• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PENAFSIRAN

C. Tingkat Kelompok Tani dan Gapoktan

Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan merupakan kelembagaan pelaksana program simantri, sekaligus sebagai sasaran program di tingkat masyarakat dan tujuan/sasaran utama implementasi program simantri di daerah. Kriteria dan ketentuan kelompok tani atau gapoktan penerima program simantri sebagaimana ditentukan dalam kriteria, merupakan petani yang termasuk pada kategori miskin, tetapi mempunyai potensi untuk diberdayakan melalui introduksi program simantri. Para petani yang tergolong dalam kelompok dan gabungan kelompok, pada dasarnya telah melakukan usahatani berbasis tanaman pangan, perkebunan maupun memelihara ternak.

Sebagian kelompok juga merupakan bagian dari keanggotaan subak, baik subak abian (kebun) maupun subak basah (sawah) sehingga secara teknis kegiatan usahatani tradisi telah dilakukan secara turun temurun. Adanya program simantri, merupakan terobosan untuk mempercepat penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan sekaligus mendorong kegiatan usahatani terhadap peningkatan usaha untuk mendapat penghasilan yang lebih meningkat serta menjadi bagian dinamika kelompok dalam kegiatan kelembagaan yang diimplementasikan melalui program simantri yang dikoordinasikan oleh gapoktan yang menjadi ujung tombak keberhasilan penerapan simantri di daerahnya.

Secara umum gambaran tentang implementasi program simantri ditingkat kelompok menunjukkan bahwa dinamika pelaksanaannya relatif beragam. Terdapat kelompok yang berkembang dengan cepat tetapi sebagian kelompok masih dihadapkan pada proses adaptasi dan permasalahan teknis dalam melaksanakan program simantri, terutama dalam kaitan menciptakan nilai tambah dan pengelolaan produk dari kegiatan berkelompok dan sekaligus menjadikan sumber pendapatan atas keikutsertaannya dalam program simantri, termasuk pada 10 kelompok simantri percontohan yang diinisiasi pada awal digulirkannya program simantri di 8 kabupaten tahun 2009, kondisi dan perkembangannya relatif beragam sampai periode simantri jilid II (2013-2018).

Aktor dan Peran

Aktor utama dalam kegiatan implementasi program simantri di tingkat kelompok tani dan gapoktan, melibatkan para petani, ketua kelompok tani serta ketua gapoktan. Para petani sebagai anggota kelompok penerima dan sekaligus pelaksana kegiatan teknis simantri yang meliputi kegiatan usahatani dan pemeliharaan ternak yang dikelola secara bersama dibawah pengelolaan ketua kelompok dan gapoktan. Satu gapoktan terdiri dari beberapa kelompok tani

dengan berbagai petani yang mengusahakan komoditas dan ternak dan kegiatan usaha tani lainnya.

Selain para petani sebagai anggota kelompok, ketua kelompok simantri yang berperan sebagai pengurus dan pengelola jalannya kegiatan simantri bedasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam juklak maupun juknis simantri. Ketua kelompok tani selain mengatur kegiatan anggota juga melakukan peran kerjasama dengan para anggota petani dalam merencanakan kegiatan kelompok, termasuk mengembangkan kegiatan usaha kelompok secara dinamis untuk mencapai kesejahteraan petani dan kelompoknya. Sementara peran ketua gapoktan, selain melakukan kegiatan administratif kelompok juga mempunyai tanggungjawab atas keberlangsungan kegiatan simantri yang menjadi binaannya, melakukan kegiatan jejaring agribisnis serta pengelolaan kegiatan usahatani kelompok menjadi satu kegiatan yang dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatan para anggotanya.

