• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III JENIS-JENIS TINDAK TUTUR MEMOTIVASI PADA ACARA

3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal pada kalimat memotivasi dalam acara

“Hitam Putih” di trans7 dapat dilihat di bawah ini.

(62)Kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau. (Rabu, 2 Juli 2014)

(63)Hanya ada 2 kesalahan ketika orang mencoba sesuatu, tidak dilanjutkan atau tidak dimulai. (kamis, 24 juli 2014)

(64)Pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna. (Rabu, 30 Juli 2014) (65)Pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir. (kamis, 31

juli 2014)

(66)Saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari nanti, tapi ayah akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun. (Jumat, 1 Agustus 2014)

(67)Saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap menjadi seorang ratu. (Rabu, 6 Agustus 2014)

(68)Setiap orang memiliki hasrat dalam hatinya, untuk tampil lebih baik lagi. (Jumat, 8 Agustus 2014)

(69)Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa mengemudikan masa depan. (Senin, 18 Agustus 2014)

(70)Dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu yang indah. (Jumat, 22 Agustus 2014)

(71)Orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu menyebalkan. (Senin, 8 September 2014)

(72)Pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan umat manusia. (Jumat, 12 September 2014)

(73) Roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas? (Selasa, 23 September 2014) (74)Untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan. (Jumat, 26 September

2014)

(75)Benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk. (Selasa, 30 September 2014)

(76)Sekolah itu ada dimana-mana. (Senin, 2 Februari 2015)

(77)Di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat. (Rabu, 4 Februari 2015)

(78)Melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan, tapi taukah apa yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa berubah. (Kamis, 12 Februari 2015)

(79)Sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang tradisional. (Jumat, 6 Februari 2015)

(80)Orang bangkrut itu bukan karena tidak punya uang, tapi karena tidak punya mimpi. (Selasa, 17 Februari 2015)

Tuturan (62), kata “tidak bisa” hanya berlaku untuk orang yang tidak mau, masuk dalam tuturan tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Uraian tuturan (62) termasuk tindak tutur tidak literal adalah sebagi berukut. Tuturan (62) menggunakan frasa orang yang tidak mau sebagai ganti penunjuk orang yang dimotivasi. Orang dalam kamus KBBI berarti ‘manusia

(dalam arti khusus)’. Namun kata orang dan frasa orang yang tidak mau

digunakan untuk mengganti objek yang ditunjuk yang dalam konteks ini adalah penonton atau orang yang sedang dimotivasi.

Tuturan (62) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

tidak dilanjutkan atau tidak dimulai, adalah tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotifasinya.

Pembuktian bahwa tuturan (63) tidak literal dapat disimak sebagai berikut. Tuturan (63) menggunakan kata orang sebagai ganti penonton yang sedang dimotivasi. Orang dalam KBBI berarti ‘manusia (dalam arti khusus)’.

Namun sebenarnya dalam penyampaiannya tuturan (63) ingin ‘menggelitik’ orang

yang sedang diberikan motivasi. Jika dijadikan tindak tutur langsung literal maka tuturan (63) akan memiliki bentuk seperti di bawah ini.

(63a) Mulailah dan jangan pernah menyerah !

Tuturan (64), pelangi itu indah, karena memiliki banyak warna, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif untuk memotivasi penontonnya.

Bukti ketidakliteralan tuturan (64) dapat dilihat dari ketidaksesuaian makna tuturan dengan apa yang ingin disampaikan. Tuturan (64) mengguanakan metafora pelangi dan warnanya sebagai ganti keadaan manusia. Pelangi dalam

KBBI berarti ‘lengkungan spektrum warna di langit, tampak karena pembiasan

sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun’. Sementara warna diartikan sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yag dipantulkan oleh benda-benda

yang dikenainya. Namun dalam kelimat tersebut, pelangi dimaksudkan sebagai perwakilan dari keberadaan manusia, dan warna adalah perwakilan dari talenta dan atau karakter manusia.

Tuturan (64) dimaksudkan untuk percaya terhadap kemampuan diri. Tuturan (64) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(64a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu!

