ABSTRAK
Kalbu, Bayang. 2016. “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun televisi Trans 7”. Skripsi. Program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian berjudul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Kedua, Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7.
Objek penelitian ini adalah modus kalimat dan tindak tutur yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk memotivasi penonton. Data dari penelitian ini berupa tuturan memotivasi yang bersumber dari acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Adapun penelitian ini dilakukan lewat tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.
Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2014, serta bulan Februari 2015 dengan menggunakan metode simak. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan beberapa teknik lanjutan berupa simak bebas libat cakap, rekam dan catat.
Tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode agih. Data yang telah terkumpul dianalisis lewat teknik baca markah, dan perluas. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.
Hasil penelitian tentang modus kalimat dan jenis tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di stasiun televisi Trans7 adalah sebagai berikut. Pertama modus kalimat memotivasi yang digunakan meliputi modus (i) berita, (ii) suruh, dan (iii) tanya. Kedua, jenis tindak tutur memotivasi yang digunakan mencakup tindak tutur (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, dan (iv) tidak langsung tidak literal.
ABSTRACT
Kalbu, Bayang. 2016. Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.
The study entitled " Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7" has two goals. First, describe the mode used to motivate sentence in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. Second, describe the types of speech acts used to motivate in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7.
The object of this study is the mode sentences and speech acts used by "Hitam Putih" to motivate the audience. Data from this research is a motivating speech that comes from the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. The study was conducted in three stages, namely data collection, data analysis and presentation of data analysis.
The data collection phase conducted in July, August, and September 2014, and in February 2015 by using methods refer to. The basic technique used is the technique of tapping and some advanced techniques such as free refer capably involved, records and notes.
The second stage, the data were analyzed using methods agih. The collected data were analyzed through many reading techniques, and expand. The results of the data analysis are presented with formal and informal methods.
Results of research on “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” is as follows. The first mode is sentence mode motivate used include (i) berita, (ii) suruh, and (iii) tanya. Second, the type of speech acts motivating speech acts used include (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, and (iv) tidak langsung tidak literal.
MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR
UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”
EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015
DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Oleh Bayang Kalbu
114114014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MODUS KALIMAT DAN JENIS TINDAK TUTUR
UNTUK MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH”
EPISODE JULI S.D. SEPTEMBER 2014 DAN FEBRUARI 2015
DI STASIUN TELEVISI
TRANS 7
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Oleh Bayang Kalbu
114114014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
AGUSTUS
Syukur kepada Yang Mahatinggi atas berkat-Nya yang telah memberi dorongan
dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir. ini Tugas akhir
dengan judul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara
‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi
Trans 7” ditulis dalam rangka memenuhi syarat kelulusan dan perolehan gelar
akademik Sarjana Sastra Strata satu (S-1), diperguruan ilmu Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang terlibat dalam membantu menyusun
tugas akhir ini. Tanpa kehadiran, dukungan dan motivasi dari mereka, skripsi ini tidak
akan selesai. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
memberikan dorongan untuk terus maju kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu dosen Prodi Sastra Indonesia, S.E Peni Adji, S.S. selaku dosen
pembimbing akademik; Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.; Drs. B.
Rahmanto M.Hum.; Dr Yoseph Yapi Taum, M.Hum.; Dra. F. Tjandrasih, M.Hum.;
Drs. F.X. Santosa, M.S. yang telah menuangkan ilmu serta pengalamannya pada
penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu dan Bapak yang dengan penuh cinta dan kasih memberikan motivasi kepada
penulis.
buku-buku referensi.
7. Kekasih penulis, Yulia, yang memberikan dukungan dengan cinta.
8. Teman-teman UKM Tarung Drajat, dan teman-teman Prodi Sastra Indonesia,
khususnya Ludgerdius Beldi dan Yohanes Esnawan yang memberikan
kegembiraan dan dukungan di saat penulis merasa penat.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu,
penulis menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang diberikan, demi
perbaikan tugas akhir ini.
Awal September
Penulis
Hanya karena seseorang kehilangan arah, bukan berarti ia tersesat selamanya.
(Profesor dalam Film X-Men)
Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014
dan Februari 2015 di Stasiun televisi Trans 7”. Skripsi. Program studi
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian berjudul “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” ini memiliki dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Kedua, Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7.
Objek penelitian ini adalah modus kalimat dan tindak tutur yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk memotivasi penonton. Data dari penelitian ini berupa tuturan memotivasi yang bersumber dari acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7. Adapun penelitian ini dilakukan lewat tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.
Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli, Agustus, dan September 2014, serta bulan Februari 2015 dengan menggunakan metode simak. Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan beberapa teknik lanjutan berupa simak bebas libat cakap, rekam dan catat.
Tahap kedua, data dianalisis dengan menggunakan metode agih. Data yang telah terkumpul dianalisis lewat teknik baca markah, dan perluas. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.
Hasil penelitian tentang modus kalimat dan jenis tindak tutur memotivasi pada acara “Hitam Putih” episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di stasiun televisi Trans7 adalah sebagai berikut. Pertama modus kalimat memotivasi yang digunakan meliputi modus (i) berita, (ii) suruh, dan (iii) tanya. Kedua, jenis tindak tutur memotivasi yang digunakan mencakup tindak tutur (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, dan (iv) tidak langsung tidak literal.
Kalbu, Bayang. 2016. Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7. Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.
The study entitled " Sentence mode and type for Motivating Speech Acts in the event of " Hitam Putih" Episode July to September 2014 and February 2015 in Television Trans 7" has two goals. First, describe the mode used to motivate sentence in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. Second, describe the types of speech acts used to motivate in the "Hitam Putih" at the television station Trans 7.
The object of this study is the mode sentences and speech acts used by "Hitam Putih" to motivate the audience. Data from this research is a motivating speech that comes from the "Hitam Putih" at the television station Trans 7. The study was conducted in three stages, namely data collection, data analysis and presentation of data analysis.
The data collection phase conducted in July, August, and September 2014, and in February 2015 by using methods refer to. The basic technique used is the technique of tapping and some advanced techniques such as free refer capably involved, records and notes.
The second stage, the data were analyzed using methods agih. The collected data were analyzed through many reading techniques, and expand. The results of the data analysis are presented with formal and informal methods.
Results of research on “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk Memotivasi pada Acara ‘Hitam Putih’ Episode Juli s.d September 2014 dan Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans 7” is as follows. The first mode is sentence mode motivate used include (i) berita, (ii) suruh, and (iii) tanya. Second, the type of speech acts motivating speech acts used include (i) langsung literal, (ii) langsung tidak literal, (iii) tidak langsung literal, and (iv) tidak langsung tidak literal.
