• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Tindak Tutur Direktif pada Ranah Keluarga Muda di

5. Tindak Tutur Meminta Restu

Tindak tutur meminta restu merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan suatu tuturan dengan tujuan ingin mendapatkan restu dari mitra tutur sebelum penutur melakukan suatu hal.

commit to user

P :”Pak nyuwun donga pengèstu nggih,niki kula ngajukakên beasiswa

Gudang Garam mugi-mugi mbenjang angsal beasiswane.”

„Pak minta doa restu ya, ini saya mengajukan beasiswa Gudang Garam semoga besuk dapat beasiswanya‟

MT : “ Iya ndhuk, tak dongakne muga-muga entuk ya.” „Iya nak,saya doakan semoga dapat ya‟

6) Tindak Tutur Mengingatkan

Tindak tutur mengingatkan adalah tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu tuturan dengan tujuan memberi tahu kepada mitra tutur agar mempertimbangkan sesuatu hal yang akan dilakukannya.

Contoh tindak tutur direktif mengingatkan.

P :“Oalah Le..le..dadi bocah ki mbok ya sing manut,sekolah ki ya sing tênanan aja gur dolan wae, elinga wong tuwamu ki sing golèk ragat sekolah rêkasa.”

„Jadi anak itu yang nurut, sekolah itu ya yang serius jangan main

terus, ingatlah susahnya orang tuamu yang mencari biaya sekolah‟

MT : “ iya..iya Mbok.” „iya..iya Bu‟

7) Tindak Tutur Melerai

Tindak tutur melerai adalah tindakan penutur dalam mengujarkan suatu tuturan untuk menghentikan pertengkaran baik mulut maupun pertengkaran fisik.

Contoh tindak tutur direktif melerai.

P : “ Uwis ta uwis ora sah padu ora sah royokan, Rehan rene tak wènèhi roti dhewe.”

„Sudah sudah tidak usah bertengkar tidak usah rebutan, Rehan sini saya kasih roti sendiri.‟

MT : “ lha Abi ki lho mbah dijaluki cêthil .” „ Abi ini Nekdimintai pelit „

commit to user

Tindak Tutur Memaksa merupakan tindakan penutur dengan mengujarkan sesuatu tuturan menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan maksud mitra tutur harus melakukan sesuai dengan kehendak penutur.

Contoh tindak tutur direktif memaksa. P :”Buk, ndang njaluk dhuwite!”

„Bu, cepat minta uangnya!‟

MT :”Arêp nggo apa ta?” „Mau buat apa?‟

P :”Nggo jajan.” „Buat jajan‟

MT :”Bocah kok jajan wae.” „Anak keciljajan terus‟

9) Tindak Tutur Menantang

Tindak tutur memantang merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu hal yang memancing emosi mitra tutur sehingga menimbulkan pertengkaran.

Contoh tindak tutur direktif menantang.

P : ” Lup kowe apa wani bêngi-bêngi lewat kuburan dhewe?” „ Lup kamu apa berani malam-malam lewat kuburan sendiri?‟

MT :“ Wani len Mbak, ngapa ra wani.” „ Berani saja Kak, kenapa tidak berani‟

10) Tindak Tutur Manyarankan

Tindak tutur menyarankan adalah tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu dengan tujuan memberitahukan kepada mitra tutur agar mempertimbangkan apa yang sudah menjadi keputusannya.

Contoh tindak tutur direktif menyarankan.

P :“ Mbak suk mbèn aku apike njupuk judhul skripsi apa ya?” „Kak besuk sebaiknya aku ambil judul skripsi apa ya?‟

MT : “ Tak saranke ya,kowe mending njupuk judhul skripsimu ki tingkat tutur nèng SD wae.”

commit to user

Saya sarankan, kamu mendingan ambil judul skripsimu itu tingkat tutur di SD saja‟

11) Tindak Tutur Memohon

Tindak tutur memohon merupakan tindakan penutur dalam mengujarkan sesuatu karena menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur tersebut mengabulkannya.

Contoh tindak tutur direktif memohon.

