• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PENAFSIRAN

B. Tingkat Kabupaten/Kota

Implementasi kebijakan program simantri di tingkat kabupaten, merupakan realisasi atas penandatanganan MoU yang dilakukan oleh gubernur dengan para bupati/walikota yang ada di Provinsi Bali. Adanya nota kesepahaman yang

menjadi dasar pengembangan program simantri di kabupaten/kota memberikan dampak positif bagi keikutsertaan pemerintah kabupaten/kota dalam program simantri yang diinisiasikan oleh pemerintah provinsi. Selain menjadi alat untuk mendorong partisipasi pemerintah kabupaten/kota juga secara tidak langsung mendorong hubungan institusional antara pemerintah daerah kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi sehingga bisa lebih mencair.

Disharmonisasi hubungan antara keduanya, seringkali terjadi akibat pemaknaan kebijakan otonomi daerah yang selama ini menjadi kendala dalam proses pembangunan di daerah. Komunikasi politik dalam kebijakan pembangunan daerah seringkali tidak dapat berjalan dengan baik karena terganggu oleh pemahaman otonomi daerah yang sempit dari para penyelenggara pembangunan dan pimpinan daerah di masing-masing kabupaten/kota. Sinergitas dan harmonisasi pelaksanaan pemerintahan daerah keduanya juga seringkali terdistorsi oleh perbedaan partai politik, kekuasaan maupun kewenangan sistem pemerintahan disamping adanya ego sektoral yang seringkali juga menjadi kendala teknis dalam mengakomodasikan berbagai program pembangunan pusat ataupun provinsi di tingkat kabupaten/kota sehingga pada akhirnya proses komunikasi politik menjadi bias kepentingan para pimpinan daerah secara politik. Aktor dan Peran

Kebijakan program simantri dalam implementasi di tingkat kabupaten/kota secara terstruktur mengikuti pola yang dibuat/dilaksanakan di tingkat provinsi, dimana untuk tingkat kabupaten juga melibatkan pimpinan daerah; birokrasi dan para pelaksana sebagai aktor-aktor kunci dalam program simantri. Peran aktor- aktor kunci ini selain menjadi koordinator pelaksana program simantri juga menjalankan fungsi administrasi, pendampingan serta menjadi pengambil keputusan terhadap perencanaan program kabupaten/kota dalam mendukung program simantri dan Bali Mandara.

Keterkaitan aktor pimpinan daerah, pimpinan Bappeda, SKPD dalam tim koordinasi kabupaten/kota sebagai penanggungjawab program simantri di daerah, menjadi pendorong bagi terlaksananya program simantri yang menjadi tanggungjawab pemangku kepentingan di masing-masing kabupaten/kota. Aktivitas dan para aktor dimasing-masing kabupaten/kota, dibawah koordinasi Dinas Pertanian tanaman Pangan ataupun Bappeda sebagai ketua, yang dikuatkan oleh penugasan Bupati/Walikota sebagai Tim Simantri di masing-masing Kabupaten/Kota. Koordinasi di tingkat kabupaten juga meliputi berbagai peran dalam proses pendampingan, pengelolaan asset simantri serta pendanaan/supplemen terhadap kelompok-kelompok ataupun gapoktan yang membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya.

Seluruh peran dan aktor yang terlibat dalam kegiatan simantri dikoordinasikan oleh LS (ketua) Tim Simantri Provinsi sehingga secara administrasi maupun teknis pelaksanaannya tetap menjadi tanggungjawab LS dan sekaligus menjadi bahan masukan kepada gubernur sebagai inisiator program secara keseluruhan.

Arena Komunikasi

Proses komunikasi yang terkait dengan implementasi kebijakan simantri di tingkat kabupaten/kota dilakukan melalui berbagai media komunikasi antar institusi maupun dengan masyarakat atau publik dalam kegiatan internal program.

Di tingkat kabupaten arena komunikasi program juga dilakukan melalui rakorbang, berbagai pertemuan, rapat teknis di tingkat SKPD, musrenbang serta pola komunikasi simakrame bersama-sama dengan pimpinan dan birokrasi pemerintah provinsi yang terfokus pada materi komunikasi tentang implementasi program simantri yang laksanakan di masing-masing lokasi di wilayahnya.

Selain komunikasi internal Tim kabupaten, arena komunikasi juga dilakukan Tim Provinsi dan kabupaten secara bersama dengan para kelompok tani/Gapoktan pada saat dilakukan kunjungan lapang bersama dengan gubernur secara langsung untuk melakukan monitoring bersama terhadap pelaksanaan program simantri yang ada di kabupaten/kota masing-masing. Dengan pola ini secara bergiliran dapat menyampaikan secara langsung tentang perkembangan implementasi program dan kendala yang dihadapi oleh masing-masing wilayah sehingga menjadi input untuk penyempurnaan pelaksanaan program pada periode berikutnya.

Selain komunikasi internal Tim kabupaten, arena komunikasi juga dilakukan Tim Provinsi dan kabupaten secara bersama dengan para kelompok tani/Gapoktan pada saat dilakukan kunjungan lapang bersama dengan gubernur secara langsung untuk melakukan monitoring bersama terhadap pelaksanaan program simantri yang ada di kabupaten/kota masing-masing. Dengan pola ini secara bergiliran dapat menyampaikan secara langsung tentang perkembangan implementasi program dan kendala yang dihadapi oleh masing-masing wilayah sehingga menjadi input untuk penyempurnaan pelaksanaan program pada periode berikutnya.

