• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modus kalimat dan jenis tindak tutur untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d. September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modus kalimat dan jenis tindak tutur untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d. September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kalbu, Bayang. 2016. “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun televisi Trans 7”. Skripsi. Program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian berjudul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Kedua, Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7.

Objek penelitian ini adalah modus kalimat dan tindak tutur yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk memotivasi penonton. Data dari penelitian ini berupa tuturan memotivasi yang bersumber dari acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Adapun penelitian ini dilakukan lewat tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.

Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2014, serta bulan Februari 2015 dengan menggunakan metode simak. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan beberapa teknik lanjutan berupa simak bebas libat cakap, rekam dan catat.

Tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode agih. Data yang telah terkumpul dianalisis lewat teknik baca markah, dan perluas. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.

Hasil penelitian tentang modus kalimat dan jenis tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di stasiun televisi Trans7 adalah sebagai berikut. Pertama modus kalimat memotivasi yang digunakan meliputi modus (i) berita, (ii) suruh, dan (iii) tanya. Kedua, jenis tindak tutur memotivasi yang digunakan mencakup tindak tutur (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, dan (iv) tidak langsung tidak literal.

(2)

ABSTRACT

Kalbu, Bayang. 2016. Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

The study entitled " Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7" has two goals. First, describe the mode used to motivate sentence in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. Second, describe the types of speech acts used to motivate in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7.

The object of this study is the mode sentences and speech acts used by "Hitam Putih" to motivate the audience. Data from this research is a motivating speech that comes from the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. The study was conducted in three stages, namely data collection, data analysis and presentation of data analysis.

The data collection phase conducted in July, August, and September 2014, and in February 2015 by using methods refer to. The basic technique used is the technique of tapping and some advanced techniques such as free refer capably involved, records and notes.

The second stage, the data were analyzed using methods agih. The collected data were analyzed through many reading techniques, and expand. The results of the data analysis are presented with formal and informal methods.

Results of research on “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” is as follows. The first mode is sentence mode motivate used include (i) berita, (ii) suruh, and (iii) tanya. Second, the type of speech acts motivating speech acts used include (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, and (iv) tidak langsung tidak literal.

(3)

MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR

UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”

EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015

DI STASIUN TELEVISI TRANS 7

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh Bayang Kalbu

114114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR

UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”

EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015

DI STASIUN TELEVISI

TRANS 7

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh Bayang Kalbu

114114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

AGUSTUS

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Syukur kepada Yang Mahatinggi atas berkat-Nya yang telah memberi dorongan

dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir. ini Tugas akhir

dengan judul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara

‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi

Trans 7” ditulis dalam rangka memenuhi syarat kelulusan dan perolehan gelar

akademik Sarjana Sastra Strata satu (S-1), diperguruan ilmu Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat dalam membantu menyusun

tugas akhir ini. Tanpa kehadiran, dukungan dan motivasi dari mereka, skripsi ini tidak

akan selesai. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar

membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

memberikan dorongan untuk terus maju kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu dosen Prodi Sastra Indonesia, S.E Peni Adji, S.S. selaku dosen

pembimbing akademik; Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.; Drs. B.

Rahmanto M.Hum.; Dr Yoseph Yapi Taum, M.Hum.; Dra. F. Tjandrasih, M.Hum.;

Drs. F.X. Santosa, M.S. yang telah menuangkan ilmu serta pengalamannya pada

penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu dan Bapak yang dengan penuh cinta dan kasih memberikan motivasi kepada

penulis.

(10)

buku-buku referensi.

7. Kekasih penulis, Yulia, yang memberikan dukungan dengan cinta.

8. Teman-teman UKM Tarung Drajat, dan teman-teman Prodi Sastra Indonesia,

khususnya Ludgerdius Beldi dan Yohanes Esnawan yang memberikan

kegembiraan dan dukungan di saat penulis merasa penat.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu,

penulis menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang diberikan, demi

perbaikan tugas akhir ini.

Awal September

Penulis

(11)

Hanya karena seseorang kehilangan arah, bukan berarti ia tersesat selamanya.

(Profesor dalam Film X-Men)

(12)
(13)

Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014

dan Februari 2015 di Stasiun televisi Trans 7”. Skripsi. Program studi

Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian berjudul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Kedua, Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7.

Objek penelitian ini adalah modus kalimat dan tindak tutur yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk memotivasi penonton. Data dari penelitian ini berupa tuturan memotivasi yang bersumber dari acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Adapun penelitian ini dilakukan lewat tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.

Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2014, serta bulan Februari 2015 dengan menggunakan metode simak. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan beberapa teknik lanjutan berupa simak bebas libat cakap, rekam dan catat.

Tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode agih. Data yang telah terkumpul dianalisis lewat teknik baca markah, dan perluas. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.

Hasil penelitian tentang modus kalimat dan jenis tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di stasiun televisi Trans7 adalah sebagai berikut. Pertama modus kalimat memotivasi yang digunakan meliputi modus (i) berita, (ii) suruh, dan (iii) tanya. Kedua, jenis tindak tutur memotivasi yang digunakan mencakup tindak tutur (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, dan (iv) tidak langsung tidak literal.

(14)

Kalbu, Bayang. 2016. Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

The study entitled " Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7" has two goals. First, describe the mode used to motivate sentence in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. Second, describe the types of speech acts used to motivate in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7.

The object of this study is the mode sentences and speech acts used by "Hitam Putih" to motivate the audience. Data from this research is a motivating speech that comes from the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. The study was conducted in three stages, namely data collection, data analysis and presentation of data analysis.

The data collection phase conducted in July, August, and September 2014, and in February 2015 by using methods refer to. The basic technique used is the technique of tapping and some advanced techniques such as free refer capably involved, records and notes.

The second stage, the data were analyzed using methods agih. The collected data were analyzed through many reading techniques, and expand. The results of the data analysis are presented with formal and informal methods.

Results of research on “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” is as follows. The first mode is sentence mode motivate used include (i) berita, (ii) suruh, and (iii) tanya. Second, the type of speech acts motivating speech acts used include (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, and (iv) tidak langsung tidak literal.

(15)

HALAMAN JUDUL ... i

1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 19

(16)

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ... 26

1.8 Sistematika Penyajian ... 27

BAB II MODUS KALIMAT MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 ... 29

2.1 Pengantar ... 29

2.2 Kalimat Berita (Deklaratif) ... 29

2.3 Kalimat Suruh (Imperatif) ... 31

2.4 Kalimat Tanya (Interogatif) ... 34

BAB III JENIS-JENIS TINDAK TUTUR MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 ... 36

3.1 Pengantar ... 36

3.2 Tindak Tutur Langsung Literal ... 36

3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ... 43

3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 45

3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ... 58

BAB IV PENUTUP ... 76

4.1 Kesimpulan ... 76

4.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Judul penelitian ini adalah “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk

Memotivasi dalam Acara ‘Hitam-Putih’ Episode Juli s.d. September 2014 dan

Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans7”. Kata memotivasi berasal dari bahasa

Inggris motivation. Kata motivation terdiri dari dua unsur yaitu motive yang

berarti ‘alasan’ dan action yang berarti ‘tindakan’, sehingga secara keseluruhan

kata ini dapat diartikan sebagai ‘alasan yang mendasari tindakan’. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasiberarti ‘dorongan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu.’

