• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 1 Gambaran Umum Objek penelitian

10. Badan Usaha Universitas

4.2. Hasil Penelitian

4.2.2 Tindakan / Sanks

Dari hasil observasi di lapangan penulis juga mendapati beberapa bentuk pelanggaran tersebut yang penulis dokumentasikan dalam bentuk foto / gambar seperti berikut :

 

Foto tanggal 23-10-10 penjualan produk rokok di gedung rektorat dan iklan produk rokok di kantin pusat.

Foto - foto di atas menunjukan masih adanya pelanggaran terhadap aturan tentang kawasan tanpa rokok, dokumentasi diatas menunjukan bahwa aturan tentang kawasan tanpa rokok ini masih belum sepenuhnya di  

penulis pada saat melakukan observasi di lapangan.

a. Menegur pelaku pelanggaran

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang tindakan / sanksi yang

dilakukan kepada para pelanggar penulis menemui pak Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS Selaku Wakil Rektor III, beliau mengatakan

“ yang kita laksanakan sekarang masih terbatas ringan, ringan dalam artian kita hanya memberikan teguran, tolong ya ini kawasan tanpa rokok sesuai dengan Perda no 5 tahun 2008. kadang – kadang mereka yang sadar itu sembunyi merokok di kamar mandi “( wawancara tanggal 27 oktober 2010 )

Hal senada juga di katakan oleh ibu Dra. Suparwati M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik ( wawancara tanggal 25 oktober 2010 )

“ Jadi kalau ada ketemu ya kita kasih teguran, nggak eman ta duit kok di bakar – bakar...? Awal – awal dulu iya banyak yang masih rokokan tapi sekarang keliatannya udah ga ada. Tolong di bantu juga ya,,, Kalau ada liat masih ada yang rokokan tolong di tegur ya...”

Menjawab hal tersebut Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perancanaan pak Dr. Ir Edi Mulyadi, MS mengatakan :

“...Sejauh ini kita hanya memberikan teguran saja, untungnya staf disini yang rokokan sedikit, saya sendiri sudah berhenti merokok...” ( wawancara tanggal 14 Desember 2010 )

Hal senada juga diungkapkan oleh pak Drs. Ec. Saiful Anwar M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dalam wawancara pada tanggal 15 Desember 2010 yang mengatakan :

“ ya kita beri teguran, apalagi kalau di dalam ruangan kelas saya suruh keluar, kan mengganggu. Tapi kalau di luar susah karena kalau kita menegur atau melarang mahasiwa merokok nyatanya dosen dan karyawan juga banyak yang merokok...”

yang di beberapa toko yang ada di dalam lingkungan kampus seperti hasil wawancara penulis dengan beberapa penjaga toko berikut :

Wawancara dengan Andik kepala toko Giri Mart yang berlokasi di belakang gedung Ekonomi pada tanggal 25 0ktober 2010 :

“ Dulu sich waktu pertama buka ada sosialisasi di larang berjualan rokok kemudian ada revisi dari pihak kampus, boleh berjualan rokok tapi jangan terlalu mengekspos, saya ada beli etalase tapi nggak jadi saya pake. Dulu yang mengispeksi kalau nggak salah wakil raktor III pak Patrap Wiprapto sekitar 2 minggu setelah ini buka, grand opening nya kan tanggal 20 – 10 – 2009. .”

Selain itu penulis juga mewawancarai bu Karni penjaga toko di gedung Giri Loka :

“ Barusan saja aku di beritahu, katanya ga boleh berjualan rokok, jadi saya bilang di sinikan gedung serba guna jadi kita ga bisa melarang orang untuk merokok. Yang negur pak Patrap dulunya ketua koprasi disini, tapi saya tetap aja jualan rokok. Soalnya saya bilang kalau bapak melarang saya jualan rokok tutup aja skalian pabriknya jadi ga ada yang rokokan lagi...” ( wawancara tanggal 24 oktober 2010 )

Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan pihak rektorat UPN “ Veteran “ Jawa timur sudah melakukan upaya untuk meminimalkan jumlah pelanggaran dengan memberikan teguran kepada para pelanggar meskipun hanya berupa teguran ringan.

b. Memberikan sanksi administrasi

Selain memberikan teguran lisan penanggung jawab kawasan juga mempunyai wewenang untuk memberikan sanksi administratif kepada setiap pelaku pelanggaran yang ada di wilayah administratifnya.

tehadap kebijakan kawasan tanpa rokok yang diberi sanksi administratif oleh pihak rektorat atau kampus penulis melakukan wawancara kepada beberapa narasumber berikut ini :