Aktor lain yang terkait dengan implementasi program simantri di tingkat poktan/gapoktan adalah para pendamping simantri, baik yang ditugaskan pada fase awal dari tenaga BPTP, fase kedua para pendamping PNS di SKPD yang berlatar belakang sarjana pertanian (dalam arti luas), motivator dari seluruh SKPD di lingkup pemprov Bali maupun fase pendamping outsourching/kontrak yang ditugaskan oleh pemerintah provinsi di lokasi simantri seluruh wilayah kabupaten/kota. Keterkaitan peran para pendamping, selain melakukan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah ditargetkan dalam ketentuan simantri juga sekaligus menjadi penghubung informasi tentang dinamika kelompok tani simantri dengan tim teknis di tingkat kabupaten/kota maupun dengan LS dan tim simantri melalui sistem pelaporan secara berkala disampaikan kepada sekretariat simantri di provinsi.

Dalam pelaksanaannya aktor-aktor terkait dengan implementasi simantri di tingkat poktan/gapoktan juga secara tidak langsung diperankan oleh aktor dari SKPD atau Tim Koordinasi Kabuptaen/kota dan Provinsi, termasuk peran aktor BPTP yang berperan sebagai pendamping dan pelaksana Bimbingan Teknis (Bimtek) di tingkat poktan/gapoktan, pendamping dan pelaksana kabupate/provinsi.

Peran aktif aktor-aktor di tingkat gapoktan/poktan juga dikoordinasikan melalui kewenangan LS sebagai ketua program simantri di tingkat provinsi Bali. Dengan demikian seluruh kegiatan dari tingkat provinsi hingga poktan/gapoktan dalam aspek teknis dan manajemen menjadi tanggungjawab LS. LS menjadi kunci strategis bagi keberhasilan maupun kegagalan proses perencanaan hingga implementasi program simantri di Provinsi Bali. Pada posisi ini juga berpeluang terjadi conflic of interest terkait dengan berbagai kepentingan, muatan politik atas nama aspirasi, penetapan lokasi, pengamanan reputasi pimpinan yang menjadi pertaruhan kedudukan atau posisi LS sendiri, termasuk distorsi komunikasi dan informasi dengan kepentingan informasi dari bawah ke atas dan sebaliknya, untuk target pencapaian jumlah 1000 lokasi program sampai batas periode kepemimpinan Gubernur Bali 2013-2018.

Arena Komunikasi

Kegiatan simantri ditingkat sasaran dilakukan dengan berbagai komunikasi ditingkat petani, kelompok maupun gapoktan. Arena komunikasi yang dilakukan melalui rapat kelompok, pertemuan teknis lapangan, rapat gapoktan serta temu

lapang maupun pada saat dilakukan kunjungan lapang. Secara internal komunikasi kelompok lebih dominan dilaksanakan baik dalam pertemuan di bale kelompok (saung pertemuan) atau di rumah ketua/pengurus bahkan di lokasi kandang atau di lapangan/lokasi simantri untuk membahas kegiatan kelompok, rencana definitif kegiatan kelompok (RDKK) serta membahas perkembangan kegiatan simantri yang dilakukan oleh masing-masing anggota. Dalam beberapa kesempatan pertemuan kelompok juga dihadiri oleh pengurus gapoktan, PPL, pendamping serta tim teknis kabupaten/kota bahkan dari tim teknis tingkat provinsi maupun dari SKPD terkait kabupaten/kota dan provinsi

Arena komunikasi yang terkait dengan peningkatan para petani dalam penerapan teknologi dan inovasi kelembagaan, dilaksanakan melalui kegiatan pada saat bimtek, praktek lapang dari para petugas BPTP, penyuluhan dari PPL setempat maupun dari Dinas instansi (SKPD) terkait kabupaten/provinsi dan biasanya dilanjutkan dengan praktek lapang untuk mengaplikasikan inovasi teknologi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam pengelolaan kegiatan simantri. Ditingkat gapoktan, arena komunikasi relatif lebih luas, selain di tingkat kelompok tani dan anggota juga di arena musrenbang desa, kecamatan hingga kabupaten/kota serta pada berbagai pertemuan seperti pada pertemuan-pertemuan gapoktan di tingkat kabupaten/provinsi dalam kaitan penyelenggaraan program simantri.

Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan di tingkat kelompok, untuk pengambilan keputusan akhir lebih banyak dilakukan oleh ketua kelompok tani, sekalipun pengambilan keputusan merupakan hasil dari proses keputusan kolektif berdasarkan kesepakatan, aspirasi dan partisipasi anggota kelompok yang sebelumnya disampaikan dalam upaya memberikan bahan untuk pengambilan keputusan kelompok. Keputusan ketua kelompok, lebih kearah pada rencana kegiatan kelompok, proses pelaksanaan simantri serta penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok, sekaligus sebagai upaya memecahkan masalah internal kelompok.

Untuk beberapa hal yang memerlukan pengambilan keputusan di luar kewenangan ketua kelompok, maka akan sampaikan kepada ketua gapoktan secara langsung atau pada saat pertemuan gapoktan. Sehingga pengambilan keputusan yang bersifat kelompok dapat dapat dilakukan melalui ketua gapoktan, dan dikoordinasikan dengan tim teknis, kabupaten/kota, pendamping atau tim teknis simantri provinsi sebagai bahan pengambilan keputusan akhir di tingkat LS bahkan jika hal tersebut dianggap penting bisa menjadi bahan masukan kepada gubernur, sebagai pengelola simantri secara keseluruhan

Dokumen Politik

Beberapa jenis dokumen kegiatan/implementasi program simantri meliputi proses berdirinya kelompok atau gapoktan, legitimasi kelompok menjadi kelompok/gapoktan simantri dari aparat dan institusi terkait yang ditunjuk sebagai legislator kelayakan kelompok, dokumen pengajuan dan arsip perjanjian kelompok simantri yang terkait dengan administrasi penggunaan anggaran dan penyaluran bantuan untuk kelompok, SK gubernur untuk kelompok/gapoktan yang disetujui serta dipersyaratkan sebagai poktan/gapoktan simantri.

Tabel 18. Proses komunikasi politik dan pengambilan keputusan pada tingkat gapoktan-poktan

Simpul¹ Proses Komunikasi dan Aktor Arena

Komunikasi Materi Komunikasi 5c Forum SKPD, Musrembang Provinsi, Pertemuan, Rapat Koordinasi, Kunjungan Lapang, Simakrame Rencana Kegiatan dan pelaksanaan Simantri dan dukungan program SKPD dan Lembaga pendukung non pemerintah di tingkat provins Forum SKPD, Musrembang Kab/Kota, Pertemuan, Rapat Koordinasi, Kunjungan Lapang, Simakrame Rencana Kegiatan dan pelaksanaan Simantri dengan dukungan program SKPD dan Lembaga pendukung non pemerintah di tingkat Kabupaten/kota Rapat Gapoktan, Rapat Kelompok, Pertemuan Teknis lapangan Rencana Kegiatan, RDKK, Penyusunan proposal dan teknis pelaksanaan serta pengelolaan program Simantri

Simpul¹ Pengambilan Keputusan Keputusan Dasar Pengambilan

Keputusan

Manajerial/Teknis Stategis 5c Ketua Poktan. Ketua

Gapoktan, Kep. Dinas Kab/ Kota, Ketua Tim Tek. Kab/Kota: Ket.Tim Teknis Prov, Kep SKPD Prov, LS, Kep. Bappeda, Asda II, Setda, Gubernur, dan DPRD

Gubernur

DPRD

SK Gubernur : Lokasi /bantuan Gapoktan/ Poktan, Tim Pendamping, Penghargaan, Organisasi, Tim evaliasi) Pengembangan/ Pemantapan Persetujuan atas usulan kegiatan dan penetapan anggaran

- Membuat dukungan dari berbagai institusi untuk kegiatan Bali Mandara dan Simantri - Pemahaman tentang Bali

Mandara dan Simantri - Dukungan pencapaian target

dengan program SKPD Bupati, Keapal SKPD,Leading Sector, Tim Teknis Bupati SK Bupati Dukungan program SKPD, SK Tim Koordinasi/Tim Teknis