Kata motivasi berubah bentuk menjadi memotivasi karena mendapatkan

imbuhan meN-. Memotivasi dalam KBBI berarti ‘memberikan motivasi’. Dengan

kata lain memotivasi adalah ‘tindakan yang memberikan alasan kepada seseorang

untuk melakukan sesuatu’. Memotivasi memiliki fungsi dan tujuan memberikan

dorongan dan semangat kepada diri sendiri maupun orang lain. Tindakan yang

dilakukan untuk memotivasi biasanya berupa kata-kata atau kalimat yang mampu

(18)

Acaradalam KBBI berarti ‘kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau

diperlombakan; programa (televisi, radio, dsb)’. Adapun “Hitam Putih” adalah

salah satu program televisi yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans7. Acara

tersebut berisi bincang-bincang antara Deddy Corbuzer sebagai host dengan

orang-orang inspiratif yang diundang. Perbincangan yang ditampilkan akan

ditutup dengan tuturan memotivasi di akhir acara.

Tuturan memotivasi pada dasarnya adalah suruhan. Penutur

menyampaikan tuturannya agar mitra tutur melakukan apa yang diinginkan

penutur. Namun, pada kenyataannya tuturan untuk memotivasi yang disampaikan,

acara “Hitam Putih”, tidak selalu menggunakan modus kalimat perintah atau

suruhan. Berikut adalah tiga contoh tuturan memotivasi dalam acara

“Hitam-Putih”.

(1)Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli

2014)

(2)Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)

(3)Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Kamis, 3 Juli 2014)

Pada tiga contoh di atas dapat diamati adanya dua masalah. Pertama, apa

saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi? Contoh (1), (2) dan (3)

memiliki bentuk yang berbeda. Pada contoh (1) digunakan modus kalimat berita

(19)

pada contoh (3) digunakan modus kalimat tanya (interogatif).

Kedua, jenis tindak tutur apa yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk

memotivasi penonton? “Hitam Putih” tidak selalu menggunakan tuturan

memotivasi yang langsung dan literal. Tuturan yang digunakan bisa saja tidak

langsung dan tidak literal. Oleh sebab itu, masalah kedua yang akan diteliti dalam

skripsi ini adalah apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi

dalam acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7?

Pada contoh (1), digunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Pada

contoh (2) digunakan tindak tutur langsung literal. Adapun pada contoh (3)

digunakan tindak tutur tidak langsung literal.

Tuturan memotivasi dalam acara “Hitam Putih” dipilih sebagai topik

penelitian karena tiga alasan. Pertama, acara ini merupakan acara positif karena

bertujuan memotivasi penonton. Kedua, acara “Hitam Putih” berisi fenomena

penggunaan bahasa khususnya penggunaan modus dan tindak tutur memotivasi.

Ketiga, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai modus dan tindak tutur

memotivasi khususnya dalam acara “Hitam Putih”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam butir 1.1, dua masalah yang akan dibahas

(20)

1.2.1 Apa saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam acara

‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?

1.2.2 Apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam acara

‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk merumuskan karakteristik tuturan

yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi

Trans 7.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam

acara ‘Hitam-Putih’di stasiun televisi Trans 7.

1.3.2 Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam

acara ‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang modus kalimat dan tindak

tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” Trans7. Hasil penelitian tersebut

(21)

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini memberikan sumbangan pada bidang

sintaksis dan pragmatik. Dalam bidang sintaksis, penelitian ini menemukan

berbagai modus kalimat yang digunakan dalam acara “Hitam Putih” untuk

memotivasi penonton. Hasil penelitian itu memperlihatkan berbagai modus

kalimat dalam peristiwa komunikasi yang konkret, khususnya pada acara tersebut.

Adapun dalam bidang pragmatik, penelitian ini menemukan berbagai

jenis tindak tutur yang digunakan dalam mengutarakan maksud tuturan yang

dipakai oleh acara ‘Hitam-Putih’ yang tayang di stasiun televisi Trans 7. Hasil

penemuan penelitian ini memperluas pengetahuan akan jenis-jenis tindak tutur

yang digunakan dalam memotivasi, khususnya pada acara “Hitam Putih”.

Penelitian ini juga menemukan karakteristik tuturan yang digunakan

acara “Hitam Putih” untuk memotivasi penontonnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan contoh-contoh

konkret tindak tutur memotivasi. Berbagai variasi modus kalimat dan tindak tutur

tersebut dapat menjadi contoh nyata bagi pembaca untuk memotivasi orang lain.

(22)

atau menyinggung tentang topik penelitian ini, yaitu Dewi (2015), Panuntun

(2011), Haryanto (2012), Kurniasari (2011), Nugraha (2015), Puspitasari

(2012),Sembiring (2011), Tanis (2013), dan Kristiantoro (2012).

Topik tentang modus kalimat pernah dibahas oleh Angela Janice

Christian Dewi (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek Aspek Kebahasaan

dan Modus Kalimat dalam Wacana Iklan di Instagram”. Melalui skripsi ini Dewi

berusaha untuk menemukan jawaban atas persoalan berikut (a) apa saja

aspek-aspek kebahasaan dalam wacana iklan di Instagram dan (b) apa saja modus

kalimat dalam wacana iklan di Instagram?.

Penelitian tersebut menemukan jawaban sebagai berikut pertama,

terdapat aspek kebahasaan tidak formal, kosa kata dalam bahasa Inggris, kalimat

majemuk yang menyatakan penjumlahan, kalimat majemuk yang menyatakan

pertentangan, wacana cerita, dan aspek kebahasaan huruf kapital. Kedua, terdapat

tiga modus kalimat dalam wacana iklan di Instagram, yakni (i) kalimat berita, (ii)

kalimat tanya dan kalimat perintah, serta (iii) kalimat berita dan kalimat perintah.

Berikutnya adalah topik tentang tindak tutur. Tindak tutur pernah dibahas

oleh Panuntun (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur

dan Pola Kesantunan Dalam Novel “9 Matahari”: Suatu Tinjauan Pragmatik”.

