• Tidak ada hasil yang ditemukan

AwAs NArkobA! Awas Narkoba!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AwAs NArkobA! Awas Narkoba!"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

AWAS NARKOBA!

Penyusun : Putranto Jokohadikusumo, S.Sos. Editor : Rissa Yanuar, S. S.

Design Sampul : Muhammad Sopandi Lay Out : Bayi Nurhelis Cetakan Pertama : Tahun 2009 Cetakan Kedua : Tahun 2013 Penerbit:

PT. SARANA ILMU PUSTAKA

Jl. Aria Barat I No. 5 Bandung 40295 - INDONESIA Telp. 022-7531519

Fax. 022-7321271

E-mail: penerbit_sip@yahoo.com

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Jokohadikusumo, Putranto

Awas Narkoba! / Putranto Jokohadikusumo, S.Sos. Cet. 2 - Bandung: Sarana Ilmu Pustaka, 2013. x + 132 hlm.; ilus; 21 cm

Bibliografi: hlm. 141 ISBN 978-602-8714-32-7

1. Awas Narkoba! I. Judul Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Ketentuan pidana pasal 72 UU No. 19 tahun 2002

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

(5)

Kata Pengantar

NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif) atau biasa disebut Narkoba, satu kata yang selalu kita dengar dari berbagai media massa dan mampu membuat gelisah para orangtua. Apalagi yang terkena narkoba tersebut pada siswa yang akan mempengaruhi belajarnya, bahkan merusak moral dan mentalnya. Pengaruh narkoba sangat luar biasa buruknya, selain merusak moral dan mental, juga merusak kesehatan dan menghancurkan ekonomi keluarga.

Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa di Indo-nesia bukan hanya menjadi daerah pemasaran gelap narkoba, melainkan juga sebagai daerah produsen narkoba. Sebagian besar korban penyalahgunaan narkoba berusia 15 –25 tahun, usia yang seharusnya sedang giat-giatnya melakukan aktivitas yang membangun, usia yang sangat produktif.

Saat ini, semakin banyak remaja yang memulai perkenalan-nya dengan narkoba pada usia semakin dini, yaitu 10 tahun. Masa yang boleh dibilang masih sangat dekat dengan dunia anak-anak, saat di mana keceriaan dalam usia bermain harus terenggut keindahannya oleh jerat narkoba yang mematikan.

Penyalahgunaan umumnya dimulai dengan kebiasaan merokok. Kemudian, mulai madat, ganja, dan lain sebagainya.

(6)

dan berbahaya bagi nyawa pengguna, penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik juga dapat menyebabkan penularan HIV/ AIDS. Bahkan, narkoba merupakan media penularan terbesar kedua penyakit menular seksual, terutama HIV/AIDS setelah perilaku seksual yang menyimpang.

Siapa pun sebenarnya pasti tak mengharapkan menjadi korban kejahatan narkoba ini. Namun, terkadang ketidak-tahuanlah yang seringkali membuat para remaja menjadi terjerumus ke dalam lembah penyalahgunaan narkoba tersebut. Untuk itu, pemahaman mengenai seluk-beluk narkoba dan bahayanya sangatlah penting bagi remaja maupun dewasa.

Penulis menyadari, bahwa buku ini masih jauh daripada sempurna dan lengkap. Tetapi diharapkan, sudah dapat memberi bantuan seperlunya bagi para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari para pakar dan praktisi guna perbaikan dan penyempurnaannya dalam penerbitan dikemudian hari, akan penulis terima dengan segala senang hati.

Semoga buku ini bermanfaat bagi pemakai. Amin.

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 5

Daftar Isi ... 7

BAB SATU Penyebaran dan sebab-sebab terjadinya transaksi narkoba ... 11

Pendahuluan ... 11

Penyebaran obat terlarang ... 12

Sebab–sebab terjadinya transaksi obat terlarang .... 15

Faktor risiko ... 18

BAB DUA Psikotropika ... 19

Pendahuluan ... 19

Efek pemakaian psikotropika ... 19

Golongan psikotropika ... 20

Golongan psikotomimetika ... 26

BAB TIGA Mengapa kita mewaspadai bahaya narkoba? ... 35

Pendahuluan ... 35

Perangkat pemeriksaan pendahuluan narkotika-psikotropika ... 38

(8)

Pereaksi Ekstasi ... 42

Jenis narkotika dan efek yang ditimbulkannya ... 43

Bagaimana Mengetahui bahwa Anak Anda telah Menjadi Pengguna Narkoba? ... 65

Tips untuk Berkomunikasi dengan Anak Anda ... 68

Berbagai istilah seputar narkoba ... 71

BAB EMPAT Waspadai narkotika di sekolah ... 73

Pendahuluan ... 73

Sejak di bangku sekolah ... 74

Mengapa anak sekolah ... 75

Hal yang telah dilakukan sekolah ... 76

Anak dan narkoba cegah sekarang juga! ... 77

Tindak lanjut ... 79

Mitos dan fakta ... 80

BAB LIMA Kebijakan pemerintah ... 87 Pendahuluan ... 87 Prevensi represi ... 88 Prevensi promosi ... 88 Kurasi ... 89 Rehabilitasi sosial ... 91

Beberapa pusat rehabilitasi narkoba ... 92

BAB ENAM Upaya pencegahan bahaya narkoba ... 94

Pandangan agama islam ... 94

Pandangan agama kristen ... 97

Pandangan agama hindu ... 100

(9)

BAB TUJUH

Dasar-dasar hukum narkoba ... 106

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika ... 106

Dasar hukum penyalahgunaan psikotropika ... 122

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika ... 123

BAB DELAPAN Bahan berbahaya lain ... 127

Volatile solvent ... 127

Inhalensia ... 127

Kecanduan yang paling nikmat: Kafen ... 132

Gangguan berhubungan dengan penyalahgunaan tembakau (nikotin) ... 135

(10)
(11)

BAB SATU

Penyebaran dan Sebab-Sebab

Terjadinya Transaksi Narkoba

Pendahuluan

Penggunaan zat atau obat-obatan seperti alkohol, tembakau, heroin, dan lain-lain di kalangan remaja sering terjadi, baik di negara sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju. Bahkan, di beberapa negara penggunaan alkohol sering dikaitkan dengan kebudayaan setempat. Sebagai konsekuensi-nya adalah timbulkonsekuensi-nya pekonsekuensi-nyalahgunaan bahan atau obat-obat tersebut yang berakibat buruk terhadap diri pengguna maupun orang lain.

Di Amerika Serikat, hampir 90 persen remajanya meng-gunakan zat atau obat-obatan, mulai dari alkohol, tembakau, marijuana sampai heroin. Di Indonesia, penyalahgunaan zat atau obat-obatan cukup banyak, tercatat 622 kasus pada tahun 1997 meningkat menjadi 1833 kasus pada tahun 1999. Dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1999, 80 persen pasien

(12)

Berhubung penyalahgunaan zat atau obat bertentangan dengan hukum dan berdampak buruk terhadap diri pengguna maupun orang lain, maka perlu diambil langkah-langkah untuk menanggulanginya.

Penyebaran Obat Terlarang

Data statistik menunjukkan, bahwa peningkatan jumlah para penikmat NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) di seluruh penjuru dunia, termasuk di dalamnya negara–negara ketiga, yakni negara–negara Islam. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari dua puluh juta penikmat NAPZA. Separuh dari mereka, memulai transaksi sebelum mencapai usia balig (remaja), yakni pada usia kanak–kanak? Hal ini terjadi saat dunia mulai bergerak memerangi arus penyebaran obat terlarang, saat sejumlah besar obat–obatan yang sangat mengkhawatirkan tersebut mulai tertahan oleh berbagai macam pemeriksaan atau tertahan melalui petugas Pengendalian Obat terlarang di negara–negara yang bersangkutan.

(13)

Pada tahun 1985, para petugas Bea dan Cukai di beberapa negara, berhasil menahan lebih tiga puluh juta obat terlarang buatan (yang diteguk), sebagaimana telah berhasil menahan lebih dari delapan puluh kemasan rahasia yang akan diselundupkan melalui bandara udara Heathrow, Inggris.

Kendatipun negara–negara di berbagai belahan dunia telah melakukan upaya terus–menerus dan terang–terangan dalam memerangi NAPZA, namun jumlah yang berhasil ditahan tersebut belum mencapai sepuluh persen dari seluruh jumlah NAPZA yang terdata dan digunakan di seluruh dunia. Pengaruh NAPZA yang dapat menghancurkan masa depan, begitu jelas tampak di balik terjadinya berbagai kejahatan dan bencana. Di dalam catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, bahwa sekitar 86% dari kejahatan pembunuhan yang terjadi, 50% dari kejahatan perampokan dan kekerasan, serta 50% dari seluruh peristiwa yang terjadi secara berkesinambungan, dilakukan di bawah pengaruh NAPZA yang berbahaya.