P :”Mbak aku njaluk tulung bangêt ya, suk direwangi.” „Kak aku minta tolong sekaliya, besuk dibantu.‟

MT :”Ya Dik suk tak ewangi.” „Ya Dik besuk saya bantu.‟

12) Tindak Tutur Menyumpah

Adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk melakukan perbutan bersumpah di hadapan mitra tutur.

Contoh tindak tutur direktif menyumpah.

P :”Gèn yèn wani karo wong tuwa bèn kuwalat, dadi kaya jambu mete.”

„Biar kalau berani sama orang tua biar kuwalat, jadi seperti jambu mete.‟

MT :”Wis bèn.” „Biarin.‟

13) Tindak Tutur Memperingatkan

Adalah tindak dengan pertuturan yang dilakukan penutur, untuk memberitahu bahwa apa yang akan dilakukan mitra tutur tersebut tidak baik.

Contoh tindak tutur direktif memperingatkan.

P :”Yèn numpak pit ki mbok ya rasah bantêr bantêr!” „Kalau mengendarai sepeda itu jangan kencang-kencang!‟

MT :”Nggih.” „Ya.‟

commit to user 14) Tindak Tutur Mengharap

Tindak tutur mengharap adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur atau kepada yang lain di luar mitra tutur, dengan harapan mengabulkannya.

Contoh tindak tutur direktif mengharap. P : “ Muga-muga udan ya Buk.”

„ Semoga hujan ya Bu‟

MT : “ Lha iya ta kok ya ra ndang udan-udan, mêsakne wong tani.” „Iya ya kenapa tidak hujan-hajan, kasihan petani‟

15) Tindak Tutur Mengajak

Tiindak tutur mengajak adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur yang bertujuan menginginkan mitra tutur untuk bersama sama melakukan sesuatu.

Contoh tindak tutur direktif mengajak.

P :“ Ayo Mbak tak jak nèng Mitra Karanganyar.” „Ayo Kakaku ajak ke Mitra Karanganyar‟

MT :“ Ya, ayo tapi aku digoncèngke ya.” „Iya ayo tapi aku diboncengkan ya‟

16) Tindak Tutur Menegur

Adalah tindak pertutran yang disampaikan penutur kepada mitra tutur, bahwa apa yang dilakukan atau diucapkan mitra tutur tersebut salah.

Contoh tindak tutur direktif menegur.

P : “Yèn wong tuwa gunêman durung rampung ki aja disêlani, ora sopan ngêrti ora?”

„Kalau ada orang tua belum selesai bicara itu jangan disela, tidak sopan, mengerti tidak?‟

MT : “ Nggih nggih Buk.” „Ya ya Bu

commit to user 17) Tindak Tutur Memarahi

Tindak tutur memarahi adalah tindak pertuturan yang dilakukan P kapada MT untuk mengungkapkan perasaan marahnya, karena MT dianggap bersalah.

Contoh tindak tutur direktif memarahi.

P : “Cangkêmmu ki lho yèn gunêman, ra tau diatur.

„ Mulutmu itukalau bicara tidak pernah diatur‟

MT : “ Sak sênêngku ta, wong lambe-lembeku dhewe kok.” „Suka-suka saya, orang mulut-mulut saya sendiri kok‟

18) Tindak Tutur Menagih Janji

Adalah tindakan pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk meminta pertanggungjaweaban atas apa yang telah diucapkan atau dijanjikan sebelumnya.

Contoh tindak tutur direktif menagih janji.

P :”Buk jare yèn wis bayaran arêp nukokne dolanan?” ‟Bu katanya kalau sudah gajian mau membelikan mainan?‟

MT :‟Ya mêngko yèn bapak wis mantuk.‟ „Ya nanti kalau bapak sudah pulang.‟

19) Tindak Tutur Mempersilakan

Tindak tutur mempersilakan adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur untuk menyuruh, mengijinkan memasuki ruangan, atau melanjutkan pekerjaan oleh penutur.

Contoh tindak tutur direktif mempersilakan. P :“ Kula nuwun.”

