• Tidak ada hasil yang ditemukan

dukungan ekonomi Kekuatan faktor-faktor ekonomi yang mendorong petani mengadopsi budidaya padi hibrida, diukur dari tingkat

ketersediaan saprodi, jaminan pasar, jaminan harga, dan ketersediaan insentif.

Diukur dan dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. 1. Tidak mendukung 2. Kurang mendukung 3. Sangat mendukung Rasio X3.2 Tingkat dukungan sosial Kekuatan hubungan dari pihak lain yang diukur dari tingkat pengaruh, tingkat dukungan, dan tingkat bantuan pihak lain (PPL, petani lain, kelompok tani, swasta, dan keluarga) yang mendukung budidaya padi hibrida.

Diukur dan dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. 1. Tidak mendukung 2. Kurang mendukung 3. Sangat mendukung Rasio Y1 Keputusan Inovasi Y1.1 Tahap pengenalan Tahap di mana responden membuka diri terhadap keberadaan inovasi dan memperoleh pengetahuan tentang inovasi dan fungsinya.

Diukur berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. 1. Tidak mengenal 2. Agak mengenal 3. Sangat mengenal Rasio Y1.2 Tahap persuasi

Tahap di mana res- ponden membentuk sikap menyukai/ berkenan atau tidak menyukai/tidak berkenan terhadap budidaya padi hibrida.

Diukur berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. 1. Tidak terbujuk 2. Agak terbujuk 3. Terbujuk Rasio Y1.3 Tahap keputusan Tahap di mana responden dalam situasi menentukan pilihan menerima atau menolak budidaya padi hibrida.

Diukur berdasarkan jumlah skor yang diperoleh. 1. Menolak 2. Ragu-ragu 3. Menerima Rasio Y1.4 Tahap penerapan Tahap di mana responden telah menanam di lahannya sendiri. Diukur berdasarkan jumlah skor yang diperoleh.

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Rasio Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran Pengelompokan Data Skala Data X2.5 Tingkat kemungkinan diamati

Tingkat di mana hasil budidaya padi hibrida mudah dilihat/diamati oleh responden.

Diukur dan dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh.

1. Tidak teramati 2. Kurang teramati 3. Sangat teramati

24

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Pengelompokan Data Skala Data Y1.5 Tahap konfirmasi Tahap di mana responden mencari penguatan dari proses pengambilan

keputusan yang telah dilalui sebelumnya.

Diukur berdasarkan jumlah skor yang diperoleh.

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Karakteristik Geografis1

Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Pekalongan bagian paling Barat, Provinsi Jawa Tengah. Posisi geografis Kecamatan Sragi terletak antara 6o 55’ 03”- 6o 58’ 24” Lintang Selatan (LS) dan 109o 30’ 70”- 109o 35’ 52” Bujur Timur (BT). Kecamatan Sragi terletak di dataran rendah dengan ketinggian 7 mdpl dan kemiringan tanah 0- 8% (datar). Batas wilayah Kecamatan Sragi yaitu:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Siwalan 2. Sebelah Timur : Kecamatan Bojong 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Kesesi 4. Sebelah Barat : Kabupaten Pemalang

Kecamatan Sragi memiliki luas wilayah 32,40 Km2 dengan peruntukan lahan sawah seluas 2.236,46 ha, bangunan dan pekarangan seluas 824,09 ha, tegalan seluas 74,72 ha, dan lainnya seluas 100,61 ha. Sebaran pemanfaatan wilayah Kecamatan Sragi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Persentase luas wilayah berdasarkan pemanfaatan di Kecamatan Sragi tahun 2015

Jarak tempuh dari Kecamatan Sragi menuju pusat Kabupaten Pekalongan yaitu 18 Km. Adapun jarak tempuh 6 desa penelitian dari pusat Kecamatan Sragi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jarak desa penelitian ke pusat kecamatan

No Desa Jarak tempuh ( Km )

1. Sragi 0 2. Tegalontar 0,5 3. Purwodadi 1 4. Gebangkerep 3 5. Kedungjaran 4 6. Bulaksari 7

1 Data diperoleh dari Programa Penyuluhan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Sragi tahun 2015 dan Kecamatan Sragi dalam Angka 2014/2015

69% 26%

2% 3%

Sawah

Bangunan dan Pekarangan Tegalan

26

Kecamatan Sragi terbagi menjadi 17 wilayah administratif yang terdiri dari 16 wilayah berstatus desa, 1 wilayah berstatus kelurahan, dan 7 wilayah tergolong perkotaan (Sragi, Tegalontar, Purwodadi, Sijeruk, Bulakpelem, Kalijambe, dan Tegalsuruh). Walaupun letaknya di perbatasan antar kabupaten, kondisi sarana dan prasarana di wilayah tersebut tergolong cukup baik. Jalan utama kecamatan dan jalan akses antar desa 80% sudah beraspal. Waktu tempuh menuju pusat Kecamatan Sragi dari pusat kabupaten sekitar 20 menit atau sekitar 90 menit dari pusat kota menggunakan kendaran bermotor. Wilayah Sragi dapat dijangkau menggunakan angkutan bis umum jurusan Comal atau Pemalang sampai dengan Jembatan Sepait kemudian untuk menuju pusat kecamatan dapat di akses menggunakan ojek atau delman karena angkutan umum tidak menjangkau wilayah ini.