Penulis melakukan wawancara dengan Andik kepala toko Girimart yang berlokasi di belakang gedung fakultas ekonomi :

“ ...Kena sanksi administratif belum pernah dengar aku. Setahuku

lho ya, nggak tahu lagi mungkin mas sendiri pernah dengar...” ( wawancara tanggal 25 oktober 2010 )

Hal yang sama juga dituturkan oleh Danang mahsiswa teknik industri yang mengatakan :

“ Tidak pernah dengar. Mungkin di fakultas lain kalau di TI sendiri aku belum pernah dengar ada yang beri sanksi....” ( wawancara tanggal 27 oktober )

Penulis juga mewawancarai Eko Mahasiswa ekonomi yang kebetulan sedang merokok di lingkungan kampus :

“...Belum pernah dengar mas, emang ada sanksinya ya, kalau di tegur dosen sich pernah “ ( wawancara tanggal 15 Desember )

Untuk mengetahui lebih mendalam sejauh mana tindakan / pemberian sanksi yang dilakukan oleh pihak rektorat / penanggung jawab kawasan untuk memberikan efek jera kepada pelaku pelanggaran penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber berikut :

Penulis melakukan wawancara dengan Dr Ir Edi Mulyadi MS selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perancanaan beliau mengatakan :

“ ....Belum, belum ada, hanya sebatas teguran soalnya yang rokokan nggak banyak kok, kecuali ada kesepakatan akademis melalui rapat senat maka dapat dilaksanakan, tapi sampai sekarang masih belum ada.... ( wawancara tanggal 14 Desember 2010 )

M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi beliau mengatakan :

“ Belum ada pemberian sanksi administratif. Hanya menghimbau atau dengan teguran ringan. Gimana mau memberi sanksi kalau pelaksananya sendiri melanggar. Di gedung DPR aja masih banyak yang rokokan padahal mereka yang membuat aturan...” ( wawancara tanggal 15 Desember 2010 )

Jawaban yang serupa juga penulis dapat ketika mewawancarai ibu Dra. Sumardjijati.M.Si selaku Wakil Dekan I FISIP

“ Belum ada masih hanya berupa teguran. Pelaksana kebijakan sendiri tidak bisa melakukan gimana bisa meminta orang lain untuk patuh....” ( wawancara tanggal 15 Desember 2010 ).

Penulis juga melakukan wawancara dengan pak Drs. Ec Patrap Wiprapto, MS selaku Wakil Rektor III untuk mengetahui bagaimana tanggapan pihak Rektorat mengenai pemberian sanksi administratif, beliau mengatakan :

“ yang kita laksanakan sekarang masih terbatas ringan berupa teguran, belum ada yang kita beri sanksi. Nngak usah bersikap keras, di luar aja tidak bersikap keras. Jadi hanya kita kasih teguran....” seharus pemkot yang harus melakukan tindakan dengan melakukan sidak bisa oleh dinas kesehatan, pendidikan atau satpol PP ( wawancara tanggal 27 oktober 2010 ).

Untuk mengatahui sejauh mana wewenang pihak Rektorat / penanggung jawab kawasan dalam implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 maka penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber berikut ini :

Wawancara tanggal 28 oktober 2010 dengan bapak Haryanto selaku Kasi Diklat di Dinas Kesehatan Kota Surabaya :

“ Selama ini setelah kita melakukan penyidakan masih banyak yang memasang umbul – umbul produk rokok, nah yang seperti ini siapa  

kewajiban untuk menegakkan aturan ini. Pimpinan penanggung jawab kawasan berhak untuk menegur,memperingatkan dan memberi saksi admistratif. Minimal menegur...”

Hal senada juga di katakan oleh pak Dwi Hargianto Satpol PP kota Surabaya wawancara tgl 28 oktober 2010 :

“.... Kita sudah melakukan atau memberikan peringatan kepada penanggung jawab kawasan baik itu KTM maupun KTR yang tidak menjalankan perda ini, tapi untuk penindakan di lingkungan kampus kita masih belum masuk sampai kesana. Intinya begini untuk tempat proses belajar mengajar termasuk kampus penanggung jawab kawasan seperti yang di jelaskan dalam perda berhak melakukan teguran, peringatan maupun mengusir pelaku pelanggaran yang ada di wilayahnya. Artinya peran pimpinan sendiri cukup Pbesar untuk penegakkan perda ini... “

Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pihak rektorat / penanggung jawab kawasan di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur masih belum menajalankan aturan ini sesuai dengan apa yang tertuang di dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 dalam pemberian sanksi administratif kepada pelaku pelanggaran. Atau dengan kata lain kebijakan ini masih belum terimplementasi.

c. Melaporkan kepada aparat keamanan

Penganggung jawab kawasan juga mempunyai wewenang untuk melaporkan pelaku pelanggaran yang tertangkap basah sedang merokok atau kegiatan lainnya yang bertentangan dengan kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus ke pihak berwajib / aparat keamanan.