Panuntun menjawab pertanyaan berikut (a) tindak tutur apa saja yang terdapat di

(23)

dalam novel “9 Matahari”?. Hasilnya adalah sebagai berikut pertama, terdapat dua

tindak tutur yang digunakan di dalam novel “9 Matahari” yakni tindak tutur

langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua, novel “9 Matahari”

memiliki enam pola maksim kesantunan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim

permufakatan dan maksim simpati.

Haryanto (2012) juga membahas tindak tutur di dalam skripsinya yang

berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial

Media Luar Ruangan di Yogyakarta”. Haryanto meneliti dan mencari jawaban atas

pertanyaan (a) jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan

iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) penanda-penanda

kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia

luar ruangan di Yogyakarta?

Haryanto mendapatkan hasil berikut. Pertama, terdapat tiga jenis tindak

tutur yang digunakan oleh iklan komersial luar ruangan di Yogyakarta yaitu,

tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur

tidak langsung tidak literal. Kedua, jenis-jenis penanda lingual yang menunjukkan

kesantunan sebuah iklan komersial yakni pemakaian diksi sebagai penanda tingkat

kesantunan, pemakaian modalitas, dan pemakaian gaya bahasa sebagai penanda

(24)

Kurniasari (2011) melalui skripsinya “Tindak Tutur Dalam Film

“Alangkah Lucunya (Negeri ini)” Karya Deddy Mizwar” juga membahas tentang

tindak tutur. Ia meneliti tentang (a) jenis tindak tutur apakah yang dipakai di

dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar? (b) Fungsi

tindak tutur apa sajakah yang digunakan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri

Ini) karya Deddy Mizwar?

Kurniasari mendapatkan hasil berikut pertama, terdapat tiga jenis tindak

tutur yang digunakan dalam film tersebut yakni tindak tutur langsung literal,

tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.

Kedua, ditemukan tujuh fungsi tindak tutur yakni fungsi informatif, fungsi

interaksional, fungsi komisif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi heuristik dan

fungsi imajinatif.

Nugraha (2015) juga menggunakan teori tindak tutur pada skripsinya

yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutut Mengkritik dalam 16 Lagu

Grup Musik ‘SLANK’”. Nugraha mencari jawab atas dua pertanyaan, a) apa

saja yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagu yang diteliti? b)

bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam 16 lirik lagu grup musik

SLANK yang diteliti?

Nugraha mendapatkan hasil sebagai berikut pertama, hal-hal yang

(25)

kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan

bebas, dan (v) terorisme. Kedua, berdasarkan hasil jawab pertanyaan pertama,

tindak tutur mengkritik dalam 16 lagu grup musik SLANK diwujudkan dalam

bentuk (i) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung

literal, (ii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung

tidak literal, (iii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara tidak

langsung literal, (iv) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara

tidak langsung tidak literal, (v) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan

secara langsung literal, (vi) tidak tututr mengkritik kerusakan lingkungan secara

langsung tidak literal, (vii) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan secara

tidak langsung literal, (viii) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung literal,

(ix) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung tidak literal, (x) tindak tutur

mengkritik korupsi secara tidak langsung literal, (xi) tindak tutur mengkritik

korupsi secara tidak langsung tidak literal, (xii) tindak tutur mengkritik prostitusi

dan pergaulan bebas secara langsung tidak literal, (xiii) tindak tutur mengkritik

prostitusi dan pergaulan bebas secara tidak langsung tidak literal, (xiv) tindak

tutur mengkritik terorisme secara langsung literal, dan (xv) tindak tutur

mengkritik terorisme secara langsung tidak literal.

Puspitasari (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Feminisme Tokoh

(26)

menjawab dua pertanyaan. Pertama, karakteristik apa saja yang dapat

menunjukkan feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan

tuturan dari keseluruhan tokoh novel? Kedua, tindak tutur apa saja yang dapat

menunjukkan karakteristik feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk

berdasarkan tindak tutur pragmatik?

Untuk pertanyaan pertama, Puspitasari menemukan bahwa ada tujuh

karakteristik feminisme yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu

(i) kekecewaan terhadap budaya ronggeng, (ii) pemaksaan terhadap perempuan,

(iii) perasaan keibuan seorang perempuan, (iv) peran perempuan dalam membela

keadilan, (v) pesimistis terhadap kemampuan diri, (vi) pemberontakan terhadap

hak-hak perempuan, dan (vii) kegagalan dalam memperjuangkan hak-hak

perempuan. Dan untuk pertanyaan kedua Puspitasari menemukan jawaban

bahwaada dua jenis tindak tutur yang dapat mengungkapkan feminisme, yaitu

tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal.

Pembahasan tentang tindak tutur yang lain juga dilakukan oleh

Sembiring (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk-bentuk Tindak Tutur

Imperatif dan Penanda Kesantunan Berbahasa Indonesia”. Dalam skripsi tersebut

Sembiring menjawab dua pertanyaan berikut. Pertama, bagaimanakah

bentuk-bentuk tindak tutur imperatif yang digunakan komunitas Suster SCMM

(27)

tutur imperatif yang digunakan di komunitas suster SCMM Pringwulung-

Yogyakarta?

Sembiring mendapat jawaban sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk

tindak tututr yang digunakan di komunitas SCMM Pringwulung-Yogyakarta

meliputi (i) tindak tutur imperatif langsung literal, (ii) tindak tutur Imperatif tidak

langsung literal, (iii) tindak tutur imperatif langsung tidak literal, dan (iv) tindak

tutur imperatif tidak langsung tidak literal. Kedua, faktor penanda kesantunan

berbahasa yang digunakan penanda kesantunan faktor kebahasaan dan

nonkebahasaan. Penanda kesantunan faktor kebahasaan meliputi (i) diksi, (ii) gaya

bahasa, (iii) penggunaan pranominal, (iv) penggunaan kata keterangan (modalitas),

dan (v) bentuk tuturan. Selanjutnya penanda kesantunan faktor kebahasaan dirinci

sebagai berikut (i) topik pembicaraan, (ii) budaya, dan (iii) konteks situasu

komunikasi.

Tanis (2013) dalam skripsinya yang berjudul”Jenis Tindak Tutur,

Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam

Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012” mengemukakan jawaban atas

pertayaan berikut. Pertama, jenis tindak tutur apa saja yang terdapat di dalam

tuturan calon gubernus dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para

(28)

tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur

Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar

nasional? Ketiga, jenis penanda lingual apa saja yang menunjukkan kesantunan

tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI

Jakarta dan pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional?

Tanis menemukan jawaban sebagai berikut. Pertama, terdapat empat jenis

tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur dan para

pendukung di dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dalam

beberapa surat kabar, yakni (i) konvivial dengan ilokusi ekspresif, direktif, dan

komisif; (ii) kolaboratif dengan ilokusi representatif; (iii) kompetitif dengan

ilokusi direktif; dan (iv) konfliktif dengan ilokusi ekspresif. Keempat jenis tindak

tutur dan berbagai ilokusi ini memiliki fungsi dan tujuan menyenangkan,

bekerjasama, berkompetisi dan bersaing dengan tujuan sosial.

