Atasi konvulsi dan ekstasi dengan diberi diazepam 0,1 mg per kg secara oral. Jika terjadi koma, atasi seperti keracunan obat golongan barbital.
Amfetamin
Ketika berupaya mendapatkan obat untuk asma, Chen, seorang farmakolog etnis Cina Amerika, meneliti catatan tentang obat-obat Cina kuno. Ia mene-mukan suatu semak gurun yang disebut
mahuang yang berulang-ulang disebutkan sebagai obat yang
efektif. Setelah melakukan suatu upaya sistematis, Chen dapat mengisolasi suatu alkaloid dari tanaman tersebut yang merupakan anggota genus Efedra. Dan efedrin memang terbukti sangat berhasil mengatasi asma. Namun, keter-gantungan pada tanaman semak tersebut sebagai bahan obat dianggap tidak efisien, sehingga mulai dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan suatu pengganti sintetis. Amfetamin adalah hasil dari berbagai upaya tersebut.
Amfetamin yang pertama, Benzedrin, ditemukan tahun 1927. Dengan cepat menjadi tersedia secara komersial pada awal 1930 sebagai inhalar untuk melegakan hidung tersumbat dan juga diketahui masyarakat karena efek rangsangannya. Dokter-dokter kemudian meresepkannya dan dengan segera amfetamin lain dibuat untuk mengendalikan depresi ringan dan nafsu makan. Selama PD II, para tentara kedua belah pihak diberikan persediaan obat-obatan untuk menghapus lelah
(fotigue). Sekarang ini, amfetamin sering digunakan untuk
menangani anak hiper-aktif.
Amfetamin, seperti Benzedrin, Deksedrin, dan Methedrin, menghasilkan efeknya dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin dan dopamin dan menghambat pengembalian kedua neurotransmiter tersebut. Obat-obatan tersebut dapat
ditelan atau disuntikkan dan dapat menyebabkan kecanduan. Keterjagaan meningkat, fungsi-fungsi pencernaan dihambat, dan nafsu makan berkurang. Oleh karena itu, obat ini digunakan untuk diet. Denyut jantung semakin cepat, dan pembuluh darah di kulit, serta selaput lendir mengalami penyempitan. Individu yang bersangkutan menjadi terjaga, euforik, dan bersemangat serta dirasuki oleh energi yang seolah tanpa batas dan rasa percaya diri. Dosis yang lebih besar dapat membuat pengguna menjadi gugup, mudah terpancing, dan bingung sehingga ia dapat mengalami gemetar, sakit kepala, pusing, dan tidak dapat tidur. Kadang para pengguna berat menjadi sangat dipenuhi rasa curiga dan bersikap bermusuhan, sehingga ia dapat mem-bahayakan orang lain. Dosis tinggi yang digunakan dalam satu kurun waktu tertentu dapat menimbulkan kondisi yang cukup mirip dengan skizofrenia paranoid, termasuk delusinya.
Toleransi terhadap amfetamin berkembang dengan sangat cepat, sehingga semakin besar dosis yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek perangsangan. Satu studi menunjukkan terjadinya berbagai efek toleransi hanya dalam waktu enam hari setelah penggunaan obat tersebut secara berulang kali. Seiring meningkatnya toleransi pengguna dapat berhenti minum pil dan menyuntikkan Methedrin, jenis amfetamin terkuat, langsung ke dalam pembuluh darah. Mereka yang dijuluki pecandu speed menyuntik diri mereka berulang kali dengan obat tersebut dan mempertahankan aktivitas intens dan euforik selama beberapa hari, tanpa makan dan tidur (terus-menerus), dan setelah itu, dalam keadaan sangat lelah dan depresi, tidur, atau jatuh tertidur selama beberapa hari. Kemudian, siklus tersebut berulang kembali. Setelah pola tersebut berulang beberapa kali, fungsi fisik dan sosial individu yang bersangkutan mengalami kemunduran jelas. Perilakunya berubah-ubah dan bermusuhan, dan si pecandu speed tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri serta orang lain.
