SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ” Veteran ” Jawa Timur
OLEH : SYAHRUL MUBIN
NPM:0541010053
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya pelanggaran terhadap aturan ini baik berupa aktivitas merokok, iklan rokok juga penjualan produk rokok. Dari hasil observasi penulis yang di dokumentasikan dalam bentuk foto dan video pelanggaran yang paling banyak adalah aktivitas merokok baik yang dilakukan oleh oknum mahasiswa maupun pegawai universitas sendiri. Bahkan penulis juga menemukan adanya penjualan produk rokok di dalam gedung rektorat. Maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui dan mendiskripsikan pelaksanaan kebijakan kampus sebagai kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok di kampus “ Veteran “ Jawa Timur apakah sesuai dengan yang dimanahkan dalam perda kota Surabaya no 5 tahun 2008. Dalam hal ini pimpinan / penanggung jawab kawasan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan terlaksananya kebijakan ini dengan baik. Pimpinan / penanggung jawab kawasan perlu memperhatikan secara serius terhadap fenomena yang terjadi dilapangan. Di dalam perda no 5 tahun 20008 dan juga di perjelas dengan peraturan wali kota no 25 tahun 2009 telah dijabarkan tentang hal apa saja yang dilarang di dalam kawasan tanpa rokok, selain itu juga diatur wewenang dan tanggung jawab pimpinan / penanggunng jawab kawasan terkait dengan pelaksananaan kebijakan ini. Akan tetapi yang terjadi di lapangan adalah pelanggaran – pelanggaran yang masih banyak terjadi. Berdasarkan hal – hal diatas maka dibuatlah rumusan masalah penelitian “ Bagaimanakan implementasi perda no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur ?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian diskriftif melalui pendekatan kualitatif. Dengan fokus penelitian tiga hal yaitu : pertama, sosialisasi : memasang tanda larangan merokok , melakukan penyuluhan/kampanye tentang bahaya rokok. Kedua Tindakan / sanksi : menegur pelaku pelanggaran, mengusir pelaku keluar area kampus, memberikan sanksi administrative. Ketiga, hambatan / kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan di UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Sumber dan jenis data dalam peneletian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data di lakukan reduksi data, display data, instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara, cacatan dilapangan dan koneksi internet.
1.1. Latar Belakang
Sebagai sebuah negara yang besar, Indonesia memiliki kondisi sosial
masyarakat yang heterogen sudah barang tentu harus ada rambu – rambu yang mampu
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara agar tidak terjadi gesekan antar kelompok
dan saling merugikan satu sama lain. Sebuah negara demokrasi harus dikelola dengan
peraturan dan perundang - undangan untuk menjaga keharmonisan dan kestabilan
nasional. hal ini juga sering kita kenal dengan kebijakan publik yaitu suatu tindakan yang
akan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sesuatu masalah.
Ruang lingkup kebijakan publik hampir tanpa batas, seluas kompleksitas publik
itu sendiri. Suatu masalah yang tidak dirasakan oleh kelompok publik tertentu, bisa jadi
merupakan problematika luar biasa besarnya bagi kelompok publik lainnya. Rokok
merupakan salah satu contohnya. Karena sifat publik yang kompleks inilah maka proses
maupun analisis terhadap kebijakan publik memerlukan pendekatan multi-disiplin. Untuk
mengatasi permasalahan bahaya rokok bagi masyarakat tidak hanya menjadi tugas dinas
kesehatan saja tapi juga memerlukan campur tangan dari lembaga pendidikan, penegak
hukum, LSM dan kelompok kepentingan lainnya. Namun itu semua masih belum cukup
masih butuh seorang ahli kebijakan publik untuk meramu semua unsur - unsur yang ada
agar bisa bersinergi.
Masalah tentang rokok merupakan sebuah dilema bagi Pemerintah. Pemerintah
berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan membuat aturan
orang yang mengantungkan hidupnya pada industri rokok. Kita tahu bahwa industri
rokok menyerap begitu banyak tenaga kerja yang mayoritas adalah para wanita yang
tidak lain yaitu untuk membantu perekonomian keluarga selain itu juga ada petani
tembakau yang akan dirugikan apabila industri rokok ditutup. Apalagi beberapa waktu
yang lalu salah satu ormas islam mengharamkan produk rokok, positif memang namun
masih dilematis.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat namun juga harus memperhatikan kesejahteraan para buruh pabrik
rokok dan petani tembakau. Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2008
Pemerintah Kota Surabaya telah mengeluarkan Perda No 5 tahun 2008 tentang kawasan
tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Perda ini tidak bermaksud melarang orang
untuk merokok hanya saja mengatur supaya orang tidak merokok di sembarang tempat.
Apabila berada ditempat umum atau tempat kerja yang termasuk kawasan terbatas
merokok, maka seseorang dapat merokok asalkan di tempat khusus merokok yang telah
disediakan. Penyediaan tempat khusus morokok wajib dilakukan oleh pimpinan atau
penanggung jawab kawasan tersebut.
Rokok adalah salah satu barang yang sangat berbahaya bagi kesehatan, tetapi
banyak orang yang tidak menyadarinya sehingga setiap hari merokok. ”Padahal dalam
sebatang rokok terdapat 4000 bahan kimia, 400 diantaranya bahan beracun dan 40 bahan
karsinogenik (bahan penyebab Kanker, Red),” jelas Prof. Dr. dr. H.J. Mukono MS. MPH
International Labour Organitation ( ILO ) memperkirakan sedikitnya 200.000
kematian pekerja per tahun karena paparan AROL di tempat kerja. Sekitar 800.000 orang
meninggal di 25 negara-negara Uni Eropa tahun 2002 karena paparan asap rokok orang
lain. Global Youth Survey pada anak usia sekolah 13-15 tahun (1999-2006)%
menunjukan 81% anak sekolah terpapar asap rokok ditempat umum. Rata-rata dunia
hanya 56 %. Lebih dari 150 juta Penduduk Indonesia terpapar AROL di rumah, di
perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum. ( Universitas Mercu Buana
News.com 16 juni 2009 )
Tujuan dari Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok
dan kawasan terbatas merokok adalah untuk melindungi kesehatan dari bahaya akibat
merokok, membudayakan hidup sehat, menekan perokok pemula dan yang terpenting
untuk melindungi perokok pasif dari resiko yang bisa ditanggungnya akibat perbuatan
orang lain ( perokok aktif ). Perda ini juga mengatur tentang lokasi atau tempat – tempat
yang dilarang melakukan aktivitas merokok, mempromosikan dan menjual propduk
rokok.
Sebelum mengulas lebih dalam tentang Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008
tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok ini maka penulis akan
menjelaskan secara singkat tentang maksud dari kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa
rokok tidak bermaksud melarang orang untuk merokok tertapi hanya untuk mengatur
para perokok untuk melindungi kesehatan masyarakat ( perokok pasif ). Seperti yang di
hanya boleh dilakukan di tempat khusus.
Adapun yang termasuk ke dalam kawasan tanpa rokok seperti yang tersurat pada
pasal 2 adalah sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempata ibadah, dan angkutan umum.