Tuturan (65), pakaian tertutup adalah lambang kemajuan dalam berpikir, tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Tuturan (65) juga tidak literal karena tidak menggunakan makna yang sesungguhnya dalam menyampaikan tuturan memomotivasinya. Dalam konteks

yang ada dalam acara “Hitam Putih” episode tersebut, penonton sedang

menyaksikan bagaimana seorang disainer bernama Dian Pelangi berhasil membuat pakaia renang khusus bagi wanita yang berhijab. Pakaian renang yang dirancangnya tidak ketat tetapi juga tidak terlalu longgar, dan tetap memiliki kesan modis walaupun saat berenang. Dian ingin agar wanita muslim tetap modis dan trendi walaupun berhijab dan bahkan saat berenang sekalipun.

berbeda dari makna sebenarnya. Bila dijadikan tuturan langsung literal, maka tuturan (65) akan menjadi seperti berikut ini.

(65a) Jangan malu untuk menutup auratmu !

Tuturan (66), saya mungkin akan menemukan pangeran saya suatu hari nanti, tapi ayah akan selalu menjadi raja saya sampai kapanpun, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidaklangsungan tuturan (66) berada pada motif kalimat yang tidak menggunakan motif kalimat imperatif. Tuturan (66) dalam penerapannya menggunakan motif kalimat deklaratif.

Tuturan (66) disebut tidak literal karena tidak menggunakan maksud yang sebenarnya. Tuturan (66) menggunakan kata pangeran sebagai ganti kata kekasih dan kata raja sebagai ganti laki-laki terbaik atau pria yang dijunjung. Namun dalam kamus KBBI pangerandiartikan sebagai ‘gelar anak raja atau gelar orang besar dalam kerajaan (keluarga raja). Kata Raja diartikan oleh KBBI

sebagai ‘penguasa tertinggi pada suatu kerajaan’. Dengan demikian, terbukti

bahwa tuturan (66) tidak literal.

Tututan (66) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(66a) Ayah jangan khawatir ketika saya memiliki kekasih suatu saat nanti, karena ayah akan tetap jadi yang terbaik dalam hidupku!

Tuturan (67), saya akan menemukan seorang putri tapi ibu akan tetap menjadi seorang ratu, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan alasan berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (67) dapat dilihat dari penggunaan modusnya. Modus yang digunakan adalah berita dan bukan perintah. Tuturan tersebut berisi tentang kemauan tentang tekad anak untuk tidak melupakan Ibunya walaupun ia akan menemukan pendamping hidupnya suatu saat.

Pembuktian tuturan (67) adalah tindak tutur tidak literal adalah sebagai berikut. Tuturan (67) tidak menggunakan makna yang sebenarnya dalam penyampaian tuturan memotivasinya. Penutur menggunakan frasa seorang putri dan frasa seorang ratu dalam menyampaikan pesannya. Putri dalam KBBI berarti

‘anak perempuan raja’. Namun dalam tuturan (67) putri diartikan sebagai kekasih

perempuan. Sementara kata ratu dalam KBBI berarti ‘raja perempuan;

permaisuri’. Namun pada tuturan (67) diartikan sebagai wanita terbaik.

Tuturan (67) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(67a) Ibu jangan takut ketika saya menemukan kekasih, karena ibu akan tetap menjadi wanita terpenting dan utama dalam hidupku !

lebih baik lagi, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidaklangsungan tuturan ini dapat diamati dari bentuk kalimatnya yang bermodus berita. Tuturan (68) berisi pengertian bahwa setiap pribadi memiliki keinginan untuk tampil lebih baik.

Ketidakliteralan tuturan (68) dapat diamati dari koteksnya. Pada episode tersebut Deddy Corbuzier menceritakan tentang pegalamannya saat akan mengubah penampilannya, dari seorang pesulap berambut panjang menjadi gundul. Ia melakukan hal tersebut demi sebuah penampilan baru yang lebih menarik bagi penggemarnya.

Bila dikaitkan dengan tuturan (68), maka penggunaan frasa setiap orang, sesungguhnya memiliki maksud berbeda. Frasa tersebut pengganti kata anda

atau ‘penonton yang sedang menyimak’. Maksud yang ingin disampaikan dan kepada siapa pesan tersebut disampaikan adalah penonton acara “Hitam Putih”.

Namun dalam penyampaian pesannya menggunakan kata setiap orang untuk menggantikan maksud bahwa setiap penonton tidak perlu takut untuk selalu tampil lebih baik.

Tuturan (68) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

Tuturan (69), Hanya mereka yang memahami masa lalu, yang bisa mengemudikan masa depan, digolongkan dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan alasan berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (69) terletak pada modus kalimat yang digunakannya. Tuturan (69) menggunakan modus kalimat deklaratif dalam memotivasi penontonnya.