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaannya di lapangan apakah sudah pernah ada pelaku pelanggaran yang di laporkan ke aparat keamanan maka penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber berikut :  

selaku Wakil Dekan I FISIP, beliau mengatakan :

“...Belum, belum sampai kesana karena masih banyak yang harus di pertimbangkan. Masalahnya tidak hanya mahsasiswa saja yang merokok dosen dan pegawai TU sendiri banyak yang rokokan...” ( wawancara tanggal 15 Desember 2010 )

Jawaban yang serupa juga penulis dapat dari wawancara dengan pak Drs. Ec Syaiful Anwar M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas ekonomi yang mengatakan :

“ Belum pernah, kita hanya sebatas menghimbau saja dengan teguran ringan. Masalahnya kan banyak yang rokokan dari pada yang nggak. Kalau menurut saya yang lebih penting adalah memberikan obat kepada perokok aktif supaya bisa berhenti tidak dengan dikucilkan/dihukum...” ( wawancara tanggal 15 Desember 2010 )

Selain itu penulis juga mewawancarai pak Dr Ir Edi Mulyadi MS selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, beliau mengatakan :

“ Nggak ada, belum karena sulit sekali menghilangkan kebiasaan merokok saya dulunya juga perokok aktif, kalau sudah kecanduan apa aja dilakukan untuk bisa merokok. Mereka lebih memilih nggak makan dari pada nggak merokok. Kita sudah melarang penjualan rokok di kantin kampus untuk meminimalisir, ” ( wawancara tanggal 14 Desember 2010 )

Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus, pihak pelaksana internal kampus belum melakukan atau memberikan tindakan tegas kepada pelaku pelanggaran dengan melaporkan kepada aparat keamanan.

4.2.2. Hambatan

Dalam setiap implementasi suatu kebijakan publik tentunya selalu ada hambatan atau kendala yang mempengaruhi upaya dalam pencapaian tujuan

itu sendiri yang sifatnya komplek.

Dengan mengetahui lebih dalam tentang hal apa saja yang menjadi kendala / hambatan yang mempengaruhi suatu kebijakan diharapakan dapat di formulasikan jalan keluar atau solusi untuk mengatasi kendala / hambatan tersebut. Paling tidak meminimalkan dampaknya secara langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan.

a. Kepatuhan kelompok sasaran

Implementasi kebijakan akan sangat sulit apabila pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

Untuk mengetahui kenapa masih terjadi banyak pelanggaran terhadap aturan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur penulis melakukan wawancara dengan beberapa renponden yang kedapatan sedang merokok ataupun menjual produk rokok di lingkungan kampus.

Tanggal 27 oktober 2010 dengan pak Waluyo Manajer Operasional BUU beliau mengatakan :

“... Secara pribadi saya sendiri sebagai seorang perokok juga

mengurangi. Disini ini kan ruang terbukanya yang repot. kampus UPN ini kan cukup luas, mungkin di belakang sana ada yang rokokan kita kan juga nggak tahu. Sebenarnya gini mas kalau orang tidak boleh merokok perusahaan rokoknya aja yang di tutup, udah selesai kok mas. nggak perlu ada Perda kok...”

Jawaban yang sama juga penulis dapat ketika mewawancarai bu Karni penjaga toko di gedung Giri loka

jualan rokok, ya gitu aja, pabriknya aja di tutup sekalian,,,,,,” ( wawancara tanggal 24 oktober 2010 )

Selain itu penulis juga mewawancarai mas Andik selaku kepala toko Girimart yang mengatakan bahwa :

“....Kalau aku ya kurang setuju, disinikan aku kan dagang kalau

aturan itu di pake, dagangan ku kan nggak laku. Untuk kepentingan usaha ya di jual ae tapi ya juga sembunyi – sembunyi mas nggak terlalu di ekspos gitu,,,” ( wawancara tanggal 25 oktober )

Pak ahn chin wa yang buka stan warung makanan di kantin pusat juga mengutarakan hal yang sedikit berbeda :

