• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi proses kognitif atas perbaikan taksonomi yang dibuat oleh Bloom memiliki enam kecakapan yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta (Anderson, 2001).

Berdasarkan hasil analisis tertulis, problem posing siswa dikelompokkan ke dalam 7 level, yaitu dari level C0 sampai level C6. Level-level tersebut disusun secara berbeda untuk setiap tipe problem posing.

Pada tipe pre-solution posing, level kemampuan membuat soal disusun berdasarkan ada tidaknya gagasan, sesuai atau tidak dengan kondisi yang disediakan, keaslian soal, kompleksitas soal yaitu berkaitan dengan jenis soal yang dibuat apakah berupa soal matematika, soal non-matematika atau bahkan berupa pernyataan. Jika berupa soal matematika apakah soal dapat selesaikan atau tidak dapat diselesaikan. Peneliti mengabaikan kuantitas soal untuk tipe ini karena peneliti hanya meminta sebuah soal saja.

Pada tipe within-solution posing, hampir sama dengan tipe pre-solution posing, level kemampuan membuat soal disusun berdasarkan ada tidaknya gagasan, tetapi tidak ada indikator kesesuaian dengan kondisi karena tidak diberikan kondisi pada tipe ini. Keaslian soal yang berkaitan dengan ide membuat soal, kompleksitas soal yaitu berkaitan dengan jenis soal yang dibuat apakah berupa soal matematika, soal non-matematika atau bahkan berupa pernyataan. Jika berupa soal matematika apakah soal dapat selesaikan atau tidak dapat diselesaikan. Kemudian apakah soal matematika yang dibuat dapat membantu kesulitan mengerjakan soal stimulus atau tidak. Kuantitas soal untuk tipe ini awalnya diperhatikan, karena banyaknya soal yang muncul berkaitan dengan banyaknya kesulitan yang ditemui dalam mengerjakan soal stimulus. Tetapi dari hasil penelitian, sebagian besar siswa tidak membuat soal untuk tipe ini.

Pada tipe post-solution posing, level kemampuan membuat soal disusun berdasarkan ada tidaknya gagasan, keaslian soal, kompleksitas soal yaitu berkaitan dengan jenis soal yang dibuat apakah berupa soal matematika, soal non-matematika atau bahkan berupa pernyataan. Jika berupa soal matematika apakah soal dapat selesaikan atau tidak dapat diselesaikan. Peneliti mengabaikan kuantitas soal untuk tipe ini karena peneliti hanya meminta sebuah soal saja. Kemudian teknik yang digunakan siswa dalam membentuk soal baru menjadi dasar dalam menentukan tingkat kemampuan problem posing.

Level kemampuan siswa dalam membuat soal (problem posing) dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

Tabel 5.1. Pembahasan SW1 Tipe Pre-Solution Posing: Soal SW1 Tipe Pre-Solution Posing Wawancara

Amel melemparkan sebatang kayu ke atas sebuah pohon. Diketahui kecepatan awal ⁄ . Pohon tersebut memiliki tinggi 25m, namun sayangnya kayu tersebut tidak mengenai layang-layang. Saat mencapai puncak, kayu tersebut jatuh ke tanah. Bagaimana persamaan kuadrat dari cerita tersebut?

SW1 : Iya, aku mengira-ngira aja, pernah baca soal seperti itu dibuku, biasanya yang diketahui tuh kecepatan awal sama ketinggian, gitu-gitulah. Tapi nggak tahu yang ditanyakan apa, pokoknya sih ada kaitannya sama bentuk kuadrat gitu. P : Terus kenapa kamu akhirnya buat pertanyaan

bentuk persamaan kuadratnya, kalau kamu nggak tahu?

SW1 : Yaa... karena aku bingung harus ditanyakan apanya. Karena berkaitan dengan persamaan kuadrat ya aku tanyakan hal yang paling mudah aja.

Penyelesaian Soal SW1 Wawancara

(kosong) P : Menurut kamu mudah tapi kok nggak bisa jawab? SW1 : Mmmm... Maksudnya paling simple lah mbak. P : Oke... Jadi kamu nggak bisa ngerjain soal ini? SW1 : Kalau boleh buka buku, mungkin aku bisa Mbak. Penyelesaian soal SW1 dengan

bantuan Peneliti Wawancara

P : Nah, rumus jarak di gerak parabola itu apa? SW1 : Wew ... kok jadi fisika ya.

P : Tapi kan ada kaitannya sama matematika, ini kan penerapan matematika Dek. Trus rumusnya apa? SW1 : Lupa mbak.

P : (Peneliti menuliskan rumus dikertas).

SW1 : Walah.

P : Nah, terus.... Coba kamu masukkan yang diketahui dari soal yang kamu buat ke rumus ini. SW1 : Gimana maksudnya?

P : Ini yang diketahui tadi apa aja?

SW1 : (Siswa membaca kembali soal yang dibuatnya) Kecepatan awal sama tinggi pohon. Oohh... Ini

nya diganti terus tinggi pohon itu S nya bukan?