„Permisi‟

MT :“ Mangga pinarak mlêbêt pakdhe.” „Silahkan masuk Paman‟

commit to user

Mengusir adalah menyuruh orang lain untuk menènggalkan tempat dengan cara paksa. Jadi tindak tutur mengusir adalah tindak pertuturan yang dilakukan penutur dengan tujuan agar mitra tutur menènggalkan tempat dengan cara paksa.

Contoh tindak tutur direktif mengusir.

P :“ Yèn kowe ra manut karo wong tuwa, wis minggata saka ngomah wae aku ora nduwe anak kowe ora pa-pa.”

„ Kalau kamu tidak patuh orang rua, sudah pergi saja dari rumah aku tidak punya anak kamu tidak apa-apa‟

MT :“ Ampun Buk, aku manut karo buke pake.” „Ampun Bu,aku nurut sama ibu bapak‟.

21) Tindak Tutur Melarang

Melarang adalah mencegah orang lain untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak tidak diinginkan. Jadi tindak tutur melarang, adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur untuk mencegah mitra tutur melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh penutur.

Contoh tindak tutur direktif melarang.

P : “ Yèn kowe arep melu nèng Bumiayu aja sik, tapi yèn gur arêp melu nèng Sarangan ora apa-apa.

„ Kalau kamu ingin ikut ke Bumiayu jangan dulu, tapi kalau hanya ingin ikut ke Sarangan tidak ap-apa‟

MT : “ Lha napa ta Pak kok mbotên parêng?”

„Memang kenapa Paksaya tidak boleh ikut?‟

P : “ Yo pokoke aja sik.” „Ya pokoknya jangan dulu‟

Ciri tindak tutur direktif berada pada adanya sebuah pengaruh yaitu berupa sebuah tindakan (tindak perlokusi) tiap tuturan dari adanya tindak ilokusi. Jadi bila perlokusi melakukan apa yang ada pada ilokusi maka tuturan itu termasuk tindak tutur direktif.

commit to user

D. Aspek-aspek Situasi Tutur

Sehubungan dengan beranekaragamnya maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penutur dalam sebuah tuturan, Leech (1993 dalam Muhamad Rohmadi: 28) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam studi pragmatik. Aspek –aspek tersebut adalah sebagai berikut.

1) Penutur dan Lawan Tutur

Konsep ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan lain-lain.

2) Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (backgraound knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3) Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunaka untuk menyatakan satu maksud atau sebaliknya satu maksud dapat disampaikan dengan beraneka ragam tuturan.

commit to user

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu.dalam hal ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang komgktit, jelas penutur dan lawan tuturnya, seta waktu dan tempat pengutaraannya.

5) Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

E. Prinsip Kerja Sama

Berbahsa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegitan berbahsa baru terwujud apabila manusia terlibat didalamnya. Di dalam berbicara penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa, dan interpertas-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta tindak tutur beranggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu (Allan, 1986 dalam I Dewa Putu Wijana 1996:45). Apabila orang bicara kepada orang lain pasti ingin mengemukakan sesuatru. Selanjutnya orang lain diharapkan menagkap apa yang dikemukakan. Dengan adanya dua tujuan ini, maka orang akan berbicara sejelas mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas dan tidak berlebihan, berbicara secara wajar. Hanya saja dalam pragmatik terdapat

commit to user

penyimpangan-penyimpangan, ada maksud-maksud tertentu, tetapi penutur harus bertanggung jawab atas penyimpangan itu, sehingga orang lain bisa menegetahui maksudnya.mereka harus bekerja sama. Grice (1975 dalam Y Suwanto 2008: 19) mengemukakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (convertation maxim), yakni:

1) Maksim kualitas (maxim of quality), yaitu aturan pertuturan yang menuntut setiap peserta tutur untuk berkata benar.

2) Maksim kuantitas (maxim of quantity), ialah aturan pertuturan yang menuntut setiap penutur memberikan kontribusi secukupnya sesuai dengan yang diminta.

3) Maksim relevansi (maxim of relevance), ialah aturan pertuturan yng menuntut adanya relevanci dalam tuturan antara pembicara dengan masalah yang dibicarakan.

4) Maksim pelaksanaan (maxim of manner), adalah aturan pertuturan yang mengharuskan peserta tutur untuk memberikan kontribusi tuturan yang runtut, tidak ambigous, tidak taksa dan tidak berlebihan.