HALAMAN JUDUL ... i
1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 19
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ... 26
1.8 Sistematika Penyajian ... 27
BAB II MODUS KALIMAT MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 ... 29
2.1 Pengantar ... 29
2.2 Kalimat Berita (Deklaratif) ... 29
2.3 Kalimat Suruh (Imperatif) ... 31
2.4 Kalimat Tanya (Interogatif) ... 34
BAB III JENIS-JENIS TINDAK TUTUR MEMOTIVASI PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7 ... 36
3.1 Pengantar ... 36
3.2 Tindak Tutur Langsung Literal ... 36
3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ... 43
3.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 45
3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ... 58
BAB IV PENUTUP ... 76
4.1 Kesimpulan ... 76
4.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Judul penelitian ini adalah “Modus Kalimat dan Jenis Tindak Tutur untuk
Memotivasi dalam Acara ‘Hitam-Putih’ Episode Juli s.d. September 2014 dan
Februari 2015 di Stasiun Televisi Trans7”. Kata memotivasi berasal dari bahasa
Inggris motivation. Kata motivation terdiri dari dua unsur yaitu motive yang
berarti ‘alasan’ dan action yang berarti ‘tindakan’, sehingga secara keseluruhan
kata ini dapat diartikan sebagai ‘alasan yang mendasari tindakan’. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasiberarti ‘dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.’
Kata motivasi berubah bentuk menjadi memotivasi karena mendapatkan
imbuhan meN-. Memotivasi dalam KBBI berarti ‘memberikan motivasi’. Dengan
kata lain memotivasi adalah ‘tindakan yang memberikan alasan kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu’. Memotivasi memiliki fungsi dan tujuan memberikan
dorongan dan semangat kepada diri sendiri maupun orang lain. Tindakan yang
dilakukan untuk memotivasi biasanya berupa kata-kata atau kalimat yang mampu
Acaradalam KBBI berarti ‘kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau
diperlombakan; programa (televisi, radio, dsb)’. Adapun “Hitam Putih” adalah
salah satu program televisi yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans7. Acara
tersebut berisi bincang-bincang antara Deddy Corbuzer sebagai host dengan
orang-orang inspiratif yang diundang. Perbincangan yang ditampilkan akan
ditutup dengan tuturan memotivasi di akhir acara.
Tuturan memotivasi pada dasarnya adalah suruhan. Penutur
menyampaikan tuturannya agar mitra tutur melakukan apa yang diinginkan
penutur. Namun, pada kenyataannya tuturan untuk memotivasi yang disampaikan,
acara “Hitam Putih”, tidak selalu menggunakan modus kalimat perintah atau
suruhan. Berikut adalah tiga contoh tuturan memotivasi dalam acara
“Hitam-Putih”.
(1)Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli
2014)
(2)Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)
(3)Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Kamis, 3 Juli 2014)
Pada tiga contoh di atas dapat diamati adanya dua masalah. Pertama, apa
saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi? Contoh (1), (2) dan (3)
memiliki bentuk yang berbeda. Pada contoh (1) digunakan modus kalimat berita
pada contoh (3) digunakan modus kalimat tanya (interogatif).
Kedua, jenis tindak tutur apa yang digunakan oleh “Hitam Putih” untuk
memotivasi penonton? “Hitam Putih” tidak selalu menggunakan tuturan
memotivasi yang langsung dan literal. Tuturan yang digunakan bisa saja tidak
langsung dan tidak literal. Oleh sebab itu, masalah kedua yang akan diteliti dalam
skripsi ini adalah apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi
dalam acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans 7?
Pada contoh (1), digunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Pada
contoh (2) digunakan tindak tutur langsung literal. Adapun pada contoh (3)
digunakan tindak tutur tidak langsung literal.
Tuturan memotivasi dalam acara “Hitam Putih” dipilih sebagai topik
penelitian karena tiga alasan. Pertama, acara ini merupakan acara positif karena
bertujuan memotivasi penonton. Kedua, acara “Hitam Putih” berisi fenomena
penggunaan bahasa khususnya penggunaan modus dan tindak tutur memotivasi.
Ketiga, hingga saat ini belum ada penelitian mengenai modus dan tindak tutur
memotivasi khususnya dalam acara “Hitam Putih”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam butir 1.1, dua masalah yang akan dibahas
1.2.1 Apa saja modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam acara
‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?
1.2.2 Apa saja jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam acara
‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk merumuskan karakteristik tuturan
yang digunakan untuk memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi
Trans 7.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan modus kalimat yang digunakan untuk memotivasi dalam
acara ‘Hitam-Putih’di stasiun televisi Trans 7.
1.3.2 Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan untuk memotivasi dalam
acara ‘Hitam-Putih’ di stasiun televisi Trans 7.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang modus kalimat dan tindak
tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” Trans7. Hasil penelitian tersebut
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini memberikan sumbangan pada bidang
sintaksis dan pragmatik. Dalam bidang sintaksis, penelitian ini menemukan
berbagai modus kalimat yang digunakan dalam acara “Hitam Putih” untuk
memotivasi penonton. Hasil penelitian itu memperlihatkan berbagai modus
kalimat dalam peristiwa komunikasi yang konkret, khususnya pada acara tersebut.
Adapun dalam bidang pragmatik, penelitian ini menemukan berbagai
jenis tindak tutur yang digunakan dalam mengutarakan maksud tuturan yang
dipakai oleh acara ‘Hitam-Putih’ yang tayang di stasiun televisi Trans 7. Hasil
penemuan penelitian ini memperluas pengetahuan akan jenis-jenis tindak tutur
yang digunakan dalam memotivasi, khususnya pada acara “Hitam Putih”.
Penelitian ini juga menemukan karakteristik tuturan yang digunakan
acara “Hitam Putih” untuk memotivasi penontonnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan contoh-contoh
konkret tindak tutur memotivasi. Berbagai variasi modus kalimat dan tindak tutur
tersebut dapat menjadi contoh nyata bagi pembaca untuk memotivasi orang lain.
atau menyinggung tentang topik penelitian ini, yaitu Dewi (2015), Panuntun
(2011), Haryanto (2012), Kurniasari (2011), Nugraha (2015), Puspitasari
(2012),Sembiring (2011), Tanis (2013), dan Kristiantoro (2012).
Topik tentang modus kalimat pernah dibahas oleh Angela Janice
Christian Dewi (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek Aspek Kebahasaan
dan Modus Kalimat dalam Wacana Iklan di Instagram”. Melalui skripsi ini Dewi
berusaha untuk menemukan jawaban atas persoalan berikut (a) apa saja
aspek-aspek kebahasaan dalam wacana iklan di Instagram dan (b) apa saja modus
kalimat dalam wacana iklan di Instagram?.
Penelitian tersebut menemukan jawaban sebagai berikut pertama,
terdapat aspek kebahasaan tidak formal, kosa kata dalam bahasa Inggris, kalimat
majemuk yang menyatakan penjumlahan, kalimat majemuk yang menyatakan
pertentangan, wacana cerita, dan aspek kebahasaan huruf kapital. Kedua, terdapat
tiga modus kalimat dalam wacana iklan di Instagram, yakni (i) kalimat berita, (ii)
kalimat tanya dan kalimat perintah, serta (iii) kalimat berita dan kalimat perintah.
