnya

ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ‘saya mengundurkan diri’,

memecat seseorang dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang

dengan menyatakan ‘Saya bersedia’. Yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain,

memecat, menyatakan perang, menikahkan, membebastugaskan (Hasibuan,

2005:88).

7. Entailmen

Seperti yang diketahui bahwa pada implikatur, hubungan antara tuturan

dengan masudnya itu tidak bersifat mutlak. Penafsirannya didasarkan pada latar

belakang pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur tentang sesuatu

yang sedang dituturkan itu.Berbeda dengan hal tersebut, dalam entaimen

hubungan tersebut bersifat mutlak. Tuturan yang berbunyi bahwa Reni hamil muda mengidintifikasikan bahwa wanita yang bernama Reni itu sudah berhubungan pernah badan dengan seornag pria sehigga ia bisa hamil. Contoh

34

lainadalah tuturan yang berbunyi Iyan anak desa yang sangat rajin itu menjadi dokter menunjukkan bahwa seorang anak yng berasal dari desa tersebut pernah mengenyam pendidikn di universitas pada fakultas kedokteran. Dengan demikian,

jelas bahwa hubungan atara tuturan dengan maksud tuturan pada entailem itu

bersifat mutlak.

8. Implikatur

Istilah ‘implikatur’ dipakai oleh Grice untuk menerangkan apa yang mungkin

diartikan, disarankan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa

yang sebenarnya dikatakan oleh penutur (Brown danYule, 1996: 31). Dalam suatu

tindak percakapan, setiap bentuk tuturan (utterance) pada dasarnya

mengimplikasikan sesuatu.Implikasi tersebut adalah proposisi yang biasanya

tersembunyi di balik tuturan yang diucapkan, dan bukan merupakan bagian dari

tuturan tersebut.Pada gejala demikian tuturan berbeda dengan implikasi (Wijana,

1996: 37).

Adanya perbedaan antara tuturan dan implikasi kadang-kadang dapat

menyulitkan mitra tutur untuk memahaminya, namun pada umumnya antara

penutur dan mitra tutur sudah saling berbagi pengalaman dan pengetahuan

sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar.Dengan demikian, implikatur

mengisyaratkan adanya perbedaan antara tuturan dengan maksud yang ingin

disampaikan.

Menurut Wijana (1996: 38), dengan tidak adanya keterkaitan semantik antara

35

tuturan akan memungkinkan menimbulkan implikatur yang tidak terbatas

jumlahnya. Dalam contoh (1), (2), dan (3) berikut ini terlihat bahwa tuturan (+)

Bambang datang memungkinkan memunculkan reaksi yang bermacam-macam

Rokoknya disembunyikan, Aku akan pergi, dan Kamarnya dibersihkan.

Masing-masing reaksi itu memunculkan implikasi yang berbeda-beda.

(5) + Bambang datang

- Rokoknya disembunyikan

(6) + Bambang datang

- Aku akan pergi dulu

(7) + Bambang datang

- Kamarnya dibersihkan

Jawaban (-) dalam (5) mungkin mengimplikasikan bahwa Bambang adalah

perokok, tetapi ia tidak pernah membeli rokok. Merokok kalau ada yang memberi,

dan tidak pernah memberi temannya, dan sebagainya.Jawaban (-) dalam (6)

mungkin mengimplikasikan bahwa (-) tidak senang dengan Bambang.Akhirnya

jawaban (-) dalam (7) mengimplikasikan bahwa Bambang adalah tukang

kebersihan.Ia akan marah-marah melihat sesuatu yang kotor. Penggunaan kata

mungkin dalam menafsirkan implikatur yang ditimbulkan oleh sebuah tuturan

tidak terhindarkan sifatnya sehubungan dengan banyaknya kemungkinan

implikasi yang melandasi kontribusi (-) dalam (5), (6), (7).

Menurut Levinson implikatur percakapan (conversational implcature)

36

a. Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta kebahasaan

yang tidak terjangkau oleh teori linguistik.

b. Konsep implikatur memberikan penjelasan tentang makna berbeda dengan

yang dikatakan secara lahiriah.

c. Konsep implikatur dapat menyederhanakan struktur dan isi deskripsi

semantik.

d. Konsep implikatur dapat menjelaskan beberapa fakta bahasa secara tepat.

Sebagai contoh adalah sebagai berikut:

(8) A: Jam berapa sekarang?

B: Korannya sudah datang.

Kalimat (8A) dan (8B) tidak berkaitan secara konvensional. Namun,

pembicara kedua sudah mengetahui bahwa jawaban yang disampaikan sudah

cukup untuk menjawab pertanyaan pembicara pertama, sebab dia sudah

mengetahui jam berapa koran biasa diantarkan.

Soemarmo (1994:172) menyatakan bahwa kebanyakan dari apa yang

diucapkan seseorang dalam percakapan sehari-harinya mengandung

implikatur sebagai contohnya adalah percakapan dua orang yang duduk sebangku

dalam bus kota sebagai berikut:

(9) Hari itu sangat panas, apalagi dengan keadaan bus yang sesak.