- Dukungsn untuk target pencapaian dan pelaksanaan program Simantri di Kab/Kota dan Gapoktan/Poktan - MoU Bupati/Walikota dengan

Gubernur -

Ketua Gapoktan, Ketua Poktan,anggota Ketua Gapoktan, Ketua Kelompok Proposal, Peraturan Gapoktan, Kelompok, AD, ART Kelompok

- Kebutuhan Kelompok - Kewenangan dan tugas - Pelaksanaan Prosedur - Perjanjian dengan Gubernur - Saran Tim Teknis Keterangan : Simpul¹ = 5c. Pelaksanaan (simantri pengembangan dan pemantapan).

Sumber : Data dan Informasi primer (2014), Dokumen dan Laporan Tahunan Simantri (2008-2013). SKPD Kab. /Kota

SKPD Provinsi

Tim Teknis Kab/Kota

Gapoktan /Poktan

Tim Teknis Prov

LS

Bappeda

Asda II Gubernur

Strategi Komunikasi Politik

Strategi kelompok dalam kaitan implementasi program simantri, dilakukan melalui berbagai upaya baik melalui ketua kelompok, gapoktan maupun para pendamping simantri. Strategi komunikasi juga dilakukan melalui peran tim teknis kabupaten/kota maupun provinsi dengan mengadakan pertemuan rutin, konsultasi serta memanfaatkan kunjungan gubernur atau para petugas ke kelompok bahkan pada forum-forum tertentu dimana kelompok berkesempatan diikutsertakan pada kegiatan tersebut.

Strategi komunikasi kelompok tani maupun gapoktan dalam implementasi kebijakan program simantri, selain pada masalah teknis pelaksanaan juga dalam kerangka membangun jaringan komunikasi dengan para pelaku usaha lainnya (networking) dilingkungan setempat ataupun dengan komunitas pelaku usaha diluar desa, kecamatan bahkan kabupaten dalam kaitan pemasaran produk yang diusahakan kelompok simantri, seperti hasil perkebunan, buah-buahan, sayuran, beras organik, pupuk organik, bio-urin serta produk kelompok simantri lainnya.

Pola ini bagi beberapa kelompok dan gapoktan menjadi penting artinya untuk membuka wawasan bisnis dan inovasi teknologi yang mendorong kegiatan kelompok melalui kegiatan simantri menjadi unit usaha komersial, selain untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok sendiri. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa kelompok simantri yang berhasil membangun jaringan/hubungan komunikasi yang lebih luas dan telah menjadi kegiatan usaha serta sumber pendapatan kelompok simantri.

Di tingkat pimpinan daerah dan sebagai penanggungjawab keseluruhan simantri, dalam hal ini Gubernur Bali, telah melakukan strategi komunikasi politik untuk mendorong kegiatan kelompok simantri beserta pemasaran produk yang dihasilkan, melalui komunikasi interpersonal dengan lembaga atau institusi, industri, pengusaha, swasta serta pelaku usaha jasa perhotelan, restauran dan pihak penyedia jasa pariwisata secara lebih luas, untuk menyerap produk-produk yang dihasilkan dari gapoktan simantri.

Analisis Komunikasi Politik dalam Proses Pengambilan Keputusan Simantri sebagai Prioritas Pembangunan Pertanian Daerah Provinsi Bali

Analisis Proses komunikasi politik dalam pengambilan keputusan Model Prima Tani menjadi program pembangunan pertanian daerah

Pada simpul awal kegiatan akselerasi model Prima Tani menjadi Model Simantri, pendekatan komunikasi secara intensif dilakukan antara BPTP Provinsi Bali dengan Pemprov Bali. Pasca penyampaian materi model Prima Tani melalui arena presentasi dan kunjungan lapangan yang dilakukan oleh Gubernur ke lokasi model Prima Tani, intensitas komunikasi melalui pimpinan daerah, pimpinan BPTP Bali serta kepala Badan Litbang Pertanian juga terus berlangsung hingga kesepakatan tentang MoU kerjasama antara Pemprov dan Badan Litbang Pertanian ditandangani sebagai dokumen politik kedua institusi.