Berikutnya adalah topik tentang tindak tutur. Tindak tutur pernah dibahas
oleh Panuntun (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur
dan Pola Kesantunan Dalam Novel “9 Matahari”: Suatu Tinjauan Pragmatik”.
Panuntun menjawab pertanyaan berikut (a) tindak tutur apa saja yang terdapat di
dalam novel “9 Matahari”?. Hasilnya adalah sebagai berikut pertama, terdapat dua
tindak tutur yang digunakan di dalam novel “9 Matahari” yakni tindak tutur
langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Kedua, novel “9 Matahari”
memiliki enam pola maksim kesantunan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim
permufakatan dan maksim simpati.
Haryanto (2012) juga membahas tindak tutur di dalam skripsinya yang
berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial
Media Luar Ruangan di Yogyakarta”. Haryanto meneliti dan mencari jawaban atas
pertanyaan (a) jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan
iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta? dan (b) penanda-penanda
kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan komersial bermedia
luar ruangan di Yogyakarta?
Haryanto mendapatkan hasil berikut. Pertama, terdapat tiga jenis tindak
tutur yang digunakan oleh iklan komersial luar ruangan di Yogyakarta yaitu,
tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur
tidak langsung tidak literal. Kedua, jenis-jenis penanda lingual yang menunjukkan
kesantunan sebuah iklan komersial yakni pemakaian diksi sebagai penanda tingkat
kesantunan, pemakaian modalitas, dan pemakaian gaya bahasa sebagai penanda
Kurniasari (2011) melalui skripsinya “Tindak Tutur Dalam Film
“Alangkah Lucunya (Negeri ini)” Karya Deddy Mizwar” juga membahas tentang
tindak tutur. Ia meneliti tentang (a) jenis tindak tutur apakah yang dipakai di
dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar? (b) Fungsi
tindak tutur apa sajakah yang digunakan dalam film Alangkah Lucunya (Negeri
Ini) karya Deddy Mizwar?
Kurniasari mendapatkan hasil berikut pertama, terdapat tiga jenis tindak
tutur yang digunakan dalam film tersebut yakni tindak tutur langsung literal,
tindak tutur tidak langsung literal dan tindak tutur tidak langsung tidak literal.
Kedua, ditemukan tujuh fungsi tindak tutur yakni fungsi informatif, fungsi
interaksional, fungsi komisif, fungsi direktif, fungsi ekspresif, fungsi heuristik dan
fungsi imajinatif.
Nugraha (2015) juga menggunakan teori tindak tutur pada skripsinya
yang berjudul “Hal-hal yang Dikritik dan Tindak Tutut Mengkritik dalam 16 Lagu
Grup Musik ‘SLANK’”. Nugraha mencari jawab atas dua pertanyaan, a) apa
saja yang dikritik oleh grup musik SLANK dalam 16 lirik lagu yang diteliti? b)
bagaimana tindak tutur mengkritik diwujudkan dalam 16 lirik lagu grup musik
SLANK yang diteliti?
Nugraha mendapatkan hasil sebagai berikut pertama, hal-hal yang
kriminalitas, (ii) kerusakan lingkungan, (iii) korupsi, (iv) prostitusi dan pergaulan
bebas, dan (v) terorisme. Kedua, berdasarkan hasil jawab pertanyaan pertama,
tindak tutur mengkritik dalam 16 lagu grup musik SLANK diwujudkan dalam
bentuk (i) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung
literal, (ii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara langsung
tidak literal, (iii) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara tidak
langsung literal, (iv) tindak tutur mengkritik kekerasan dan kriminalitas secara
tidak langsung tidak literal, (v) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan
secara langsung literal, (vi) tidak tututr mengkritik kerusakan lingkungan secara
langsung tidak literal, (vii) tindak tutur mengkritik kerusakan lingkungan secara
tidak langsung literal, (viii) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung literal,
(ix) tindak tutur mengkritik korupsi secara langsung tidak literal, (x) tindak tutur
mengkritik korupsi secara tidak langsung literal, (xi) tindak tutur mengkritik
korupsi secara tidak langsung tidak literal, (xii) tindak tutur mengkritik prostitusi
dan pergaulan bebas secara langsung tidak literal, (xiii) tindak tutur mengkritik
prostitusi dan pergaulan bebas secara tidak langsung tidak literal, (xiv) tindak
tutur mengkritik terorisme secara langsung literal, dan (xv) tindak tutur
mengkritik terorisme secara langsung tidak literal.
Puspitasari (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Feminisme Tokoh
menjawab dua pertanyaan. Pertama, karakteristik apa saja yang dapat
menunjukkan feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk berdasarkan
tuturan dari keseluruhan tokoh novel? Kedua, tindak tutur apa saja yang dapat
menunjukkan karakteristik feminisme dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
berdasarkan tindak tutur pragmatik?
Untuk pertanyaan pertama, Puspitasari menemukan bahwa ada tujuh
karakteristik feminisme yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, yaitu
(i) kekecewaan terhadap budaya ronggeng, (ii) pemaksaan terhadap perempuan,
(iii) perasaan keibuan seorang perempuan, (iv) peran perempuan dalam membela
keadilan, (v) pesimistis terhadap kemampuan diri, (vi) pemberontakan terhadap
hak-hak perempuan, dan (vii) kegagalan dalam memperjuangkan hak-hak
perempuan. Dan untuk pertanyaan kedua Puspitasari menemukan jawaban
bahwaada dua jenis tindak tutur yang dapat mengungkapkan feminisme, yaitu
tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal.
Pembahasan tentang tindak tutur yang lain juga dilakukan oleh
Sembiring (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk-bentuk Tindak Tutur
Imperatif dan Penanda Kesantunan Berbahasa Indonesia”. Dalam skripsi tersebut
Sembiring menjawab dua pertanyaan berikut. Pertama, bagaimanakah
bentuk-bentuk tindak tutur imperatif yang digunakan komunitas Suster SCMM
tutur imperatif yang digunakan di komunitas suster SCMM Pringwulung-
Yogyakarta?
Sembiring mendapat jawaban sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk
tindak tututr yang digunakan di komunitas SCMM Pringwulung-Yogyakarta
meliputi (i) tindak tutur imperatif langsung literal, (ii) tindak tutur Imperatif tidak
langsung literal, (iii) tindak tutur imperatif langsung tidak literal, dan (iv) tindak
tutur imperatif tidak langsung tidak literal. Kedua, faktor penanda kesantunan
berbahasa yang digunakan penanda kesantunan faktor kebahasaan dan
nonkebahasaan. Penanda kesantunan faktor kebahasaan meliputi (i) diksi, (ii) gaya
bahasa, (iii) penggunaan pranominal, (iv) penggunaan kata keterangan (modalitas),
dan (v) bentuk tuturan. Selanjutnya penanda kesantunan faktor kebahasaan dirinci
sebagai berikut (i) topik pembicaraan, (ii) budaya, dan (iii) konteks situasu
komunikasi.