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur sebagai salah satu
perguruan tinggi di Kota Surabaya merupakan tempat para calon sarjana dan pasca sarja
dalam menuntut ilmu, sudah barang tentu kampus merupakan kawasan dimana proses
belajar mengajar dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semua kampus terikat oleh
ketentuan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008. Sebagai sebuah lembaga pendidikan
yang akan mencetak para calon pembuat kebijakan tentunya sudah barang tentu menjadi
sebuah kewajiban moral bagi semua stake holder untuk memberikan contoh yang baik
kepada masyarakat dalam hal mematuhi aturan terkait kawasan tanpa rokok yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Oleh karena itu beberapa bulan yang lalu
pihak universitas sudah melakukan sosialisasi mengenai aturan baru bagi para perokok
aktif dengan memasang spanduk di depan Giriloka dan pintu masuk fakultas ekonomi
serta memasang tanda dilarang merokok di setiap gedung kampus masing – masing
fakultas yang ada.
Meskipun sudah berjalan sekitar 3 bulan lebih tapi penulis masih saja menemukan
tindakan pelanggaran oleh beberapa oknum mahasiswa dan oknum pegawai universitas
baik dosen maupun staff adminstrasi yang dengan sengaja merokok dilingkungan kampus
menimbulkan pertanyaan, mengapa dengan begitu gampangnya terjadi pelanggaran
terhadap sebuah aturan padahal kampus adalah lingkungan para orang – orang terdidik.
Dengan adanya perda ini tidak hanya perokok pasif yang diuntungkan tetapi para perokok
aktif dapat mengurangi intensitas merokok mereka sehingga juga akan berdampak positif
untuk kesehatan mereka.
Selain berupa pelanggaran diatas penulis juga menemukan adanya pelanggaran
berupa penjualan produk rokok masih bisa dengan mudah ditemukan di kantin kampus.
Selain itu iklan rokok juga masih banyak terpampang di dalam lingkungan kampus.
Kesimpulan sementara bahwa tingkat pelanggaran terhadap aturan baru ini masih sangat
tinggi. Namun perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang penomena ini, sehingga
penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi Perda
kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok ( studi tentang kawasan tapa rokok di Universitas Pembangunan Nasional “
Veteran “ Jawa Timur “.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimanakah Implementasi Perda Kota Surabaya No 5 tahun 2008 tentang
kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok
jelas terhadap implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa
rokok di kampuns UPN “ veteran “ Jawa Timur melalui analisa dan telaah data dan
informasi yang di peroleh di lapangan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008
tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok ( studi kasus di kampus UPN “
veteran “ Jawa Timur )
1.4 kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis
Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang implementasi sebuah
kebijakan dan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan penulis dalam
aplikasi dan teori sebuah kebijakan. Sehingga bisa menjadi bekal kelak saat
penulis terjun ke dunia kerja.
2. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terkait topik penelitian penulis dan merupakan
sumbangan pemikiran bagi kampus UPN Veteran Jawa Timur sebagai wujud
terima kasih penulis atas transfer ilmu selama menempuh pendidikan sarjana.
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Diharapkan bisa menambah perbendaharaan referensi kepustakaan bagi
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh L. Iwan Juhandi, mahasiswa jurusan administrasi Negara fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “ veteran “ Jawa Timur yang berjudul “ Implementasi
Perda kabupaten lombok timur no 6 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Desa “. penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana sumber datanya berasal dari
informan yang ditentukan dengan teknik snow ball dengan informan kunci ( key
Person ) adalah ketua BPD. Dimana analisa datanya menggunakan analisis
kualitatif yakni meliputi reduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan.
Dengan teknik keabsahan datanya meliputi derajat kepecayaan, keteralihan,
kebergantungan dan ketidakpastian.
Dengan focus penelitian yaitu ( 1 ) peran BPD dalam mengayomi adat istiadat
dan kearifan local ; ( 2 ) peran BPD dalam legislasi ; ( 3 ) peran BPD dalam
melaksanakan pengawasan ; ( 4 ) peran BPD dalam menetapkan anggaran
pendapatan dan belanja desa. Dimana yang menjadi lokasi penelitian adalah
desa sukadana kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur.
Hasil penelitian ini adalah bahwa dari empat fungsi BPD yakni mengayomi adat
istiadat, membuat peraturan desa, menetapkan APBDesa serta melakukan
pengawasan. BPD Sukadana dapat berperan dengan baik hanya pada fungsi
istiadat dan pengawasan BPD Sukadana belum dapat berperan dengan baik.
Dimana sesuai dengan yang dikemukakan oleh Meter dan Van Horn bahwa
implementasi yang berhasil dipengaruhi oleh 6 variabel yakni ukuran dan tujuan
kebijaksanaan, sumber – sumber kebijaksanaan, ciri – ciri atau sifat badan
pelaksana, komunikasin antar organisasi terkait, sikap para pelaksana, dan
lingkungan ekonomi, social dan politik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa implementasi perda Kabupaten
Lombok Timur no 6 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Desa yakni mengenai
fungsi BPD di Desa Sukadana Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur
belum terimplementasi dengan baik.
Yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah penelitian
ini nantinya akan mengguanakan pendekatan kualitatif yang mendiskripsikan
dan menganalisa implementasi kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ veteran “
Jawa Timur berdasarkan Perda No 5 Tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok
dan Kawasan Terbatas Merokok serta untuk menganalisa kendala – kendala
yang dihadapi oleh pihak lembaga UPN “ veteran “ Jawa Timur dalam
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Fokus penelitian ini adalah pertama
sosialisasi tentang pemberlakuan lingkungan kampus sebagai kawasan tanpa
rokok dengan memasang tanda / petunujk / peringatan larangan merokok.
Kedua yaitu penindakan dengan memberikan teguran atau peringatan kepada
Sebagai tolak ukur berpikir maupun bertindak maka teori sangat dibutuhkan
dalam berpikir secara ilmiah karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah
dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat.
Adapun tujuan landasan teori adalah untuk memberikan suatu landasan berpikir pada
penulis dalam usahanya untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang
akan dibahas.
2.2.1 Implemantasi Kebijakan
2.2.1.1 Konsep Implementasi Kebijakan
Kamus Webster dalam Wahab ( 2002 : 64 ) merumuskan secara pendek
bahwa to implement ( mengimplementasikan ) berarti to provide the means for
carriying out ( menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu ) ; to give practical
effect to ( menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu ). Jika pandangan
ini diikuti, maka dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu
proses melaksanakan kebijakan ( kebijakan dalam bentuk undang – undang,
peraturan daerah, keputusan pengadilan maupun dekrit presiden ).
Sedangkan Van Meter dan Van Horn dalam Winarno ( 2008 : 146 )
mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan – tindakan yang
dilakukan oleh individu – individu ( atau kelompok – kelompok ) pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah
makna dari diimplementasikan dengan mengatakan bahwa :
“ Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
kebijakan, yakni kejadian – kejadian dan kegiatan – kegiatan yang timbul
sesudah disahkannnya pedoman – pedoman kebijakan Negara, yang mencakup
baik usaha – usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan
dampak nyata pada masyarakat atau kejadian – kejadian “.