Karakteristik Sosial Ekonomi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pekalongan tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Sragi yaitu 62.045 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki sebanyak 30.651 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 31.394 jiwa. Adapun sebaran penduduk di enam desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah penduduk di enam desa penelitian berdasarkan jenis kelamin tahun 2015

No. Desa

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Total

N % N % N % 1. Sragi 3.352 47,93 3.641 52,07 6.993 100,00 2. Tegalontar 1.909 49,80 1.924 50,20 3.833 100,00 3. Purwodadi 763 48,08 824 51,92 1.587 100,00 4. Gebangkerep 1.693 48,27 1.814 51,73 3.507 100,00 5. Kedungjaran 1.001 48,50 1.063 51,50 2.064 100,00 6. Bulaksari 1.858 49,24 1.915 50,76 3.773 100,00 Total 10.576 48,60 11.181 51,40 21.757 100,00

Ketersedian sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan agama cukup lengkap di wilayah tersebut. Terhitung ada 21 sekolah TK, 37 SD Negeri dan MI, 5 SMP Negeri dan MTs, dan 1 SMA serta 1 SMK di wilayah Kecamatan Sragi. Sarana kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan sarana kesehatan lainnya tercatat ada sebanyak 111 unit. Tempat peribadatan yang tersedia berupa bangunan Masjid, Musola, dan Gereja.

Sebaran penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Sragi hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar yaitu sebesar 42%. Persentase sebaran penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

27

Gambar 3 Persentase sebaran penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh di Kecamatan Sragi tahun 2015

Pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kecamatan Sragi yaitu pekerjaan di bidang pertanian (petani padi, petani hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) sebanyak 29,23%, disusul dengan bidang industri sebanyak 28,56%, perdagangan 14,78%, bidang konstruksi dan bangunan sebanyak 6,90%, sektor jasa pendidikan sebanyak 6,57%, hotel dan restoran sebanyak 5,56%, dan sisanya sebanyak 7,85% tersebar di sektor lainnya. Persentase sebaran penduduk berdasarkan sektor pekerjaan, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4 Persentase sebaran penduduk berdasarkan sektor pekerjaan yang dilakukan di Kecamatan Sragi tahun 2015

Penduduk Kecamatan Sragi yang sebagian besar adalah petani masih mempertahankan tradisi-tradisi yang ada seperti upacara sedekah bumi, rebo kasan, dan yang paling terkenal yaitu upacara giling manten setiap pembukaan penggilingan tebu di Pabrik Gula Sragi.

8% 20% 42% 16% 10% 1% 1% 1% 1% 0%

Tidak/Belum Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD

SMP SMA SMK

DI/DII DIII/Akademi DIV/S1

S2/S3 29% 29% 15% 7% 6% 6% 8% Pertanian Industri Perdagangan

Konstruksi dan bangunan Jasa pendidikan

Hotel dan restoran lainnya

28

Kondisi Pertanian

Sebagai salah satu daerah lumbung padi di Kabupaten Pekalongan selain Kecamatan Bojong dan Kecamatan Kesesi, kondisi pertanian di wilayah Kecamatan Sragi tergolong baik. Terdapat 8.584 penduduk atau 29% dari total penduduk yang bekerja, berprofesi sebagai petani. Tercatat 71% luas wilayah Kecamatan Sragi diperuntukkan untuk lahan pertanian yang terdiri dari 69% atau 2.236,46 ha lahan sawah dan 2% atau 74,72 ha tegalan.