Tanis (2013) dalam skripsinya yang berjudul”Jenis Tindak Tutur,
Tingkat Kesantunan Tuturan, dan Penanda Lingual Kesantunan Tuturan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta dan Para Pendukung dalam
Berita Beberapa Surat Kabar Nasional Tahun 2012” mengemukakan jawaban atas
pertayaan berikut. Pertama, jenis tindak tutur apa saja yang terdapat di dalam
tuturan calon gubernus dan wakil gubernur Provinsi DKI Jakarta dan para
tingkat kesantunan tuturan dari tuturan calon gubernur dan wakil gubernur
Provinsi DKI Jakarta dan para pendukung dalam berita beberapa surat kabar
nasional? Ketiga, jenis penanda lingual apa saja yang menunjukkan kesantunan
tindak tutur di dalam tuturan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi DKI
Jakarta dan pendukung dalam berita beberapa surat kabar nasional?
Tanis menemukan jawaban sebagai berikut. Pertama, terdapat empat jenis
tindak tutur dari tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur dan para
pendukung di dalam berita pemilukada Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 dalam
beberapa surat kabar, yakni (i) konvivial dengan ilokusi ekspresif, direktif, dan
komisif; (ii) kolaboratif dengan ilokusi representatif; (iii) kompetitif dengan
ilokusi direktif; dan (iv) konfliktif dengan ilokusi ekspresif. Keempat jenis tindak
tutur dan berbagai ilokusi ini memiliki fungsi dan tujuan menyenangkan,
bekerjasama, berkompetisi dan bersaing dengan tujuan sosial.
Kedua, secara serentak jenis tindak tutur tersebut di atas mengindikasikan
tingkat kesantunan tuturan, yakni santun untuk tindak tutur konvival; netral utnuk
tindak tutur kolaboratif; tidak santun untuk tindak tutur kompetitif; dan lebih tidak
santun untuk tindak tutur konfliktif.
Ketiga, penanda kesantunan tuturan yang dapat ditemukan dari tuturan
gubernur, calon gubernur, dan para pendukung, yaitu (i) diksi atau pilihan kata, (ii)
Adapun pembahasan tentang modus dan tidak tutur dilakukan oleh
Kristiantoro (2012) di dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Berdasarkan Modus dan Maksud Kalimat Dalam Novel “Orang Miskin Dilarang
Sekolah””. Kristiantoro mencari jawaban atas pertanyaan jenis tindak tutur apa
sajakah yang terdapat dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”?
Kristiantoro menemukan delapan jenis tindak tutur yang digunakan,
yakni (a) tindak tutur langsung, (b) tindak tutur tidak langsung, (c) tindak tutur
literal, (d) tindak tutur tidak literal, (e) tindak tutur langsung literal, (f) tindak tutur
tidak langsung literal, (g) tindak tutur langsung tidak literal, (h) tindak tutur tidak
langsung tidak literal.
Dari hasil penelusuran kepustakaan tersebut, dapat dicatat beberapa hal
sebagai berikut. Pertama, kajian tentang modus kalimat yang dilakukan oleh Dewi
dan Kristiantoro masih terbatas pada iklan dan novel. Kedua, kajian tentang tindak
tutur yang dilakukan oleh Panuntun, Haryanto, Kurniasari, dan Kristiantoro
terbatas pada iklan, novel, dan film. Dengan demikian, penelitian tentang modus
kalimat dan tindak tutur memotivasi dalam acara “Hitam Putih” trans7 ini layak
dilakukan.
1.6 Landasan Teori
tindak tutur. Berikut adalah teori yang diacu dalam penelitian.
1.6.1 Modus Kalimat
Yang dimaksud dengan modus kalimat adalah golongan kalimat yang
oleh Ramlan (2005: 26), berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi,
digolongkan menjadi tiga, yakni kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.
1.6.1.1 Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang fungsinya untuk memberitahukan
sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa
perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya
perhatian (Ramlan, 2005: 27). Dengan kata lain kalimat berita digunakan oleh
penutur untuk menyampaikan informasi pada mitra tutur. Kalimat berita dapat
berbentuk sebagai berikut:
(4) Jalan itu sangat gelap.
(5) Belajarlah mereka dengan tekun.
Adapun kalimat berita dapat dipahami dari pola intonasi yang
dimilikinya. Pola intonasi kalimat berita disebut pola intonasi berita. Bentuk atau
pola intonasi tersebut dapat diformulasikan menjadi [2] 3 // [2] 3 1#. Berikut ini
(6) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ
Apabila P-nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya
bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, dan kerja, maka akan
memiliki pola intonasi [2] 3 // [2] 3#. Contohnya:
ˇ
(7) Ja lan i tu su dah ge lap. 2 2 2 3 // 2 2 2 3#
ˇ
Jika kalimat berita yang susunan inversinya ialah P-nya di depan, diikuti
S maka akan memiliki pola intonasi [2] 3 2 // [2] 1 #. Contohnya:
ˇ (8) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 3 2 // 2 2 2 2 2 2 1# ˇ
1.6.1.2 Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu
(Ramlan, 2005: 28). KBBI menerjemahkan kalimat tanya sebagai ‘kalimat yang
mengandung pola intonasi dan makna pertanyaan’. Berikut contohnya.
(9) Ahmad pergi?
(10) Anak-anak sudah bangun?
pola intonasinya. Ramlan (2005: 28) menjelaskan bahwa pola intonasi kalimat
tanya berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Bila pola intonasi kalimat
berita bernada akhir turun, maka pola intonasi tanya bernada akhir naik, di
samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada
suku terakhir pola intonasi berita (Ramlan, 2005: 28). Di bawah ini adalah pola
intonasi kalimat berita.
[2] 3 // [2] 3 2#
1.6.1.3 Kalimat Suruh
Ramlan (2005: 39) mengemukakan bahwa berdasarkan fungsinya dalam
hubungan situasi , kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan
dari orang yang diajak berbicara. Adapun pembagian kalimat suruh oleh Ramlan
menjadi empat, yaitu kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat
ajakan, dan kalimat larangan. Namun secara umum kalimat suruh memiliki pola
intonasi dasar [2] 3 #
ˇ
Kalimat suruh yang sebenarnya, selain menggunakan pola intonasi suruh,
juga apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal tetap,
hanya partikel -lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan
Kalimat persilahan ditandai dengan pola intonasi suruh dan penambahan
kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakan di awal kalimat (Ramlan, 2005:
42). Berikut adalah contoh kalimatnya.
(11) Si lah kan Ba pak du duk di si ni ! 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1# ˇ
Kalimat ajakan merupakan kalimat suruh yang tidak hanya melibatkan
satu pihak untuk melakukan sesuatu, artinya penutur dan mitra tutur akan
bergerak bersama-sama untuk melakukan apa yang penutur inginkan.
Ramlan (2005: 42) menerangkan bahwa kalimat ajakan sama halnya
dengan kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya
dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa
tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh
orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau
penuturnya. Dengan kata lain tindakan itu dilakukan oleh kita.