F. Teori Kesantunan Berbahasa

Prinsip kesantunan menurut Leech (1983 dalam Y Suwanto 2008: 22) meliputi 6 maksim, yaitu

1. Maksim kebijaksanaan/kedermawanan. Ditujukan pada orang lain (other centred maxim). Jenis maksim ini untuk berjanji dan menawarkan

commit to user

(impositif, komisif). Memaksimalkan keuntungan orang lain,

meminimalkan kerugian orang lain.

2. Maksim penerimaan (approbation maxim). Ditujukan pada diri sendiri, bukan pada orang lain (self centred maxim). Maksim penerimaan ini ditujukan untuk menawarkan dan berjanji. Memaksimalkan kerugian diri sendiri, meminimalkan keuntungan diri sendiri.

3. Maksim kemurahhatian (generosity maxim). Pusatnya orang lain (other centred maxim). Maksim ini ditujukan untuk kategori asertif dan ekspresif. Memaksimalkan rasa hormat pada orang lain, meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain.

4. Maksim kerendahhatian (modesty maxim). Pusatnya pada diri sendiri (self centred maxim). Meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri sendiri.

5. Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada orang lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresif. Memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan pada orang lain.

6. Maksim kesimpatian (symphaty maxim). Pusatnya orang lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan asertif dan ekspresif. Memaksimalkan simpati pada orang lain dan meminimalkan antipati pada orang lain.

commit to user

a. formalitas, artinya jangan menyela, tetaplah bersabar, dan jangan memaksa.

b. Kebebasan pilihan (keluwesan), artinya buatlah sedemikian rupa sehingga MT anda dapat menemtukan pilihan dari berbagai tindakan.

c. Kesekawanan (kesederajatan), artinya bertindaklah seolah-olah antara anda dengan MT anda sama atau sederajat, dan buatlah agar MT merasa enak/senang.

Leech mengemukakan adanya tiga skala yang perlu dipertimbangkan untuk menilai derajat kesopansantunan suatu ujaran yaitu yang disebut dengan skala pragmatik. Ketiga skala tersebut, yaitu:

1. Skala kerugian dan keuntungan menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan.

2. Skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur.

3. Skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.

Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson berkisar pada nosi muka (face). Semua orang yang rasional memiliki muka (dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dihormati, dan sebagainya.

commit to user

Menurut mereka nosi muka itu dapat dibedakan menjadi muka negatif dan muka positif.

Model kesantunan Brown and Levinson (1987) terdapat tiga parameter atau skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural yang selengkapnya mencakup skala-skala berikut:

1. Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (social distance between speaker and hearer) banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, kenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural.

2. Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and hearer relative power) atau seringkali disebut dengan peringkat kekuasaan (power rating) didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra tutur. ran. Dalam konteks yang terakhir, polisi memiliki status sosial yang lebih tinggi.

3. Skala peringkat tindak tutur atau sering pula disebut dengan rank rating atau lengkapnya adalah the degree of imposition associated with the required expenditure of goods or services didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya.

Dari ketiga teori mengenai kesantunan berbahasa tersebut, teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori milik Brown dan Levinson. Teori Brown dan Levinson mencakup skala kesantunan yang dianggap paling

commit to user

relevan, paling mapan dan paling mutakhir untuk menganalisis data yang didapatkan

G. Keluarga Muda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keluarga adalah (1) ibu dan bapak beserta anak-anaknya (2) orang seisi rumah yang menjadi tanggungan (3) sanak saudara; kaum kerabat (4) satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Seperti lazimnya semua lembaga, keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyelasaikan sejumlah tugas penting. Suatu keluarga mungkin merupakan: (1) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan, (2) suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, (4) pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak, (5) satu orang dengan beberapa anak.

Bila kita berbicara mengenai keluarga, menurut ibu Hartini salah satu pegawai Kecamatan Tasikmadu bagian PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana) keluarga bisa diklasifikasikan menjadi tiga yaitu muda (remaja), dewasa dan tua. Pengklasifikasian keluarga muda itu sendiri berdasarkan kriteria usia kepala keluarga, yaitu kepala keluarga kurang dari 40 tahun.