Penggunaan amfetamin di tempat kerja meningkat. Di bawah tekanan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan istilah tahun 90-an adalah “melakukan lebih banyak pekerjaan dengan waktu yang lebih sedikit” banyak pekerja kerah putih beralih ke
speed untuk tetap terjaga, lebih produktif, dan secara umum
merasa lebih berenergi, bahkan euforik. Dalam beberapa kasus, para atasan mendorong penggunaan, bahkan menyediakan, obat bagi karyawan yang sudah termotivasi. Meskipun hal itu dapat berhasil dalam jangka pendek, namun semakin lama akan timbul perasaan mudah tersinggung yang ekstrem dan orang yang
bersangkutan dapat semakin banyak menggunakan zat yang menimbulkan kecanduan tersebut untuk mengatasi perasaan marahnya. Kadang individu yang bersangkutan meminum alkohol pada petang harinya untuk menenangkan diri. Kerugian emosional dan fisik semakin besar seiring mulai memburuknya hubungan pribadi dan performa kerja si pecandu.
Gejala Klinis
Keracunan yang disebabkan oleh amfetamin ditandai dengan peningkatan kewaspadaan dan percaya diri, euforia, perilaku ekstrovert, banyak bicara, berbicara cepat, kehilangan keinginan makan dan tidur, tremor, dilatasi pupil, takikardia, dan hipertensi. Pada keracunan berat juga, menyebabkan eksitabilitas, agitasi,
dan hiperrefleksia. Konvulsi, rhabdomiolisis, hiperthermia, dan aritmia jantung, tidak biasa terjadi, tapi dihubung-hubungkan dengan peningkatan mortalitas.
Tindakan Penanggulangannya
1. Pengurasan lambung dapat dilakukan dalam jam pertama setelah keracunan karena overdosis, meskipun belum tentu efektif. Sebagai alternatif, dapat diberi karbon aktif 50-100 g.
2. Sebagai tindakan suportif, dapat diberi obat sedative seperti klorpromazin 50-100 mg secara IM, atau diazepam 5-10 mg secara IV.
Metamfetamin
Penyalahgunaan derivat amfetamin yang disebut metamfetamin meningkat tajam pada tahun 1990-an. Beberapa estimasi mengindikasikan, bahwa sebanyak 4,7 juta orang di Amerika Serikat pernah mencoba metamfetamin dalam dosis tertentu. Sebagai tambahan, kematian yang berhubungan dengan metamfetamin hampir meningkat tiga kali lipat antara tahun 1991 dan 1994.
Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena intoksikasi metamfetamin juga meningkat secara dramatis. Dari tahun 1992 hingga 1993, angka rawat inap di rumah sakit karena penggunaan metamfetamin di 42 negara bagian meningkat 43 persen. Pada tahun 1994 dan 1995, 35 persen dari jumlah or-ang yor-ang dirawat di pusat-pusat penor-anganan ketergantungan obat di Kalifornia adalah para penyalahguna metamfetamin, sedangkan 27 persen adalah para penyalahguna heroin dan 24 persen penyalahguna kokain. Pada waktu itu, hingga belum lama
di semua wilayah lain di Amerika Serikat karena tingginya jumlah laboratorium ilegal di negara bagian itu yang memproduksi obat yang mudah dibuat dan tidak mahal tersebut. Meskipun demikian, penyalahgunaannya dewasa ini meluas di wilayah barat tengah dan barat daya Amerika Serikat.
Kaum laki-laki cenderung lebih sering menyalahgunakan metamfetamin diban-ding perempuan kontras dengan penggunaan berbagai jenis amfetamin lain yang mana tidak terdapat banyak perbedaan gender. Meskipun begitu, penyalahgunaan di kalangan remaja laki-laki dan perempuan meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1992. Meskipun kaum laki-laki kulit putih merupakan penyalahguna umum meta-mfetamin, data mutakhir menunjukkan bahwa penggunaan di kalangan Hispanik dan penduduk asli Amerika meningkat.