Sektor pertanian yang paling banyak dikerjakan oleh petani Kecamatan Sragi yaitu sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan perikanan. Tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan yaitu padi. Jenis ternak yang paling banyak dipelihara yaitu ayam kampung, sedangkan jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan yaitu lele. Data produktivitas, jumlah, dan produksi masing-masing komoditas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Data produktivitas, jumlah, dan produksi tanaman pangan, ternak, dan budidaya ikan di Kecamatan Sragi tahun 2015

No. Komoditas tanaman pangan Produktivitas (ton/ha)

1. Padi sawah 5,71 2. Jagung 3,40 3. Ubi Kayu 17,93 4. Ubi Jalar 3,80 5. Kedelai 3,10 6. Kacang Hijau 3,80

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)

1. Sapi potong 87 2. Kerbau 85 3. Kambing 2.148 4. Ayam Kampung 29.371 5. Ayam Ras 617 6. Itik 3.412 7. Itik Manila 1.473

No. Jenis ikan Produksi (kg/panen)

1. Bawal 1.004

2. Gurame 120

3. Lele 4.470

Sumber: Data Programa BPK Sragi tahun 2015 diolah

Siklus tanam tanaman padi sawah di daerah Kecamatan Sragi terdiri dari dua musim tanam setiap tahunnya. Musim tanam (MT) pertama dilakukan pada bulan Oktober hingga Maret, sedangkan MT 2 berlangsung pada bulan April hingga September. Letak wilayah yang berbatasan langsung dengan Kali Sragi di sebelah timur mendukung kebutuhan irigasi pertanian di wilayah ini, meskipun ketika musim kemarau tidak jarang wilayah Kecamatan Sragi kesulitan air karena keterbatasan alat pompa air untuk mengalirkan air dari Kali Sragi.

Kelembagaan pertanian di Kecamatan Sragi terdiri dari Kelompok Tani, Lumbung Desa, dan Balai Penyuluhan Kecamatan. Terdapat 84 kelompok tani yang terdiri dari 22 kelompok tani kelas pemula, 51 kelompok tani kelas lanjut, 8

29 kelompok tani kelas madya, dan 3 kelompok tani kelas utama. Kelembagaan lumbung desa tersebar di 6 desa dengan jumlah 10 lumbung. Kegiatan sektor pertanian di wilayah Kecamatan Sragi didukung oleh kinerja Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK). Kecamatan Sragi terbagi menjadi 5 Wilayah Binaan (Wibi) yang terdiri dari 77 dusun tersebar di 16 desa dan 1 kelurahan. Kinerja BPK didukung oleh 7 orang Penyuluh Pertanian dan 1 orang Penyuluh Perikanan.

Masalah yang menjadi fokus dalam bidang pertanian di wilayah Kecamatan Sragi yaitu: 2

a. rendahnya kualitas sumberdaya manusia;

b. kurang responnya petani dalam mengadopsi teknologi baru; c. sempitnya lahan pertanian yang dimiliki petani;

d. usaha pertanian kadang hanya dijadikan usaha sambilan dan tidak berorientasi pada usaha agribisnis;

e. petani yang ada umumnya adalah petani buruh;

f. pola pikir dan perilaku petani masih berorientasi pada aspek produksi; g. lemahnya kelembagaan petani;

h. lemahnya akses petani terhadap modal, teknologi, sarana produksi, dan informasi pasar; dan

i. tingkat kemandirian petani masih rendah.

Gambaran Budidaya Padi Hibrida di Kecamatan Sragi Sebelum Varietas MAPAN P-05 Dikenal

Perkembangan penggunaan benih hibrida di Kecamatan Sragi dimulai antara akhir Musim Tanam (MT) 2 tahun 2006 dan MT 1 2007. Varietas yang dikenal dan ditanam oleh petani Sragi saat itu yaitu varietas Hipa. Petani penanam padi varietas Hipa hanya satu orang yaitu ASN (54 tahun)3 dan hanya menanam sekali musim tanam. Alasan petani tersebut berhenti menanam yaitu karena ketersedian benih yang langka di pasaran.

Tahun 2008 petani Kecamatan Sragi mulai banyak yang mengenal padi hibrida dengan diperkenalkannya padi hibrida varietas Arize oleh PT Bayer. Varietas Arize diakui oleh petani sebagai benih yang unggul. Varietas ini mampu menghasilkan produksi gabah kering panen (GKP) mencapai 9 ton/ha dan tahan terhadap serangan hama penyakit tanaman (HPT). Varietas Arize ditanam oleh petani hingga 3 kali musim tanam. Alasan petani berhenti mengadopsi varietas Arize sama dengan alasan petani berhenti mengadopsi varietas Hipa, yaitu ketersedian benih yang langka di pasaran.

Tahun 2010 petani dikenalkan kembali dengan benih hibrida melalui program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Benih yang didistribusikan sebagai bantuan salah satunya yaitu benih hibrida varietas Sembada. Desa yang menjadi desa contoh pengembangan padi hibrida varietas Sembada di Kecamatan Sragi yaitu Desa Gebangkerep dan Desa Purwodadi, namun di beberapa desa lainnya juga terdapat petani yang ikut mencoba menanam varietas tersebut. Adopsi benih hibrida varietas Sembada hanya bertahan dalam waktu singkat. Petani Desa Gebangkerep hanya menanam sebanyak dua kali musim tanam dan petani Desa Purwodadi hanya

2 Data disarikan dari Programa BPK Sragi tahun 2015

3 Bapak ASN (54 tahun) merupakan salah satu responden penelitian yang berprofesi sebagai petani dan penyuluh di Desa Purwodadi

30

menanam sebanyak satu kali musim tanam. Musim tanam pertama tahun 2010 di Desa Gebangkerep menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, meskipun tidak terpaut jauh dengan hasil padi inbrida.