Dalam setiap masyarakat keluarga adalah suatu struktur kelembagaan yang berkembang melalui upaya masyarakat untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Adapun tugas-tugas yang dilakukan melalui keluarga diantaranya: (1) fungsi pengaturan seksual, (2) fungsi reproduksi, (3) fungsi sosialisasi, (4) fungsi

commit to user

afeksi, (5) fungsi penentuan status, (6) fungsi perlindungan dan (7) fungsi ekonimis.

H. Monografi Kecamatan Tasikmadu

Kecamatan Tasikmadu adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Tasikmadu berada sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Mojogedang di sebelah utara, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten di sebelah selatan, Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat di sebelah barat dan Kecamatan Karanganyar di sebelah timur.

Luas wilayah Kecamatan Tasikmadu 2.759,7300 Ha,dengan jumlah penduduk 57.199 orang. Kecamatan Tasikmadu dikepalai oleh seorang camat yang bernama Kurniadi Maulato, S.Sos. Kecamatan Tasikmadu dibagi atas sepuluh kelurahan/desa, yaitu:

1. Kelurahan/Desa Ngijo (Kodepos : 57721) 2. Kelurahan/Desa Buran (Kodepos : 57722) 3. Kelurahan/Desa Gaum (Kodepos : 57722) 4. Kelurahan/Desa Kalijirak (Kodepos : 57722) 5. Kelurahan/Desa Kaling (Kodepos : 57722) 6. Kelurahan/Desa Karangmojo (Kodepos : 57722) 7. Kelurahan/Desa Pandeyan (Kodepos : 57722) 8. Kelurahan/Desa Papahan (Kodepos : 57722) 9. Kelurahan/Desa Suruh (Kodepos : 57722)

commit to user

10.Kelurahan/Desa Wonolopo (Kodepos : 57722) Kependudukan Kecamatan Tasikmadu:

1. Jumlah penduduk menurut: a. Usia 1) 0 – 04 : L 1.676 orang : P 1.799 orang 2) 05 – 09 : L 1.979 orang : P 1.991 orang 3) 10 – 14 : L 2.135 orang : P 2.182 orang 4) 15 – 19 : L 2.385 orang : P 2.356 orang 5) 20 – 24 : L 2.485 orang : P 2.393 orang 6) 25 – 29 : L 2.509 orang : P 2.423 orang 7) 30 – 34 : L 2.340 orang : P 2.462 orang 8) 35 – 39 : L 2.514 orang : P 2.559 orang 9) 40 – 44 : L 2.185 orang : P 2.333 orang 10)45 – 49 : L 2.189 orang : P 2.152 orang 11)50 – 54 : L 2.072 orang : P 1.931 orang 12)55 – 59 : L 2.076 orang : P 1.760 orang 13)60 – keatas : L 2.167 orang : P 2.146 orang b. Jenis Kelamin:

1) Laki-laki : 28.712 orang 2) Perempuan : 28.487 orang Jumlah : 57.199 orang c. Kepala Keluarga KK : 18.566 orang d. Kewarganegaraan :

commit to user

1) WNI : L 28.712 orang P 28.487 orang Jumlah : 57.199 orang 2) WNA : -

2. Jumlah penduduk menurut agama dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa:

a. Islam : 55.858 orang b. Kristen : 742 orang c. Katolik : 546 orang d. Hindu : 25 orang e. Budha : 8 orang

3. Jumlah penduduk menurut Penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa : 20 orang.

4. Jumlah penduduk menurut usia : a. Kelompok prasekolah 1) 0 – 3 tahun : 2739 orang 2) 4 – 6 tahun : 2.784 orang b. Kelompok pendidikan 1) 7 – 12 tahun :4.573 orang 2) 13 – 15 tahun :3.855 orang 3) 16 – 18 tahun :3.436 orang 4) 19 tahun keatas:18.611 orang c. Kelompok tenaga kerja:

commit to user

1) 10 – 14 tahun : L 1.449 orang : P 1.570 orang 2) 13 – 15 tahun :L 2.296 orang : P 2.419 orang 3) 20 – 26 tahun : L 3.059 orang : P 2.985 orang 4) 27 – 40 tahun : L 4.696 orang : P 4.651 orang 5) 41 – 56 tahun : L 4.031 orang : P 4.655 orang 6) 57 tahun keatas: L 4.672 orang : P 4.517 orang 5. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan:

a. Taman kanak-kanak :1.867 orang b. Tidak /belum pernah SD

1) Tidak/belum pernah SD :1.035 orang 2) Tidak tamat SD : 402 orang

Belum tamat SD :3.703 orang c. Lulusan pendidikan umum

1) SD/MI sederajat :9.219 orang 2) SMP/MTS/Sederajat :8.829 orang 3) SMA/SMK/MA/Sederajat :6.812 orang 4) Akademi/D1-D3 :825 orang 5) Sarjana/S1/D4 :607 orang 6) Pasca Sarjana/S2-S3 :142 orang d. Lulusan pendidikan khusus

1) Pondok Pesantren :106 orang 2) Pendidikan Keagamaan :732 orang 3) Sekolah Dasar Luar Biasa :29 orang

commit to user

4) Kursus/Ketrampilan :119 orang 6. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian:

a. Karyawan :

1) Pegawai Nageri Sipil :1.631 orang 2) TNI/POLRI :256 orang 3) Swasta :7.134 orang b. Wiraswasta/Pedagang :1.229 orang c. Tani :3.033 orang d. Pertukangan :1.359 orang e. Buruh Tani :3.918 orang f. Pensiunan :687 orang g. Angkutan :286 orang h. Jasa :286 orang i. Lainnya :678 orang 7. Jumlah penduduk menurut mobilitas/mutasi penduduk:

a. Lahir: 1) Laki-laki :180 orang 2) Perempuan :151 orang Jumlah :331 orang b. Mati : 1) Laki-laki :113 orang 2) Perempuan :86 orang Jumlah :199 orang

commit to user c. Datang : 1) Laki-laki :194 orang 2) Perempuan :190 orang Jumlah :199 orang d. Pindah : 1) Laki-laki :156 orang 2) Perempuan :167 orang Jumlah :323 orang 8. Nikah, Talak, Cerai Rujuk:

a. Nikah :420 orang b. Talak :2 orang c. Cerai :14 orang d. Rujuk :-

I. Kerangka Pikir

Struktur penelitian ini dapat di buat dengan kerangka pikir yang menjelaskan mengenai tindak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Adanya tuturan-tuturan di ranah keluarga muda yang mengandung tindak tutur direktif menjadi masalah yang muncul bagi peneliti. Pada tuturan-tuturan tersebut banyak dipergunakan berbagai macam tindak tutur direktif untuk menyampaikan satu maksud, atau pun sebaliknya.

Dengan adanya tindak tutur direktif ini, selanjutnya akan dianalisis mengenai bentuk tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, dan faktor yang

commit to user

melatarbelakangi adanya tindak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, suatu tinjauan pragmatik. Skema kerangka pikir disusun sebagai berikut.

Skema Kerangka Pikir

Tindak Tutur Direktif Pada Ranah Keluarga Muda Di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.

Keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Komunikasi verbal

Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif di ranah keluarga muda di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Faktor yang melatarbelakangi

adanya TTD Fungsi TTD

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksa, 2001: 136). Dalam metode penelitian ini akan di jelaskan beberapa hal, yaitu : (1) Sifat Penelitian, (2) Sumber Data, (3) Data Penelitian, (4) Alat Penelitian, (5) populasi, (6) Sampel, (7) Metode Pengumpulan Data, (8) Metode Analisis Data, (9) Metode Penyajian Hasil Analisis Data.

A. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Maksudnya, suatu penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya atau fakta yang ada, sehingga dihasilkan atau yang dicatat berupa pemerian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya sebagaiman adanya (Sudaryanto,1992:62). Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan data kebahasaan terutama mengenai tuturan-tuturan sebagaiman adanya. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cermat, sehingga menghasilkan penafsiran yang kuat dan objektif.

Dokumen terkait