Sedangkan, jika dikorelasikan pada penyebaran obat terlarang di dalam dunia Islam, tentunya perlu dikembalikan pada negara – negara kafir yang merupakan musuh – musuh Islam yang secara sembunyi – sembunyi beroperasi menyebarkannya di kalangan kaum muslimin. Sebagian negara – negara Islam telah berhasil menyita obat bius dan menyelidikinya, seperti negara Iran, Mesir, Pakistan, Afganistan, dan Turki. Tidak dapat diragukan lagi, bahwa negara – negara Islam adalah negara – negara yang berada dalam posisi sulit dalam menghadapi persoalan dan krisis obat terlarang ini.

Kalaupun Mesir menyelidiki obat bius yang mematikan ini, tidak lain hanya karena adanya sejumlah besar obat terlarang yang masuk ke negaranya dari luar negeri. Pada tahun 1977, negara ini menyita sekitar 24.197 kg ganja, 980 kg opium dan 3.203 kg obat–obatan dan pil terlarang. Kendatipun penyitaan sejumlah besar obat–obatan ini sempat membahagiakan dan

(14)

persen dari jumlah keseluruhan yang telah masuk ke negara ini dan menghancurkan (para generasi)-nya. Fakta menunjukkan, hal tersebut adalah sebuah penelitian yang menyatakan, bahwa sepertiga dari mahasiswa universitas – universitas di Mesir adalah pecandu obat terlarang. Dan yang mengkhawatirkan, anak – anak yang berusia empat belas tahun dan dibawahnya mulai mencoba obat–obatan ini antara satu sampai tiga butir. Kemudian, meningkat menjadi satu sampai sembilan butir. Hal ini menunjukkan, betapa besarnya bahaya dan tipu daya yang dihadapi oleh negara muslim ini.

Barangkali, salah satu penyebab penyebaran obat terlarang dalam fenomenanya yang sangat mengkhawatirkan di Mesir– khususnya pada tahun–tahun terakhir–adalah politik keterbukaan dengan karekteristik Zionis dan hubungan bilateral yang terjalin antara keduanya yang melempangkan arus masuknya obat terlarang dari kaum Yahudi ke negara tersebut dalam jumlah yang lebih besar. Dan seperti yang telah diketahui, biasanya yang berdiri di balik seluruh peristiwa yang buruk dan mungkar adalah kaum Yahudi. Pada tahun 1986, sekitar 83 kali penyelundupan obat terlarang milik orang Israel telah berhasil digagalkan dan ditangkap. Perkara ini menunjukkan, betapa besarnya tipu daya yang dilakukan oleh kaum Yahudi dalam menyebarkan dan memperdagangkan obat terlarang di seluruh dunia.

Data statistik yang mengkhawatirkan telah menunjukkan besarnya persoalan yang terjadi di negara Mesir, dianggap sebagai petunjuk dari peringatan pada besarnya persoalan yang dihadapi oleh negara – negara Islam secara keseluruhan. Negara mesir bukanlah satu – satunya negara yang terperdaya dalam persoalan obat terlarang ini. Tetapi, masih banyak sekali negara Islam, yang penjagaan lebih ketat telah termasuki obat terlarang dengan berbagai macam persoalannya yang semakin memuncak. Data statistik khusus di Departemen Dalam Negeri

(15)

Kerajaan Saudi Arabia mencatat, sekitar enam juta kapsul obat telah disita pada tahun 1978, pada tahun 1984 sekitar 1.111 kg ganja, opium, dan obat–obatan sejenisnya. Dan pada tahun yang sama, sekitar 4.898 kg masih dalam bentuk tumbuhan. Pada tahun 1403 hijriah, di Kerajaan Saudi Arabia telah diungkap adanya berbagai macam obat–obatan yang lebih berbahaya, seperti heroin, kokain, dan morfin.

Obat–obat bius ini disebarkan di kalangan orang–orang dewasa, remaja, dan anak–anak oleh para triper (pecandu obat terlarang) yang keji. Salah satu penelitian yang dilakukan di wilayah Teluk menunjukkan, bahwa sejumlah anak yang meninggalkan kegiatannya di dalam wilayah kerajaan, sejak Juni 1981 sampai Juni 1982. Hal itu disebabkan oleh pengaruh obat terlarang dan minuman keras, yakni dalam kurun waktu satu tahun saja, jumlahnya telah mencapai sekitar 334 anak laki – laki.

Jika persoalan sebesar ini telah terjadi di suatu negara seperti Kerajaan Saudi Arabia, tentunya negara – negara Islam lainnya juga menghadapi persoalan yang lebih pelik dan lebih besar lagi. Sebagai contoh adalah negara Kuwait yang merupakan negara kecil yang sedikit warganya. Berbagai data satatistik telah menunjukkan, bahwa 1,2% penduduknya telah menjadi pecandu obat terlarang. Data tersebut menunjukkan, betapa negara ini berada dalam posisi yang sangat sulit, juga menghadapai persoalan yang sangat pelik dan serius.

Sebab–Sebab Terjadinya Transaksi Obat

Terlarang

Data berbagai statistik menunjukkan, kebanyakan para pecandu obat terlarang (triper) di seluruh dunia adalah anak–anak yang pertimbangannya sekitar tujuh puluh persen. Sedangkan, sebab– sebab penyimpangan yang mereka lakukan, antara lain :

(16)

kehancuran keluarga (broker home), semakin jauhnya seorang ayah dari tanggung jawab yang harus dipikulnya, baik karena meninggal dunia atau perilaku, sikap, dan metode pendidikan yang diterapkannya terhadap anak sangat buruk.

Sedangkan faktor yang dapat mendorong para pemuda melakukan transaksi obat terlarang, antara lain : kegagalan yang dialaminya dalam hidup, tidak memiliki rasa percaya diri, tidak mendapat kasih sayang, hingga sampai pada sisi tidak memiliki berbagai macam keterkaitan social yang kuat. Sebagaimana berbagai penelitian menunjukkan, bahwa sebab paling pokok yang mengiring pada terjadinya transaksi obat bius ini, antara lain: kerap membosankan dan bergaul dengan kawan yang berakhlak tidak terpuji. Salah satu dari penelitian ini meng-gunakan seorang narasumber dari kaum triper sebagai objek penelitiannya. Kemudian, tampaklah bahwa kebanyakan dari mereka tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berpendidikan rendah, serta kemampuan kemasyarakatan dan perekonomiannya juga rendah. Atau dengan kata lain, kebanyakan para pecandu obat bius (triper) ini adalah dari kalangan orang–orang fakir yang membutuhkan uang. Kefakiran dan kebutuhan mereka inilah yang dimanfaatkan oleh para pengedar guna mewujudkan kebutuhan mereka yang bejat dalam menyebarkan obat terlarang. Lewat orang–orang fakir inilah, mereka menjual obat terlarang tersebut dengan cara menipunya, bahwa obat–obat ini mampu meringankan beban penderitaan, kemelaratan dan kebutuhan mereka. Akhirnya, mereka pun terpedaya.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan di wilayah bagian timur Kerajaan Saudi Arabia yang menghasilkan data sama. Dari dua kelompok pecandu yang dipilih untuk diteliti didapatkan data bahwa mereka memang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang taraf ekonominya sangat rendah. Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa memanfaatkan

(17)

kebutuhan orang–orang fakir untuk pekerjaan semacam ini merupakan cara yang paling hina, keji, serta tidak manusiawi. Kondisi semacam itu juga menunjukkan, bahwa para pengedar tersebut adalah orang yang berjiwa keji, penipu, dan maker. Berdasarkan peristiwa itu, maka negara–negara Islam harus menjamin kehidupan orang– orang fakir, khususnya bila menyangkut berbagai peristiwa yang mereka timbulkan, baik dengan cara memberikan pertolongan berupa uang, tempat tinggal, pendidikan, dan berbagai macam kebutuhan hidup lainnya yang bersifat primer. Itu semua perlu dilakukan guna menjaga akhlak mereka dari berbagai macam penyimpangan. Barangkali bukan suatu tindakan tolo,l jika negara memberikan tunjangan yang terus – menerus kepada anak – anak yang diambilkan dari perbendaharaan negara. Karena, pada masa pemerintahan Umar Ibnul Khaththab R.A, dia memberikan sekitar seratus dirham kepada anak–anak, dimulai sejak mereka baru lahir. Jumlah ini akan terus ditambah sesuai dengan kebutuhan. Uluran tangan ini terus diberikan hingga kepada anak–anak terlantar (anak–anak yang dibuang oleh orang tuanya). Dengan cara semacam ini, sangat memungkinkan bagi negara untuk melindungi anak–anak kaum muslimin yang masih membutuhkan uluran tangan. Hal itu dimaksudkan, agar kebutuhan dan kefakiran mereka tidak dirasuki oleh kehancuran seperti yang telah dijelaskan.

Adapun sarana informasi secara tidak langsung memiliki peran yang sangat penting dan mengkhawatirkan dalam melariskan penjualan obat terlarang. Hal ini dikatakan oleh salah seorang dokter spesialis pengobatan para pecandu, Telah tampak dengan jelas bagi kita, bahwa faktor paling dominan yang dapat menjadikan para pemuda sebagai pecandu obat terlarang.

(18)

Faktor Resiko

Semua remaja mempunyai resiko untuk menyalahgunakan obat-obatan. Namun, ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan penyalahgunaan obat di kalangan para remaja meningkat, seperti faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan dan karakteristik individu.

Resiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian, bahwa remaja dari orangtua kandung alkaholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol, dibandingkan remaja dari orangtua angkat alkoholik. Penelitian lain membuktikan, remaja kembar monozigot, mempunyai resiko alkaholik lebih besar dibandingkan remaja kembar dizigot.

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan obat pada remaja. Pola asuh orangtua yang demokratis dan terbuka mempunyai resiko penyalahguna-an obat pada remaja lebih rendah, dibpenyalahguna-andingkpenyalahguna-an dengpenyalahguna-an pola asuh orangtua dengan disiplin yang ketat. Disamping itu, keluarga yang antisosial dan kriminal mempunyai resiko penyalahgunaan obat pada remaja lebih besar pula.

Dalam pergaulan sehari-hari, pengaruh oleh teman dekat untuk menyalahgunakan obat lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak dikenal. Remaja-remaja yang mempunyai riwayat kejahatan, bolos sekolah, gagal di sekolah, atau perilaku seks bebas mempunyai resiko menyalahgunakan obat lebih besar.

Penyalahgunaan obat oleh remaja pada usia dini (di bawah 15 tahun) atau usia lebih lanjut (di atas 24 tahun), cenderung disadari oleh gangguan psikiatri, seperti depresi atau gangguan kecemasan dan mempunyai resiko penyalahgunaan obat dua kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang tidak mempunyai riwayat depresi atau gangguan kecemasan.

(19)

BAB DUA

Psikotropika

Pendahuluan

Psikotropika merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Efek Pemakaian Psikotropika

Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan, dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk. Tidak saja menyebabkan

(20)

ketergantungan, bahkan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Golongan Psikotropika

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, yaitu yang dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Berdasarkan definisi tersebut dan potensinya yang dapat mengakibatkan sindroma ketergantung-an, psikotropika terbagi dalam empat golongan.

Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibat-kan sindroma ketergantungan.

No. Nama Lazim Nama Lain

1. Brolampetamin DOB 2. - DOT 3. - DMA 4. - DMPH 5. - DMT 6. - DOET 7. Etisiklidina PCE 8. Etriptamina -9. Katinona -10. (+) 0Lisergida LSD, LSD-25

(21)

11. Ekstasi MDMA 12. - Meskalina 13. Metkatinona -14. - 4-METILAMINOREKS 15. - MMDA 16. - N-Eti MDA 17. - N-Hidroksi MDA 18. - Paraheksil 19. - PMA 20. - Psilosina, Psilotsin 21. Psilobina -22. Rolisiklidina PHP, PCPY 23. - STP, DOM 24. Tenamfetamina MDA 25. Tenosiklodina TCP 26. - TMA

Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

No. Nama Lazim Nama Lain

1. Amfetamin -2. Deksamfetamin -3. Fenetilina -4. Fenmertrazina -5. Fensiklidina PCP 6. Levamfetamina -7. - Levometamfetamina 8. Meklokualon

(22)

-9. Metamfetamina -10. Metamfetamina rasement -11. Metakualon -12. Metolfenidat -13. Sekobarbital -14. Ziperprol

-Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang meng-akibatkan sindroma ketergantungan.

No. Nama Lazim Nama Lain

1. Amobarbital -2. Buprenorfin -3. Butalbital -4. Flunitrazepam -5. Glutetimida -6. Katina (+)-norpseudoefedrina 7. Pentazosina -8. Pentobarbital -9. Siklobarbital

-Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(23)

No. Nama Lazim Nama Lain 1. Allobarbital -2. Alprozolam -3. Amfrepramona Dietilpropion 4. Aminorex -5. Barbital -6. Benzfetamina -7. Bromazepam -8. Brotizolam -9. - Butobarbital 10. Delorazepam -11. Diazepam -12. Estazolam

-13. Etil ampetamin N-etilamfetamina 14. Etil loflazepate -15. Etinamat -16. Etklorvinol -17. Fencamfamina -18. Fendimetrazina -19. Fenobarbital -20. Fenproporek -21. Fentemina -22. Fludiazepam -23. Flurazepam -24. Halazepam -25. Haloksazolam -26. Kamaazepam -27. Ketazolam -28. Klobazam -29. Kloksazolam -30. Klonazepam -31. Klorazepat

(24)

-32. Klordiazepoksida -33. Klotiazepam -34. Lefetamina SPA 35. Loprazolam -36. Lorazepam -37. Lormetazepam -38. Mazindol -39. Medazepam -40. Mefenoreks -41. Meprobamat -42. Mesokarb -43. Metilfenobarbital -44. Metiprilon -45. Midazolam -46. Nimeatzepam -47. Nitrazepam -48. Nordazepam -49. Oksazepam -50. Oksazolam -51. Pemolina -52. Pinazepam -53. Pipradol -54. Pirovalerona -55. Prazepam -56. Sekbutabarbital -57. Temazepam -58. Tetrazepam -59. Triazolam -60. Vinibital

-Di Amerika Serikat, kira-kira 50 persen dari penderita keracunan obat yang dibawa ke rumah sakit disebabkan oleh keracunan obat golongan psikotropika. Dalam bidang

(25)

farmakologi, ada istilah yang dimaksud dengan obat golongan psikotropika, seperti obat yang mempunyai afinitas atau efek khusus pada psikis atau jiwa. Berdasarkan pengertian tersebut dan kegunaannya, psikotropika dapat dibagi dua, yaitu yang digunakan dalam terapi dan yang tidak digunakan dalam terapi, tapi banyak disalahgunakan, khususnya golongan psiko-tomimetika.

Psikotropika yang digunakan dalam terapi dibagi dalam empat golongan, yaitu golongan hipnotika dan sedativa, golongan anti ankietas, golongan antipsikotika, dan golongan antidepresi. Sedangkan golongan psikotomimetika yang banyak disalahgunakan, antara lain :

1. LSD (Lysergic Acid Diethylamide) merupakan senyawa

semisintetik dari ergot.

2. DMT (Dimethyltryptamine), dibuat secara sintetik atau dari

tanaman Piptadenia Pregrine.

3. DET (Diethyltryptamine), suatu senyawa sintetik

4. STP, DOM (2,3-dimethoxy-4-methylamphetamine), suatu

senyawa sintetik.

5. MDA (Methylene Dioxyamphetamine), suatu senyawa

sintetik.

6. MDMA, Ecstasy (3,4-methylene dioxymethamphetamine),

suatu senyawa sintetik.

7. Psilocybine dan Psilocine (merupakan turunan

4-hydrox-ytryptamine), suatu senyawa sintetik atau dapat diperoleh

dari jamur Psilocybe Mexicana.

8. Bufotenine atau Dimethyl Serotinin, suatu senyawa sintetik

atau dapat diperoleh dari tanaman Piptadenia Peregrine, cendawan Amanita Muscaria, atau kulit katak Bufo Marinus.

9. Ibogaine, didapat dari tanaman Tabernanthe Iboga. 10. Harmine dan Harmaline, didapat dari tanaman Paganum

Harmala atau Banisteria Caapi.

(26)

12. Mariyuana atau Ganja, dari tanaman Cannabis Indica atau

Cannabis Sativa.

13. Mescale atau Peyote, dari tanaman Lophopora Williamsii

yang mengandung mescaline. Tapi juga dapat dibuat secara sintetik.

Keracunan psikotropika, umumnya disebabkan oleh overdosis obat golongan spikotropika yang digunakan untuk terapi atau penyalahgunaan bahan atau senyawa dari golongan psikotomimetika.

Golongan Psikotomimetika

Psikotomimetika atau disebut juga psikodisleptika, psikotogen, psikodelik, atau halusinogen, adalah bahan atau senyawa kimia yang mempunyai kemampuan merubah persepsi, keadaan atau suasana hati, atau pikiran. Hal yang paling menonjol ialah perubahan persepsi penglihatan, selain juga dapat terjadi perubahan personalitas.

Gejala Klinis

Jika terjadi keracunan yang disebabkan oleh bahan atau senyawa psikotomimetika, gejala klinis yang memerlukan tindakan penanggulangan secara medis, antara lain hiperek-sitabilitas, lepas kendali, ataksia, hipertensi atau hipotensi, konvulsi, koma, dan keadaan psikotik yang berkepanjangan. Selain itu, LSD dapat menyebabkan midriasis, tremor, refleks yang berlebihan, demam, gangguan psikotik, resiko peningkatan usaha bunuh diri dan terjadi pembunuhan, serta disosiasi men-tal yang berkepanjangan.

(27)

Tindakan Penanggulangannya

Atasi konvulsi dan ekstasi dengan diberi diazepam 0,1 mg per kg secara oral. Jika terjadi koma, atasi seperti keracunan obat golongan barbital.

Amfetamin

Ketika berupaya mendapatkan obat untuk asma, Chen, seorang farmakolog etnis Cina Amerika, meneliti catatan tentang obat-obat Cina kuno. Ia mene-mukan suatu semak gurun yang disebut

mahuang yang berulang-ulang disebutkan sebagai obat yang

efektif. Setelah melakukan suatu upaya sistematis, Chen dapat mengisolasi suatu alkaloid dari tanaman tersebut yang merupakan anggota genus Efedra. Dan efedrin memang terbukti sangat berhasil mengatasi asma. Namun, keter-gantungan pada tanaman semak tersebut sebagai bahan obat dianggap tidak efisien, sehingga mulai dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan suatu pengganti sintetis. Amfetamin adalah hasil dari berbagai upaya tersebut.