Kedua, secara serentak jenis tindak tutur tersebut di atas mengindikasikan

tingkat kesantunan tuturan, yakni santun untuk tindak tutur konvival; netral utnuk

tindak tutur kolaboratif; tidak santun untuk tindak tutur kompetitif; dan lebih tidak

santun untuk tindak tutur konfliktif.

Ketiga, penanda kesantunan tuturan yang dapat ditemukan dari tuturan

gubernur, calon gubernur, dan para pendukung, yaitu (i) diksi atau pilihan kata, (ii)

(29)

Adapun pembahasan tentang modus dan tidak tutur dilakukan oleh

Kristiantoro (2012) di dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur

Berdasarkan Modus dan Maksud Kalimat Dalam Novel “Orang Miskin Dilarang

Sekolah””. Kristiantoro mencari jawaban atas pertanyaan jenis tindak tutur apa

sajakah yang terdapat dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”?

Kristiantoro menemukan delapan jenis tindak tutur yang digunakan,

yakni (a) tindak tutur langsung, (b) tindak tutur tidak langsung, (c) tindak tutur

literal, (d) tindak tutur tidak literal, (e) tindak tutur langsung literal, (f) tindak tutur

tidak langsung literal, (g) tindak tutur langsung tidak literal, (h) tindak tutur tidak

langsung tidak literal.

Dari hasil penelusuran kepustakaan tersebut, dapat dicatat beberapa hal

sebagai berikut. Pertama, kajian tentang modus kalimat yang dilakukan oleh Dewi

dan Kristiantoro masih terbatas pada iklan dan novel. Kedua, kajian tentang tindak

tutur yang dilakukan oleh Panuntun, Haryanto, Kurniasari, dan Kristiantoro

terbatas pada iklan, novel, dan film. Dengan demikian, penelitian tentang modus

kalimat dan tindak tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” trans7 ini layak

dilakukan.

1.6 Landasan Teori

(30)

tindak tutur. Berikut adalah teori yang diacu dalam penelitian.

1.6.1 Modus Kalimat

Yang dimaksud dengan modus kalimat adalah golongan kalimat yang

oleh Ramlan (2005: 26), berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi,

digolongkan menjadi tiga, yakni kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

1.6.1.1 Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang fungsinya untuk memberitahukan

sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa

perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya

perhatian (Ramlan, 2005: 27). Dengan kata lain kalimat berita digunakan oleh

penutur untuk menyampaikan informasi pada mitra tutur. Kalimat berita dapat

berbentuk sebagai berikut:

(4) Jalan itu sangat gelap.

(5) Belajarlah mereka dengan tekun.

Adapun kalimat berita dapat dipahami dari pola intonasi yang

dimilikinya. Pola intonasi kalimat berita disebut pola intonasi berita. Bentuk atau

pola intonasi tersebut dapat diformulasikan menjadi [2] 3 // [2] 3 1#. Berikut ini

(31)

(6) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ

Apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya

bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, dan kerja, maka akan

memiliki pola intonasi [2] 3 // [2] 3#. Contohnya:

ˇ

(7) Ja lan i tu su dah ge lap. 2 2 2 3 // 2 2 2 3#

ˇ

Jika kalimat berita yang susunan inversinya ialah P-nya di depan, diikuti

S maka akan memiliki pola intonasi [2] 3 2 // [2] 1 #. Contohnya:

ˇ (8) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 3 2 // 2 2 2 2 2 2 1# ˇ

1.6.1.2 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu

(Ramlan, 2005: 28). KBBI menerjemahkan kalimat tanya sebagai ‘kalimat yang

mengandung pola intonasi dan makna pertanyaan’. Berikut contohnya.

(9) Ahmad pergi?

(10) Anak-anak sudah bangun?

(32)

pola intonasinya. Ramlan (2005: 28) menjelaskan bahwa pola intonasi kalimat

tanya berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Bila pola intonasi kalimat

berita bernada akhir turun, maka pola intonasi tanya bernada akhir naik, di

samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada

suku terakhir pola intonasi berita (Ramlan, 2005: 28). Di bawah ini adalah pola

intonasi kalimat berita.

[2] 3 // [2] 3 2#

1.6.1.3 Kalimat Suruh

Ramlan (2005: 39) mengemukakan bahwa berdasarkan fungsinya dalam

hubungan situasi , kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan

dari orang yang diajak berbicara. Adapun pembagian kalimat suruh oleh Ramlan

menjadi empat, yaitu kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat

ajakan, dan kalimat larangan. Namun secara umum kalimat suruh memiliki pola

intonasi dasar [2] 3 #

ˇ

Kalimat suruh yang sebenarnya, selain menggunakan pola intonasi suruh,

juga apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal tetap,

hanya partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan

(33)

Kalimat persilahan ditandai dengan pola intonasi suruh dan penambahan

kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakan di awal kalimat (Ramlan, 2005:

42). Berikut adalah contoh kalimatnya.

(11) Si lah kan Ba pak du duk di si ni ! 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1# ˇ

Kalimat ajakan merupakan kalimat suruh yang tidak hanya melibatkan

satu pihak untuk melakukan sesuatu, artinya penutur dan mitra tutur akan

bergerak bersama-sama untuk melakukan apa yang penutur inginkan.

Ramlan (2005: 42) menerangkan bahwa kalimat ajakan sama halnya

dengan kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya

dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa

tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh

orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau

penuturnya. Dengan kata lain tindakan itu dilakukan oleh kita.

Selain itu, kalimat ajakan ditandai dengan adanya kata- kata ajakan

seperti ayo dan mari. Partike -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut hingga

menjadi ayolah dan marilah. contoh kalimat ajakan adalah sebagai berikut.

(12) Ma ri ki ta be rang kat se ka rang ! 2 3// 2 2 2 2 2 2 2 1 #

(34)

(13) Ma ri lah be la jar ke per pus ta ka an pu sat !

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat larangan ditandai

juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat (Ramlan, 2005: 43).

1.6.2 Jenis-Jenis Tindak Tutur

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan

(Yule, 1996: 82) . Tindak tutur itu menghasilkan sebuah peristiwa tutur. Peristiwa

tutur ialah suatu kegiatan yang di dalamnya para peserta berinteraksi dengan

bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai sesuatu (Yule, 1996: 99).

Wijana membagi tindak tutur menjadi empat, yakni tindak tutur langsung,

tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Bila

tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan

tindak tutur literal dan tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur

berikut ini (Wijana, 1996: 33).