Sebagaimana jenis amfetamin lain, metamfetamin dapat ditelan atau disuntikkan. Juga dapat digunakan melalui hidung (dihirup). Dalam bentuk kristal jernih, obat tersebut sering dijuluki “meth crystal” atau “es”. Keinginan akan metamfetamin sangat kuat, sering kali berlangsung hingga beberapa tahun setelah penggunaannya dihentikan. Ketagihan juga merupakan prediktor yang handal terhadap penggunaan di kemudian hari.
Beberapa studi terhadap hewan mengindikasikan, bahwa penggunaan metam-fetamin yang kronis menyebabkan kerusakan otak, mempengaruhi sistem dopamin dan serotonin. Berbagai studi pencitraan saraf pada manusia belum lama berselang juga menemukan berbagai efek yang sama pada otak, terutama pada sistem dopamin. Volkow dan para koleganya (2001) menuturkan, bahwa para penyalahguna metamfetamin yang saat ini bersih dari zat, beberapa di antaranya sudah selama sebelas bulan, mengalami pengurangan signifikan suatu trans-porter dopamin. Kenyataannya, pada tiga orang di antara para pasien yang diteliti, berku-rangnya pengembalian dopamin sama dengan yang terjadi pada penyakit Parkinson dalam tahap yang
metam-fetamin tampil lambat pada beberapa tugas motorik dibanding kelompok pembanding, suatu temuan yang sama dengan yang diperoleh pada para pasien yang menderita Parkinson. Berbagai studi lain mendokumentasikan terjadinya berbagai kelemahan kognitif yang juga dihubungkan dengan penggunaan metamfetamin yang kronis. Tidak mengherankan bila penggunaan metamfetamin oleh ibu hamil dapat memiliki konsekuensi berat bagi perkembangan janin. Secara ringkas, metamfetamin memiliki banyak efek yang membahayakan dan serius.
Bahan-bahan kimia untuk memproduksi metamfetamin dapat diperoleh dengan mudah meskipun beberapa undang-undang mutakhir, seperti Methamphetamine Control Act yang diberlakukan pada tahun 1996, telah diundangkan sebagai upaya untuk menghentikan pasokannya. Ketika pasokan efedrin dibatasi, pseudoefedrin, zat yang umum terdapat dalam banyak
dekongestan yang dijual bebas, menjadi penggantinya. Namun
zat-zat tersebut, dewasa ini juga telah diatur dengan lebih baik. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembuat-an metamfetamin sangat tidak stabil dan berbahaya bila terhirup. Berbagai bahan kimia berbahaya tersebut menyebabkan kerusakan mulai dari iritasi mata dan mual-mual hingga koma dan kematian. Bahan-bahan tersebut juga beresiko menimbulkan kebakaran dan ledakan.
Ekstasi
Ekstasi atau 3,4-metilen-dioksimetamfetamin karena efek neurotoksisitas dan potensial disalahgunakan, di Inggris telah dimasukkan dalam golongan A dari “Misuse of Drug Act” pada tahun 1971, dan di Amerika Serikat dilarang sejak tahun 1985. Di Inggris, tablet atau kapsul ekstasi digunakan pada pesta
dengan gerakan dansa yang cepat dan lama, sehingga efek farmakologinya bercampur dengan penggunaan tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat.
Gejala Klinis
Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul, antara lain agitasi, takikardia, hipertensi, dilatasi pupil yang kelihatan jelas, trismus, dan berkeringat. Pada kasus yang berat dapat terjadi hiperthermia, koagulasi intravaskuler yang menyebar, rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut. Kematian mungkin terjadi, dan jika sembuh dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme yang belum diketahui.
Tindakan Penanggulangannya
1. Cairan tubuh yang hilang diganti dengan cairan infus. 2. Untuk mengatasi hiperthermia, dapat diberi dantrolen 1 mg
per kg secara IV yang dapat diulang jika diperlukan.