Ketidakliteralan tuturan (69) adalah penggunaan frasa hanya mereka yang memiliki makna orang ketiga jamak. Namun sebenarnya frasa tersebut menunjuk pada penonton yang ingin diberi motivasi. Kata mengemudikan digunakan untuk menggantikan kata mengatur arah. Tindak tutur (69) sesungguhnya memiliki arti ajakan.

Tuturan (69) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(69a) Pahamilah masa lalumu, agar kamu bisa mengatur arah masa depanmu !

Tuturan (70), dalam sabar, ulat yang menjijikan akan menjadi kupu-kupu yang indah, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.

Letak ketidakliteralan tuturan (70) adalah penggunaan metafora dalam menyampaikan tuturan memotivasinya. Penggunaan ulat yang menjadi kupu-kupu dimaksudkan sebagai berikut. Ulat dalam KBBI dijelaskan sebagai ‘salah satu

tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu, berupa binatang kecil melata, gilik memanjang, dan umumnya berkaki enam, adakalanya berbulu-bulu, memakan daun, buah, atau bangkai, jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu’. Kupu-kupu diterjemahkan oleh KBBI

sebagai ‘serangga bersayap lebar, umumnya berwarna cerah, berasal dari

kepompong ulat, dapat terbang, biasanya sering hinggap di bunga untuk mengisap

madu’.

Namun dalam tuturan (70) Ulat adalah penggambaran keadaan orang yang belum berhasil dalam hidupnya, dan kupu-kupu adalah orang yang sudah sukses ketika ia telah mampu berubah dengan sabar. Maka dapat disimpulkan bahwa tuturan (70) adalah tindak tutur tidak literal.

Tuturan (70) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(70a) Bersabarlah dalam proses menjadi lebih baik!

Tuturan (71), orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu menyebalkan, termasuk dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Letak ketidakliteralan tuturan (71) berada pada penggunaan frasa orang yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu. KBBI mengartikan orang

yang hanya bicara saja tapi tidak melakukan itu digunakan sebagai ganti penonton yang sedang dimotivasi yang dimaksud.

Tuturan (71) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(71a) Jangan banyak bicara, lakukan saja!

Tuturan (72), pengetahuan adalah sebuah obat manjur bagi kehidupan umat manusia, tergolong dalam tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.

Ketidakliteralan tuturan (72) dapat dibuktikan sebagai berikut. Tuturan (72) mengguakan frasa sebuah obat manjur sebagai ganti ‘solusi terbaik’ sebagai maksudnya. Namun dalam KBBI, obat memiliki arti ‘bahan untuk mengurangi,

menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit’. Manjur

dalam KBBI diartikan sebagai ‘dapat menyembuhkan (tentang obat dsb);

mustajab; mujarab’.

Dengan demikian bentuk tuturan dan makna yang ingin disampaikan tuturan (72) berbeda. Maka, terbukti bahwa tuturan (72) tindak tutur tidak literal. Tuturan (72) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

Pembuktian Tuturan (73), roda itu berputar, saat roda sedang di bawah, masihkah kita memiliki teman untuk mendorong roda ke atas?, sebagai tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah sebagai berikut. Pertama, letak ketidaklangsungan tuturan (73) ada pada modus kalimatnya yang tidak menggunakan modus kalimat imperatif atau suruh. Modus yang digunakan tuturan (73) dalam menyampaikan motivasi adalah modus kalimat interogatif.

Tuturan (73) menggunakan modus tanya sebagai ganti kalimat suruhnya. Pemberian sufiks -kah pada kata masih membentuk kalimat pada tuturan (73) tersebut menjadi kalimat tanya. KBBI mengartikan kata masih dengan ‘sedang dalam keadaan belum selesai atau sedang berlangsung’. Dengan demikian kata masihkah adalah kata tanya yang mempertanyakan tentang keberlangsungan. Berkaitan dengan tuturan keseluruhan maka tuturan (73) sedang mempertanyakan keberlangsungan atau keberadaan teman dalam mendorong kita menuju kesuksesan kembali.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, tuturan (73) merupakan tindak tutur tidak langsung yang artinya tuturan dimaksudkan memerintah, namun justru menggunakan modus kalimat interogatif dalam penerapannya.

Letak ketidakliteralan tuturan (73) adalah penggunaan kata roda dalam tuturan tersebut. Roda dalam KBBI diartikan sebagai ‘barang bundar (belingkar

dan biasanya berjeruji)’. Namun dalam tuturan (73) digunakan sebagai ganti atau

analogi dari keadaan untung dan malang.