P : He’eh terus?

SW1 : Kok jadi gini? (Siswa menulis ).

P : Nah, kamu inget nggak dek, ciri-ciri persamaan kuadrat itu gimana?

SW1 : Ada kuadratnya lah. P : Bentuk umumnya gimana? SW1 : .

P : Nah kalau dilihat dari situ, unsur yang membentuk persamaan kuadrat ada apa aja? SW1 : Koefisien, variabel, trus ada nilai a, b sama c nya

P : Berkaitan dengan variabel nih, ada berapa variabelnya dalam sebuah persamaan kuadrat? SW1 : Variabel itu yang huruf ya?

P : Iya.

SW1 : Satt..tu ya? (Siswa menjawab ragu)

P : Yang disini variabelnya apa? (Peneliti menunjuk ke bentuk persamaan kuadrat yang tadi dituliskan siswa)

SW1 :

P : Okeee .... Kembali ke sini ya (Peneliti menyodorkan soal yang dibuat siswa). SW1 : Ini ada nya, sek... Nilai nya boleh

dimasukkan? P : Berapa nilai nya? SW1 : .

Pembahasan

Pada problem posing tipe pre-solution posing, SW1 membuat soal yang cukup baik, soal yang dibuatnya sesuai dengan kondisi yang diberikan. Soal yang dibuat merupakan soal matematika yang bukan berasal dari idenya sendiri. SW1 tidak dapat menyelesaikan soal yang dibuat berdasarkan mengingat-ingat dari buku teks matematika. Tetapi dengan bantuan peneliti, SW1 dapat menemukan penyelesaian dari soal yang dibuatnya.

SW1 hanya mengambil pengetahuan yang relevan dengan kondisi yang diberikan pada soal dari memori jangka panjang dan menempatkan pengetahuan tersebut pada soal baru yang dibuatnya. Dari sini terlihat bahwa SW1 dapat mengambil contoh yang relevan artinya tidak sebarang mengambil soal tetapi SW1 mencontoh soal yang diingat yang kemudian dibuat lagi berdasarkan kondisi yang dituntut dalam soal baru yang harus dibuatnya. SW1 menujukkan proses kognitif

recognizing yaitu memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji

Pada pre-solution posing, SW1 menempati level mengingat (C1).

Tabel 5.2. Pembahasan SW1 Tipe Within-Solution Posing: Soal SW1 Tipe Within-Solution

Posing

Wawancara

Tentukanlah nilai maksimum dari fungsi tersebut!

P : Soal nomor 2 ini kesulitannya dimana?

SW1 : Bingunge ini ngerjainnya gimana, yang aku inget cuma kalau maksimum itu kan pake titik puncak gitu.

P : Ini kamu buat soal.

SW1 : Iya mbak. Aku lupa yang nentuin titik puncak. Eh bener kan ya klo maksimum minimum itu pake rumus titik puncaknya ya.

P : He’em trus?

SW1 : Iya, aku bikin soal baru yang lebih simple cuma buat memahami cara penyelesaiannya gitu loh.

Penyelesaian Soal SW1 Wawancara

P : Terus pas udah bikin soal bantuan terus ngerjain soal yang di lembar kerja 2 bisa?

SW1 : Sebenernya cuma ngingetin langkahnya aja sih, Mbak.

Pembahasan

Pada problem posing tipe within-solution posing, SW1 memahami kemampuan dirinya, ini dibuktikan dengan munculnya soal bantuan yang pada akhirnya membantu kesulitan SW1 mengerjakan soal stimulus. Meskipun soal yang dibuat SW1 sederhana tetapi soal ini mewakili kesulitan yang dihadapi SW1 dalam mengerjakan soal stimulus. SW1 kesulitan dalam mengerjakan soal terapan dan yang menurutnya cukup kompleks. Kekurangan soal yang dibuat SW1 adalah SW1 kurang memperhatikan nilai koefisien dari atau . Dimana nilai berkaitan dengan nilai

maksimum atau minimum sebuah fungsi.

SW1 mampu menciptakan suatu produk (soal) untuk suatu tujuan tertentu yaitu membantu kesulitannya dalam mengerjakan soal stimulus dengan nendeteksi dan mengkritisi apakah hasil soal yang dibuat mampu membantunya menyelesaikan masalah.

Pada within-solution posing, SW1 menempati level mengevaluasi (C5).

Tabel 5.3. Pembahasan SW1 Tipe Post-Solution Posing: Soal SW1 Tipe Post-Solution Posing Wawancara

Tentukan perbandingan luas ABC dengan PQRS = 3:4!

P : Ini tadi kamu yang dibuat apanya dulu? (Peneliti menunjuk soal yang dibuat siswa pada lembar kerja 3)

SW1 : Ini tadi salah mbak, belum ada perbandingannya terus nggak bisa dikerjakan.

P : Nah, terus ini coba dibaca lagi soal yang kamu buat.

SW1 : (Siswa diam membaca soal yang dibuatnya).