(35)

1.6.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan

modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana,

1996: 33). Dengan demikian, maksud bertanya akan disampaikan dengan kalimat

tanya, maksud memberitakan akan disampaikan dengan kalimat berita, dan

maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah atau suruh. Berikut

contohnya.

(16) Orang itu sangat pandai (17) Buka mulutmu!

(18) Jam berapa sekarang?

Tuturan (16) s.d. (18) adalah tindak tutur langsung literal jika secara

berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan orang yang ditunjuk memang

sangat pandai, menyuruh lawan tutur membuka mulut, dan penutur menanyakan

pukul berapa saat itu. Dengan demikian, maksud memberitakan digunakan

kalimat berita (16) maksud menyuruh atau memerintah dengan kalimat perintah

atau suruh (17) dan maksud bertanya digunakan kalimat tanya (18).

1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

(36)

makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.

Dalam tuturan ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau

kalimat tanya (Wijana, 1996: 34). Berikut adalah contohnya.

(19)Lantainya kotor (20)Di mana handuknya?

Tuturan (19) bila disampaikan oleh seorang ibu rumah tangga kepada

pembantunya maka tidak hanya mengandung informasi pada pembantu tetapi juga

memiliki maksud memerintah agar pembantu segera membersihkan lantai yang

kotor tersebut. Demikian pula tuturan (20) yang bila memiliki konteks seorang

suami yang bertanya perihal handuk pada istrinya. Tuturan (20) tidak lagi menjadi

sebuah pertanyaan, melainkan sebuah perintah untuk mengambilkan handuk,

sehingga maksud memerintah diungkapkan dengan bertanya dan makna kata-kata

yang menyusunnya sama dengan maksud yang dikandungnya.

1.6.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan

dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang

menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya

(37)

(21) Suaramu bagus, kok

(22) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (21)

memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara itu dengan

kalimat (22) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini

anaknya, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan

(Wijana, 1996: 35).

1.6.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang

diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan

maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996: 36). Untuk menyuruh seorang

pembantu agar membersihkan lantai yang kotor misalnya, dapat saja dengan nada

tertentu mengutarakan kalimat (23). Demikian pula untuk menyuruh seorang

tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat

mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (24) dan (25) seperti berikut:

(23)Lantainya bersih sekali

(24)Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran

(25)Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?

(38)

tutur yang baik modus kalimat maupun maksud yang ingin disampaikannya tidak

sama.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) pengumpulan data,

(b) analisis data, dan (c) penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah modus dan tindak tutur dalam acara “Hitam

Putih” Trans 7. Objek tersebut berada dalam data berupa tuturan memotivasi. Data

dikumpulkan dengan metode simak, yaitu metode yang digunakan dengan

menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini dilakukan dengan cara si peneliti tidak

terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal-wicara; jadi, tidak ikut serta dalam

proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015: 204).

Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Setelah menyimak acara “Hitam

Putih” dan mengabadikannya dalam bentuk foto, peneliti mencatat data yang baru

saja difoto tersebut. Sudaryanto (2015: 206) menjelaskan bahwa teknik catat

dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai

(39)

menggunakan alat tulis tertentu. Dalam penelitian ini, pencatatan dilakukan

dengan mengetik tuturan-tuturan data dengan laptop sehingga membentuk kartu

data.

Proses pengumpulan data dapat diterangkan sebagai berikut. Peneliti

menyaksikan acara “Hitam Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7.

Kemudian, pada akhir acara peneliti mengambil gambar kalimat memotivasi yang

ditampilkan di layar dengan menggunakan handycam. Selanjutnya, peneliti

mencatat kalimat memotivasi yang telah diabadikan tersebut ke dalam laptop.

Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2014 hingga September 2014, dan

bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menyimak dan menuliskan

obyek penelitian yang berupa kalimat memotivasi.

1.7.2 Metode Analisis Data

Tahap kedua adalah analisis data. Untuk menjawab masalah pertama,

digunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya berada

di salam bahasa itu sendiri (bdk Sudaryanto 2015: 18). Teknik yang akan

digunakan dalam menganalisis data adalah teknik baca markah. Teknik baca

markah adalah Teknik yang diterapkan dengan melihat pemarkah yang

menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kostituen tertentu dan peranan

(40)

Dalam penelitian ini, bila kalimat tanya akan menggunakan intonasi

tanya 2 3 // 2 3 2 #. Apabila kalimat perintah menggunakan intonasi perintah 2 3 #

atau jika diikuti partikel -lah pada P-nya maka akan memiliki bentuk 2 3 2 #.

Kemudian, kalimat berita akan memiliki intonasi 2 3 // 2 3 1 # atau jika P-nya

terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /ǝ/, seperti keras,

cepat, kering, tepung dan bekerja 2 3 // 2 3 # (bdk. Ramlan, 2005: 27).

Berikut adalah contohnya.

(26)Jalan itu sangat gelap.

(27)Belajarlah mereka dengan tekun.

Kalimat berita di atas diberikan intonasi kalimat berita sebagai bentuk

pembuktian seperti berikut.

(26a) Ja lan i tu sa ngat ge lap. 2 2 2 3 2 2 3 1#

ˇ

(27a) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ

Pada pembuktian selanjutnya kalimat berita (deklaratif) misalnya, akan

dilihat pemarkah-pemarkah kalimat seperti adakah kata tanya seperti apa, siapa,

di mana, mengapa atau tidak. Adapun kata ajakan seperti mari, ayo, kata

(41)

2005: 27).

Selain teknik baca markah, digunakan pula teknik perluas dalam

pembuktian dalam kalimat memotivasi. Sudaryanto (2015: 43) menjelaskan

teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan

ke kanan atau ke kiri, dan perluasan itu dengan menggunakan “unsur” tertentu.

Sebagai contoh, untuk memperhalus kalimat perintah (28) maka digunakan teknik

perluas. Kalimat (28) diberi partikel -lah pada kata suruhnya untuk memperhalus

perintah seperti pada (28a) di bawah ini.

(28) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya.

(28a) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya, selama itu ada, gunakanlah sebaik-baiknya.

Untuk menjawab masalah kedua, metode agih dengan teknik lanjutan

baca markah dan parafrasal. Teknik ubah ujud parafrasal adalah teknik yang

mengganti tuturan semula (yang ada pada data) menjadi tuturan yang biasa

digunakan oleh penutur (bdk Sudaryanto, 2015: 14). Penerapan teknik pada uraian

di atas dapat disimak pada contoh berikut.

(42)

tersebut dapat dibuktikan dengan uraian sebagai berikut. Pertama, tindak tutur

memotivasi pada dasarnya adalah tindakkan untuk membuat orang melakukan

sesuatu, sehingga tuturan memotivasi pada dasarnya adalah perintah atau suruhan.