Amfetamin yang pertama, Benzedrin, ditemukan tahun 1927. Dengan cepat menjadi tersedia secara komersial pada awal 1930 sebagai inhalar untuk melegakan hidung tersumbat dan juga diketahui masyarakat karena efek rangsangannya. Dokter-dokter kemudian meresepkannya dan dengan segera amfetamin lain dibuat untuk mengendalikan depresi ringan dan nafsu makan. Selama PD II, para tentara kedua belah pihak diberikan persediaan obat-obatan untuk menghapus lelah

(fotigue). Sekarang ini, amfetamin sering digunakan untuk

menangani anak hiper-aktif.

Amfetamin, seperti Benzedrin, Deksedrin, dan Methedrin, menghasilkan efeknya dengan menyebabkan pelepasan norepinefrin dan dopamin dan menghambat pengembalian kedua neurotransmiter tersebut. Obat-obatan tersebut dapat

(28)

ditelan atau disuntikkan dan dapat menyebabkan kecanduan. Keterjagaan meningkat, fungsi-fungsi pencernaan dihambat, dan nafsu makan berkurang. Oleh karena itu, obat ini digunakan untuk diet. Denyut jantung semakin cepat, dan pembuluh darah di kulit, serta selaput lendir mengalami penyempitan. Individu yang bersangkutan menjadi terjaga, euforik, dan bersemangat serta dirasuki oleh energi yang seolah tanpa batas dan rasa percaya diri. Dosis yang lebih besar dapat membuat pengguna menjadi gugup, mudah terpancing, dan bingung sehingga ia dapat mengalami gemetar, sakit kepala, pusing, dan tidak dapat tidur. Kadang para pengguna berat menjadi sangat dipenuhi rasa curiga dan bersikap bermusuhan, sehingga ia dapat mem-bahayakan orang lain. Dosis tinggi yang digunakan dalam satu kurun waktu tertentu dapat menimbulkan kondisi yang cukup mirip dengan skizofrenia paranoid, termasuk delusinya.

Toleransi terhadap amfetamin berkembang dengan sangat cepat, sehingga semakin besar dosis yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek perangsangan. Satu studi menunjukkan terjadinya berbagai efek toleransi hanya dalam waktu enam hari setelah penggunaan obat tersebut secara berulang kali. Seiring meningkatnya toleransi pengguna dapat berhenti minum pil dan menyuntikkan Methedrin, jenis amfetamin terkuat, langsung ke dalam pembuluh darah. Mereka yang dijuluki pecandu speed menyuntik diri mereka berulang kali dengan obat tersebut dan mempertahankan aktivitas intens dan euforik selama beberapa hari, tanpa makan dan tidur (terus-menerus), dan setelah itu, dalam keadaan sangat lelah dan depresi, tidur, atau jatuh tertidur selama beberapa hari. Kemudian, siklus tersebut berulang kembali. Setelah pola tersebut berulang beberapa kali, fungsi fisik dan sosial individu yang bersangkutan mengalami kemunduran jelas. Perilakunya berubah-ubah dan bermusuhan, dan si pecandu speed tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri serta orang lain.

(29)

Penggunaan amfetamin di tempat kerja meningkat. Di bawah tekanan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan istilah tahun 90-an adalah “melakukan lebih banyak pekerjaan dengan waktu yang lebih sedikit” banyak pekerja kerah putih beralih ke

speed untuk tetap terjaga, lebih produktif, dan secara umum

merasa lebih berenergi, bahkan euforik. Dalam beberapa kasus, para atasan mendorong penggunaan, bahkan menyediakan, obat bagi karyawan yang sudah termotivasi. Meskipun hal itu dapat berhasil dalam jangka pendek, namun semakin lama akan timbul perasaan mudah tersinggung yang ekstrem dan orang yang

bersangkutan dapat semakin banyak menggunakan zat yang menimbulkan kecanduan tersebut untuk mengatasi perasaan marahnya. Kadang individu yang bersangkutan meminum alkohol pada petang harinya untuk menenangkan diri. Kerugian emosional dan fisik semakin besar seiring mulai memburuknya hubungan pribadi dan performa kerja si pecandu.

Gejala Klinis

Keracunan yang disebabkan oleh amfetamin ditandai dengan peningkatan kewaspadaan dan percaya diri, euforia, perilaku ekstrovert, banyak bicara, berbicara cepat, kehilangan keinginan makan dan tidur, tremor, dilatasi pupil, takikardia, dan hipertensi. Pada keracunan berat juga, menyebabkan eksitabilitas, agitasi,

(30)

dan hiperrefleksia. Konvulsi, rhabdomiolisis, hiperthermia, dan aritmia jantung, tidak biasa terjadi, tapi dihubung-hubungkan dengan peningkatan mortalitas.

Tindakan Penanggulangannya

1. Pengurasan lambung dapat dilakukan dalam jam pertama setelah keracunan karena overdosis, meskipun belum tentu efektif. Sebagai alternatif, dapat diberi karbon aktif 50-100 g.

2. Sebagai tindakan suportif, dapat diberi obat sedative seperti klorpromazin 50-100 mg secara IM, atau diazepam 5-10 mg secara IV.

Metamfetamin

Penyalahgunaan derivat amfetamin yang disebut metamfetamin meningkat tajam pada tahun 1990-an. Beberapa estimasi mengindikasikan, bahwa sebanyak 4,7 juta orang di Amerika Serikat pernah mencoba metamfetamin dalam dosis tertentu. Sebagai tambahan, kematian yang berhubungan dengan metamfetamin hampir meningkat tiga kali lipat antara tahun 1991 dan 1994.

Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena intoksikasi metamfetamin juga meningkat secara dramatis. Dari tahun 1992 hingga 1993, angka rawat inap di rumah sakit karena penggunaan metamfetamin di 42 negara bagian meningkat 43 persen. Pada tahun 1994 dan 1995, 35 persen dari jumlah or-ang yor-ang dirawat di pusat-pusat penor-anganan ketergantungan obat di Kalifornia adalah para penyalahguna metamfetamin, sedangkan 27 persen adalah para penyalahguna heroin dan 24 persen penyalahguna kokain. Pada waktu itu, hingga belum lama

(31)

di semua wilayah lain di Amerika Serikat karena tingginya jumlah laboratorium ilegal di negara bagian itu yang memproduksi obat yang mudah dibuat dan tidak mahal tersebut. Meskipun demikian, penyalahgunaannya dewasa ini meluas di wilayah barat tengah dan barat daya Amerika Serikat.

Kaum laki-laki cenderung lebih sering menyalahgunakan metamfetamin diban-ding perempuan kontras dengan penggunaan berbagai jenis amfetamin lain yang mana tidak terdapat banyak perbedaan gender. Meskipun begitu, penyalahgunaan di kalangan remaja laki-laki dan perempuan meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1992. Meskipun kaum laki-laki kulit putih merupakan penyalahguna umum meta-mfetamin, data mutakhir menunjukkan bahwa penggunaan di kalangan Hispanik dan penduduk asli Amerika meningkat.

Sebagaimana jenis amfetamin lain, metamfetamin dapat ditelan atau disuntikkan. Juga dapat digunakan melalui hidung (dihirup). Dalam bentuk kristal jernih, obat tersebut sering dijuluki “meth crystal” atau “es”. Keinginan akan metamfetamin sangat kuat, sering kali berlangsung hingga beberapa tahun setelah penggunaannya dihentikan. Ketagihan juga merupakan prediktor yang handal terhadap penggunaan di kemudian hari.

Beberapa studi terhadap hewan mengindikasikan, bahwa penggunaan metam-fetamin yang kronis menyebabkan kerusakan otak, mempengaruhi sistem dopamin dan serotonin. Berbagai studi pencitraan saraf pada manusia belum lama berselang juga menemukan berbagai efek yang sama pada otak, terutama pada sistem dopamin. Volkow dan para koleganya (2001) menuturkan, bahwa para penyalahguna metamfetamin yang saat ini bersih dari zat, beberapa di antaranya sudah selama sebelas bulan, mengalami pengurangan signifikan suatu trans-porter dopamin. Kenyataannya, pada tiga orang di antara para pasien yang diteliti, berku-rangnya pengembalian dopamin sama dengan yang terjadi pada penyakit Parkinson dalam tahap yang

(32)

metam-fetamin tampil lambat pada beberapa tugas motorik dibanding kelompok pembanding, suatu temuan yang sama dengan yang diperoleh pada para pasien yang menderita Parkinson. Berbagai studi lain mendokumentasikan terjadinya berbagai kelemahan kognitif yang juga dihubungkan dengan penggunaan metamfetamin yang kronis. Tidak mengherankan bila penggunaan metamfetamin oleh ibu hamil dapat memiliki konsekuensi berat bagi perkembangan janin. Secara ringkas, metamfetamin memiliki banyak efek yang membahayakan dan serius.