Selain itu, kalimat ajakan ditandai dengan adanya kata- kata ajakan
seperti ayo dan mari. Partike -lah dapat ditambahkan pada kata tersebut hingga
menjadi ayolah dan marilah. contoh kalimat ajakan adalah sebagai berikut.
(12) Ma ri ki ta be rang kat se ka rang ! 2 3// 2 2 2 2 2 2 2 1 #
(13) Ma ri lah be la jar ke per pus ta ka an pu sat !
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat larangan ditandai
juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat (Ramlan, 2005: 43).
1.6.2 Jenis-Jenis Tindak Tutur
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan
(Yule, 1996: 82) . Tindak tutur itu menghasilkan sebuah peristiwa tutur. Peristiwa
tutur ialah suatu kegiatan yang di dalamnya para peserta berinteraksi dengan
bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai sesuatu (Yule, 1996: 99).
Wijana membagi tindak tutur menjadi empat, yakni tindak tutur langsung,
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Bila
tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan
tindak tutur literal dan tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur
berikut ini (Wijana, 1996: 33).
1.6.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya (Wijana,
1996: 33). Dengan demikian, maksud bertanya akan disampaikan dengan kalimat
tanya, maksud memberitakan akan disampaikan dengan kalimat berita, dan
maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah atau suruh. Berikut
contohnya.
(16) Orang itu sangat pandai (17) Buka mulutmu!
(18) Jam berapa sekarang?
Tuturan (16) s.d. (18) adalah tindak tutur langsung literal jika secara
berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan orang yang ditunjuk memang
sangat pandai, menyuruh lawan tutur membuka mulut, dan penutur menanyakan
pukul berapa saat itu. Dengan demikian, maksud memberitakan digunakan
kalimat berita (16) maksud menyuruh atau memerintah dengan kalimat perintah
atau suruh (17) dan maksud bertanya digunakan kalimat tanya (18).
1.6.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.
Dalam tuturan ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau
kalimat tanya (Wijana, 1996: 34). Berikut adalah contohnya.
(19)Lantainya kotor (20)Di mana handuknya?
Tuturan (19) bila disampaikan oleh seorang ibu rumah tangga kepada
pembantunya maka tidak hanya mengandung informasi pada pembantu tetapi juga
memiliki maksud memerintah agar pembantu segera membersihkan lantai yang
kotor tersebut. Demikian pula tuturan (20) yang bila memiliki konteks seorang
suami yang bertanya perihal handuk pada istrinya. Tuturan (20) tidak lagi menjadi
sebuah pertanyaan, melainkan sebuah perintah untuk mengambilkan handuk,
sehingga maksud memerintah diungkapkan dengan bertanya dan makna kata-kata
yang menyusunnya sama dengan maksud yang dikandungnya.
1.6.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya
(21) Suaramu bagus, kok
(22) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!
Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (21)
memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara itu dengan
kalimat (22) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini
anaknya, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan
(Wijana, 1996: 35).
1.6.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan
maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996: 36). Untuk menyuruh seorang
pembantu agar membersihkan lantai yang kotor misalnya, dapat saja dengan nada
tertentu mengutarakan kalimat (23). Demikian pula untuk menyuruh seorang
tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat
mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (24) dan (25) seperti berikut:
(23)Lantainya bersih sekali
(24)Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran
(25)Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?
tutur yang baik modus kalimat maupun maksud yang ingin disampaikannya tidak
sama.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) pengumpulan data,
(b) analisis data, dan (c) penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah modus dan tindak tutur dalam acara “Hitam
Putih” Trans 7. Objek tersebut berada dalam data berupa tuturan memotivasi. Data
dikumpulkan dengan metode simak, yaitu metode yang digunakan dengan
menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simak bebas libat cakap. Teknik ini dilakukan dengan cara si peneliti tidak
terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal-wicara; jadi, tidak ikut serta dalam
proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara (Sudaryanto, 2015: 204).
Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Setelah menyimak acara “Hitam
Putih” dan mengabadikannya dalam bentuk foto, peneliti mencatat data yang baru
saja difoto tersebut. Sudaryanto (2015: 206) menjelaskan bahwa teknik catat
dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai
menggunakan alat tulis tertentu. Dalam penelitian ini, pencatatan dilakukan
dengan mengetik tuturan-tuturan data dengan laptop sehingga membentuk kartu
data.
Proses pengumpulan data dapat diterangkan sebagai berikut. Peneliti
menyaksikan acara “Hitam Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7.
Kemudian, pada akhir acara peneliti mengambil gambar kalimat memotivasi yang
ditampilkan di layar dengan menggunakan handycam. Selanjutnya, peneliti
mencatat kalimat memotivasi yang telah diabadikan tersebut ke dalam laptop.
Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2014 hingga September 2014, dan
bulan Februari 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menyimak dan menuliskan
obyek penelitian yang berupa kalimat memotivasi.
1.7.2 Metode Analisis Data
Tahap kedua adalah analisis data. Untuk menjawab masalah pertama,
digunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya berada
di salam bahasa itu sendiri (bdk Sudaryanto 2015: 18). Teknik yang akan
digunakan dalam menganalisis data adalah teknik baca markah. Teknik baca
markah adalah Teknik yang diterapkan dengan melihat pemarkah yang
menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas kostituen tertentu dan peranan
Dalam penelitian ini, bila kalimat tanya akan menggunakan intonasi
tanya 2 3 // 2 3 2 #. Apabila kalimat perintah menggunakan intonasi perintah 2 3 #
atau jika diikuti partikel -lah pada P-nya maka akan memiliki bentuk 2 3 2 #.
Kemudian, kalimat berita akan memiliki intonasi 2 3 // 2 3 1 # atau jika P-nya
terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /ǝ/, seperti keras,
cepat, kering, tepung dan bekerja 2 3 // 2 3 # (bdk. Ramlan, 2005: 27).
Berikut adalah contohnya.
(26)Jalan itu sangat gelap.
(27)Belajarlah mereka dengan tekun.
Kalimat berita di atas diberikan intonasi kalimat berita sebagai bentuk
pembuktian seperti berikut.
(26a) Ja lan i tu sa ngat ge lap. 2 2 2 3 2 2 3 1#
ˇ
(27a) Be la jar lah me re ka de ngan te kun. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1# ˇ
Pada pembuktian selanjutnya kalimat berita (deklaratif) misalnya, akan
dilihat pemarkah-pemarkah kalimat seperti adakah kata tanya seperti apa, siapa,
di mana, mengapa atau tidak. Adapun kata ajakan seperti mari, ayo, kata
2005: 27).
Selain teknik baca markah, digunakan pula teknik perluas dalam
pembuktian dalam kalimat memotivasi. Sudaryanto (2015: 43) menjelaskan
teknik perluas dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang bersangkutan
ke kanan atau ke kiri, dan perluasan itu dengan menggunakan “unsur” tertentu.