Pada contoh tuturan (29) modus kalimat yang digunakan adalah kalimat berita

sebagai ganti kalimat suruh. Dengan demikian, tuturan (29) dapat digolongkan

dalam tindak tutur tidak langsung.

Kedua, ketidakliteralan tuturan (29) dapat dikenali dari kata-kata yang

menyusunnya. Tuturan (29) memotivasi penonton dengan menggunakan metafora

pelangi sebagai ganti manusia, atau penontonnya. Dengan demikian tuturan (29)

tidak mengutarakan maksud yang sebenarnya. Bila tuturan (29) diubah menjadi

bentuk yang dimaksud, maka akan berbunyi demikian.

(29a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data dianalisis langkah berikutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis data. Hasil analisis data akan disajikan secara informal dan formal.

Metode penyajian informal adalah perumusan degan kata-kata biasa-walaupun

dengan terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah

perumusan dengan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara

(43)

diteliti. Adapun penyajian informal yang diterapkan dengan penggunaan bahasa

sehari-hari pada data yang telah terkumpul.

1.8 Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini dituangkan dalam empat bab. Bab I berisi

pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penyajian. Latar belakang akan berisi tentang alasan peneliti

memilih judul dan bahan yang diteliti. Rumusan masalah akan berisi rumusan

permasalahan yang akan dibahas. Tujuan penelitian akan menerangkan tentang

arah yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian akan berisi

manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka

mengulas dan melihat sekilas penelitian lain yang menggunakan obyek yang sama

atau metode dan teknik yang sama. Landasan teori berisi teori apa saja yang

akan digunakan oleh peneliti. Metode penelitian berisi metode yang akan

digunakan peneliti dalam penelitiannya. Sistematika penyajian akan menerangkan

struktur yang akan digunakan dalam menyajikan data.

Bab II menyajikan pembahasan rumusan masalah modus kalimat untuk

memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi trans7. Bab III membahas

(44)

acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans7. Berikutnya, Bab IV adalah penutup

(45)

BAB II

MODUS KALIMAT UNTUK MEMOTIVASI

PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7

2.1 Pengantar

Dari acara “Hitam-Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7 pada hari

Senin hingga Jumat selama bulan Juli s.d. September 2014 dan bulan Februari

2015, terkumpul 39 tuturan memotivasi. Dalam bab ini dibahas modus kalimat

untuk memotivasi .

Modus kalimat dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat suruh

(imperatife), dan kalimat tanya (interogatif). Berikut ini paparan tentang

penggunaan tiga modus tersebut.

2.2 Kalimat Berita (Deklaratif)

Dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7 selama bulan

Juli 2014 s.d. September 2014 dan Februari 2015 dijumpai 31 kalimat. Kalimat

deklaratif adalah kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada

orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian (Ramlan,

(46)

di bawah ini.

(30) Hanya ada dua kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan atau tidak dimulai. (Kamis, 24 Juli 2014)

(31) Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) (32) Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (Kamis, 31

sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramlan. Pertama, ketika diucapkan, pola

(47)

ke ter ba ta san.

Kedua, pada kalimat bermodus deklaratif tidak ada kata-kata tanya seperti

apa, siapa, di mana, mengapa atau kata kata ajakan seperti, mari, ayo, kata

persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan (Ramlan, 2005:

27). Ciri tersebut sudah terlihat secara jelas pada contoh (30) s.d (34).

2.3 Kalimat Suruh (Imperatif)

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan

tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Ramlan, 2005:

39). Beberapa contoh modus kalimat imperatif dalam tuturan memotivasi acara

Hitam-Putih Trans7 adalah sebagai berikut.

(35) Nikmati, Batasi, Imbangi ! (Jumat, 18 Juli 2014)

(36) Kembalikan Indonesia cinta damai ! (Selasa, 8 Juli 2014)

(37) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya ! (Jumat, 15 Agustus 2014)

(38) Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda ! (Rabu, 23 Juli 2014)

(48)

Bukti bahwa contoh (35) s.d (40) bermodus imperatif adalah sebagai berikut.

Pertama, intonasi yang digunakan ialah : [2] 3# atau [2] 3 2# jika diikuti partikel

(49)

Kedua, apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal itu

tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk untuk

menghaluskan perintah (Ramlan, 2005: 40). Dari data (35) s.d (40) untuk

memperhalus perintah dapat ditambahkan partikel lah seperti di bawah ini.

(35b) Nikmatilah, Batasilah, Imbangilah ! (36b) Kembalikanlah Indonesia cinta damai !

(37b) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakanlah sebaik-baiknya !

(38b) Janganlah takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda !

(39b) Janganlah mengutuk kekurangan kita, tapi cari kelebihan kita ! (40b)Tidak usah lah takut untuk melakukan kebenaran !

Ketiga, tidak adanya pemarkah meN- pada kata verbal intransitif, kecuali

apabila dipakai secara absolut, artinya kata verbal transitif itu tidak diikuti oleh

obyek (bdk Ramlan, 2005: 41).

Keempat, untuk memperhalus suruhan, di samping penambahan partikel lah,

kata tolong dapat dipakai di muka kata kerja yang benefaktif (Ramlan, 2005: 42).

Di bawah ini adalah kalimat (36), (37) dan (40) yang diperhalus dengan

menggunakan kata tolong.

(36c) Tolong kembalikan Indonesia cinta damai !

(37c) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, tolong gunakan sebaik-baiknya !

(50)

2.4 Kalimat Tanya (Interogatif)

Kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu (Ramlan,

2005: 28). Berikut adalah beberapa contoh tuturan memotivasi dengan modus

interogatif dalam tuturan memotivasi Hitam-Putih Tran7.

(41) Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Kamis, 3 Juli 2014)

(42) Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014)

Pembuktian (41) dan (42) bermodus tanya adalah sebagai berikut. Pertama,

pola intonasinya ialah [2] 3 // [2] 3 2# dan pola intonasi tanya tersebut

digambarkan dengan tanda tanya (Ramlan, 2005: 28).

(41a) Mam pu kah ki ta ber syu kur ke ti ka se mu a

Kedua, kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan (Ramlan,

(51)

ditanyakan itu di awal kalimat (Ramlan, 2005: 29).