Bahan-bahan kimia untuk memproduksi metamfetamin dapat diperoleh dengan mudah meskipun beberapa undang-undang mutakhir, seperti Methamphetamine Control Act yang diberlakukan pada tahun 1996, telah diundangkan sebagai upaya untuk menghentikan pasokannya. Ketika pasokan efedrin dibatasi, pseudoefedrin, zat yang umum terdapat dalam banyak

dekongestan yang dijual bebas, menjadi penggantinya. Namun

zat-zat tersebut, dewasa ini juga telah diatur dengan lebih baik. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembuat-an metamfetamin sangat tidak stabil dan berbahaya bila terhirup. Berbagai bahan kimia berbahaya tersebut menyebabkan kerusakan mulai dari iritasi mata dan mual-mual hingga koma dan kematian. Bahan-bahan tersebut juga beresiko menimbulkan kebakaran dan ledakan.

Ekstasi

Ekstasi atau 3,4-metilen-dioksimetamfetamin karena efek neurotoksisitas dan potensial disalahgunakan, di Inggris telah dimasukkan dalam golongan A dari “Misuse of Drug Act” pada tahun 1971, dan di Amerika Serikat dilarang sejak tahun 1985. Di Inggris, tablet atau kapsul ekstasi digunakan pada pesta

(33)

dengan gerakan dansa yang cepat dan lama, sehingga efek farmakologinya bercampur dengan penggunaan tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat.

Gejala Klinis

Pada penyalahgunaan yang ringan, gejala yang timbul, antara lain agitasi, takikardia, hipertensi, dilatasi pupil yang kelihatan jelas, trismus, dan berkeringat. Pada kasus yang berat dapat terjadi hiperthermia, koagulasi intravaskuler yang menyebar, rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut. Kematian mungkin terjadi, dan jika sembuh dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme yang belum diketahui.

Tindakan Penanggulangannya

1. Cairan tubuh yang hilang diganti dengan cairan infus. 2. Untuk mengatasi hiperthermia, dapat diberi dantrolen 1 mg

per kg secara IV yang dapat diulang jika diperlukan.

Jamur Psilocybe

Jamur Psilocybe dimakan mentah, dimasak, atau digunakan dalam bentuk tablet. Kandungan yang utama psilobin dengan efek psikomimetik yang menimbulkan halusinasi dan mengubah realitas.

Gejala Klinis

Jika terjadi keracunan, gejala yang dapat timbul, antara lain euforia, bertindak agresif dan tidak kooperatif, hiperkinetik, dan mungkin tidak komunikatif. Gejala lain termasuk halusinasi dan

(34)

efek fisik (seperti mual, muntah, sakit perut, takikardia sinus, hipertensi diastolik, dan dilatasi pupil).

Tindakan Penanggulangannya

Pada umumnya, tidak memerlukan tindakan penanggulangan, selain obat sedativa bagi penderita dengan perilaku yang mengganggu orang lain.

(35)

BAB TIGA

Mengapa Kita Mewaspadai Bahaya

Narkoba?

Pendahuluan

Penggunaan obat anti cemas dan obat tidur secara terus-menerus sesuai dosis terapeutik dapat disebut adiksi? Menurut Dr. Danardi

Sosro-sumihardjo, Sp. JK, staf

Depar-temen Psikiatri FKUI-RSCM, perlu dibedakan antara adiksi dan depen-den. Adiksi adalah gejala keter-gantungan zat yang dapat me-nyebabkan gangguan perilaku. Se-mentara dependen terjadi

keter-gantungan zat tetapi tidak menyebabkan perubahan perilaku, justru meningkatkan kualitas hidup selama zat yang digunakan masih dalam dosis terapeutik.

(36)

Zat psikoaktif bila digunakan dapat menimbulkan perubahan perilaku, pikiran, perasaan, persepsi, dan kesadaran. Zat psikoaktif bisa digunakan untuk terapi atau disalah gunakan. Termasuk legal adalah psikofarmaka, sedangkan yang ilegal adalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif); merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. NAPZA kerap disebut juga dengan istilah narkoba yang merupakan kependekan dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan berbahaya lain.

“Zat adiktif dengan psikofarmaka cenderung tumpang tindih,” kata Danardi. Sebab, zat adiktif sebagian ada yang termasuk ke dalam psikofarmaka. Padahal, saat ini banyak sekali psikofarmaka yang lazim digunakan di kedokteran dan disalahgunakan.

Zat adiktif, kata Danardi, misalnya morfin, petidin, kodein, heroin; amfetamin, kanabis, alkohol, kokain, halusinogen, seda-tive-hipnotik seperti solven-inhalansia, nikotin dan kafein, contohnya cola. Sedangkan psikofarmaka misalnya antipsikotik, antimanik, antidepresan, ansiolitik seperti benzodiazepine, non-benzodiazepine, hipnotika seperti non-benzodiazepine, stimulansia seperti amfetamin.

Ketika adiksi, lanjut Danardi, terjadi kompulsi, yakni penghentian yang sulit serta seluruh waktu sehari-hari habis karena memikirkan zat tersebut. Adiksi juga dapat disertai dengan gejala putus obat. Putus obat biasanya berlangsung singkat, 2-10 hari, disertai gejala fisik dan gejala psikis tergantung dari jenis zat yang dikonsumsi.

Untuk menentukan tingkatan dari gejala adiksi dapat diketahui melalui Skala Mimmelsbach :

Tingkat 0. Ketagihan dan ansietas.

Tingkat 1. Lakrimasi (mata berair), rhinore (hidung berair),

berkeringat dan menguap.

(37)

melebar), piloereksi, tremor (gemetaran), panas-dingin, nyeri otot dan tulang.

Tingkat 3. Peningkatan keluhan dan gejala seperi suhu, tekanan

darah dan nadi mmeningkat, napas cepat dan dalam, hemokonsentrasi, ejakulasi (orgasme spontan).

Sebenarnya, narkoba adalah senyawa-senyawa yang cukup banyak diperlukan di dalam dunia kesehatan (kedokteran), industri, dan rumah tangga. Sebagian besar senyawa narkoba bersifat mempengaruhi kerja sistem otak. Oleh karena itu, penggunaannya harus memenuhi aturan-aturan tertentu sebagaimana telah ditetapkan di dalam Undang-Undang Kesehatan. Sebagaimana obat yang berbahaya pada sistem saraf, pemakaian narkoba dapat menimbulkan berbagai macam pengaruh, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Pengaruh yang ringan, misalnya rasa mengantuk dan rasa santai. Pengaruh yang berat, misalnya pingsan, mabuk, dan bahkan mati. Oleh karena itu, narkoba tidak bisa dikonsumsi sembarangan tanpa sepengetahuan tenaga medis atau tenaga kesehatan.

Banyak penyebab seorang anak muda menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau narkoba. Mereka mungkin ditawari oleh teman mereka. Biasanya, mereka hanya sebatas ingin mengetahui saja, terutama bila mereka berteman yang memakai obat tersebut. Atau, seringkali pada anak muda mencoba obat-obatan tersebut hanya karena tekanan dari teman yang bersifat negatif.

Mereka juga dapat lari ke penyalahgunaan obatan-obatan, guna melupakan masalah mereka. Karena itu, penting sekali untuk mereka tahu persoalan apa yang sedang dihindari oleh si anak. Seringkali, masalah-masalah perkawanan antara orangtua, diabaikan oleh orangtua, tekanan keluarga, atau kegagalan dalam hidup menjadi penyebab utama.

(38)

Secara singkat, faktor-faktor penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut.

1. Keingintahuan yang besar tanpa sadar akibatnya. 2. Keinginan untuk mencoba-mencoba karena penasaran. 3. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun).

4. Keinginan untuk mengikuti tren atau kekinian (fashionable). 5. Keinginan untuk diterima oleh lingkungannya.

6. Lari dari kebosanan atau kepahitan hidup.

7. Pengertian yang salah bahwa penggunaan yang sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan.

8. Semakin mudahnya untuk mendapatkan narkoba dimana-mana dengan harga relatif murah.

9. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan, sehingga tidak mampu menolak narkoba secara tegas.

Perangkat Pemeriksaan Pendahuluan

Narkotika-Psikotropika

Persyaratan Penggunaan

1. Petugas pemeriksaan telah mempelajari petunjuk yang ada dengan seksama.

2. Perangkat pemeriksaan telah disiapkan. 3. Petugas harus tidak buta warna.

4. Sediakan batang korek api, tusuk gigi atau pisau lipat. 5. Tersedia barang bukti yang akan diperiksa.

6. Barang bukti yang akan diperiksa harus disesuaikan dengan pereaksi yang akan dipergunakan.

(39)

Keterangan Penggunaan

1. Semua pereaksi yang akan digunakan tersedia dalam am-pul yang mudah dipatahkan dan dikemas dalam wadah plastik tahan asam, serta dilengkapi dengan penjepit plastik sebagai alat penutup.

2. Jumlah ampul akan berbeda untuk masing-masing pereaksi, yaitu:

a. Pereaksi Markuis (1 ampul). b. Pereaksi Kanabis (3 ampul). c. Pereaksi Kokain (12 ampul). d. Pereaksi Barbituirat (2 ampul). e. Pereaksi Amfetamin (1 ampul). f. Pereaksi Ekstasi (1 ampul).