Kemudian Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab ( 2002 : 68 )
merumuskan lebih lanjut tentang implementasi kebijakan negara yaitu :
“ Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang – undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah
atau keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengindentifikasikan masalah yang
ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,
dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasi.
Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya
diawali dengan tahapan pengesahan undang – undang, kemudian output
kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan ( instansi )
pelaksanaan, kesedian dilaksanakannya keputusan tersebut oleh kelompok –
kelompok sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki atau yang tidak dari
upaya melakukan perbaikan perbaikan ) terhadap undang – undang atau
peraturan yang bersangkutan “.
Selanjutnya Winarno ( 2004 : 101 ) menyatakan bahwa suatu program
kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan dari
suatu kebijakan dapat tercapai, implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian luas, merupakan alat administrasi hokum dimana berbagai actor ,
organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama – sama untuk
menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang dinginkan.
Dari beberapa pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku
badan – badan admnistrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula
menyangkut jaringan kekuatan – kekuatan politik, ekonomi dan social yang
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak
yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak atau hasil, baik
yang diharapkan ( intended ) maupun yang tidak diharapkan ( spillover / negative
effect ). Lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan
dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program
dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijkan tersebut.
Selain itu implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan
administrative, tetapi juga mengkaji factor – factor lingkungan yang berpengaruh
Dengan memperhatikan beberapa konsep implemetasi diatas, maka kajian
implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi
tindakan, dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut.
Untuk menganalisa bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung
secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan.
Model – model implementasi kebijakan tersebut adalah :
1. Model Hogwood dan Gun,
Model yang dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn dalam Nugroho
( 2003 : 170 ) ini kerapkali oleh para ahli disebut sebagai “ the top down
approach “ menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan
kebijakan secara sempurna ( perfect implementation ) maka diperlukan beberapa
persyaratan tertentu. Syarat – syarat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak
akan menimbulkan gangguan atau kendala yang serius. Artinya, tidak ada
perlawanan atau penolakan dari pihak yang terkena implementasi kebijakn
secara terbuka maupun tertutup.
b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber – sumber daya yang
cukup memadai. Artinya factor ketersediaan sumber daya ini akan
menciptakan tahapan implementasi kebijakan dapat berjalan sesuai jadwal
bahwa di satu pihak harus terjamin tidak terdapat kendala – kendala pada
semua sumber – sumber yang diperlukan dan dilain pihak, pada setiap
tahapan proses implementasi perpaduan diantara sumber – sumber tersebut
harus benar – benar dapat tersedia.
d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
kausalitas yang andal. Artinya bahwa kebijakan tersebut memang dapat
menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi.
e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya. Artinya bahwa semakin banyak hubungan dalam mata
rantai, semakin besar pula resiko bahwa beberapa diantaranya kelak terbukti
amat lemah atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil
Artinya bahwa implementasi akan dapat berjalan efektif apabila hubungan
saling ketergantungan kecil.
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Artinya
bahwa secara langsung berkaitan dengan komitmen dari semua pihak untuk
bersama – sama mensukseskan rencana implementasi kebijakan yang telah
bahwa tugas yang jelas dan prioritas yang jelas adalah kunci efektivitas
implementasi kebijakan.
i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
Artinya, bahwa komunikasi adalah perekat organisasi, dan koordinasi adalah
asal muasal dari kerja sama tim serta terbentuknya sinergi.
j. Pihak – pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Artinya bahwa harus terdapat
kondisi ketundukan penuh dan tidak ada penolakan sama sekali terhadap
perintah atau komando siapa pun dalam sistem administrasi itu.
2. Model Mazmanian dan Sabatier
Model yang dikembangkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam Nugroho
( 2003 : 169 ) ini sering disebut dengan “ A Framework for Implementation
Analysis “ ( kerangka analisis implementasi ).
Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis implemetasi
kebijakan Negara adalah mengidentifikasikan variable – variable yang
mempengaruhi tercapainya tujuan – tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi.
Variable – variable yang dimaksud dapat dibedakan menjadi dua variable.
Yaitu variable bebas ( independent variable ) dan variable terikat ( dependent
a. Mudah tidaknya masalah akan dikendalikan
b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat
proses implementasi.
c. Pengaruh langsung berbagai variable politik terhadap keseimbangan
dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut.
Variabel terikat terikat terdiri dari :
a. Output – output kebijaksanaan ( keputusan – keputusan ) dari badan – badan
pelaksana.
b. Kepatuhan kelompok – kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut.
c. Dampak nyata keputusan – keputusan badan – badan pelaksana.
d. Persepsi terhadap dampak keputusan – keputusan tersebut.
e. Evaluasi sistem politik terhadap undang – undang, baik berupa perbaikan –
perbaikan mendasar ( atau upaya untuk melaksanakan perbaikan ) dalam
muatan atau isinya.
Gambaran mengenai kerangka konseptual implementasi kebijaksanaan
menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dapat dilihat secara jelas pada
Model implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier ( 2002 : 82 )
Kemampuan kebijaksanaan untuk
menstrukturkan proses implementasi
- Kejelasan dan konsistensi tujuan
- Digunakannya teori kausal yang memadai
- Ketepatan alokasi sumber dana
- Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga pelaksana
- Aturan – aturan keputusan dari badan pelaksana
- Rekruitmen pejabat
Variable di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi
- Kondisi sosio ekonomi dan teknologi
- Dukungan public
- Sikap dan sumber – sumber yang dimiliki kelompok – kelompok
- Dukungan dari pejabat atasan
- Komitmen dan kemampuan
kepemimpinan pejabat – pejabat pelaksana
perbaikan mendasa r dalam undang ‐
undang dampak
output kebijaksana an sebagai persepsi Dampak nyata
output kebijaksanaan
Kesediaan kelompok sasaran mematuhi output kebijaksanaan Output kebijaksanaa n badan – badan pelaksana
Tahap – tahap Dalam Proses Implementasi ( Variabel Tergantung ) Mudah atau Tidaknya Masalah dikendalikan :
- Kesukaran – kesukaran teknis
- Keragaman perilaku kelompok sasaran
[image:18.612.115.541.126.712.2]Variabel – variabel yang mempengaruhi proses implementasi
kebijaksanaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
A. Mudah atau tidaknya dikendalikan
Terlepas dari kenyataan bahwa banyak kesukaran dalam
implementasi program, sebenarnya ada sejumlah masalah sosial
yang jauh lebih mudah untuk ditangani bila dibandingkan
dengan masalah lainnya. Kategori ini terdiri dari :
a) Kesukaran-kesukaran teknis.
Tercapai atau tidaknya tujuan program tergantung pada
persyaratan teknis, termasuk kemampuan mengembangkan
indikator pengukur prestasi kerja yang tidak mahal serta
pemahaman mengenai prinsip hubungan kausal yang
mempengaruhi masalah.
b) Keragaman perilaku kelompok sasaran.
Semakin beragam perilaku yang diatur atau semakin beragam
pelayanan yang diberikan, semakin sulit upaya membuat
peraturan yang tegas dan jelas, sehingga semakin besar
kebebasan bertindak yang harus diberikan kepada pejabat di
menimbulkan perbedaan yang cukup mendasar dalam tingkat
keberhasilan pelaksanaan program.
c) Prosentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok
sasaran.
Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang
perilakunya akan diubah, maka semakin besar peluang untuk
memobilisasikan dukungan politik terhadap program sehingga
akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan.
d) Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang
dikehendaki.
Semakin besar jumlah-jumlah perubahan perilaku yang
dikehendaki, semakin sukar memperoleh implementasi.
Suatu permasalahan sosial akan lebih dapat dikendalikan
apabila : 1) tersedia teori yang andal yang mampu menjelaskan
hubungan antara perubahan perilaku dan pemecahan masalah,
persyaratan teknologinya dipenuhi, dan tindakan / langkah yang
dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut tidak mahal; 2)
variasi / perbedaan perilaku yang menyebabkan timbulnya
masalah relatif; 3) kelompok sasaran tersebut merupakan
sebagian kecil dari totalitas penduduk suatu wilayah; 4) tingkat
B. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses
implementasi.
Kebijaksanaan dapat menstrukturkan proses implementasi
dengan cara menjabarkan tujuan formal yang akan dicapainya,
menseleksi lembaga yang tepat untuk
mengimplementasikannya, memberikan kewenangan dan
dukungan sumber finansial pada lembaga tersebut. Kategori ini
terdiri dari
a) Kecenderungan dan kejelasan perjenjangan tujuan resmi yang
akan dicapai.
Semakin mampu peraturan memberikan petunjuk yang cermat
dan disusun menurut urutan kepentingannya maka semakin
besar kemungkinan output kebijaksanaan badan pelaksana dan
pada gilirannya perilaku kelompok sasaran akan sejalan dengan
petunjuk tersebut.
b) Keterandalan teori kausalitas yang dipergunakan.
Setiap usaha pembaharuan setidaknya secara implisit teori
kausal yang menjelaskan bagaimana tujuan usaha pembaharuan
itu dicapai. Teori kausal yang baik mempersyaratkan :
a). Hubungan timbal balik antara campur tangan pemerintah di
jelas; b). Pejabat yang bertanggung jawab
mengimplementasikan program mempunyai kewenangan yang
cukup.
c) Ketepatan alokasi sumber-sumber dana.
Dana merupakan faktor penentu dalam suatu program.
Tersedianya dana diperlukan untuk mencapai tujuan.
d) Keteraduan hierarki di dalam lingkungan dan di antara lembaga
– lembaga / instansi – instansi pelaksana.
Tingkat keterpaduan hierarki di antara badan pelaksana
dipengaruhi oleh : 1) pihak yang dapat membatalkan keputusan
dalam usaha pencapaian tujuan; 2) pengaruh dan wewenang
pendukung pencapaian tujuan dalam memberikan sanksi guna
tumbuhnya kepatuhan.
e) Aturan – aturan pembuatan keputusan dari badan – badan
pelaksana.
Suatu kebijaksanaan dapat mempengaruhi implementasi dengan
menggariskan aturan – aturan pembuatan keputusan dari badan
pelaksana. Selain itu diatur bahwa suara mayoritas diperlukan
guna mengambil tindakan – tindakan khusus apabila yang
f) Kesempatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub
dalam undang – undang / peraturan.
Upaya pencapaian tujuan tidak akan membawa hasil terkecuali
kalau para pejabat dalam badan pelaksana memiliki komitmen
yang tinggi terhadap upaya pencapaian tujuan.
g) Akses formal pihak – pihak luar.
Implementasi juga dipengaruhi peluang untuk berpartisipasi
bagi para aktor diluar badan pelaksana. Kebijaksanaan selain
mempengaruhi partisipasi dua kelompok diluar badan
pelaksana yaitu : a) kelompok sasaran program; b) atasan dari
badan pelaksana.
C. Variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses
implementasi.
Implementasi didorong oleh sekurang – kurangnya 2 (dua)
proses penting yaitu : (a) kebutuhan setiap program yang
berusaha untuk mengubah perilaku, mengatasi hambatan yang
timbul dalam upayanya untuk memperoleh kerjasama dari
sejumlah besar orang; b) dampak perubahan sosio-ekonomis
dan teknologis pada pendukung tujuan kebijaksanaan. Kategori
a) Kondisi – kondisi sosio-ekonomi dan teknologi
Perbedaan waktu dan perbedaan di antara wilayah hukum
pemerintah dalam kondisi sosial, ekonomi dan teknologi
berpengaruh pada pencapaian tujuan.
b) Dukungan Publik
Untuk keberhasilan implementasi diperlukan dukungan publik
yakni bisa melalui pendapat umum, opini masyarakat atau isu –
isu yang dianggap menonjol, maupun pemungutan suara.
c) Sikap dan sumber – sumber yang dimiliki kelompok –
kelompok masyarakat
Dilema yang dihadapi oleh para penganjur program yang
berusaha untuk mengubah perilaku dari satu atau lebih
kelompok sasaran ialah bahwa derajat dukungan publik atas
program tersebut berbeda – beda dari waktu ke waktu.
d) Dukungan dari badan / lembaga atasan yang berwenang
Lembaga atasan dari badan pelaksana dapat memberikan
dukungan terhadap tujuan kebijakan melalui : a) jumlah dan
arah pengawasan; b) penyediaan sumber – sumber keuangan; c)
banyaknya tugas – tugas baru dan saling pertentangan di antara
e) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat
pelaksana
Variabel yang berpengaruh langsung terhadap output kebijakan
badan pelaksana ialah kesepakatan para pejabat badan
pelaksana terhadap upaya mewujudkan tujuan kebijakan, yang
terdiri dari dua komponen yaitu arah dan ranking tujuan
tersebut dalam skala prioritas pejabat tersebut dan kemajuan
pejabat dalam mewujudkan prioritas – prioritas tersebut.
2.2.1.3 Tahap – Tahap Implementasi Kebijakan
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang
ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap – tahap implementasi
kebijakan.
Islamy ( 1997 : 102 ) membagi tahap implementasi dalam dua
bentuk, yaitu :
a) Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan
dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka
kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya,
misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara
b) Bersifat non self-executing, yang berarti bahwa suatu kebijakan
publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak
supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.
Menurut wahab ( 2008 : 102 ) mengemukakan sejumlah
tahap – tahap dalam proses implementasi sebagai berikut :
1. Output – output kebijaksanaan ( keputusan – keputusan )
dari badan – badan pelaksana.
Proses ini biasanya membutuhkan usaha – usaha tertentu
pada pihak para pejabat di satu atau lebih badan pelaksana.
2. Kepatuhan kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut.
Peluang bahwa adanya sanksi tertentu akan diikuti oleh
timbulnya ketidakpatuhan dipengaruhi oleh macam dan
besarnya sanksi yang akan disediakan oleh undang –
undang.
3. Dampak nyata keputusan – keputusan badan – badan
pelaksana.
Undang – undang akan berhasil apabila output
kebijaksanaan sejalan dengan tujuan formal undang –
4. Persepsi terhadap dampak keputusan – keputusan tersebut.
Persepsi seseorang mengenai dampak kebijaksanaan
tertentu mungkin merupakan fungsi dari dampak nyata
yang diwarnai oleh yang mempersepsinya.