Tuturan (73) dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada penonton saat mengundang band NOAH yang vokalisnya telah bebas murni dari bebas bersyarat yang telah ia jalani. Kehidupan Ariel menjadi malang ketika berada dipenjara atau belum bebas. Tetapi kemudian menjadi untung setelah terbebas tanpa syarat.

Kaitan tentang untung dan malang yang dianalogikan sebagai roda yang berputar pada tuturan (73), membuktikan bahwa tuturan (73) tidak menggunakan makna yang sebenarnya. Dengan demikian tuturan (73) tidak literal.

Tuturan (73) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(73a) Bergaullah sebab teman akan membantumu ketika kamu dalam kesulitan !

Tindak tutur (74), untuk dapat bersyukur, itu adalah sebuah pilihan, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidaklangsung tuturan (74) dapat diamati dari bentuk kalimatnya yang menggunakan modus kalimat berita.

Ketidakliteralan tuturan (74) terletak pada frasa sebuah pilihan. Namun tuturan tersebut memiliki maksud mengarahkan penonton untuk memilih bersyukur dari pada mengeluh. Dengan demikian tuturan (74) adalah tidak literal. Tuturan (74) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk

sebagai berikut.

(74a) Bersyukurlah, jangan mengeluh!

Tuturan (75), benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk, adalah tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam penyampaian tuturan memotivasinya.

Ketidakliteralan tuturan (75) dapat diamati dari konteknya yang mengangkat cerita tetang nenek yang digugat satu milyar oleh anak kandungnya sendiri. Pada episode tersebut diceritakan bahwa nenek digugat satu milyar oleh menantu dan anak perempuannya sendiri karena sengketa tanah. Menurut penuturan sang nenek, ia telah membeli tanah dari menantunya pada tahun 1987, namun pada tahun 2014 sang menantu menuntut si nenek serta tak mangakui transaksi jual-beli tanah yang dulu pernah ia lakukan dengan si nenek.

Pada saat itu posisi nenek adalah tersangka atau yang dituntut, sementara si menantu adalah orang yang menuntut. Dalam hal ini dapat disimpulkan secara kasar bahwa si nenek adalah salah dan menantu adalah benar. Dari konteks tersebut muncullah tuturan memotivasi (75).

Benar dalam KBBI berarti ‘sesuai sebagaimana adanya; betul; tidak

salah’. Namun dalam konteks tuturan (75), benar merujuk pada si menantu.

Sementara kata salah dalam KBBI berarti ‘tidak benar; tidak betul’. Dalam konteks tuturan (75) kata salah ingin merujuk pada si nenek.

Dengan demikian tuturan (75) adalah tindak tutur tidak literal. Tuturan (75) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(75a) Jangan mudah menghakimi!

Tuturan (76), sekolah itu ada dimana-mana, adalah tindak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Ketidakliteralan tuturan (76) terletak pada frasa sekolah itu. Kata sekolah

menurut KBBI berarti ‘bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta

tempat menerima dan memberi pelajaran’. Namun dalam tuturan tersebut sekolah

yang dimaksud memiliki makna ilmu atau pelajaran. Dengan demikian tuturan (76) tidak literal. Tuturan (76) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(76a) Belajarlah sebab ilmu dan pengetahuan ada dimana-mana!

Konteks: Dituturkan oleh Deddy Corbuzier kepada penonton saat “Hitam Putih” mengangkat tema ‘Wanita Di Balik Sosok Pemimpin’.

Tuturan (77), di balik pria yang hebat terdapat wanita yang tepat, tidak langsung tidak literal. Pembuktian bahwa tuturan (77) adalah tindak tutur tidak literal adalah sebagai berikut. Pertama, ketidaklangsungan tuturan (77) dapat

dilihat dari penggunaan modus kalimatnya. Tuturan (77) menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Kedua, tuturan (77) tidak menggunakan maksud yang sesungguhnya. Frasa pria yang hebat memiliki maksud agar penonton laki-laki yang

menyaksikan “Hitam Putih” mau mencari wanita atau pendamping yang tepat

agar dapat menjadi laki-laki yang hebat. Tuturan (77) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(77a) Carilah wanita yang tepat untuk mendorongmu menjadi hebat!

