• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Keberdayaan pelaku UMK(Y1) adalah kondisi perilaku pelaku UMK yang menunjukan tingkat kemampuan proaktif, kepemimpinan personal

2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN METODE PENELITIAN

4. Tingkat Keberdayaan pelaku UMK(Y1) adalah kondisi perilaku pelaku UMK yang menunjukan tingkat kemampuan proaktif, kepemimpinan personal

dan kemampuan manajemen personal dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Indikator, definisi operasional, dan paramater pengukuran peubah tingkat keberdayaan pelaku UMK disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran indikator peubah keberdayaan pelaku UMK

Indikator Definisi Operasional Pengukuran Kategori

Pengukuran Y1.1. Kemampuan

Proaktif

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK yang menunjukan kemampuan proaktif dalam menjalankan usahanya

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang pengambilan keputusan dalam berusaha, tekad untuk mencari dan menggunakan cara terbaik dalam berusaha, dan keberanian menerima resiko dari setiap pilihan keputusan dalam berusaha menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap pengambilan keputusan dalam ber- usaha, mencari dan menggunakan cara terbaik dalam berusaha dan keberanian menanggung resiko dalam setiap pilihan keputusan dalam berusaha, dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi responden

tentang kemampuan atau keterampilan pelaku UMK dalam pengambilan ke- putusan berusaha, mencari dan meng- gunakan cara terbaik dalam berusaha, menanggung resiko dari setiap pilihan keputusan dalam berusaha: dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 10 (lanjutan)

Indikator Definisi Operasional Pengukuran Kategori

Pengukuran Y1.2. Kepemimpinan Personal Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang menunjukan kepemimpinan personal pelaku UMK dalam menjalankan usahanya

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang impian atau harapan serta langkah-langkah untuk mewujudkan impian atau harapan dalam berusaha; dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai penilaian pelaku UMK terhadap impian atau harapan dalam berusaha; dengan

menggunakan skala ordinal  Diukur dari kemampuan pelaku

UMK untuk menetapkan impian atau harapan dalam berusaha sebagai panduan dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan dalam berusaha; dengan menggunakan skala ordinal 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Y1.3. Kemampuan Manajemen usaha Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK di bidang manajemen usaha mikro dan kecil

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang perencanaan usaha, jaringan pemasaran, pengelolaan modal usaha dan pengelolaan produksi, pengelolaan keuangan perusahaan; dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap perencanaan usaha, jaringan pemasaran, pengelolaan modal usaha, pengelolaan produksi dan pengelolaan keuangan perusahaan; dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai kemampuan pelaku UMK melakukan perencanaan usaha, menguasai jaringan

pemasaran, mengelola modal usaha dan kegiatan produksi serta keuangan perusahaan; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

6.Tingkat Kemandirian Pelaku UMK (Y2) adalah kondisi perilaku UMK yang

menunjukan: kemampuan bermitra, kemampuan berkomunikasi secara empatik, kemampuan bersinergi, kemampuan melakukan antisipatif, produktif, modernitas, dan berdaya saing dalam menjalankan usaha mereka. Indikator, definisi operasional, pengukuran peubah tingkat kemandirian UMK disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Indikator, definisi operasional, paramater dan kategori pengukuran indikator peubah tingkat kemandirian pelaku UMK

Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

Pengukuran Y2.1. Kemampuan bermitra dalam berusaha Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK mengenai hubungan kerjasama yang saling membutuh- kan, saling memperkuat dan saling meng- untungkan dengan setiap pemangku kepentingan yang dilandasi konsistensi dan saling menghargai diantara mitra usaha

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK mengenai hubungan kerjasama yang saling membutuhkan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan dengan setiap pemangku kepentingan yang dilandasi konsistensi dan saling menghargai diantara mitra usaha; dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap hubungan kerjasama yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan dengan setiap pemangku kepentingan yang dilandasi konsistensi dan saling menghargai diantara mitra usaha; dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai keterampilan pelaku UMK membangun hubungan kerjasama yang saling membutuhkan, saling

memperkuat dan saling menguntungkan dengan setiap pemangku kepentingan yang dilandasi konsistensi dan saling menghargai diantara mitra usaha; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Y2.2.Kemampuan Berkomunika si Empatik Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK untuk berinteraksi dengan setiap pemangku kepentingan berdasarkan pemahaman yang utuh mengenai kondisi pemangku kepentingan yang bersangkutan

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang cara berinteraksi dengan setiap pemangku kepentingan berdasarkan pemahaman yang utuh mengenai kondisi pemangku kepentingan yang bersangkutan; dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap interaksi dengan setiap pemangku kepentingan berdasarkan pemahaman yang utuh mengenai kondisi

pemangku kepentingan yang bersangkutan, dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai keterampilan pelaku UMK untuk berinteraksi dengan setiap pemangku kepentingan berdasarkan pemahaman yang utuh mengenai kondisi pemangku kepentingan yang bersangkutan; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 11 (lanjutan)

Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukura Kategori

Pengukuran Y2.3. Kemampuan

bersinergi dalam berusaha

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK untuk bekerjasama dengan pemangku kepentingan dengan tujuan untuk memacu kemajuan usaha atau melipatgandakan keberhasilan atau produktivitas usaha

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai wawasan pelaku UMK tentang kerjasama dengan pemangku kepentingan yang bertujuan untuk memacu kemajuan usaha atau melipatgandakan hasil usaha; dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap bekerjasama dengan pemangku kepentingan dengan tujuan untuk memacu kemajuan usaha atau melipatgandakan keberhasilan usaha; dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

respondendari mengenai keterampilan pelaku UMK untuk membangun dan mengembangkan jaringan kerjasama (networking) dalam berusaha dengan tujuan melipatgandakan produktifitas, keberlanjutan dan daya usaha; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.4. Kemampuan antisipatif

Pengetahuan, sikap dan keterampilan pelaku UMK dalam meperkirakan kondisi, perkembangan, fenomena yang akan terjadi di waktu mendatang dan

mempengaruhi kelangsungan dan perkembangan usahanya, disertai dengan cara mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi, perkembangan dan fenomena tersebut.

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang antisipasi dalam menjalankan dan mengembangkan usaha, dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap tindakan antisipasi dalam menjalankan dan

mengembangkan usaha, dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai keterampilan pelaku UMK untuk melakukan antisipasi dalam menjalankan dan mengembangkan usaha, dengan menggunakan skala ordinal.

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 11 (lanjutan)

Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori

Pengukuran Y2.5. Modernitas dalam berusaha Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK mengenai informasi dan teknologi mutakhir dan orientasi dalam berusaha

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai wawasan pelaku UMK tentang perkembangan informasi dan teknologi mutakhir secara lebih luas yang terkait dengan usaha yang dijalankan, dengan menggunakan skala ordinal.  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap kebutuhan

beorientasi pada masa kini dan masa datang dalam berusaha serta membuka diri terhadap perkembangan informasi dan teknologi yang terkait dengan usaha, dengan menggunakan skala ordinal  Diukur dari persepsi responden

mengenai keterampilan pelaku UMK mencari dan menggunakan informasi dan teknologi mutakhir , dan menjalankan usaha yang disesuaikan dengan perkembangan pasar; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Y2.6. Daya saing dalam usaha Pengetahuan, sikap, dan keterampilan pelaku UMK mengutamakan mutu, pemenuhan komitmen dan kebutuhan setiap pemangku

kepentingan

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai pemahaman pelaku UMK tentang arti penting mutu dan komitmen dalam memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen dengan menggunakan skala ordinal

 Diukur berdasarkan persepsi responden mengenai sikap pelaku UMK terhadap mutu dan komitment dalam memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen; dengan menggunakan skala ordinal  Diukur berdasarkan persepsi

responden mengenai keterampilan pelaku UMK meningkatkan mutu dan mewujudkan komitmen dalam memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen; dengan menggunakan skala ordinal

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk memperoleh data yang mampu menggambarkan realita yang diteliti, diperlukan instrumen pengumpulan data yang memiliki tingkat kesahihan (validitas) dan keterhandalan (reliabilitas) yang tinggi. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengumpulan data, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut kepada 30 individu yang memiliki karakter sesuai dengan karakter responden penelitian.

Validitas

Validitas atau tingkat kesahihan suatu instrumen dimaksudkan sebagai ukuran mengenai kemampuan instrumen menghasilkan data secara tepat, yaitu sesuai dengan ukuran sesungguhnya dari peubah (variabel) penelitian yang akan diukur (Mustafa 2009). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Babbie (2004), validitas menunjuk kepada sejauhmana suatu pengukuran secara empiris mampu menggambarkan makna yang sesungguhnya dari konsep atau variabel yang sedang dipertimbangkan.

Pengujian validitas instrumen penelitian merujuk kepada pemikiran Ancok (2008) dan Suryabrata (2006), di mana validitas ini terdiri atas: (1) validitas isi, (2) validitas kontsruk dan (3) validitas kriteria. Validitas isi merupakan uji mengenai seberapa lengkap butir-butir yang digunakan telah memadai atau dapat mengungkap suatu konsep dan peubah. Pengujian validitas isi dilakukan oleh panel juri atau penilai, terdiri dari para dosen pembimbing dan para ahli mengenai bidang ilmu yang mendasari penelitian ini, yang melakukan evaluasi sejauhmana butir-butir pertanyaan atau pernyataan mampu menggambarkan konsep atau peubah penelitian.

Validitas konstruk merupakan uji kecocokan antara butir-butir dalam daftar pertanyaan dengan teori yang mendasari konsep atau peubah yang diukur. Proses uji validitas konstruk ini dilakukan melalui justifikasi dari dosen pembimbing dalam proses pembimbingan dan sidang komisi.