Seperti yang telah diutarakan oleh Ramlan dalam teorinya, partikel kah dapat

ditambahkan pada bagian kelimat yang ditanyakan. Kalimat (41) dan (42)

mempertanyaka kemampuan atau kesanggupan (41) dan keberadaan atau

kehadiran sahabat. Kalimat (41) pun menunjukkan bahwa yang ditanyakan berada

diawal kalimat kalimat. Kalimat (42) menempatkan kalimat tanya di awal induk

(52)

BAB III

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN UNTUK

MEMOTIVASI

PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7

3.1 Pengantar

Wijana (1996: 33) menjelaskan bila tindak tutur langsung dan tidak

langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak

tutur tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur: (a) tindak tutur

langsung literal; (b) tindak tutur tidak langsung literal; (c) tindak tutur langsung

tidak literal; dan (d) tindak tutur tidak langsung tidak literal.

Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” di Trans7 dapat

diwujudkan lewat tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur (a) langsung literal, (b)

tidak langsung literal, (c) langsung tidak literal, dan (d) tidak langsung tidak literal.

Di bawah ini adalah contoh-contoh dan penjelasannya.

3.2 Tindak Tutur Langsung Literal

Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” Trans 7 yang dapat

(53)

(43)Kembalikan Indonesia cinta damai! (Selasa, 8 Juli 2014) (44)Nikmati, Batasi, Imbangi! (Jumat, 18 Juli 2014)

(45)Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya! (Jumat, 15 Agustus 2014)

(46)Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda! (Rabu, 23 Juli 2014)

(47)Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan kita! (Jumat, 25 Juli 2014)

(48)Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)

Tuturan (43), Kembalikan Indonesia cinta damai! ,dituturkan oleh Deddy

Corbuzier, yang mewakili acara “Hitam Putih”, kepada penonton dengan konteks

pada saat gejolak politik Pilpres 2014 sedang memanas. Hal ini terjadi karena

untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia calon presiden yang akan dipilih

hanya ada dua. Hal ini menimbulkan gejolak yang luar biasa di dalam masyarakat.

Masyarakat Indonesia kala itu, dapat dikatakan, pecah menjadi dua dan tidak

sedikit yang menjadi fanatik. Tidak hanya dalam sekala besar, perpecahan ini

terjadi juga dalam hidup rumah tangga antara anak dan orang tua.

Pada tuturan (43) terdapat kata kembalikan yang berasal dari kata dasar

kembali dan memperoleh sufiks -kan. Dalam KBBI kata kembaliberarti ‘balik ke

tempat atau ke keadaan semula’. Lalu kata kembali mendapat sufiks -kan menjadi

kembalikan yang kemudian dapat diartikan sebagai ‘permintaan atau permohonan

untuk mengembalikan’. Dengan demikian, kata kembalikan pada tuturan (43)

memiliki maksud menyuruh. Tuturan menyuruh ini berupa permintaan untuk

(54)

adalah tindak tutur langsung.

Keliteralan tuturan (43) dapat kita simak dari konteksnya, yakni

dituturkan pada saat gejolak Pilpres sedang berlangsung. Keadaan menjadi gaduh

dan tidak tenang. Gejolak ini juga membuat kehidupan rakyat Indonesia menjadi

tidak damai. Dari konteks tersebut maka tuturan (43) dikemukakan dengan

menggunakan maksud sebenarnya akan keinginan, permohonan, permintaan dan

suruhan agar Indonesia kembali dalam situasi yang mencintai damai. Dengan

demikian terbukti bahwa tuturan (43) adalah literal.

Tuturan (44) yang berbunyi Nikmati, Batasi, Imbangi! termasuk dalam

tindak tutur langsung literal karena alasan berikut. Pertama, tuturan disampaikan

oleh Deddy Corbuzier selaku host dan yang memimpin acara “Hitam Putih”,

kemudian letak kelangsungan pada tuturan tersebut terletak pada kata Nikmat,

Batas, dan Imbang yang mendapat sufiks -i yang kemudian mengubah makna kata

menjadi kalimat perintah atau suruh.

Nikmatdalam KBBI diartikan sebagai ‘enak; lezat’. Selain itu kata batas

KBBI mengartikannya sebagai ‘garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu

bidang (ruang; daerah, dsb)’. Adapun imbang yang oleh KBBI diartikan sebagai

‘setimbang; sebanding; sama (berat, derajat, ukuran dsb)’. Kata-kata tersebut

kemudian mendapat sufiks -i yang mengubah arti dasarnya menjadi sebuah

(55)

batasi yang berarti ‘memberi garis yang menjadi perhinggan’. Adapun kata

imbang yang menjadi imbangi yang berarti ‘membuat menjadi setimbang atau

sama’.

Bila dikaitkan dengan kontek “Hitam Putih” yang mengangkat tema pola

hidup sehat, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan memotivasi (44) merupakan

tindak tutur langsung. Tuturan (44) menyuruh penontonnya secara langsung untuk

‘mengenakkan’ hidupnya; ‘memberi batas’ pada hidupnya; dan

‘menyeimbangkan’ pola hidupnya, agar lebih sehat.

Letak keliteralan tuturan (44) adalah keselarasan antara konteks yang ada

pada acara dengan tuturan yang disampaikan. Tuturan memotivasi yang diberikan

kepada penonton agar mau menikmati, membatasi, dan mengimbangi pola

hidupnya memiliki keterikatan dengan konteks yang mengangkat tema pola hidup

sehat. Pola hidup sehat yang diangkat adalah mau menikmati kehidupan yang

diberikan, membatasi pola makan yang berlebih dan mengimbangi aktivitas yang

padat dengan olah raga dan mengonsumsi makanan bernutrisi. Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan (44) adalah literal.

Tuturan (45), Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama

itu ada, gunakan sebaik-baiknya!, dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada

(56)

mengangkat tema ‘Modern Mom’ dan menghadirkan aktris, Astrid Tiar dan Vega

beserta anak mereka yang bernama Annabel dan Razqa.

Letak kelangsungan tuturan (45) adalah modusnya yang imperatif.

Modus imperatif ini dapat kita amati dari tuturannya yang menggunakan kata

gunakan. Kata gunakan berasal dari kata dasar guna dan mendapatkan sufiks -kan.

Kata guna dalam KBBI berarti ‘1. faedah; manfaat dan 2. Fungsi’. Kata ini

kemudian mendapat sufiks -kan sehingga dapat diartikan sebagai ‘memanfaatkan

atau memfungsikan’. Dalam peletakkannya pada tuturan (45) di atas maka kata

gunakan berarti suruhan untuk memfungsikan atau memanfaatkan. Dengan

demikian tuturan di atas adalah tindak tutur langsung, karena menggunakan

kalimat imperatif sebagai modusnya.

Keliteralan tuturan (45) terdapat pada keterikatan antara konteks dan tuturan

memotivasi yang disampaikan. Maksud untuk menggunakan kedekatan yang tidak

berlangsung selamanya pada tuturan (45) memiliki kesamaan dengan konteksnya.

Dengan demikian tuturan (45) adalah literal.