3. Semua pereaksi mengandung asam-asam pekat, hindari kontak dengan mata dan kulit maupun pakaian.

Cara Pengambilan Bahan

Tablet atau Pil

Patahkan sedikit, masukkan dalam wadah plastik, hancurkan dari luar sampai menjadi serbuk.

Serbuk

Masukkan bahan sebanyak yang dapat diambil dengan ujung batang korek api, tusuk gigi, pisau lipat.

Cara Penggunaan

Pereaksi Markuis

Digunakan untuk pemeriksaan morfin, heroin, kodein, dan pethidin.

a. Barang bukti: Serbuk putih, abu-abu, kuning cokelat atau

(40)

b. Cairan: Tidak dapat menggunakan pereaksi ini, kirim ke

Labkrim.

c. Candu: Kirim ke Labkrim Caranya:

a. Buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah. b. Patahkan ampul dan lihat perubahan warna yang terjadi.

1) Lembayung: morfin, kodein, dan heroinpositif. 2) Kuning: pethidin positif.

Pereaksi Kanabis

Digunakan untuk pemeriksaan ganja dan damar ganja

(hash-ish).

a. Barang bukti. Daun, zat padat warna cokelat hitam. b. Cairan. Kental cokelat, hitam biji-bijian.

Caranya:

a. Hadapkan tulisan ke arah kita, buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah.

b. Patahkan ampul pertama dari kiri, kocok kuat selama 1 menit.

c. Patahkan ampul kedua dari kiri, kocok, jika terjadi warna biru lembayung, reaksi positif.

d. Patahkan ampul ketiga kocok perlahan warna biru lembayung akan berpindah ke lapisan bawah dari cairan. Gejala putus obat nyang ditimbulkan, yaitu gelisah, bingung, sensitif, ansietas, depresi, fotofobia (takut cahaya), halusinasi visual, demam berkeringat, insomnia, tremor, mialgia, diare. Gejala ini biasanya berlangsung 1-2 hari.

Terapi untuk kanabis hanya bersifat simptomatis dengan golongan antipsikotik seperti haloperidol, risperiodone,

(41)

olanzapine, clozapine dan golongan ansiolitik seperti diazepam, clordiasepoksid, klobazam dan alprazolam.

Pereaksi Kokain

Digunakan untuk pemeriksaan kokain.

a. Barang bukti: serbuk putih, tablet atau injeksi.

b. Daun: kirim langsung ke Laboratorium Forensik Polri.

Caranya:

a. Buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah. b. Patahkan ampul dan lihat perubahan warna. Biru: kokain

positif.

Pereaksi Barbiturat

Digunakan untuk pemeriksaan barbiturat. Barang bukti: serbuk putih atau tablet.

Caranya:

a. Hadapkan tulisan ke arah kita, buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah.

b. Patahkan ampul pertama dari kiri, kocok 1 menit. c. Patahkan ampul kedua kocok.

d. Reaksi positif jika terbentuk warna lembayung.

Pereaksi Amfetamin

Digunakan untuk pemeriksaan amfetamin. a. Barang bukti: serbuk putih atau kekuningan.

b. Cairan: tidak dapat menggunakan pereaksi ini, kirim ke Laboratorium Forensik Polri.

(42)

Caranya:

a. Buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah. b. Patahkan ampul dan lihat perubahan warna. Jingga:

amfetamin positif.

Gejala putus obat amfetamin adalah lelah, insomnia, depresi, anhedonia, isolasi diri, impotensia, ansietas, panik-fobia, ide paranoid, halusinasi, dan agitasi yang biasanya terjadi 1-3 hari.

Terapi simptomatis dilakukan dengan pemberian golongan ansiolitik (anti cemas), seperti alprazolam 2-6 mg per hari, lorazepam 2-6 mg per hari, klordiazepoksid 5-15 mg per hari, clozapine 50-600 mg per hari, quetiapine 50-600 mg per hari, risperidone 4-6 mg per hari, olanzapine 5-15 mg per hari. Golongan antidepresan (antidepresi), seperti Selective

Seroto-nin Reuptake Inhibitors (SSRI) dan tetrasiklik juga dapat

digunakan disini.

Pereaksi Ekstasi

Digunakan untuk pemeriksaan ekstasi. Barang bukti : berupa tablet dan dapat pula berupa serbuk, kapsul, atau bentuk sediaan lain.

Caranya:

a. Buka penjepit plastik, masukkan sedikit barang bukti, tutup kembali, ketuk-ketuk hingga bahan jatuh ke dasar wadah. b. Patahkan ampul dan lihat perubahan warna. Jingga atau

(43)

Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Perubahan warna, pada umumnya terjadi dalam waktu 20 detik. Warna yang timbul setelah 20 detik tidak dapat dipakai sebagai pedoman, kecuali ada petunjuk lain.

2. Apabila terjadi kecelakaan, di mana zat kimia tersebut mengenai anggota tubuh :

a. Tangan atau anggota tubuh lainnya, segera bersihkan atau cuci dengan air yang mengalir, kemudian bilas setelah dicuci dengan sabun.

b. Atau, lakukan dengan cara seperti di atas, bila perlu bawa ke dokter mata.

3. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, alat-alat bekas pemeriksaan harus dibuang di keranjang sampah khusus. 4. Perangkat ini harus disimpan dalam lemari khusus, pada temperatur kamar (jatuhkan dari tempat yang terkena sinar matahari langsung) dan jangan memindah-mindahkan ampul dari tempatnya.

5. Perangkat ini tidak dapat dipergunakan lagi bila pereaksi di dalam ampul berubah menjadi keruh, terjadi perubahan warna yang menyolok atau terjadi endapan.

Catatan:

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan awal, kepastiannya harus dikirim ke Laboratorium Forensik Polri.

Jenis Narkotika dan Efek yang Ditimbulkannya

Tahun ini, berjuta-juta remaja di Asia menyalahgunakan narkoba. Menurut data dari Nations Drug Control Program, lebih dari 200

(44)

Mulai dari penyalahgunaan dengan cara penghirupan bahan-bahan kimia (dikenal dengan ingalen) oleh anak-anak jalanan, lalu penggunaan ekstasi di kalangan anak remaja dan sampai kepada pecandu berat heroin (dikenal sebagai putauw).

Kesengsaraan yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba tidak dapat dihitung. Pemakaian narkoba dalam masyarakatlah yang menyebabkan hilangnya harta, meningkat-nya biaya kesehatan, kekerasan yang terjadi di hjalan-jalan, meningkatnya kriminalitas dan hancurnya sebuah masyarakat. Belum lagi akibat fatal yang ditimbulkan narkoba di dalam keluarga yang menyebabkan kematian anak, ayah, atau ibu. Salah satu alasan meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak adalah kurangnya pendidikan dasar tentang narkoba baik di kalangan para orangtua dan anak-anak. Terutama banyak orangtua yang tidak menyadari pengaruh narkoba yang ada di masyarakat dan bahaya yang dihadapi anak-anak setiap harinya.

Penelitian menunjukkan, bahwa banyak kepercayaan atau pengetahuan anak-anak dibentuk dari apa yang diajarkan mereka pertama kalinya di rumah. Selanjutnya, pengetahuan inilah yang membekali mereka untuk “melawan” arus masyarakat lingkungan sekitarnya (seperti : teman, film, bintang-bintang olahraga atau kehidupan kaum selebriti. Jika pedoman atau “bekal” dari orangtua gagal memperlengkapi anaknya, maka akan sulit anak-anak menghadapi tantangan yang ditawrakan oleh para pengedar atau pecandu narkoba yang pada akhirnya menyebabkan kesusahan dan keterikatan seumur hidup.

Narkotika merupakan zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman, sintetis, maupun semi sintetis, yang dapat menyebab-kan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Secara umum, narkotika mempunyai kemampuan menurunkan dan mengubah kesadaran

(45)

(analgetik). Di dunia pengobatan, senyawa ini biasa digunakan sebagai obat bius (anestetika) yang dipakai untuk membius or-ang yor-ang akan dioperasi, sehingga tidak merasakan sakit sewaktu operasi berlangsung. Selain itu, narkotika juga digunakan untuk obat penekan batuk (antitusiva) dan obat penekan rasa nyeri (analgetika).

Narkotika Golongan Pertama

Narkotika yang hanya dapat diguna-kan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, narkotika yang masuk dalam kategori golongan

pertama ini adalah kokain, ganja, berbagai jenis opium dari heroin (putaw). Usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman padi memang harus dilakukan kalau tidak ingin kehilangan sebagian hasil panen. Berbagai macam cara telah dilakukan manusia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Usaha-usaha tersebut ada yang berhasil dan ada juga yang gagal. Sampai akhirnya ditemukan berbagai jenis insektisida.

Narkotik Golongan Kedua

Narkotika yang berkhasiat peng-obatan digunakan sebagi pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pe-ngembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Narkotika yang termasuk dalam

Narkotika golongan pertama

(46)

Narkotika Golongan Ketiga

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika yang termasuk dalam golongan ketiga adalah jenis turunan opium tertentu.