“...Setuju nggak setuju, ya nggak setujunya kan mengurangi

pendapatan, kalau setujunya karena alasan kesehatan. Serba repot lho mas, mengurangi omset, setuju kalau larangan merokok itu diruangan kelas itu ya.. kan mengganggu ya.... Kalau di tempat orang makan pastinya merokok ” ( wawancara tanggal 25 oktober 2010 )

Selain itu penulis juga mewawancarai seorang mahasiswa Teknik sipil Deni kurniawan yang kebetulan sedang merokok di kantin, apa pendapatnya tentang aturan larangan merokok di lingkungan kampus

“... Kurang setuju mas, bener niatnya kan baik tapi kalau abis

makan nggak rokokan kan nggak enak. Kalau memang di jalankan sebaiknya di sediain ruang untuk merokok aja...” ( wawancara tanggal 27 oktober 2010 )

Pendapat berbeda di utarakan oleh Danang Mahasiswa jurusan teknik Industri semester 5 yang menyatakan bahwa :

“....Larangan merokok ya bagus, untuk mengurangi polusi di

lingkungan kampus, saya nggak merokok... masih banyak yang melanggar mungkin karena pengawasannya yang kurang ya... peraturan ini saya nggak begitu yakin dapat berjalan karena yang membuat aja melanggar apa lagi yang nggak membuat....” ( wawancara tanggal 27 oktober 2010 )

Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber diatas maka daapat disimpulkan bahwa ada penentangan atau ketidaksetujuan dari

yang bertentangan dengan kepentingan mereka.

b. Sumber Daya Manusia / staf pelaksana

Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Ada satu hal yang harus diingat adalah jumlah tidak selalu mempunyai efeek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti jumlah staf yang banyak tidak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil.

Untuk mengetahui apakah ada staf pelaksana khusus yang menjadi pelaksana harian dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur maka penulis melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber berikut :

Penulis melakukan wawancara dengan Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS selaku Wakil Rektor III untuk mengetahui apakah ada staf / tim pelaksana harian untuk melakukan pengawasan kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur :

“ Nggak ada satuan kerja khusus sebagai pelaksana harian. Tapi saya

sudah menhimbau ke masing – masing satker untuk menertibkan di wilayahnya masing – masing. Kalau saya pas ke fakultas ada yang kebetulan merokok ya saya tegur, tapi ya teguran ringan....seharusnya ada pengawalan dari pemkot dengan memberi sanksi tegas supaya lebih tertib...” ( wawancara tanggal 27 oktober 2010 )

Penulis juga melakukan wawancara dengan ibu Suparwati selaku Dekan FISIP beliau mengatakan :

tentang kebijakan kawasan tanpa rokok dilingkungan kampus, bisa waktu sebelum dimulainya perkuliahan ” ( wawancara tanggal 25 oktober 2010 )

Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan pak Drs Ec Syaiful Anwar M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi beliau

mengatakan :

“ Kalau satuan kerja khusus sebagai pelaksana nggak ada. Gimana

bisa mau memaksa mahasiwa untuk patuh sementara dosennya banyak yang merokok. Saya sendiri perokok aktif mas, sulit untuk berhenti...jadi ya balik ke kesadaran dari masing – masing individu aja mas ”

Penulis juga mewawancarai pak Dr Ir Edi Mulyadi MS selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan beliau mengatakan :

“ Nggak ada pelaksana khusus jadi kita lakukan pengawasan secara

bersama – sama, untungnya disini nggak banyak yang rokokan “ ( wawancara tanggal 14 Desember 2010 ).

Dari hasil wawancara dengan beberapa nara sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur masih belum dibentuk satuan kerja khusus yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan menjaring para pelaku pelanggara.

4.3 Pembahasan

Setelah temuan penelitian berupa catatan yang di dapat dari observasi, wawancara maupun dokumentasi, maka penulis selaku peneliti akan memberikan hasil analisa data sesuai rencana proposal penelitian. Maka analisis untuk masing – masing fokus penelitian sebagai berikut :

Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur )

Impementasi kebijakan negara dengan lebih rinci, yaitu implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang – undang, namun dapat pula berbentuk peraturan pemerintah, peraturan daerah atau keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentiffikasikan masalah yang ingin di atasi, menyebutkan secara tegas sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan / mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang – undang, kemudian output kebijaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan tersebut oleh kelompok sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki atau yang tidak dari output tersebut. Dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan – badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan – perbaikan yang penting ( atau upaya untuk melakukan perbaikan

– perbaikan )terhadap undang – undang / peraturan yang berangkutan ( Mazmanian dan sabatier, 2007 : 68 )

Pemerintah daerah selaku pelaksana roda pemerintahan di daerah bertujuan untuk menciptakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar bagi masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut Pemerintah daerah membuat suatu peraturan yang bisa di gunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dan masyarakat yang berada di dalam wilayah administratif tersebut yang disebut Peraturan Daerah ( Perda ).

Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas merokok. Maka masyarakat kota Surabaya diharuskan untuk dengan patuh dengan aturan yang tertuang dalam perda tersebut. Perda tidak bermaksud melarang orang untuk merokok hanya saja memberikan batasan – batasan agar dapat mereduksi dampak negati akibat rokok itu sendiri. Dengan ditetapkannya perda ini, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat kota surabaya, sekaligus menekan jumlah perokok pemula dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan penggunanya dan dampak negatif kepada orang sekelilingnya.

Impelementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur ) belum berjalan dengan optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi penulis yang dituang dalam hasil penelitian bahwa masih banyak terjadi pelanggaran terhadap aturan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus.

4.3.2 Sosialisai

Sosialisasi menjadi salah satu tahapan yang penting dalam implementasi sebuah kebijakan publik sebagai upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya suatu aturan baru yang di terbitkan. Dalam hal ini kaitannya dengan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 maka dapat dilakukan beberapa hal berikut sebagai sarana sosialisasi :

Memasang tanda larangan merokok merupakan salah satu cara dalam meelakukan sosialisi untuk memberikan informasi tentang adanya sebuah kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus. Dalam hal ini kaitannya dengan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok.

Pihak rektorat atau penanggung jawab kawasan telah melakukan pemasangan spanduk dan rambu – rambu larangan merokok di setiap satker dan gedung – gedung fakultas yang ada. Hal ini sangat membantu untuk memberikan informasi tentang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus sekaligus peringatan kepada kelompok sasaran untuk tidak merokok di dalam lingkungan kampus.

Berdasarkan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok penanggung jawab kawasan berkewajiban untuk memasang tanda larangan merokok di lingkungan kampus. Jadi apa yang sudah dilakukan oleh penanggung jawab kawasan sudah sesuai dengan aturan yang ada. Yaitu memasang rambu – rambu larangan merokok di bangunan atau gedung yang masuk kedalam wilayah admnistratifnya. Jadi untuk pemasangan rambu – rambu larangan merokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur sudah terimplementasi dengan baik.

b. Melakukan kampanye / penyuluhan tentang bahaya rokok

Berdasarkan temuan penulis di lapangan dengan melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber yang kompeten dalam

pemasangan tanda larangan merokok. Sehingga banyak kelompok sasaran yang tidak memahami secara menyeluruh apa yang menjadi substansi dari kebijakan tersebut.

Menurut Peter dalam Tangkilisan ( 2003 : 22 ) mengatakan implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor salah satunya yaitu Informasi : Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil – hasil dari kebijakan itu.

Berdasarkan teori diatas maka penulis dapat menganalisa bahwa pihak rektorat atau penanggung jawab kawasan dalam pelaksanaan Kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus masih belum optimal. Seharusnya penanggung jawab kawasan melakukan penyuluhan / sosialisasi lebih mendalam dengan memberikan informasi tentang kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus. Latarbelakang dari kebijakan tersebut, informasi tentang hal apa saja yang diatur di dalam kebijakan tersebut, siapa saja yang menjadi pelaksana lapangan, mengapa kelompok sasaran dilarang merokok ditempat umum. Agar kelompok sasaran lebih mengerti mengapa aktivitas merokok mereka harus diatur karena berdampak pada orang yang ada disekitar mereka. Sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana yaitu meningkatkan kualitas kesehatan masyaarakat.

Pemberian sanksi merupakan upaya untuk menegakkan suatu kebijakan agar dapat dipatuhi oleh setiap kelompok sasaran. Namun dari hasil temuan penulis dilapangan melalui wawancara tindakan yang dilakukan oleh penanggung jawab kawasan dalam hal adalah pimpinan / rektor kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur masih hanya sebatas teguran ringan untuk mengingatkan pelaku pelanggaran tentang adanya aturan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus.

Di dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 sendiri diatur tentang wewenang penanggung jawab kawasan untuk memberikan sanksi berupa.

1. Menegur setiap pelaku pelanggaran

2. Memberikan sanksi administratif

3. Melaporkan ke aparat keamanan

a. Menegur setiap pelaku pelanggaran

Berdasarkan temuan dilapangan mengenai pengawasan yang dilakukan oleh pihak rektorat UPN “ Veteran “ Jawa Timur selaku penanggung jawab

Dokumen terkait