5. Perbaikan ( revisi ) mendasar dalam undang – undang.
Perbaikan undang – undang haruslah dipandang sebagai
titik kulminasi dari proses implementasi
2.2.1.4 Sumber – Sumber Implementasi Kebijakan
Menurut Winarno ( 2002 : 132 ) perintah – perintah implementasi
mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten tetapi jika para
pelaksana kekurangan sumber – sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan – kebijakan maka implementasi ini cenderung tidak efektif. Dengan
demikian sumber – sumber dapat merupakan faktor yang penting dalam
melaksanakan kebijkan publik. Sumber – sumber yang penting meliputi :
a) Staf
Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan
adalah staf. Ada satu hal yang ahrus diingat adalah jumlah tidak
selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal
ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis
b) Informasi
Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam
implementasi kebijakan. Informasi mengenai program – program
adalah penting terutama bagi kebijakan – kebijakan yang
melibatkan persoalan – persoalan teknis.
c) Wewenang
Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang.
Wewenang ini akan berbeda – beda dari satu program ke program
yang lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda.
d) Fasilitas – fasilitas
Fasilitas mungkin pula merupakan sumber – sumber penting
dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf
yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan,
dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya
tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan
koordinasi, tanpa perbekalan maka besar kemungkinan
implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.
2.2.1.5 Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan ( 2003 : 21 )
menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari
1) Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan
aparatur pelaksana.
2) Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan
tiadanya persoalan.
3) Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang
memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat
yang diharapkan.
2.2.1.6 Kegagalan Implementasi Kebijakan
Menurut Peters dalam Tangkilisan ( 2003 : 22 ) mengatakan
implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor yaitu :
1. Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan gambaran
yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada
para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya dan
hasil – hasil dari kebijakan itu.
2. Isi kebijakan
Implementasi kebijkan dapat gagal karena masih samarnyqa isi
atau kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern
ataupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya
3. Dukungan
Implementasi kebijakan akan sangat sulit bila pelaksanaannya
tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.
4. Pembagian potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana dalam
kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
2.2.1.7 Prospek untuk Memperbaiki Implementasi
Menurut Winarno ( 2002 : 162 ) untuk memperbaiki implementasi
kebijakan maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan :
a) Didalam mengusulkan langkah – langkah perbaikan harus
dipahami terlebih dahulu hambatan – hambatan yang muncul
dalam proses implementasi kebijakan dan mengapa hambatan
timbul.
b) Perlu mengubah keadaan – keadaan yang menghasilkan faktor
2.2.2 Evaluasi Kebijakan
2.2.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan
Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan.
Sedangkan Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan
bahwa evaluasi kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan
perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan
Senada dengan yang diungkapkan oleh Winarno, Moshoed
(2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses
untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan
hasil.
Dengan disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa
evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah
siatu kebijakan berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak
yang ditimbulkan akibat implementasi kebijakan tersebut.
2.2.2.2 Tipe – Tipe Evaluasi Kebijakan
Menurut Heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan
1. Tipe Evaluasi Proses
Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada
pernyataan bagaimana program dilaksanakan.
2. Tipe Evaluasi Dampak
Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan
mengenai apa yang telah dicapai program
3. Tipe Evaluasi Strategi
Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas
pertayaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara
efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat
dibanding dengan program-program lain yang ditunjukkan pada
masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan
publik.
2.2.2.3 Faktor Penghambat dan pendukung Implementasi kebijakan
Dalam pelaksanaan kebijakan selama ini telah diidentifikasikan
bahwa banyak masalah yang timbul. Proses implementasi kebijakan
merupakan proses yang rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut
disebabkan banyakan faktor, baik yang menyangkut karaktristik program
kebijakan yang dijalankan maupun oleh aktor yang terlibat dalam
Kebijakan apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal.
Hogwood dan Gunn dalam Wahab ( 2002 : 61 ) membagi pengertian
kegagalan kebijaksanaan ( policy failure ) ke dalam dua kategori yaitu
no implementation ( tidak terimplementasi ) unsuccessful implementation
( implementasi yang tidak berhasil ). Tidak terimplementasi mengandung
arti bahwa suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana,
mungkin karena pihak yang telibat tidak mau bekerjasama, atau mereka
bekerja tidak efisien, bekerja setengah hati, atau karena mereka tidak
sepenuhnya menguasai permasalahan, atau mungkin permasalahan yang
dikerjakan diluar jangkau kekuasaannya, sehingga betapa gigihnya usaha
mereka, hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi, akibatnya
implementasi yang efektif sukar untuk dipenuhi.
Sedangkan implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi
manakala telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat
kondisi eksternal tidak menguntungkan ( misalnya, terjadi peristiwa
pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya ) kebijaksanaan
tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang
dikehendaki. Biasanya kebijaksanaan yang memiliki resiko untuk gagal itu
disebabkan oleh faktor – faktor berikut : pelaksanaan jelek ( bad execution
) kebijaksanaannya sendiri memang jelek ( bad policy ) atau kebijakan itu
Soenarko ( 2000 : 185 ) menjelaskan bahwa pelaksanaan
kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak membuahkan hasil itu
disebabkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
1. Teori yang menjadi dasar kebijakan yang tepat, oleh karena itu
harus dilakukan “ Reformulasi kebijakan “.
2. Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.
3. Sarana yang ada tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.
4. Isi dari kebijakan bersifat samar – samar.
5. Tidak adanya kepastian faktor intern dan faktor ekstern
6. Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang
7. Dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan masalah teknis
8. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber – sumber
pembantu ( waktu, uang, dan sumber daya manusia )
Berdasarkan hal – hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa sejak
dalam pembentukan kebijakan tersebut tidaklah selalu disebabkan oleh
kelemahan atau ketidakmampuan pelaksana atau administrator, melainkan
dapat pula disebabkan pembentukan kebijakan yang kurang sempurna.
dan harus mampu mengambil langkah – langkah untuk mengadakan atau
mendorong adanya “ reformulation “ sehingga kebijakan pokok itu dapat
mencapai tujuan.
Implementasi kebijakan yang berhasil menjadi faktor penting
dari keseluruhan proses kebijakan. Untuk memperbaiki implementasi
kebijakan ada beberapa langkah yakni : ( 1 ) Dalam mengusulkan langkah
– langkah perbaikan harus dipahami lebih dahulu hambatan – hambatan
yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan tersebut
muncul; ( 2 ) mengubah keadaan yang menghasilkan faktor penghambat
tersebut ( Winarno 2007 :217 )
Selain faktor penghambat pelaksanaan kebijakan, juga ada
faktor– faktor pendukung pelaksanaan suatu kebijakan. Seperti yang
dikemukakan oleh soenarko ( 2000:186 ) yaitu sebagai berikut :
1. Persetujuan, dukungan dan kepercayaan masyarakat
2. Isi dan tujuan kebijakan haruslah dimengerti secara jelas
terlebih dahulu
3. Pelaksanaan haruslah mempunyai cukup informasi, terutama
mengenai kondisi dan kesadaran masyarakat yang menjadi
kelompok sasaran.
5. Pembagian kekuasaan dan wewenang yang rasional dalam
pelaksanaan kebijakan.