Sebagai contoh, untuk memperhalus kalimat perintah (28) maka digunakan teknik
perluas. Kalimat (28) diberi partikel -lah pada kata suruhnya untuk memperhalus
perintah seperti pada (28a) di bawah ini.
(28) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya.
(28a) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya, selama itu ada, gunakanlah sebaik-baiknya.
Untuk menjawab masalah kedua, metode agih dengan teknik lanjutan
baca markah dan parafrasal. Teknik ubah ujud parafrasal adalah teknik yang
mengganti tuturan semula (yang ada pada data) menjadi tuturan yang biasa
digunakan oleh penutur (bdk Sudaryanto, 2015: 14). Penerapan teknik pada uraian
di atas dapat disimak pada contoh berikut.
tersebut dapat dibuktikan dengan uraian sebagai berikut. Pertama, tindak tutur
memotivasi pada dasarnya adalah tindakkan untuk membuat orang melakukan
sesuatu, sehingga tuturan memotivasi pada dasarnya adalah perintah atau suruhan.
Pada contoh tuturan (29) modus kalimat yang digunakan adalah kalimat berita
sebagai ganti kalimat suruh. Dengan demikian, tuturan (29) dapat digolongkan
dalam tindak tutur tidak langsung.
Kedua, ketidakliteralan tuturan (29) dapat dikenali dari kata-kata yang
menyusunnya. Tuturan (29) memotivasi penonton dengan menggunakan metafora
pelangi sebagai ganti manusia, atau penontonnya. Dengan demikian tuturan (29)
tidak mengutarakan maksud yang sebenarnya. Bila tuturan (29) diubah menjadi
bentuk yang dimaksud, maka akan berbunyi demikian.
(29a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah data dianalisis langkah berikutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Hasil analisis data akan disajikan secara informal dan formal.
Metode penyajian informal adalah perumusan degan kata-kata biasa-walaupun
dengan terminologi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah
perumusan dengan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara
diteliti. Adapun penyajian informal yang diterapkan dengan penggunaan bahasa
sehari-hari pada data yang telah terkumpul.
1.8 Sistematika Penyajian
Penyajian hasil penelitian ini dituangkan dalam empat bab. Bab I berisi
pendahuluan. Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penyajian. Latar belakang akan berisi tentang alasan peneliti
memilih judul dan bahan yang diteliti. Rumusan masalah akan berisi rumusan
permasalahan yang akan dibahas. Tujuan penelitian akan menerangkan tentang
arah yang ingin dicapai dalam penelitian. Manfaat penelitian akan berisi
manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka
mengulas dan melihat sekilas penelitian lain yang menggunakan obyek yang sama
atau metode dan teknik yang sama. Landasan teori berisi teori apa saja yang
akan digunakan oleh peneliti. Metode penelitian berisi metode yang akan
digunakan peneliti dalam penelitiannya. Sistematika penyajian akan menerangkan
struktur yang akan digunakan dalam menyajikan data.
Bab II menyajikan pembahasan rumusan masalah modus kalimat untuk
memotivasi pada acara “Hitam Putih” di stasiun televisi trans7. Bab III membahas
acara “Hitam Putih” di stasiun televisi Trans7. Berikutnya, Bab IV adalah penutup
BAB II
MODUS KALIMAT UNTUK MEMOTIVASI
PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
2.1 Pengantar
Dari acara “Hitam-Putih” yang tayang di stasiun televisi Trans7 pada hari
Senin hingga Jumat selama bulan Juli s.d. September 2014 dan bulan Februari
2015, terkumpul 39 tuturan memotivasi. Dalam bab ini dibahas modus kalimat
untuk memotivasi .
Modus kalimat dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat suruh
(imperatife), dan kalimat tanya (interogatif). Berikut ini paparan tentang
penggunaan tiga modus tersebut.
2.2 Kalimat Berita (Deklaratif)
Dalam tuturan memotivasi pada acara Hitam-Putih di Trans7 selama bulan
Juli 2014 s.d. September 2014 dan Februari 2015 dijumpai 31 kalimat. Kalimat
deklaratif adalah kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada
orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian (Ramlan,
di bawah ini.
(30) Hanya ada dua kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan atau tidak dimulai. (Kamis, 24 Juli 2014)
(31) Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) (32) Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (Kamis, 31
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramlan. Pertama, ketika diucapkan, pola
ke ter ba ta san.
Kedua, pada kalimat bermodus deklaratif tidak ada kata-kata tanya seperti
apa, siapa, di mana, mengapa atau kata kata ajakan seperti, mari, ayo, kata
persilahan silahkan dan dipersilahkan, serta kata larangan jangan (Ramlan, 2005:
27). Ciri tersebut sudah terlihat secara jelas pada contoh (30) s.d (34).
2.3 Kalimat Suruh (Imperatif)
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan
tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Ramlan, 2005:
39). Beberapa contoh modus kalimat imperatif dalam tuturan memotivasi acara
Hitam-Putih Trans7 adalah sebagai berikut.
(35) Nikmati, Batasi, Imbangi ! (Jumat, 18 Juli 2014)
(36) Kembalikan Indonesia cinta damai ! (Selasa, 8 Juli 2014)
(37) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya ! (Jumat, 15 Agustus 2014)
(38) Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda ! (Rabu, 23 Juli 2014)
Bukti bahwa contoh (35) s.d (40) bermodus imperatif adalah sebagai berikut.
Pertama, intonasi yang digunakan ialah : [2] 3# atau [2] 3 2# jika diikuti partikel
Kedua, apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal itu
tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk untuk
menghaluskan perintah (Ramlan, 2005: 40). Dari data (35) s.d (40) untuk
memperhalus perintah dapat ditambahkan partikel lah seperti di bawah ini.
(35b) Nikmatilah, Batasilah, Imbangilah ! (36b) Kembalikanlah Indonesia cinta damai !
(37b) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakanlah sebaik-baiknya !
(38b) Janganlah takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda !
(39b) Janganlah mengutuk kekurangan kita, tapi cari kelebihan kita ! (40b)Tidak usah lah takut untuk melakukan kebenaran !
Ketiga, tidak adanya pemarkah meN- pada kata verbal intransitif, kecuali
apabila dipakai secara absolut, artinya kata verbal transitif itu tidak diikuti oleh
obyek (bdk Ramlan, 2005: 41).
Keempat, untuk memperhalus suruhan, di samping penambahan partikel lah,
kata tolong dapat dipakai di muka kata kerja yang benefaktif (Ramlan, 2005: 42).
Di bawah ini adalah kalimat (36), (37) dan (40) yang diperhalus dengan
menggunakan kata tolong.
(36c) Tolong kembalikan Indonesia cinta damai !
(37c) Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, tolong gunakan sebaik-baiknya !
2.4 Kalimat Tanya (Interogatif)
Kalimat tanya pada umumnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu (Ramlan,
2005: 28). Berikut adalah beberapa contoh tuturan memotivasi dengan modus
interogatif dalam tuturan memotivasi Hitam-Putih Tran7.