Hasil produksi yang tidak terlalu mengecewakan, mendorong petani di Desa Purwodadi untuk turut menanam varietas Sembada pada musim berikutnya. Namun, hasil produksi pada MT 2 tahun 2010 jauh berbeda dengan MT 1. Hampir sebagian besar petani penanam varietas Sembada mengalami hasil panen yang buruk akibat meledaknya serangan hama wereng batang coklat (WBC). Serangan WBC yang hebat mengakibatkan pembengkakan biaya pengendalian hama dan yang paling parah yaitu menyebabkan petani tidak menuai hasil panen. Hama WBC saat itu hanya menyerang padi varietas Sembada tetapi tidak menyerang padi varietas inbrida yang sama-sama ditanam dalam satu blok.

Pengalaman ini menjadikan petani agak trauma terhadap varietas hibrida dan terbangunnya persepsi negatif terhadap benih padi hibrida. Selain trauma yang dialami petani, penyuluh juga menjadi enggan memperkenalkan kembali benih hibrida. Setelah kejadian tersebut jika ada instruksi untuk menyuluhkan benih hibrida, maka penyuluh hanya menyuluhkan sekedarnya. Terbukti saat petani kembali dikenalkan dengan varietas Intani dan Bernas di tahun 2012, minat petani untuk menanam varietas hibrida menurun drastis. Daftar varietas hibrida yang pernah ditanam oleh petani Kecamatan Sragi berdasarkan hasil wawancara responden penelitian, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Varietas padi hibrida yang dikenal dan ditanam di Kecamatan Sragi No. Nama varietas Tahun dikenal Banyaknya Penanam

(orang) 1. Hipa 2007 1 2. Arize 2008 11 3. Sembada 2010 27 4. Intani 2012 6 5. Bernas 2012 2

Sumber: data primer diolah

Varietas MAPAN P-05

Perkembangan adopsi padi hibrida di Kecamatan Sragi cenderung melambat dan sempat terhenti sejak dikenalkannya varietas Sembada. Akhir MT 1 2015, petani kembali dikenalkan pada padi hibrida. Kali ini varietas hibrida yang dikenalkan yaitu varietas MAPAN P-05 produksi PT Primasid. Awal pengenalan padi hibrida MAPAN P-05 dilakukan oleh HYO (60 tahun)4 kepada Ketua Kelompok Tani di Desa Purwodadi yaitu IKN (41 tahun) dan Desa Bulaksari yaitu ADH (43 tahun). Setelah mengenal varietas MAPAN P-05, kedua petani tersebut memutuskan untuk menanamnya di MT berikutnya. Bapak IKN memutuskan untuk mencoba sendiri terlebih dahulu di lahan seluas saidu (1/12 ha), sedangkan Bapak ADH meneruskan informasi yang diperoleh ke dalam forum musyawarah tanam di kelompok tani yang diketuainya dan ditanggapi positif oleh empat orang petani

4 Bapak HYO (60 tahun) merupakan informan dalam penelitian ini, bekerja di Balai Benih dan dalam kasus adopsi benih MAPAN P-05 bertindak sebagai distributor benih. Status beliau yang bekerja di Balai Benih, membuat petani percaya terhadap keunggulan benih-benih yang sering beliau kenalkan.

31 lainnya. Pada MT 2 2015, tercatat ada 6 penanam padi varietas MAPAN P-05 yang tersebar di Desa Purwodadi sebanyak 1 petani dan di Desa Bulaksari sebanyak 5 petani. Proses pengenalan padi hibrida MAPAN P-05 di Kecamatan Sragi dapat dilihat pada bagan alir pada Gambar 5.

Sumber: data primer kualitatif diolah

Gambar 5 Bagan alir alur pengenalan padi hibrida MAPAN P-05 di Kecamatan Sragi

Akhir Musim Tanam (MT) 1/ 2015 HYO (Pihak Perusahaan) Mengenalkan MAPAN P-05 pada 2 Petani MT 2/ 2015 IKN (Desa Purwodadi) ADH (Desa Bulaksari) MSN SBI JLI SLN MT 1/ 2016

Dicoba sendiri di lahan seluas saidu (0,083 ha)

BPK Sragi Musyawarah tanam

MT 1 2016

Dokumen terkait