Tabel 17. Proses komunikasi politik dan pengambilan keputusan pada implementasi di tingkat kabupaten

Simpul¹ Proses Komunikasi dan Aktor Arena

Komunikasi Materi Komunikasi 5b Rakorbang, Pertemuan, Rapat Tim Teknis, Rapat SKPD, Simakrame Implementasi dan pengembangan program di Kab/kota

Simpul¹ Pengambilan Keputusan Keputusan Dasar Pengambilan

Keputusan Manajerial/Teknis Stategis 5b - Gubernur - Sekda - Asda II - Kep. Bappeda - Leading Sector - Tim Teknis - SKPD Provinsi - Ket. Gapoktan - Ket. Poktan

Gubernur Implementasi Simantri di Kabupaten, MoU Gubernur dengan Bupati/walikota Penetapan 10 lokasi contoh Gapoktan /Poktan,

- koordinasi tanggungjawab pelaksanaan program simantri - Tujuan dasar pembangunan

daerah

Keterangan : Simpul¹ = 5. Proses implementasi

Sumber : Data dan Informasi primer (2014), Dokumen dan Laporan Tahunan Simantri (2008- 2013). Gubernur LS Kabupaten/ Kota Provinsi Gapoktan /Poktan Bappeda Asda II Tim Teknis Sekda

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam struktur organisasi program tersentaral pada aktor-aktor kunci di tingkat provinsi yang secara teknis dikomandoi oleh LS sebagai ketua program simantri dan gubernur sebagai pengambil keputusan strategis terhadap program Simantri. Pengambilan keputusan lokal di tingkat kabupaten/kota terbatas pada dukungan pemerintah daerah setempat terhadap kelengkapan sarana-prasarana atau bimbingan teknis terhadap gapoktan melalui berbagai ususlan perencanaan program SKPD terkait di tingkat kabupaten.

Distribusi bantuan dan anggaran serta mekanisme pengambilan keputusan bisa dilakukan oleh pimpinan daerah setempat maupun tim teknis atau tim simantri kabupaten/kota, dengan dikoordinasikan kepada LS atau tim Simantri di tingkat provinsi, sebagai upaya untuk tetap mensinergikan pelaksanaan program secara keseluruhan.

Dokumen Politik

Legitimasi pelaksanaan/implementasi program simantri secara keseluruhan juga tersentral di tingkat provinsi. Namun demikian untuk beberapa hal yang terkait dengan kepentingan daerah secara secara internal dapat dilakukan oleh masing-masing pemkab/pemkot, termasuk dalam kebijakan distribusi anggaran dan perencanaan program pendukung kabupaten terhadap pelaksanaan program simantri. Dokumen politik di tingkat kabupaten/kota biasanya merupakan turunan dari tata kelola simantri di tingkat provinsi.

Bentuk dokumen politik yang diterbitkan diantaranya surat keputusan Bupati/Walikota bantuan sarana prasarana pendukung, tim pendampingan lokal, struktur organisasi simantri maupun dokumen yang terkait dengan berbagai penugasan dalam kaitan implementasi simantri di daerahnya, termasuk dalam hal memberikan rekomendasi kelompok/gapoktan yang secara teknis/administratif layak untuk diajukan menjadi lokasi simantri di daerahnya. Hal ini secara prosedural menjadi bagian dari proses pelaksanaan program simantri di daerah. Strategi Komunikasi Politik

Koordinasi antara pelaksana simantri di daerah kabupaten/kota dan provinsi yang dilakukan secara formal dan informal dalam setiap arena komunikasi menjadi salahsatu strategi yang selama ini dilaksanakan, dengan tujuan agar implementasi program simantri dapat dijalankan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Strategi komunikasi politik secara formal dilakukan dengan berbagai pertemuan teknis dan melakukan berbagai pemberitaan tentang konten keberhasilan maupun upaya dan dukungan kabupaten/kota yang telah merespon kegiatan simantri di tingkat poktan/gapoktan di masing-masing wilayhnya melalui publikasi Biro Humas terutama dalam fokus pemberitaan tentang pelaksanaan simantri di berbagai lokasi kabupaten, termasuk pada saat kunjungan, dialog gubernur dengan pejabat birokrasi ataupun poktan dan gapoktan setempat, untuk diketahui oleh publik secara luas.

Strategi komunkasi politik dengan jalur kepengurusan program simantri yang memfungsikan peran LS provinsi dengan penanggungjawab kabupaten/kota menjadi lebih efektif dilakukan sehingga perkembangan program simantri di masing-masing daerah secara periodik dapat terpantau dan terlaporkan, selain dalam pola komunikasi yang dilakukan pada kegiatan simakrama dan melalui

pelaporan para petugas ataupun penyuluh lapangan setempat. Musrenbang di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten yang senantiasa membahas program dan mendorong terhadap pembangunan daerah termasuk program simantri, menjadi strategi komunikasi politik dalam proses penyusunan perencanaan program pembangunan daerah, termasuk perencanaan program pendukung untuk gapoktan simantri yang ada di wilayahnya. Sidak atau inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Gubernur ke beberapa lokasi simantri dan melakukan dialog dengan para pelaksanan simantri di kabupaten/kota di lokasi simantri juga dimaknai sebagai strategi komunikasi untuk mendapatkan informasi langsung terkait implementasi program simantri di berbagai lokasi.

Dokumen terkait