(41) Mampukah kita bersyukur ketika semua keadaan tidak berpihak pada kita? (Kamis, 3 Juli 2014)
(42) Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014)
Pembuktian (41) dan (42) bermodus tanya adalah sebagai berikut. Pertama,
pola intonasinya ialah [2] 3 // [2] 3 2# dan pola intonasi tanya tersebut
digambarkan dengan tanda tanya (Ramlan, 2005: 28).
(41a) Mam pu kah ki ta ber syu kur ke ti ka se mu a
Kedua, kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan (Ramlan,
ditanyakan itu di awal kalimat (Ramlan, 2005: 29).
Seperti yang telah diutarakan oleh Ramlan dalam teorinya, partikel kah dapat
ditambahkan pada bagian kelimat yang ditanyakan. Kalimat (41) dan (42)
mempertanyaka kemampuan atau kesanggupan (41) dan keberadaan atau
kehadiran sahabat. Kalimat (41) pun menunjukkan bahwa yang ditanyakan berada
diawal kalimat kalimat. Kalimat (42) menempatkan kalimat tanya di awal induk
BAB III
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN UNTUK
MEMOTIVASI
PADA ACARA “HITAM PUTIH” DI STASIUN TELEVISI TRANS 7
3.1 Pengantar
Wijana (1996: 33) menjelaskan bila tindak tutur langsung dan tidak
langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak
tutur tidak literal, akan didapatkan tindak tutur-tindak tutur: (a) tindak tutur
langsung literal; (b) tindak tutur tidak langsung literal; (c) tindak tutur langsung
tidak literal; dan (d) tindak tutur tidak langsung tidak literal.
Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” di Trans7 dapat
diwujudkan lewat tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur (a) langsung literal, (b)
tidak langsung literal, (c) langsung tidak literal, dan (d) tidak langsung tidak literal.
Di bawah ini adalah contoh-contoh dan penjelasannya.
3.2 Tindak Tutur Langsung Literal
Maksud memotivasi pada acara “Hitam Putih” Trans 7 yang dapat
(43)Kembalikan Indonesia cinta damai! (Selasa, 8 Juli 2014) (44)Nikmati, Batasi, Imbangi! (Jumat, 18 Juli 2014)
(45)Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama itu ada, gunakan sebaik-baiknya! (Jumat, 15 Agustus 2014)
(46)Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda! (Rabu, 23 Juli 2014)
(47)Jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan kita! (Jumat, 25 Juli 2014)
(48)Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran! (Selasa, 1 Juli 2014)
Tuturan (43), Kembalikan Indonesia cinta damai! ,dituturkan oleh Deddy
Corbuzier, yang mewakili acara “Hitam Putih”, kepada penonton dengan konteks
pada saat gejolak politik Pilpres 2014 sedang memanas. Hal ini terjadi karena
untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia calon presiden yang akan dipilih
hanya ada dua. Hal ini menimbulkan gejolak yang luar biasa di dalam masyarakat.
Masyarakat Indonesia kala itu, dapat dikatakan, pecah menjadi dua dan tidak
sedikit yang menjadi fanatik. Tidak hanya dalam sekala besar, perpecahan ini
terjadi juga dalam hidup rumah tangga antara anak dan orang tua.
Pada tuturan (43) terdapat kata kembalikan yang berasal dari kata dasar
kembali dan memperoleh sufiks -kan. Dalam KBBI kata kembaliberarti ‘balik ke
tempat atau ke keadaan semula’. Lalu kata kembali mendapat sufiks -kan menjadi
kembalikan yang kemudian dapat diartikan sebagai ‘permintaan atau permohonan
untuk mengembalikan’. Dengan demikian, kata kembalikan pada tuturan (43)
memiliki maksud menyuruh. Tuturan menyuruh ini berupa permintaan untuk
adalah tindak tutur langsung.
Keliteralan tuturan (43) dapat kita simak dari konteksnya, yakni
dituturkan pada saat gejolak Pilpres sedang berlangsung. Keadaan menjadi gaduh
dan tidak tenang. Gejolak ini juga membuat kehidupan rakyat Indonesia menjadi
tidak damai. Dari konteks tersebut maka tuturan (43) dikemukakan dengan
menggunakan maksud sebenarnya akan keinginan, permohonan, permintaan dan
suruhan agar Indonesia kembali dalam situasi yang mencintai damai. Dengan
demikian terbukti bahwa tuturan (43) adalah literal.
Tuturan (44) yang berbunyi Nikmati, Batasi, Imbangi! termasuk dalam
tindak tutur langsung literal karena alasan berikut. Pertama, tuturan disampaikan
oleh Deddy Corbuzier selaku host dan yang memimpin acara “Hitam Putih”,
kemudian letak kelangsungan pada tuturan tersebut terletak pada kata Nikmat,
Batas, dan Imbang yang mendapat sufiks -i yang kemudian mengubah makna kata
menjadi kalimat perintah atau suruh.
Nikmatdalam KBBI diartikan sebagai ‘enak; lezat’. Selain itu kata batas
KBBI mengartikannya sebagai ‘garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu
bidang (ruang; daerah, dsb)’. Adapun imbang yang oleh KBBI diartikan sebagai
‘setimbang; sebanding; sama (berat, derajat, ukuran dsb)’. Kata-kata tersebut
kemudian mendapat sufiks -i yang mengubah arti dasarnya menjadi sebuah
batasi yang berarti ‘memberi garis yang menjadi perhinggan’. Adapun kata
imbang yang menjadi imbangi yang berarti ‘membuat menjadi setimbang atau
sama’.
Bila dikaitkan dengan kontek “Hitam Putih” yang mengangkat tema pola
hidup sehat, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan memotivasi (44) merupakan
tindak tutur langsung. Tuturan (44) menyuruh penontonnya secara langsung untuk
‘mengenakkan’ hidupnya; ‘memberi batas’ pada hidupnya; dan
‘menyeimbangkan’ pola hidupnya, agar lebih sehat.
Letak keliteralan tuturan (44) adalah keselarasan antara konteks yang ada
pada acara dengan tuturan yang disampaikan. Tuturan memotivasi yang diberikan
kepada penonton agar mau menikmati, membatasi, dan mengimbangi pola
hidupnya memiliki keterikatan dengan konteks yang mengangkat tema pola hidup
sehat. Pola hidup sehat yang diangkat adalah mau menikmati kehidupan yang
diberikan, membatasi pola makan yang berlebih dan mengimbangi aktivitas yang
padat dengan olah raga dan mengonsumsi makanan bernutrisi. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tuturan (44) adalah literal.
Tuturan (45), Kedekatan itu tidak akan berlangsung selamanya. Selama
itu ada, gunakan sebaik-baiknya!, dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada
mengangkat tema ‘Modern Mom’ dan menghadirkan aktris, Astrid Tiar dan Vega
beserta anak mereka yang bernama Annabel dan Razqa.