Tuturan (46) berbunyi, Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan

anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda!, termasuk

dalam tindak tutur langsung literal. Letak kelangsungan tuturan (46) dapat

dipahami dari frasa jangan takut dan takutlah.

(57)

(Ramlan, 2005: 43). Dengan demikian frasa jangan takut memiliki arti ‘larangan

untuk takut’. Adapun kata takut yang mendapat sufiks -lah menjadi takutlah yang

membuat arti ajakan untuk ‘menjadi takut’. Dengan demikian tuturan ini

menggunakan modus kalimat suruh yang sekaligus berarti tuturan (46) adalah

langsung.

Tema “Hitam Putih” pada saat tuturan disampaikan adalah anak dan

orang tua. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang dan apa yang orang tua

lakukan untuk mendukung anaknya dalam bertumbuh. Dengan konteks tersebut,

larangan agar tidak takut pada anak yang tidak mendengarkan dan lebih takut

pada anak yang suka meniru orang tuanya, membuktikan bahwa tuturan (46)

adalah literal.

Tuturan (47), jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan

kita!, digolongkan dalam tindak tutur langsung literal dengan penjelasan sebagai

berikut. Pertama, letak kelangsungan tuturan (47) adalah penggunaan modus

kalimat suruh sebagai tuturan memotivasinya. Kalimat suruh yang digunakan

adalah larangan yang ditandai dengan kata jangan. Serta penggunaan kata ajakan

carilah pada induk kalimat.

Kedua, keliteralan tuturan (47) dapat dibuktikan dari keterkaitannya

(58)

kelebihan. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan (47) adalah literal.

Tuturan (48), Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran!,

dikemukakan oleh anggota polisi wanita dari Kepolisian Republik Indonesia yang

diundang dalam acara “Hitam Putih” dalam rangka hari ulang tahun ke-68 Polri.

Tuturan ini menjadi langsung karena menggunakan modus kalimat perintah yang

ditandai dengan frasa tidak usah.

Dalam KBBI, kata tidakadalah ‘partikel untuk menyatakan pengingkaran,

penolakan, penyangkalan, dsb’. Kemudian pada kata usah, KBBI mengartikannya

sebagai ‘perlu’. oleh karena itu frasa tidak usah dapat diterjemahkan sebagai tidak

perlu atau dapat bersinonim dengan kata larangan jangan. Dengan demikian

tuturan (48) bermodus imperatif dan dituturkan secara langsung.

Keliteralan tuturan (48) dapat kita amati dari konteksnya. Tuturan (48)

disampaikan oleh anggota Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka ulang

tahun Polri ke-68 dengan maksud untuk menghimbau masyarakat untuk tidak

takut melakukan kebenaran.

KBBI menjelaskan Polisi sebagai ‘badan pemerintah yang bertugas

memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar

undang-undang dsb)’. Tugas dan wewenang Kepolisian juga tertuang dalam

undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002, bab 3 pasal 13, a,b dan c.

(59)

masyarakat, (b) menegakkan hukum, dan (c) memelihara perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Jika dilihat dari konteks siapa penutur, apa tugas penutur, dan dalam

rangka apa tuturan disampaikan, maka tuturan (48) disampaikan dengan maksud

yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan (48) adalah literal.

3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang modus

kalimat tuturannya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, sementara

makna kalimatnya tidak sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Berikut

adalah tindak tutur langsung tidak literal yang terdapat pada “Hitam Putih”.

(49)Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. (Kamis, 26 Februari 2015)

Tuturan (49) dituturkan oleh Kak Seto kepada penonton pada saat diundang ke

acara “Hitam Putih” sebagai seorang pendongeng 90-an sekaligus sebagai Ketua

Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2014. “Hitam Putih” menghadirkan Kak

Seto bersama boneka ventriloquist-nya yang bernama Si Komo. Juga hadir Ria

Enes dan boneka ventriloquist-nya yang bernama Susan. Mereka dihadirkan untuk

(60)

dongeng yang mendidik.

Dari konteks di atas dapat kita teliti tentang kelangsungan dan keliteralan

tuturan sebagai berikut. Tuturan (49) adalah langsung karena menggunakan

modus kalimat imperatif. Modus imperatif dapat dilihat dari kata harus yang

terdapat dalam tuturan memotivasinya. Kata harus dalam KBBI diartikan sebagai

‘patut; wajib; mesti (tidak boleh tidak)’. Bila dikaitkan dengan konteks bahwa

yang menyampaikannya adalah orang yang memiliki otoritas akan perlindungan

anak, maka kata harus dalam tuturan (49) adalah bermaksud memerintah untuk

mewajibkan orang mendengarkan suara anak. Dengan demikian terbukti bahwa

tuturan (49) adalah tindak tutur langsung.

Letak ketidakliteralan tuturan (49) adalah penggunaan frasa suara anak,

suara rakyat dan suara Tuhan dalam tuturannya. Suara dalam KBBI berarti

‘bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia(seperti pada waktu bercakap-cakap,

menyanyi, tertawa, dan menangis)’. Anak dalam KBBI memiliki arti ‘generasi

kedua atau keturunan pertama’. Adapun rakyat yang diartikan oleh KBBI sebagai

‘penduduk suatu negara’. Namun sesungguhnya dalam tuturan (49) suara yang

dimaksud adalah ‘pendapat’. Dengan demikian makna tuturan (49) tidak sesuai

dengan maksudnya. Terbukti bahwa tuturan (49) termasuk dalam tindak tutur

tidak literal.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kepada Kristus, Gereja menghadapi mereka yang mengambil bahagian dalam hidupnya dengan cara yang tidak lengkap dengan penuh kasih sayang dan menyedari bahawa rahmat Allah

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,53; signifikansi (p) sebesar 0,00 (p < 0,01) yang artinya terdapat hubungan positif

Terjadinya perbedaan bermakna ( p <0,05) pada kelompok dan juga pada indikator kesadaran diri, pengaturan diri, empati dan keterampilan sosial pada kelompok intervensi terhadap

sebagai Bides Matang Cengai Kota Langsa, pada tahun 2006 saya lulus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan di tempatkan pada Puskesmas Langsa Timur, kemudian pada tahun

119 Josua Hapiktoran Sihite Laki-laki 2016 Diploma/D3 Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan Teknik Mekanika Teknik Mesin 120 Kaisar Fabhila Primaghani Laki-laki 2017

( Nemipterus nematophorus ). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan.. Ingredient and Formulation technology for surimi- based product. New York : Marcell Dekker. Linden,

2.5 Membuat Aplikasi Database dengan Menggunakan Visual Basic dan MySQL

Sampel terbaik ditunjukan oleh sampel 207 (dengan proses steam 6 menit ) yang memiliki umur simpan terbaik yaitu selama 24 jam.. Kemudian dari hasil organoleptik sampel yang