Tuturan (78), melakukan perubahan dalam hidup adalah hal menakutkan, tapi taukah apa yang lebih menakutkan… Penyesalan karena anda tidak bisa berubah, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan pembuktian sebagai berikut. Pertama, tuturan (78) tidak literal karena modus kalimat yang digunakan dalam menyampaikan motivasinya tidak menggunakan modus kalimat imperatif melainkan deklaratif.

Letak ketidakliteralan tuturan (78) adalah penggunaan kata perubahan. Perubahan dalam KBBI berarti ‘hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran’. Namun sebenarnya perubahan yang dimaksud memiliki makna perbaikan. Dengan demikian tuturan (78) adalah tindak tutur tidak literal.

Tuturan (78) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(78a) Jangan takut untuk berubah!

Tuturan (79), sesuatu yang modern, belum tentu bisa menggantikan yang tradisional, termasuk tidak tutur tidak langsung karena menggunakan modus kalimat deklaratif dalam menyampaikan tuturan memotivasinya.

Ketidakliteralan tuturan (79) dapat disimak dari kesamaan makna tuturan dengan maksud yang ingin disampaikan. Kata Sesuatu yang terkandung dalam tuturan (79) memiliki makna Asisten Rumah Tangga (ART). Namun dalam tuturan memotivasinya ART diganti dengan kata sesuatu. Sesuatu dalam KBBI

berarti ‘kata untuk menyatakan barang atau hal yang tidak tentu’. Ketidaksesuaian

makna dengan maksud ini membuktikan bahwa tuturan (79) adalah tindak tutur tidak literal.

Tuturan (79) bila diubah menurut maksudnya maka akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(79a) Pertahankanlah yang tradisional, karena ada hal-hal yang tak dapat digantikan oleh yang modern!

Pembuktian bahwa tuturan (80), orang bangkrut itu bukan karena tidak punya uang, tapi karena tidak punya mimpi, adalah tindak tutur tidak langsung tidak literal diuraikan sebagai berikut. Pertama, tuturan (80) menggunakan modus kalimat deklaratif dalam memotivasi penontonnya. Hal ini dapat dilihat dari tidak

ditemukan kata suruh seperti jangan, silahkan, ayo dan lain sebagainya; juga tidak ditemukannya kata tanya apa, bagaimana, dimana dsb dalam tuturan tersebut.

Letak ketidakliteralan tuturan (80) adalah penggunaan frasa orang bangkrut itu. Frasa Orang bangkrut itu memiliki maksud untuk menunjuk penonton atau mitra tutur. Dengan demikian tuturan (80) adalah tindak tutur yang tidak literal.

Tuturan (80) bila diubah menurut maksudnya maka tuturan akan memiliki bentuk sebagai berikut.

(80a) Bermimpilah karena kamu tidak akan pernah miskin jika memiliki mimpi!

Di bawah ini adalah tuturan (62) s.d (80) yang diubah menurut maksud penuturnya.

(62a) Jangan berkata ‘tidak bisa’!

(63a) Mulailah dan jangan pernah menyerah!

(64a) Jangan takut, percaya dirilah akan kemampuan dan karaktermu! (65a) Jangan malu untuk menutup auratmu!

(66a) Ayah jangan khawatir ketika saya memiliki kekasih suatu saat nanti, karena ayah akan tetap jadi yang terbaik dalam hidupku!

(67a) Ibu jangan takut ketika saya menemukan kekasih, karena ibu akan tetap menjadi wanita terpenting dan utama dalam hidupku!

(68a) Jangan takut untuk tampil lebih baik sebab itu hasrat yang alami!

(69a) Pahamilah masa lalu mu, agar kamu bisa mengatur arah masa depanmu! (70a) Bersabarlah dalam proses menjadi lebih baik!

(71a) Jangan banyak bicara, lakukan saja!

(72a) Tambahlah pengetahuanmu agar aman hidupmu!

(73a) Bergaullah sebab teman akan membantumu ketika kamu dalam kesulitan !

(74a) Bersyukurlah, jangan mengeluh! (75a) Jangan mudah menghakimi!

(76a) Belajarlah sebab ilmu dan pengetahuan ada dimana-mana! (77a) Carilah wanita yang tepat untuk mendorongmu menjadi hebat! (78a) Jangan takut untuk berubah!

(79a) Pertahankanlah yang tradisional, karena ada hal-hal yang tak dapat digantikan oleh yang modern!

(80a) Bermimpilah karena kamu tidak akan pernah miskin jika memiliki mimpi!

BAB IV

Dokumen terkait