6. Pembagian tugas dan kewajiban yang memadai dalam
pelaksanaan kebijakan
Hal tersebut senada dengan pendapat Islamy ( 2004 : 107 )
menjelaskan bahwa kebijakan negara akan menjadi efektif apabila
dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota masyarakat.
Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi
masyarakat yang bersesuian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah
atau negara. Dengan demikian, jika tidak berbuat atau bertindak sesuai
dengan keinginan pemerintah atau negara tersebut maka kebijakan negara
menjadi tidak efektif. Selain itu untuk mencapai efektivitas pelaksanaan
kebijakan proses komunikasi harus baik yaitu menyebarluaskan kepada
anggota masyarakat.
2.3 Perda no 5 tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Terbatas Merokok
2.3.1 Kawasan Tanpa Rokok
Dalam upaya penaggulangan bahaya akibat merokok dan agar
implementasinya lebih efektif, efisien dan terpadu maka di
1. Melindungi kesehatan dari bahaya akibat rokok
2. Membudayakan hidup sehat
3. Menekan perokok pemula
4. Melindungi perokok pasif
Yang temasuk ke dalam kawasan tanpa rokok dalam pasal 2 ayat ( 1 )
adalah sebagai berikut :
1. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk upaya
kesehatan
2. Tempat proses belajar mengajar ( meliputi temapt pendidikan
formal dan non formal ),
3. Arena kegiatan anak adalah tempat atau arena yang
diperuntukan untuk kegiatan anak - anak
4. Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan
keagamaan
5. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang
dapat berupa kendaraan darat dan air.
Pasal 3 setiap orang yang berada dalam kawasan tanpa rokok
a. Memproduksi atau membuat rokok
b. Menjual rokok
c. Menyelenggarakan iklan rokok
d. Mempromosikan rokok ; dan/atau
e. Menggunakan rokok
2.3.2 Kewajiban Pimpinan Penanggung Jawab Kawasan Tanpa Rokok
Pimpinan atau penanggung jawab kawasan tanpa rokok
berkewajiban untuk ( Pasal 5 ) :
a. Membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan
merokok
b. Wajib memberikan teguran dan peringatan kepada setiap orang
yang melakukan pelanggaran.
2.3.3 Sanksi Administratif
Pimpinan atau penaggung jawab kawasan tanpa rokok yang
melanggar dapat dikenakan sanksi berupa ( pasal 9 ) :
a. Peringatan tertulis
c. Pencabutan izin dan atau;
d. Denda paling banyak Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta
rupiah ).
2.3.4 Sanksi Pidana
Dalam pasal 11 ayat 1 dijelaskan bahwa “ Setiap orang yang
melanggar akan dikenakan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau
denda paling banyak 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ) “.
2.4 Kerangka berpikir
Universitas Pembangnunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur selaku
lembaga pendidikan tinggi tentunya tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar
dan kegiatan pendidikan lainnya. Proses belajar mengajar merupakan upaya untuk
mentransfer ilmu kepada para mahasiswa sebagai bekal untuk terjun kedunia kerja
dan pengabdian kepada masyarakat. Diharapakan dapat menghasilkan kualitas
lulusan/sarjana yang memiliki kompetensi, sehat jasmani rohani, dan beriman.
Oleh karena itu lingkungan kampus harus steril dari hal – hal atau kegiatan yang
dapat berakibat merugikan diri sendiri atau pun orang lain. Seperti halnya
mengkonsumsi dan mengedarkan obat- obat terlarang, minuman beralkohol dan
barang – barang yang mengandung zat adiktif lainnya, termasuk dalam hal ini
Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya dengan tanggap melihat kedepan
masa depan para penerus pembangunan dengan mengeluarkan suatu Peraturan
Daerah yang bertujuan untuk melindungi meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dari bahaya akibat merokok dan untuk menekan perokok pemula yang
terbesar adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Untuk itu disahkan lah Perda
Kota Surabya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok yang berlaku untuk setiap badan hukum dan perseorangan yang berada
di dalam yurisdiksi Kota Surabaya termasuk kampus UPN “ Veteran “ Jawa
Timur.
Melihat uraian diatas maka dipandang perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam mengenai pelaksanaan peraturan yang bertujuan mulia ini di kampus
UPN “ Veteran “ Jawa Timur dengan fokus yang di teliti yaitu implementasi
kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur berdasarkan
Peraturan Walikota no 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam sebuah alur berfikir pada gambar
[image:41.612.131.510.220.715.2]berikut :
Gambar .2
Kerangka Berpikir
Penanggung Jawab Kawasan Peraturan Walikota Surabaya no 25
tahun 2009 tentang pelaksanaan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008
tentang
kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok
SS A. Sosialisasi
- Membuat dan memasang tanda larangan merokok
- Melakukan kampanye / penyuluhan tentang bahaya merokok
B. Sanksi
-. Menegur setiap pelanggaran
- Memberikan sanksi administrasi - Melaporkan kepada
aparat keamanan
C. Kendala / Hambatan
- Kepatuhan kelompok
sasaran
- SDM / Staff Pelaksana
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
diskriftif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat diskriftif adalah
bertujuan untuk menggambarkan secara cepat atau cara memecahkan masalah
penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang di selidiki ( seseorang, lembaga,
masyarakat, pabrik dan lain – lain ) sebagaimana adanya. Seperti ditegaskan oleh
mohammad Nazir ( 1998 : 63 ) bahwa tujuan penelitian diskriftif adalah untuk
membuat diskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, actual, dan akurat
mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki..
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran dan
menganalisa tentang Implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang
kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok di UPN “Veteran” Jawa Timur
di Kota Surabaya. Secara teoritis menurut Miller dan Kirk sebagaimana dikutip oleh
Moleong ( 2006 : 2 ), bahwa : “ pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahnya. Oleh karena itu
dalam penelitian ini hanya akan menganalisa fenomena – fenomena dan fakta – fakta.
tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok . Ada dua hal pokok yang diatur dalam
Perda ini pertama yaitu : kawasan tanpa rokok, yaitu kawasan yang mana di dalamnya
tidak diperbolehkan melakukan aktivitas merokok, menjual rokok atau promosi
( iklan rokok ) yang termasuk kawasan tapa rokok adalah angkutan tempat – tempat
umum seperti angkutan umum, tempat belajar mengajar, rumah sakit, tempat bermain
anak – anak. Yang kedua yaitu kawasan terbatas merokok yaitu kawasan yang
diperboleh merokok pada tempat khusus yang telah tersedia ( ruangan khusus
merokok )
3.2 Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan
penelitian, jika fokus penelitian ditentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah
penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik.
Menurut Moleong ( 2004 : 12 ) Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan
adanya batas dalam penelitian dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam
penelitian. Dengan penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya
dalam usaha menemukan batas penelitian. Fokus penelitian adalah hal – hal yang
akan dijadikan sebagai pusat penelitian dalam penelitian ini dan untuk memudahkan
dalam menentukan data yang akan diperlukan untuk suatu penelitian, berdasarkan hal
tersebut bahwa fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari
data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan selain itu fokus
penelitian juga dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah
penelitian di lapangan.
Penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan
atau menghubungkan variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
penelitian adalah Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kampus UPN ”
Veteran ” Jawa Timur
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus,
yaitu Bagaimana Implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang
Kawasan Tanapa Rokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok di Kampus UPN
” Veteran ” Jawa Timur ), yang dilakukan melalui :
1. Sosialisasi
Penanggung jawab kawasan tanpa rokok berkewajiban melakukan
sosialisasi kepada semua stake holder yang ada di lingkup wilayah
administratifnya tentang Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 yang
mengatur tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok.
Yang menjadi sasaran kajian pada fokus ini adalah :
kelompok sasaran.
2. Sanksi
Penangggung jawab kawasan dalam menegakkan peraturan yang telah
ditetapkan dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan
tanap rokok dan terbatas merokok wajib memberikan teguran, peringatan
dan/atau mengambil tindakan kepada peserta didik, pendidik ( Dosen ),
tenaga kependidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses
belajar mengajar yangmenjadi tanggung jawabnya apabila terbukti
melakukan pelanggaran terhadap aturan ini. Yang menjadi sasaran kajian
dalam fokus ini adalah :
a. Menegur pelaku pelanggaran
b. Memberikan sanksi administratif kepada pelaku pelanggaran
c. Melaporkan pelaku pelanggaran ke aparat yang berwenang
3. Kendala – kendala / hambatan
Dalam upaya mencapai tujuan implementasi kebijakan kawasan tanpa
rokok di lingkungan kmapus UPN Veteran Jawa Timur tentunya tidak
lepas dari pengaruh beberapa kendala – kendala yang di hadapi dalam
implementasi sebuah kebijakan. Dari beberapa teori yang ada ada beberapa
c. Sumber daya manausia/staff pelaksana.
Atau ada faktor lain yang lebih dominan yang mempengaruhi
implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN
” Veteran ”Jawa Timur.
3.3 Lokasi penelitian dan situs penelitian
Yang dimaksud dengan lokasi penelitian ini adalah tempat dimana peneliti
melakukan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, maka lokasi penelitian ini
berada di Kota Surabaya. Sedangkan yang dimaksud dengan situs penelitian adalah
menunjukan dimana sebenarnya peneliti dapat menangkap keadaan dari objek yang
akan diteliti, sehingga keakuratan data yang diperlukan dapat diperoleh. Sesuai
dengan permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
implementasi Perda Kora Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok di
kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur, maka situs penelitian ini adalah pada kampus
UPN “ Veteran “ Jawa Timur dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur adalah tempat diselenggarakannya
proses belajar mengajar.
b. Sebagai tempat dimana para calon sarjana dan calon cendikiawan muda
menuntut ilmu sudah seharusnyalah UPN “ veteran “ menjadi contoh bagi
Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut diperoleh atau
didapatkan. Keberadaan data adalah untuk dapat disajikan sebagai sumber informasi
yang dijadikan sebagai pokok kajian atau sebagai bahan untuk dapat diteliti. Sumber
data menurut lofland yang dikutip lexy J, Moleong ( 2006 : 157 ) Penelitian kualitatif
adalah kata – kata dan tindakannya selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain – lain. Adapun sumber data yang diperoleh oleh peneliti dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Informan kunci ( key person )
Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan
diseleksi melalui teknik snow ball sampling yang didasarkan atas subyek yang
menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang
benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian yaitu berupa
data keterangan, cerita atau kata – kata yang bermakna. Sehingga data yang
diperoleh dapat digunakan untuk membangun teori, oleh sebab itu dalam
penelitian ini yang menjadi informan adalah yang berada dilingkungan
rektorat UPN “ veteran “ Jawa Timur yaitu : staf pelaksana di Rektorat serta
para mahasiswa maupun dosen selaku bagian dari stake holders di kampus
UPN veteran Jawa Timur dan informan yang dari instansi terkait yaitu
Tempat dan peristiwa yaitu tempat dan peristiwa dimana fenomena yang
terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan focus penelitian antara lain
meliputi tentang implementasi kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus
yakni ada tiga tahap pelaksanaan yaitu : sosialisasi , dan penindakan atau
pemberian saksi terhadap pelanggar aturan tersebut apakah sudah sesuai
dengan yang tercantum dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008
3. Dokumen
Dokumen sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi data utama
yang relevan dengan masalah da fokus penelitian antara lain meliputi : Perda
Kota Surabaya no 5 tahun 2008, SK walikota no , foto – foto hasil obsevasi
peneliti atas pelanggara – pelanggaran atauran tersebu
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena pada hakekat dari
penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan diinterpretasikan. Dalam
penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata – kata dan tindakan,
selebihnya data tambahan seperti dokumen.
Dalam rangkaian pengumpulan data penelitian ini ada 3 ( tiga ) proses
kegiatan yang dilakukan yaitu :
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administrative maupun semua persoalan yang berhubungan
dengan seting dan subjek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan
informal serta menjalin hubungan akrab dengan informan ( moleong ,
2004 : 128 ). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian
guna memperoleh gambaran aktivitasnya dengan membawa surat ijin
penelitian dari UPN “ Veteran “ Jawa Timur ke BAKESBANG ( Badan
Kesatuan Bangsa ) Propinsi Jawa Timur sebagai surat tembusan ke
lembaga maupun dinas – dinas di kota Surabaya yang terkait dengan focus
penelitian.
2. Ketika berada di Lokasi Penelitian ( Getting Along )
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk
mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkan intisari dari
informasi dan fenomena yang diperoleh tentang implementasi Perda Kota
Surabaya no 5 tahun 2008 tantang kawasan tanpa rokok di lingkungan
kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur.
3. Teknik Pengumpulan Data
Setelah kedua langkah di atas maka peneliti melakukan pengumpulan data,
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara atau Tanya jawab secara langsung dengan informan
mengenai implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tantang
kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa
Timur.
b. Observasi
Adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan
secara langsung terhadap gejala – gejala yang tampak pada objek
penelitian. Pengamatan secara langsung ini peneliti lakukan mulai dari
peneliti datang kelokasi penelitian sampai dengan peneliti
meninggalkan lokasi penelitian. Peneliti mengamati langsung baik
kepada petugas keamanan maupun kepada mahasiswa, dosen dan
semua stake holders yang ada di UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Seperti
foto pelanggaran Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 dan foto – foto
tanda peringatan di laranga merokok.
3.6 Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah
karena dengan analisis data tersebut maka dapat member arti dan makna yang
diteliti. Analisa data kualitatif sebagaimana yang diungkapkanoleh sanifah faisal (
1999 : 256 ), terdiri dari tiga kegiatan , yaitu :
1. Reduksi data merupakan suatu kegiatan untuk merangkum, mengikhtiar,
atau menyeleksi data yang terekam dari hasil wawancara, observasi, atau
dari sejumlah dokumen yang masing – masing dimasukkan kedalam
kategori tertentu.
2. Display data adalah penyajian data kedalam sejumlah kategori yang sesuai
dan akhirnya akan memudahkan dalam rangka menuturkan, meyimpulkan,
dan menginterpretasikan data. Selain itu display data juga berfungsi sebagai
daftar yang bisa secara cepat menunjukan cakupan data yang telah
dikumpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini memuat berupa gambaran
umum kampus UPN “ Veteran “Jawa Timur dan penyajian data fokus
penelitian.