Komunikasi yang terbangun hingga melahirkan dokumen tersebut, merupakan satu capaian keberhasilan Badan Litbang Pertanian melalui BPTP Bali mewarnai kebijakan program pembangunan pertanian daerah di provinsi Bali. Hal ini seperti selalu ditekankan oleh pimpinan Badan Litbang Pertanian kepada seluruh BPTP di Indonesia (pada periode kepemimpinannya), “bahwa

keberhasilan BPTP dan segala programnya terutama model Prima Tani adalah tidak saja di respon oleh masyarakat dan Pemda, lebih dari itu dapat mewarnai program pembangunan (pertanian) di daerah”. Eksistensi BPTP Bali menjadi basis inovasi teknologi integrasi tanaman-ternak dan membangun kelembagaan agribisnis pedesaan dalam model Prima Tani, kemudian diakselerasi menjadi program Simantri. Proses ini menjadi titik awal bagi model transformasi program pembangunan dari pusat ke daerah maupun proses transformasi dan integrasi antar institusi terkait di daerah. Sehingga dalam perkembangannnya telah mendorong pengembangan inovasi dan program lain yang terkait dengan kebijakan program Simantri di Provinsi Bali.

Komunikasi antara BPTP dan Pemprov sebelumnya seringkali terdistorsi dengan birokrasi pemerintahan di daerah. Kedudukan dan tingkat esselonisasi merupakan salahsatu kendala birokrasi di tingkat pimpinan daerah dalam melakukan koordinasi dan akselerasi program di tingakat birokrasi pemerintahan provinsi. BPTP dengan esselon II/c atau setingkat lebih rendah dengan para pimpinan daerah maupun SKPD, seringkali terkendala pada saat melakukan komunikasi dalam berbagai perencanaan program, hasil pengkajian dan inovasi teknologi dengan Pemrov atau sebaliknya, BPTP jarang dilibatkan dalam perencanaan program pembangunan pertanian daerah karena secara formal esselonnya tidak sejajar dengan kapasitas birokrasi yang dipersyaratkan. Dengan posisi ini, sulit bagi pimpinan BPTP untuk melakukan komunikasi birokrasi secara formal dalam kontek kesejajaran esselon tadi. Akibatnya baik keberadaan institusi maupun program-program yang dilaksanakan juga jarang atau bahkan tidak pernah diketahui oleh para pimpinan daerah ataupun para birokrasi di Pemprov termasuk para kepala SKPD di tingkat provinsi yang tidak berbasis pertanian dalam arti luas. Terbukanya kesempatan yang diberikan oleh Gubernur untuk penyampaian program dan kegiatan BPTP, dilakukan sebagai sarana advokasi dan sosialaisasi model Prima Tani yang sudah dilaksanakan di Provinsi Bali, sekaligus merupakan moment penting untuk mengaktualisasikan BPTP melalui pimpinannya kepada Pimpinan Daerah serta Birokrasi di tingkat Pemprov.

Proses komunikasi yang dilakukan pada simpul perumusan Simantri menjadi program pembangunan sektor pertanian daerah, secara intensif dilakukan antara Pimpinan Daerah dalam hal ini Gubernur dengan para pimpinan SKPD terkait yang kemudian berdasarkan keputusan Gubernur dibentuk menjadi Tim Teknis Simantri. Melalui Leading Sector (LS) koordinasi kegiatan Simantri dilaksanakan sejak perumusan konsep dasar hingga konsep operasional Simantri dengan proses komunikasi horizontal antar anggota Tim. Komunikasi birokrasi secara horizontal juga dilakukan antara SKPD dengan Bappeda dan Sekretariat Daerah dalam kaitan perencanaan program Simantri. Sementara komunikasi vertikal terjadi pada saat proses penyampaian laporan dan bahan untuk pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan program Simantri dari LS kepada Gubernur, atau yang berkaitan dengan proses penyusunan perencanaan program pembangunan serta penganggarannya yang menjadi tugas Bappeda dan Sekretariat Daerah untuk dilaporkan kepada Gubernur sehingga pada akhirnya menjadi dasar bagi pengambilan keputusan Gubernur. Proses komunikasi vertikal juga terjadi pada saat pengajuan usulan perencanaan program pembangunan daerah disampaikan eksekutif kepada Legislatif (DPRD) untuk mendapatkan persetujuan menjadi kebijakan program pembangunan daerah.