Letak kelangsungan tuturan (45) adalah modusnya yang imperatif.
Modus imperatif ini dapat kita amati dari tuturannya yang menggunakan kata
gunakan. Kata gunakan berasal dari kata dasar guna dan mendapatkan sufiks -kan.
Kata guna dalam KBBI berarti ‘1. faedah; manfaat dan 2. Fungsi’. Kata ini
kemudian mendapat sufiks -kan sehingga dapat diartikan sebagai ‘memanfaatkan
atau memfungsikan’. Dalam peletakkannya pada tuturan (45) di atas maka kata
gunakan berarti suruhan untuk memfungsikan atau memanfaatkan. Dengan
demikian tuturan di atas adalah tindak tutur langsung, karena menggunakan
kalimat imperatif sebagai modusnya.
Keliteralan tuturan (45) terdapat pada keterikatan antara konteks dan tuturan
memotivasi yang disampaikan. Maksud untuk menggunakan kedekatan yang tidak
berlangsung selamanya pada tuturan (45) memiliki kesamaan dengan konteksnya.
Dengan demikian tuturan (45) adalah literal.
Tuturan (46) berbunyi, Jangan takut ketika anak tidak mendengarkan
anda, tapi takutlah ketika anak sudah bisa mulai mencontoh anda!, termasuk
dalam tindak tutur langsung literal. Letak kelangsungan tuturan (46) dapat
dipahami dari frasa jangan takut dan takutlah.
(Ramlan, 2005: 43). Dengan demikian frasa jangan takut memiliki arti ‘larangan
untuk takut’. Adapun kata takut yang mendapat sufiks -lah menjadi takutlah yang
membuat arti ajakan untuk ‘menjadi takut’. Dengan demikian tuturan ini
menggunakan modus kalimat suruh yang sekaligus berarti tuturan (46) adalah
langsung.
Tema “Hitam Putih” pada saat tuturan disampaikan adalah anak dan
orang tua. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang dan apa yang orang tua
lakukan untuk mendukung anaknya dalam bertumbuh. Dengan konteks tersebut,
larangan agar tidak takut pada anak yang tidak mendengarkan dan lebih takut
pada anak yang suka meniru orang tuanya, membuktikan bahwa tuturan (46)
adalah literal.
Tuturan (47), jangan mengutuk kekurangan kita, tapi carilah kelebihan
kita!, digolongkan dalam tindak tutur langsung literal dengan penjelasan sebagai
berikut. Pertama, letak kelangsungan tuturan (47) adalah penggunaan modus
kalimat suruh sebagai tuturan memotivasinya. Kalimat suruh yang digunakan
adalah larangan yang ditandai dengan kata jangan. Serta penggunaan kata ajakan
carilah pada induk kalimat.
Kedua, keliteralan tuturan (47) dapat dibuktikan dari keterkaitannya
kelebihan. Dengan demikian terbukti bahwa tuturan (47) adalah literal.
Tuturan (48), Tidak usah takut untuk melakukan kebenaran!,
dikemukakan oleh anggota polisi wanita dari Kepolisian Republik Indonesia yang
diundang dalam acara “Hitam Putih” dalam rangka hari ulang tahun ke-68 Polri.
Tuturan ini menjadi langsung karena menggunakan modus kalimat perintah yang
ditandai dengan frasa tidak usah.
Dalam KBBI, kata tidakadalah ‘partikel untuk menyatakan pengingkaran,
penolakan, penyangkalan, dsb’. Kemudian pada kata usah, KBBI mengartikannya
sebagai ‘perlu’. oleh karena itu frasa tidak usah dapat diterjemahkan sebagai tidak
perlu atau dapat bersinonim dengan kata larangan jangan. Dengan demikian
tuturan (48) bermodus imperatif dan dituturkan secara langsung.
Keliteralan tuturan (48) dapat kita amati dari konteksnya. Tuturan (48)
disampaikan oleh anggota Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka ulang
tahun Polri ke-68 dengan maksud untuk menghimbau masyarakat untuk tidak
takut melakukan kebenaran.
KBBI menjelaskan Polisi sebagai ‘badan pemerintah yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar
undang-undang dsb)’. Tugas dan wewenang Kepolisian juga tertuang dalam
undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002, bab 3 pasal 13, a,b dan c.
masyarakat, (b) menegakkan hukum, dan (c) memelihara perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Jika dilihat dari konteks siapa penutur, apa tugas penutur, dan dalam
rangka apa tuturan disampaikan, maka tuturan (48) disampaikan dengan maksud
yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan (48) adalah literal.
3.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang modus
kalimat tuturannya sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan, sementara
makna kalimatnya tidak sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Berikut
adalah tindak tutur langsung tidak literal yang terdapat pada “Hitam Putih”.
(49)Orang sering menganggap suara rakyat adalah suara Tuhan, kita juga harus mendengar suara anak, karena terkadang Tuhan membisikkan lewat suara anak. (Kamis, 26 Februari 2015)
Tuturan (49) dituturkan oleh Kak Seto kepada penonton pada saat diundang ke
acara “Hitam Putih” sebagai seorang pendongeng 90-an sekaligus sebagai Ketua
Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2014. “Hitam Putih” menghadirkan Kak
Seto bersama boneka ventriloquist-nya yang bernama Si Komo. Juga hadir Ria
Enes dan boneka ventriloquist-nya yang bernama Susan. Mereka dihadirkan untuk
dongeng yang mendidik.
Dari konteks di atas dapat kita teliti tentang kelangsungan dan keliteralan
tuturan sebagai berikut. Tuturan (49) adalah langsung karena menggunakan
modus kalimat imperatif. Modus imperatif dapat dilihat dari kata harus yang
terdapat dalam tuturan memotivasinya. Kata harus dalam KBBI diartikan sebagai
‘patut; wajib; mesti (tidak boleh tidak)’. Bila dikaitkan dengan konteks bahwa
yang menyampaikannya adalah orang yang memiliki otoritas akan perlindungan
anak, maka kata harus dalam tuturan (49) adalah bermaksud memerintah untuk
mewajibkan orang mendengarkan suara anak. Dengan demikian terbukti bahwa
tuturan (49) adalah tindak tutur langsung.
Letak ketidakliteralan tuturan (49) adalah penggunaan frasa suara anak,
suara rakyat dan suara Tuhan dalam tuturannya. Suara dalam KBBI berarti
‘bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia(seperti pada waktu bercakap-cakap,
menyanyi, tertawa, dan menangis)’. Anak dalam KBBI memiliki arti ‘generasi
kedua atau keturunan pertama’. Adapun rakyat yang diartikan oleh KBBI sebagai
‘penduduk suatu negara’. Namun sesungguhnya dalam tuturan (49) suara yang
dimaksud adalah ‘pendapat’. Dengan demikian makna tuturan (49) tidak sesuai
dengan maksudnya. Terbukti bahwa tuturan (49) termasuk dalam tindak tutur
tidak literal.