Salah satu orang diantara keduanya (peneliti andaikan sebagai B)

mengeluarkan rokok dari sakunya dan merokok. Tidak lama kemudian muncullah

37 (10) A: cuaca hari ini sangat panas

B: maaf

Dengan mengerti implikatur yang ingin diungkapkan si A, si B memahami

bahwa ujaran si A bukanlah ujaran yang memberikan informasi bahwa

“cuaca hari ini sangat panas”, melainkan sebuah permintaan agar ia tidak

merokok, maka ia pun meminta maaf dan mematikan rokoknya.

a. Jenis Implikatur

Grice, seperti diungkap oleh Thomas menyebut dua macam implikatur, yaitu:

1) Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional merupakan implikatur yang dihasilkan dari penalaran

logika, ujaran yang mengandung implikatur jenis ini, seperti diungkap oleh

Gunarwan (2004:14) dapat dicontohkan dengan penggunaan kata bahkan. Contoh:

(11) Bahkan Bapak Menteri Agama menghadiri sunatan anak saya.

Contoh (11) di atas merupakan implikatur konvensional yang berarti Bapak

Menteri Agama biasanya tidak menghadiri acara sunatan.

2) Implikatur Konversasional

Implikatur Konversasional merupakan implikatur yang dihasilkankarena

tuntutan konteks tertentu. Contoh:

(12) Saya kebetulan ke Inggris untuk studi selama dua tahun danberangkat besok.

Contoh (12) di atas merupakan implikatur konversasional yang bermakna

“tidak” dan merupakan jawaban atas pertanyaan maukah Anda menghadiri

38 9. Iklan

a. Pengertian Iklan

Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi menuntut media massa berperan

dalam memberitahukan atau menginformasikan hasil perkembangan ilmu dan

teknologi tersebut. Salah satu sarana yang dipilih adalah mengiklankan produk

ataupun ilmu dan teknologi itu kepada masyarakat secara luas agar masyarakat

tahu keberadaan produk ilmu dan teknologi tersebut.

Dalam KBBI (1990:322) iklan adalah: (1) berita pesanan (untuk mendorong,

membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; (2)

pemberi tahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual,

dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah.

Iklan terdiri atas dua macam, yaitu iklan barang (produk) dan jasa.Yang

dimaksud iklan barang (produk) adalah iklan yang menawarkan suatu barang

tertentu, seperti iklan sepeda motor, kosmetik, mobil, obat dan

sebagainya.Sedangkan iklan jasa adalah iklan yang menawarkan suatu jasa

tertentu, seperti pendidikan, kehilangan, dan sebagainya.

Menurut Radius (1980:7) iklan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan

seseorang atau suatu organisasi yang dikenal menerima bayaran untuk

menyajikan, mempromosikan barang, jasa atau ide secara informatif dan

persuasif. Jadi peran media massa sangat menunjang sampainya iklan kepada

masyarakat, seperti televisi, radio, majalah, surat kabar serta media elektronik

39

Rachmadi (1993: 36) menjelaskan bahwa iklan yang kita lihat dan dengar

setiap hari sebenarnya merupakan produk akhir dari serangkaian pengamatan

sampai pelaksanaan strategi dan taktik yang berupaya untuk menjangkau pembeli

potensial.Secara umum iklan bisa disebut sebagai suatu bentuk komunikasi yang

dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk jasa dan ide-ide

berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa iklan adalah pemberitahuan

kepada khalayak ramai tentang pesan yang akan disampaikan oleh pembuat iklan

melalui media massa dengan tujuan memberitahukan, menawarkan, ataupun

mengenalkan barang atau jasa kepada masyarakat. Dengan demikian, iklan adalah

sarana yang digunakanuntuk pemberitahuan kepada khalayak umum

mengenai atau mempromosikan suatu produk barang atau jasa melalui media

massa.

Dari pengertian iklan di atas maka iklan merupakan kumpulan tindak tutur

yang mengandung peristiwa terstruktur, ide atau gagasan terorganisir bersifat

menawarkan barang atau jasa lewat televisi, radio, majalah atau surat kabar

dengan bahasa informatif, membujuk, meyakinkan, serta mengandung pesan yang

lengkap untuk disampaikan kepada pembaca, pemirsa atau pendengar.

b. Bahasa Iklan

Hakikat dari bahasa iklan adalah mempengaruhi.Untuk mempengaruhi

seseorang, publik, atau apapun yang dianggap sebagai calon konsumen, maka

40

audio, maupun narasinya.Bahasa iklan selalu mengolah perasaan atau emosi

(psikologis) calon pembeli agar menjadi penasaran, menjadi tumbuh perasaan rasa

ingin memiliki, selalu tumbuh rasa cemburu, selalu memiliki rasa ketinggalan jika

tidak memiliki, dan sebagainya. Dalam bahasa iklan ada pedoman kebahasaan

yang digunakan, seperti:

1) Gampang dipahami konsumen

2) Sederhana bahasanya dan jernih pengutaraannya

3) Tanpa kalimat majemuk

4) Kalimatnya aktif, bukan kalimat pasif

5) Padat dan kuat bahasanya

41 BAB III

Dokumen terkait