Opium (Opiat)

Opiat adalah kelompok sedatif yang menimbulkan kecanduan yang dalam dosis sedang, menghilangkan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Paling terkenal di antaranya adalah opium, yang aslinya merupakan obat utama dalam lalu lintas perdagangan ilegal internasional dan telah dikenal oleh orang-orang dalam peradaban Sumeria di masa 7000 tahun sebelum masehi. Mereka memberi nama tanaman poppy yang menghasilkan obat tersebut dengan nama yang masih dikenal hingga saat ini yang berarti “tanaman kebahagiaan.”

Pada tahun 1806 alkaloid morfin yang diambil dari nama dewa mimpi Yunani Morpheus, berhasil dipisahkan dari opium kasar. Bubuk yang rasanya pahit tersebut terbukti sebagai sedatif dan penghilang rasa sakit yang kuat. Sebelum diketahui menimbulkan kecanduan, bubuk tersebut umum digunakan dalam obat-obat paten. Pada pertengahan abad ke-19, ketika jarum suntik hipodermik diperkenalkan di Amerika Serikat, morfin mulai disuntikkan secara langsung ke dalam pembuluh darah untuk menghilang-kan rasa sakit. Banyak tentara yang terluka dalam pertempuran dan yang menderita disentri selama Perang Sipil ditangani dengan morfin dan kembali ke rumah dengan mengalami kecanduan obat tersebut.

Khawatir dengan penggunaan suatu obat yang di kemudian hari dapat merusak kehidupan pasien, para ilmuwan mulai meneliti morfin. Pada tahun 1874, mereka menemukan bahwa

(47)

morfin dapat diubah menjadi obat lain yang sangat kuat untuk menghilangkan rasa sakit yang mereka beri nama heroin. Pada awalnya. digunakan untuk mengobati kecanduan morfin. Heroin digunakan sebagai pengganti morfin dalam sirup obat batuk dan berbagai obat paten lain. Sangat banyak penyakit yang diobati dengan heroin, sehingga heroin kemudian disebut sebagai GOM atau “God’s Own Medicine” (Brecher, 1972). Meskipun demikian, heroin terbukti lebih menye-babkan kecanduan dan lebih kuat dibanding morfin, lebih berpengaruh, bekerja lebih cepat dan dengan intensitas yang lebih besar. Pada tahun 1909, Presiden

Theodore Roosevelt menyerukan diadakannya suatu

penyelidikan internasional terhadap opium dan berbagai opiat lain. Dewasa ini, heroin paling sering digunakan dengan cara disuntikkan, meskipun juga dapat digunakan sebagai rokok, dihirup, atau ditelan.

Belum lama berselang, obat-obat penghilang rasa sakit yang diresepkan, termasuk hidrokodon dan oksikodon, telah menjadi opiat yang disalahgunakan.

Prevalensi Penyalahgunaan Opiat

Dewasa ini heroin merupakan jenis opiat yang paling banyak disalahgunakan. Terlepas dari sangat banyaknya kesulitan dalam pengumpulan data, berdasarkan pendapat yang telah dipertimbangkan dengan hati-hati, terdapat lebih dari satu juta pecandu heroin di Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun, angka ketergantungan jauh lebih besar di kalangan dokter dan perawat dibanding dalam berbagai kelompok lain dengan latar belakang pendidikan yang setingkat. Masalah ini diyakini disebabkan oleh kombinasi antara relatif tersedia-nya opiat di berbagai lokasi medis dan stres kerja yang sering dialami or-ang-orang di lingkungan tersebut.

(48)

menjadi obat yang berkelas bagi mahasiswa dari kalangan kelas menengah dan menengah atas dan para profesional muda, dan mulai bersaing dengan kokain dalam popularitasnya di kalangan kelompok tersebut. Jumlah pengguna baru heroin terus meningkat secara stabil sejak tahun 1992. Di kalangan siswa senior SMU, prevalensinya meningkat dari 1 persen ke 1,6 persen pada tahun 2000. Lebih jauh lagi, jumlah orang yang dirawat di ruang gawat darurat setelah menyuntikkan atau menghirup heroin meningkat lebih dari dua kali, dari 35.898 or-ang pada tahun 1991 menjadi 73.846 oror-ang pada tahun 1998. Pusat-pusat rehabilitasi narkoba juga menemukan peningkatan pengguna heroin yang sama besarnya.

Beberapa peningkatan kefatalan obat tersebut disebabkan oleh karakteristik heroin yang dewasa ini telah diketahui. Sebagai contoh, pada awal tahun 1980-an heroin yang dijual di Califor-nia bagian selatan berbentuk bubuk yang kemurCalifor-niannya kurang dari 5 persen. Pada pertengahan tahun 1990-an, kemurnian heroin berkisar antara 25 hingga 50 persen dan dijual dalam bentuk seperti permen karet yang sulit dilarutkan, atau diturunkan kadarnya, sehingga membuat para pengguna lebih mungkin mengalami overdosis, terutama yang kurang berpengalaman. Berbagai bentuk baru heroin yang tidak perlu disuntikkan, diyakini bertanggung jawab atas meningkatnya penggunaan di kalangan siswa SMU.

Dari tahun 1990 hingga 1997, laporan penyalahgunaan hidrokodon meningkat hingga 173 persen di Amerika Serikat, dan laporan penyalahgunaan oksikodon meningkat 43 persen hanya dalam setahun, yaitu dari tahun 1997 hingga tahun 1998. Berbagai nama dagang oksikodon mencakup Percodan, Tylox, dan OxyContin. Pemberian resep OxyContin melonjak hingga 1.800 persen antara tahun 1996 dan 2000, dan pasokan ilegal tampaknya sebagian besar berasal dari resep yang dipalsukan, dicuri, atau dialihkan ke berbagai penyalur di pasar gelap.

(49)

Sayang-nya, pil tersebut dapat dengan mudah dilelehkan menjadi bentuk yang dapat disuntikkan atau dihirup oleh para penyalahguna. Harga resmi 40 miligram pil OxyContin berkisar antara 0,50 dolar hingga 1 dolar, namun dijual di jalanan seharga 25 dolar hingga 40 dolar per butir. Penyalahgunaan OxyContin tampaknya lebih banyak terjadi di daerah pinggiran, namun saat ini dengan cepat menyebar ke berbagai wilayah metropolitan yang lebih besar. Karena efek OxyContin sangat mirip dengan efek heroin, para profesional kesehatan khawatir, bahwa para individu yang kecanduan OxyContin tidak mampu lagi membeli dengan harga jalanan akan beralih ke heroin yang harga-nya lebih murah.

Efek Psikologis dan Fisiologis

Opium dan derivatnya berupa morfin dan heroin menimbulkan euforia, rasa kantuk, kerasukan, dan kadang kurangnya koordinasi. Heroin dan OxyContin memiliki efek awal tambahan suatu rasa hangat yang men-jalar, kenikmatan yang menyeluruh segera setelah disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Semua kekhawatiran dan ketakutan pengguna hilang dan ia memiliki rasa percaya diri yang besar selama 4 hingga 6 jam ke depan, namun kemudian meng-alami kemerosotan kondisi yang berakhir dengan stupor.

Efek opiat dihasilkan dengan merangsang berbagai reseptor neural pada sistem opioid tubuh. Contohnya, heroin diubah menjadi morfin dalam otak dan kemudian diikatkan ke reseptor opioid. Tubuh menghasilkan opioid yang disebut endorfin dan enkefalin, dan opium serta berbagai derivatnya cocok dengan reseptor-reseptor opioid tersebut dan merangsangnya. Reseptor opioid terdapat di seluruh otak, dan beberapa bukti menunjukkan bahwa keterkaitan antara reseptor-reseptor tersebut dan sistem dopamin berperan dalam efek menyenangkan yang dihasilkan

(50)

terhadap hewan menunjukkan, bahwa efek opiat yang menyenangkan dapat dihasilkan melalui pengaruhnya pada daerah otak yang disebut nukleus akumbens yang mungkin terpisah dari sistem dopamin.

Opiat jelas menimbulkan kecanduan fisiologis, karena para pengguna mengalami toleransi yang semakin meningkat terhadap obat-obatan tersebut dan simptom-simptom putus zat bila mereka belum menggunakannya. Reaksi karena belum menggunakan heroin dapat terjadi dalam delapan jam setelah penyuntikan sebelumnya, setidak-tidaknya setelah terjadi toleransi yang tinggi. Selama beberapa jam berikutnya, indi-vidu umumnya mengalami rasa sakit pada otot, bersin-bersin, berkeringat, berurai air mata, dan berulang kali menguap.

simptom-simptom tersebut mirip dengan simptom-simptom

in-fluenza. Dalam 36 jam, simptom-simptom putus zat tersebut akan semakin parah. Dapat terjadi kejatan otot yang tidak terkendali, kram, menggigil atau wajah memerah dan berkeringat secara berlebihan, dan meningkatnya denyut jantung serta tekanan darah. Orang yang kecanduan tidak dapat tidur, muntah-muntah, dan mengalami diare. simptom-simptom tersebut umumnya berlangsung selama sekitar 72 jam, kemudian berkurang secara bertahap dalam kurun waktu 5 hingga 10 hari.