Beberapa keputusan Gubernur yang terkait dengan proses penyusunan Simantri menjadi Program Pembangunan Pertanian Daerah, diantaranya dalam Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi Program Pengembangan Pertanian Teritegrasi Provinsi Bali, melalui Keputusan Gubernur Bali Nomor 866/03-K/HK/2009 tanggal 2 Juli 2009; Keputusan Gubernur Bali Nomor 1195/03-K/HK/2009 tanggal 5 Oktober 2009, tentang Penetapan penerima bantuan sosial kepada Gabungan Kelompok Tani Program/Kegiatan Pertanian Terintegrasi; Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 436/03-K/HK/2010 tanggal 30 Maret 2010, tentang Penetapan nama-nama petugas pendampingan pengembangan usaha tani terintegrasi Provinsi Bali tahun 2010 serta surat keputusan Gubernur yang terkait dengan program Simantri di Provinsi Bali.

Analisis proses komunikasi politik pada pengambilan keputusan, program Simantri menjadi kebijakan pembangunan pertanian daerah

Dengan pendekatan penelitian yang dikemukakan sebelumnya maka pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan daerah dalam kebijakan pembangunan sektor pertanian daerah melalui program Simantri, diasumsikan sebagai pengambilan keputusan politik. Hal ini karena memenuhi prasyarat bahwa materi difokuskan pada pejabat pemerintah dengan segala kekuasaannya dalam pengambilan keputusan untuk satu kebijakan publik di Provinsi Bali. Pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan yang dimaksud bahwa proses penyusunan kebijakan program Simantri sejak transformasi model Prima Tani, perumusan menjadi Simantri, perencanaan program, perumusan kebijakan hingga implementasi, senantiasa melibatkan peran para pejabat pemerintahan dan birokrat di Pemerintahan Provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bali.

Pejabat pemerintah daerah yang kemudian menjadi aktor dalam proses transformasi program Simantri dari Model Prima Tani, meliputi Gubernur sebagai kepala Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kepala Badan Litbang Pertanian sebagai pejabat pemerintah di lingkungan Kementerian Pertanian, berperan sebagai legislator awal bagi perumusan program Simantri. Proses pengambilan keputusan ini kemudian dilegitimasi melalui dokumen politik tentang MoU antara keduanya. Dokumen lainnya yang merupakan hasil keputusan Pimpinan Daerah, dalam kaitan perumusan program Simantri menjadi kebijakan pembangunan pertanian daerah dan implementasinya, meliputi hampir lebih dari 40 keputusan selama program Simantri jilid I, periode kegiatan 2009-2013 dilaksanakan. Dokumentasi keputusan tersebut, diantaranya: Keputusan Gubernur Bali tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi Program Pengembangan Pertanian Terintegrasi Provinsi Bali; Keputusan Gubernur Bali tentang penetapan penerima bantuan sosial kepada Gapoktan program/kegiatan Simantri; Penetapan nama-nama petugas pendampingan pengembangan usahatani terintegrasi Provinsi Bali tahun 2010; penetapan penerima penghargaan bagi Gapoktan simantri berprestasi tingkat Provinsi Bali tahun 2010 dan Keputusan Gubernur Bali tentang; Keberlanjutan Program Simantri. Dalam implementasi kegiatan program Simantri di tingkat Kabupaten/kota, pada tahun 2010 tercatat dalam dokumen politik tentang : Kesepakatan kerjasama Gubernur Bali dengan masing-masing Bupati/Walikota di Provinsi Bali yang kemudian dikuatkan melalui perjanjian kerjasama antara Gubernur Bali dengan seluruh Bupati/Walikota di Provinsi Bali.