Validitas kriteria dilakukan dengan cara membandingkan atau mengkorelasikan antara nilai (skor) hasil pengukuran instrumen dengan kriteria atau standar tertentu yang dipercaya dapat digunakan untuk menilai peubah (variabel). Karena pada umumnya terdapat kesulitan memilih atau menentukan kriteria sebagai pembanding atas hasil pengukuran, maka digunakan dasar logika matematik, yaitu menggunakan skor total dari butir-butir pertanyaan dalam instrumen yang akan diuji validitasnya. Dengan demikian pengujian validitas kriteria dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung harga koefisien korelasi pearson product moment (Pearson Correlation) antar skor masing- masing butir pertanyaan dengan skor total dari butir-butir pertanyaan tersebut sebagai kriterianya (Triton 2005 dan Ghozali 2006). Adapun formlulasi yang digunakan dalam pengukuran korelasi ini adalah:

di mana :

n = jumlah responden

X = skor butir pada setiap pertanyaan Y = skor total seluruh butir pertanyaan rxy = koefisien korelasi

n(XY-(X-Y) rxy =

Keputusan untuk menilai apakah suatu butir valid atau tidak, dilakukan dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi hasil perhitungan (r hitung)

dengan koefien korelasi yang terkandung dalam tabel korelasi pearson product momen (rtabel) pada tingkat kesalahan lima persen. Butir pertanyaan yang diuji

dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Ini berarti bahwa skor pada setiap butir pertanyaan mempunyai korelasi atau kesamaan yang tinggi dan signifikan terhadap total skor butir-butir pertanyaan tersebut sebagai kriteria (Trinton 2005 dan Ghozali 2006).

Reliabilitas

Reliabilitas atau keterhandalan instrumen dimaksudkan sebagai ukuran yang menunjukan seberapa tinggi kepercayaan terhadap instrumen tersebut untuk pengumpulan data. Dalam hal ini, kepercayaan terhadap instrumen akan tinggi atau dengan kata lain intrumen tersebut akan handal apabila butir-butir dalam daftar pertanyaan untuk sebuah peubah diukur berulang-ulang akan memberikan hasil yang sama. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Crobanch dengan formulasi sebagai berikut (Ghozali 2006) :

k Si

2

=

1 -

k

1 St

2

Nilai koefisien Alpha Cronbrach () berkisar antara 0 sampai 1. Berdasarkan kisaran nilai koefisien ini, Triton (2005) mengemukakan lima tingkatan reliabilitas instrumen, yakni:

1. Nilai koefisien Alpha Cronbach 0,00 – 0,20, berarti kurang reliabel 2. Nilai koefisien Alpha Cronbach 0,21 – 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai koefisien Alpha Cronbach 0,41 – 0,60, berari cukup reliabel 4. Nilai koefisien Alpha Cronbach 0,61 – 0,81, berarti reliabel

5. Nilai koefisien Alpha Cronbach 0,81 – 1,00, berarti sangat reliabel

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara melibatkan 30 pelaku UMK mitra binaan perusahaan yang memiliki kondisi serupa dengan kondisi responden penelitian. Hasil uji validitas instrumen menghasilkan koefisien korelasi (rhitung) sebagaimana yang disajikan pada

dimana :

 = koefisien reliabilitas Alpha Conbrach

k = banyak butir pertanyaan dalam suatu peubah

Si = varians skor setiap butir pertanyaan

St = varians skor total butir pertanyaan

Lampiran 1. Nilai r hitung yang dihasilkan dari uji validitas ini berkisar antara

0,431 sampai 0,935 > r tabel 0,05= 0,361. Hal itu menunjukkan bahwa butir-butir

dalam instrumen adalah valid, yaitu mampu menghasilkan data yang dapat mengukur peubah penelitian secara tepat. Selanjutnya hasil uji reliabilitas instrumen ini juga menghasilkan koefisien reliabilitas (koefisien Alpha Conbrach) untuk setiap peubah sebagaimana disajikan pada Lampiran 2. Nilai koefisien Alpha Conbrach () hasil pengujian berkisar antara 0,951 sampai 0,992 > 0,60. Hasil uji ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sangat reliabel (sangat handal), yaitu instrumen yang mampu menghasilkan data yang konsisten tanpa bias pada saat kapan dan di mana saja intrumen ini digunakan untuk mengukur peubah penelitian (Mustafa 2009).

Analisa Data

Untuk menjawab tujuan penilitian ini digunakan analisa data yang terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif yang terdiri dari tabel, gambar, frekuensi, skor dan persentase digunakan untuk menguraikan atau memberikan informasi mengenai data atau fenomena yang diteliti. Analisis statistik inferensial yang terdiri dari uji beda Mann-Whitney, korelasi rank Spearman dan uji model persamaan struktural atau structural equation models (SEM) digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, meramalkan dan mengambil keputusan berdasarkan hasil analisis.

3 PROFIL TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN,

Dokumen terkait