Opiat menimbulkan serangkaian masalah serius bagi or-ang yor-ang menyalahguna-kannya. Dalam studi pemantauan selama 24 tahun terhadap 500 pecandu heroin, sekitar 28 persen tewas di usia 40 tahun; separuh dari jumlah kematian tersebut adalah karena dibunuh, bunuh diri, atau kecelakaan, dan sepertiganya karena overdosis. Juga terdapat laporan beberapa kematian yang disebabkan overdosis OxyContin. Contohnya, 19 kematian yang berhubungan dengan OxyContin terjadi di Pike County, Kentucky selama tahun 2000. Sama seriusnya adalah berbagai konsekuensi sosial dari penggunaan obat terlarang. Obat dan cara mendapatkannya menjadi pusat eksistensi si

(51)

penyalahguna, mengendalikan semua aktivitas dan hubungan sosialnya. Biaya yang sangat tinggi untuk membeli obat para pecandu sering kali harus mengeluarkan uang lebih dari 200 dolar per hari untuk membeli obat-obat opiatnya berarti mereka harus sangat kaya atau mendapatkan uang melalui berbagai tindakan me-langgar hukum, seperti mencuri, melacurkan diri, atau menjual obat-obatan. Oleh karena itu, korelasi antara kecanduan opiat dan berbagai tindakan kriminal cukup tinggi, dan tidak diragukan berkontribusi terhadap pendapat populer, bahwa kecanduan obat itu sendiri menyebabkan kriminalitas.

Satu masalah tambahan yang saat ini dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan suntik adalah keterpaparan pada

Hu-man Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS melalui

peng-gunaan jarum suntik secara bersama-sama. Perlu dicatat, terdapat konsensus di kalangan ilmuwan, bahwa berbagai pro-gram penggantian jarum suntik dan pemberian jarum suntik serta alat suntik gratis mengurangi tingkat penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dan berbagai penyakit infeksi yang dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan suntik. Berlawanan dengan retorika populer, program-program semacam itu dikombinasi-kan dengan penanganan metadon tidak men-dorong naiknya penggunaan obat-obatan untuk pertama kalinya maupun penggunaan obat-obatan yang berkelanjutan.

Opiat alami lain atau opiate yang disintesis dari opiate alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (dilaudid). Bahan-bahan opiat yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut.

Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar

(52)

mengering pada permukaan buah sehingga berwarna cokelat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat adiktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya cokelat tua atau cokelat kehitaman. Diperjual-belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain: ular, tengkorak, burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dan sebagainya. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin

rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

Heroin (Putauw, Putih, Bedak, PT, Etep)

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini. Heroin yang secara farmakologis mirip dengan morfin, menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentukan. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah

illegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien

dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesic dan euforiknya yang baik.

Penghilang rasa nyeri yang sangat kuat.

(53)

Dibuat dalam bentuk serbuk atau larutan.

Jika kamu mencoba, heroin akan sangat cepat “mengikat” dirimu secara fisik dan mental.

Heroin membuat dirimu jadi jodoh dan lamban, serta merusak konsentrasi.

Zat ini yang paling sering menimbulkan kematian akibat overdosis.

Tanda-tanda orang ketagihan adalah sebagai berikut.

a. Kesakitan dan kejang-kejang. b. Gemetar dan muntah-muntah. c. Mata berair.

d. Kehilangan nafsu makan. e. Keram perut dan menggelepar. f. Hidung berlendir.

g. Kekurangan cairan tubuh.

Kodein

Kodein termasuk garam atau turunan dari opium (candu). Efek kodein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya umumnya menimbulkan ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

Demerol

Nama lain dari Demerol adalah Pethidina. Pemnakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

Methadon

Saat ini methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis op[ioid telah dibuat untuk

(54)

mengobati dosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperindine (Demerol), methadone (dolphine), oentazocine (talwin), dan

propocyphene (darvon). Saat ini, methadone banyak digunakan

orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa dengan pentazocine, butorphanol (stadol), dan

buprenorphine (buprenex). Beberapa penelitian telah

menemu-kan, bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popular jenis opioid, putauw, etep, PT, putih.

1. Efek yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dari kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan risiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan seks, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

2. Gejala intoksikasi (keracunan) opiat

Kontraksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dari satu atau lebih tanda berikut yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengntuk atau koma bicara cadel, gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku maladaptik atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis, misalnya: eupho-ria awal diikuti oleh apatis, disfoeupho-ria, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangan, atau gangguan fungsi social atau pekerjaan yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

(55)

3. Gejala Putus Obat

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya, setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi, beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.

4. Gejala putus obat dari ketergantungan opiat adalah sebagai berikut

Gejala putus obat pada seseorang yang menggunakan opiat adalah batuk, pilek, menguap, lakrimasi (mata berair), pupil dilatasi, mual, muntah, diare, takikardi (denyut jantung cepat), tekanan darah meningkat, napas cepat, nafsu makan menurun, insomnia, ansietas, gelisah, lesu-lemas, mialgia (sakit otot), artralgia, tremor, kram perut, kejang, suhu tubuh meningkat, vasodilatasi umum, panas-dingin, keringat banyak, dan piloereksi.

Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan al-kaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon Coca yang berasal dari Amerika Selatan, di mana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Kokain, sebagaimana disebutkan sebelumnya, berasal dari tanaman koka. Penduduk asli dataran tinggi Andean yang merupakan tempat asli tumbuhnya tanam-an koka, mengunyah daunnya. Orang-orang Eropa yang diperkenalkan pada tanaman koka oleh para penjelajah Spanyol, memilih untuk menyeduh

(56)

daunnya dalam berbagai minuman. Alkaloid kokain diekstrak dari daun tanaman koka pada pertengahan tahun 1800-an dan telah digunakan sejak saat itu sebagai anestesi lokal.

Pada tahun 1884, semasa masih menjadi seorang neurolog muda, Sigmund Freud mulai menggunakan kokain untuk mengatasi depresi yang dialaminya. Yakin dengan efeknya yang ajaib, ia meresepkannya untuk seorang teman yang menderita penyakit yang sangat menimbulkan rasa sakit. Freud menulis salah satu dari beberapa artikel pertama mengenai obat tersebut, yaitu “Lagu Pujian” yang merupakan penegasan antusiastik atas berbagai efek luar biasa yang dialaminya. Namun, Freud kehilangan antusiasmenya terhadap kokain setelah merawat seorang temannya yang juga berprofesi dokter yang mengalami kondisi psikotik semalam penuh karena mengkonsumsi obat yang telah direkomendasikannya tersebut. Mungkin pecandu kokain dalam fiksi yang paling terkenal adalah Sherlock Holmes. Selain mengurangi rasa sakit, kokain memiliki beberapa efek lain. Ia bekerja dengan cepat pada otak, menghambat pengembalian dopamin di berbagai daerah mesolimbik yang dianggap menghasilkan kondisi yang menyenangkan; hasilnya adalah dopamin tetap berada di dalam sinaps sehingga memfasilitasi transmisi neural dan menghasilkan berbagai perasaan positif. Penuturan diri mengenai kenikmatan yang dihasilkan oleh kokain sangat berhubungan dengan sejauh mana kokain meng-hambat pengembalian dopamin. Kokain meningkat-kan hasrat seksual dan menimbulmeningkat-kan rasa percaya diri, rasa sejahtera, dan tidak akan pernah lelah. Overdosis dapat menyebabkan yang bersangkutan menggigil, mual, dan meng-alami insomnia, serta serangan paranoid dan halusinasi yang mengerikan mengenai serangga yang merambat di bawah kulit. Penggunaan kronis dapat memicu perubahan kepribadian, termasuk sangat mudah tersinggung, terganggunya hubungan sosial, pemikiran paranoid, dan gangguan pola makan serta

Referensi

Dokumen terkait

I am happy to see this great work as part of collaborations among Universitas Ahmad Dahlan and Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas

Muhidin Ruko Graha Cakra Kencana Blok G Gudang Hitam (Dekat Bank BRI Sungai Liat) 0717-93765.. 117 Pangkalpinang-JNE

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkah dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun Buku Panduan dan

Balai Perbibitan Ternak Unggul (BPTU) sapi Bali Pulukan selama ini mendapatkan pasokan sapi Bali calon bibit dari wilayah Instalasi Populasi Dasar (IPD), oleh

sebagai kutub pertumbuhan ekonomi sebuah negara dapat berkembang dengan pesat karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti daya tariknya sebagai tujuan investasi,

Tujuan akhir dari promosi konsumen adalah memperkuat loyalitas merek, dikarenakan sebagian konsumen cenderung membeli suatu produk atau jasa didasarkan pada diskon

(2) Dalam ha1 Nomor Pelumas Terdaftar dinyatakan telah dicabut atau dibatalkan oleh Direktur Jenderal, Nomor Pelumas Terdaftar yang bersangkutan wajib dihapus dari Daftar

Kondisi lingkungan kerja di bagian peleburan logam berada pada garis biru yang berarti waktu kerja yang diijinkan adalah 50% bekerja dan 50% istirahat dilakukan setiap jam