Beberapa keputusan Gubernur Bali dalam pelaksanaan program Simantri pada tahun 2011, meliputi : Pembentukan dan susunan kenggotaan tim koordinasi pemantapan dan pengembangan Simantri di Provinsi Bali; penetapan bantuan sosial kepada gapoktan kegiatan pemantapan dan pengembangan Simantri; Penerima bantuan sosial kepada gapoktan program kegiatan pemantapan dan pengembangan Simantri tahun 2011; tentang penetapan petugas pendampingan pemantapan dan pengembangan Simantri Provinsi Bali; penetapan 150 tenaga pendamping dari birokrasi institusi Pemprov dan BPTP; pembentukan dan susunan kenggotaan tim evaluasi lomba gapoktan Simantri berprestasi tingkat provinsi Bali tahun 2011; tentang gapoktan berprestasi tingkat provinsi Bali tahun 2011. Selain keputusan Gubernur Bali juga dokumen politik yang terkait yang ditetapkan pada tahun 2011, meliputi Peraturan Gubernur Bali No 16 tahun 2011 tentang Pedoman teknis pengelolaan belanja, subsidi, belanja hibah, belanja bansos, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga Provinsi Bali terkait dengan ketentuan-ketentuan tentang penganggaran dalam perencanaan hingga implementasi gapoktan dan Simantri di Bali tahun 2011. Ditetapkan juga surat edaran Sekretariat Daerah pendukung Pergub tadi tentang persyaratan dan mekanisme pencairan dana, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bansos, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga Provinsi Bali.

Keputusan Gubernur Bali pada tahun 2012 meliputi penetapan 100 gapoktan Simantri baru; tentang penerima hibah kepada kelompok masyarakat melalui penetapan 25 gapoktan baru tahun 2012; penetapan petugas pendamping pemantapan dan pengembangan Simantri dari BPTP, in-sourching (dari birokrasi institusi Pemprov) dan 100 tenaga outsourching para alumni perguruan tinggi yang berlatar belakan ilmu pertanian (dalam arti luas); penetapan besaran honorarium tenaga kontrak (outsourching) pendamping pemantapan dan pengembangan Simantri; penetapan gapoktan Simantri berprestasi 2012; Naskah penjanjian antara Gubernur dengan 100 ketua gapoktan Simantri tentang belanja hibah daerah kepada gapoktan Simantri tahun 2012;

Pada tahun 2013 diterbitkan dokumen Keputusan Gubernur Bali: tentang penerima hibah kepada kelompok tani pengembangan Simantri; 100 orang tenaga pendampingan (outsourching); tenaga pendamping in-sourching dari berbagai Dinas Instansi lingkup Pemprov dan Kabupaten/Kota; Pemenang lomba Gapoktan berprestasi 2013; penerima hibah sarana-prasarana; penerima hibah barang; pembentukan Tim evaluasi lomba Simantri berprestasi 2013; Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tentang petugas pendampingan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, disamping diterbitkan naskah perjanjian hibah daerah Gubernur Bali dengan 192 ketua gapoktan Simantri sebagai penerima hibah. Dokumen kegiatan Simantri, selengkapnya disampaikan pada Tabel Lampiran 2. Analisis Interaksi dan Relasi antar Aktor

Dalam proses penetapan program Simantri dan sekaligus menjadi kebijakan program pembangunan pertanian daerah, terbangun relasi antar aktor lintas simpul proses dimana interaksi tersebut dilakukan, terkait dengan kepentingan, kewenangan maupun dalam kegiatan koordinasi tahapan pada setiap simpul proses maupun lintas proses. Dalam Gambar 10 dipelihatkan bahwa

Dokumen terkait