• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur

1.6.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya (Wijana 1996 : 35). Misalnya:

(21) Suaramu bagus, kok

(22) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (21) memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara itu dengan kalimat (22) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anaknya, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan (Wijana, 1996: 35).

1.6.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996: 36). Untuk menyuruh seorang pembantu agar membersihkan lantai yang kotor misalnya, dapat saja dengan nada tertentu mengutarakan kalimat (23). Demikian pula untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (24) dan (25) seperti berikut:

(23)Lantainya bersih sekali

(24)Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran

(25)Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?

tutur yang baik modus kalimat maupun maksud yang ingin disampaikannya tidak sama.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) pengumpulan data, (b) analisis data, dan (c) penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah modus dan tindak tutur dalam acara “Hitam

Putih” Trans 7. Objek tersebut berada dalam data berupa tuturan memotivasi. Data

dikumpulkan dengan metode simak, yaitu metode yang digunakan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini dilakukan dengan cara si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal-wicara; jadi, tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015: 204).

Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Setelah menyimak acara “Hitam

Putih” dan mengabadikannya dalam bentuk foto, peneliti mencatat data yang baru

saja difoto tersebut. Sudaryanto (2015: 206) menjelaskan bahwa teknik catat dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan-diterapkan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan

menggunakan alat tulis tertentu. Dalam penelitian ini, pencatatan dilakukan dengan mengetik tuturan-tuturan data dengan laptop sehingga membentuk kartu data.

Proses pengumpulan data dapat diterangkan sebagai berikut. Peneliti menyaksikan acara “Hitam Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7. Kemudian, pada akhir acara peneliti mengambil gambar kalimat memotivasi yang ditampilkan di layar dengan menggunakan handycam. Selanjutnya, peneliti mencatat kalimat memotivasi yang telah diabadikan tersebut ke dalam laptop.

Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2014 hingga September 2014, dan bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menyimak dan menuliskan obyek penelitian yang berupa kalimat memotivasi.

1.7.2 Metode Analisis Data

Tahap kedua adalah analisis data. Untuk menjawab masalah pertama, digunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya berada di salam bahasa itu sendiri (bdk Sudaryanto 2015: 18). Teknik yang akan digunakan dalam menganalisis data adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah Teknik yang diterapkan dengan melihat pemarkah yang menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kostituen tertentu dan peranan pemarkah (marker) itu (bdk. Sudaryanto, 2015: 129).

Dalam penelitian ini, bila kalimat tanya akan menggunakan intonasi tanya 2 3 // 2 3 2 #. Apabila kalimat perintah menggunakan intonasi perintah 2 3 # atau jika diikuti partikel -lah pada P-nya maka akan memiliki bentuk 2 3 2 #. Kemudian, kalimat berita akan memiliki intonasi 2 3 // 2 3 1 # atau jika P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /ǝ/, seperti keras, cepat, kering, tepung dan bekerja 2 3 // 2 3 # (bdk. Ramlan, 2005: 27).

Berikut adalah contohnya.

(26)Jalan itu sangat gelap.

(27)Belajarlah mereka dengan tekun.

Kalimat berita di atas diberikan intonasi kalimat berita sebagai bentuk pembuktian seperti berikut.

(26a) Ja lan i tu sa ngat ge lap. 2 2 2 3 2 2 3 1#

ˇ

(27a) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ

Pada pembuktian selanjutnya kalimat berita (deklaratif) misalnya, akan dilihat pemarkah-pemarkah kalimat seperti adakah kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa atau tidak. Adapun kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan (bdk. Ramlan,

2005: 27).

Selain teknik baca markah, digunakan pula teknik perluas dalam pembuktian dalam kalimat memotivasi. Sudaryanto (2015: 43) menjelaskan teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan

ke kanan atau ke kiri, dan perluasan itu dengan menggunakan “unsur” tertentu.

Sebagai contoh, untuk memperhalus kalimat perintah (28) maka digunakan teknik perluas. Kalimat (28) diberi partikel -lah pada kata suruhnya untuk memperhalus perintah seperti pada (28a) di bawah ini.

(28) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya.

(28a) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya, selama itu ada, gunakanlah sebaik-baiknya.

Untuk menjawab masalah kedua, metode agih dengan teknik lanjutan baca markah dan parafrasal. Teknik ubah ujud parafrasal adalah teknik yang mengganti tuturan semula (yang ada pada data) menjadi tuturan yang biasa digunakan oleh penutur (bdk Sudaryanto, 2015: 14). Penerapan teknik pada uraian di atas dapat disimak pada contoh berikut.

tersebut dapat dibuktikan dengan uraian sebagai berikut. Pertama, tindak tutur memotivasi pada dasarnya adalah tindakkan untuk membuat orang melakukan sesuatu, sehingga tuturan memotivasi pada dasarnya adalah perintah atau suruhan. Pada contoh tuturan (29) modus kalimat yang digunakan adalah kalimat berita sebagai ganti kalimat suruh. Dengan demikian, tuturan (29) dapat digolongkan dalam tindak tutur tidak langsung.

Kedua, ketidakliteralan tuturan (29) dapat dikenali dari kata-kata yang menyusunnya. Tuturan (29) memotivasi penonton dengan menggunakan metafora pelangi sebagai ganti manusia, atau penontonnya. Dengan demikian tuturan (29) tidak mengutarakan maksud yang sebenarnya. Bila tuturan (29) diubah menjadi bentuk yang dimaksud, maka akan berbunyi demikian.

(29a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!

Dokumen terkait