3. Penarikan kesimpulan adalah dimana dalam kegiatan ini peneliti dapat
mengambil kesimpulan – kesimpulan tertentu dari hasil pemahaman dan
pengertiannya. Langkah – langkah selanjutnya adalah memberikan
penafsiran atau interpretasi data yang telah diperoleh terutama data ini
langsung akan menggambarkan pandangan peneliti sesuai dengan
sebagai berikut :
Gambar
Analisa Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
Kesimpulan / verifikasi
Sumber : miles dan huberman ( 1992 : 20 )
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Gambaran Umum Objek penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat UPN “ Veteran “ Jawa Timur
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur merupakan
salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta di Indonesia yang berdiri sejak 5 Juli
1959. Selama kurun waktu 51 tahun, UPN “Veteran” Jawa Timur telah
mengalami berbagai perubahan status, yaitu:
a. Sejak Juli 1959 s/d 1965 Akademi Administrasi Perusahaan “Veteran”
Cabang Surabaya.
b. Pada 17 Mei 1968 Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN)
“Veteran” Cabang Jawa Timur dengan 3 Fakultas (Ekonomi, Pertanian
dan Teknik Kimia), berdasarkan Surat Keputusan Kementerian
Transmigrasi, Urusan Veteran dan Demobilisasi.
c. Periode 1976-1994, terjadi peralihan status PTPN “Veteran” Cabang Jawa
Timur sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan di-bawah Departemen
Pertahanan Keamanan RI.
d. Periode tahun 1977, terjadi perubahan nama PTPN “Veteran” Cabang Jawa
Timur menjadi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Cabang
Jawa Timur.
e. Sejak tahun akademik 1994/1995 penyelenggaraannya dilakukan secara
mandiri sebagai Perguruan Tinggi Swasta.
No. 001/BAN-PT/Ak-1/VIII/1998 tanggal 11 Agustus 1998 telah
memperoleh status terakreditasi penuh untuk semua Jurusan/Program studi
g. Pada awal tahun akademik 2005/2006 jumlah mahasiswa yang terdaftar
mencapai 12.500 orang, yang berasal dari SMU Negeri/Swasta, SMK
Negeri/Swasta, Instansi Pemerintah dan swasta yang berasal dari
dalam/luar wilayah Propinsi Jawa Timur. Sampai dengan akhir tahun
2005, UPN “Veteran” Jawa Timur telah meluluskan Sarjana S-1 sejumlah
25.000 orang.
h. Sejak bulan Desember 2007, dengan disatukannya beberapa yayasan di
bawah Departemen Pertahanan RI, maka pembinaan UPN "Veteran" Jawa
Timur beralih di bawah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan
Perumahan (YKPP).
4.1.2 Letak Kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur
Letak Kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur terletak di jalan Raya
Gunung Anyar no 21 Kota Surabaya.
4.1.3 Visi dan Misi UPN “ veteran “ Jawa Timur
Dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu lembaga pendidikan
tinggi maka Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
menetapkan Visi sebagai berikut
Visi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur adalah:
teknologi serta sumberdaya manusia yang dilandasi nilai dan semangat
kejuangan “.
Dalam Upaya mencapai visi yang sudah ditetapkan didepan maka
Universitas pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur perlu menetapkan
Misi sebagai pedoman dalam mengambil langkah kegiatan yang harus
dilakuakn dan bagaimana cara untuk melaksanakannya
Misi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur adalah :
1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang memiliki nilia-nilai moralitas,
mentalitas dan intelektualitas serta jasmani yang sehat.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju research
university
3. Mengembangkan sistem pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan kerjasama dalam bidang akademik dan non akademik
dengan perguruan tinggi lain, pemerintah dan swasta.
Dengan ditetapkannya visi dan misi Universitas Pembangunan Nasional ”
Veteran ” Jawa Timur tersebut diharapkan pelaksanaan Fungsi dibidang
Pendidikan yang lebih terarah.
4.1.4 Tujuan UPN “ Veteran “ Jawa Timur
Menunjang pembangunan nasional di bidang pendidikan tinggi dalam
rangka terciptanya sumber daya manusia yang cakap, profesional, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki disiplin, tanggungjawab dan
pengabdian yang tinggi serta rasa kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur Berdasarkan
Keputusan Ketua Yayasan Kessejahteraan Pendidikan dan Perumahan
mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
diatas sekolah menengah umum yang meliputi pendidikan dan pengajaran,
Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan peraturan perundangan – undangan yang berlaku.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran “ Jawa Timur mempunyai Fungsi :
a. Menyelenggarakan Pendidikan dan pengajaran serta
pengembangannya sesuai dengan lingkup kemampuannya.
b. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
c. Menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat.
d. Menyelenggarakan pembinaan sivitas akademika dan hubungan
lingkungannya
e. Melaksanakan kegiatan administrasi di lingkungan Universitas.
4.1.6 Struktur Organisasi
Struktur organisasi bagi setiap organisasi keberadaannya sangat penting
sekali demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karenanya struktur organisasi adalah
suatu kerangka yang menunjukkan setiap tugas seseorang di dalam suatu
organisasi sehingga jelas batas-batasnya, hubungannya, wewenangnya, dan
tanggung jawabnya dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Struktur organisasi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
Universitas, karena dengan adanya struktur organisasi maka kegiatan-kegiatan
terarah.
Berdasarkan surat keputusan ketua Yayasan Kesejahteraan Pendidikan
dan Perumahan Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.
Struktur Organisasi UPN ” Veteran ” Jawa Timur adalah sebagai berikut:
nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 1. Rektor
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur dipimpin
oleh seorang Rektor yang dalam melaksankan tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada kepala Badan Pelaksana Pendidikan ( BP DIK ) YYKP.
Jabatan ini dipegang oleh Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP
Rektor bertugas memimpin penyelenggaraan Pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengembangan pengabdian masyarakat, serta
pembinaan sivitas akademika di lingkungan universitas dan hubungan dengan
lingkungannya.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Rektor mempunyai fungsi :
a. Memberikan laporan kepada ketua Yayasan , Kepala BP DIK dan
BPH tentang hal – hal yang berkaitan dengan Pembinaan Universitas.
b. Mengelola Penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengembangan
serta pengabdian kepada masyarakat.
c. Mengelola seluruh kekayaan perguruan tinggi dan secara optimal
memanfaatkannya untuk kepentingan universitas.
d. Membina dosen, tenaga kependidikan, pertukaran dosen dan
mahasiswa, teknisi dan alumni.
e. Menyusun rencana strategis yang memuat tujuan dan sasaran
perguruan tinggi yang hendak tercapai dalam jangka waktu lima tahun.
f. Memberikan arahan dan kebijaksanaan umum, serta menetapkan
peraturan, norma dan tolak ukur penyelenggaraan universitas atas
dasar keputusan senat universitas.
Badan Penjamian Mutu mempunyai tugas pokok melaksanakan
penilaian tentang penjaminan mutu ( quality assurance ) di bidang kinerja
Universitas, Fakultas, dan Program studi, mulai dari masukan, proses, sampai
dengan keluaran yang diselaraskan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Badan Pen