P : Bisa dikerjakan nggak soalnya? SW1 : Weeehhh .... Pertanyaannya yang salah

eh, harusnya ini yang diketahui, maksudku tuh yang ditanya selisih keliling terus perbandingannya yang diketahui.

P : Oh gitu. Terus kenapa kamu memilih segitiga sama persegi panjang? SW1 : Yaaa... (Siswa diam) Ya karena nyoba

aja.

Penyelesaian Soal SW1 Wawancara

P : Terus pas udah sampai sini gimana ternyata hasilnya?

SW1 : Gede banget.

P : Apanya yang gede banget? SW1 : Itunya, jadinya.

P : Terus di sini hasilnya apa dek? SW1 : Nggak ada mbak (Siswa tertawa).

Akarnya negatif (Siswa tertawa lagi)

2x-2 3x+2 A B C 5x+1 3x P Q R S

√ √ √

Soal Baru dengan Bantuan Peneliti Wawancara

Tentukan selisih keliling jika diketahui

perbandingan luas ABC dengan PQRS = 3:4

P : Jadi gimana seharusnya soalnya? SW1 : Tentukan... (Siswa diam sejenak) perbandingan luas. Eh... Tentukan selisih keliling jika diketahui perbandingan luas ABC dengan PQRS = 3:4

Pembahasan

Pada problem posing tipe post-solution posing, SW1 kurang teliti dalam membuat soal, SW1 menanyakan hal yang sudah diketahui dari soal. Tes tertulis dan wawancara, menunjukkan bahwa sebenarnya SW1 membuat soal yang urut-urutan pengerjaannya sesuai dengan soal rangsangan. Soal yang dibuat SW1 berupa soal matematika dan berasal dari ide sendiri, dimana teknik yang digunakan adalah replacement dan sedikit modifikasi yaitu yang dengan menggunakan dua bangun datar yang berbeda (segitiga siku-siku dan persegi panjang). Pada soal SW1 juga seharusnya ditambah keterangan siku-siku untuk bangun datar segitiganya, karena jenis segitiga akan berpengaruh dalam perhitungan luasnya.

SW1 mengambil pengetahuan yang relevan yaitu dari soal rangsangan yang sudah

dikerjakannya yang kemudian menempatkan pengetahuan tersebut pada soal baru yang dibuatnya. SW1 menunjukkan kemampuan merumuskan makna dari soal rangsangan dan mampu

mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan yaitu berupa soal yang baru. Pada post-solution posing, SW1 menempati level memahami(C2).

Tabel 5.4. Pembahasan SW2 Tipe Pre-Solution Posing: Soal SW2 Tipe Pre-Solution Posing Wawancara

Sebuah batang kayu yang digunakan seorang anak untuk mengambil layang-layang yang tersangkut di pohon dilemparkan ke atas hingga lintasannya membentuk suatu parabola. Tinggi lintasan batang kayu setelah detik ditentukan oleh rumus

. Berapa tinggi maksimum batang kayu tersebut jika tidak mengenai pohon?

P : Bagaimana kamu bisa mendapat ide bentuk persamaannya ?

SW2 : Coba-coba.

P : Coba-coba gimana maksudnya?

SW2 : Kan nggak mungkin orang lempar kayu tuh lama jatuhnya. Aku ambil aja 5 detik, terus buat persamaan kuadrat. Terus kan pohon tingginya nggak mungkin lebih dari 10 meter.

P : Satuan meter darimana?

SW2 : Ehh... Aku lupa kalau detik itu pasangannya meter bukan ya kak? Kalau jam baru kilometer, lupa.

P : Terus yang di lembar coret-coret kamu dek, coba jelaskan jalan pikiran kamu sampe terbentuk soal ini.

SW2 : Ini tuh aku mau cari persamaan h(t). Jadi aku

5x+1 3x P Q R S 2x-2 3x+2 A B C

harus cari a, b, dan c dulu. Nah, c udah aku tentuin dari awal 0.

P : Di soal kamu ini kecepatan awalnya berapa, Dek? SW2 : Nggak diketahui mbak soalnya aku cuma nyari

tinggi maksimum, kalau persamaannya sudah diketahui kan soal sudah bisa dikerjakan. Penyelesaian Soal SW2 meter

Penyelesaian Soal SW2 dengan Bantuan Peneliti Wawancara meter

P : Ini soalnya penerapan persamaan dan fungsi kuadrat kan dek ya?

SW2 : Iya Mbak, di fisika ada kayak gini.

P : Nah, kamu ingat rumus jarak atau ketinggian di gerak parabola nggak?

SW2 : Yang ada nya itu. P : Iya, rumusnya gimana?

SW2 : (Kemudian siswa diam). Jarak itu S kan? P : Iya.

SW2 : Nggak inget mbak.

P : . Nah, kalau kamu cek lagi persamaan yang kamu bikin di soal tadi terus disesuaikan sama rumus gerak parabola gimana?

SW2 : (Siswa diam).

P : Persamaan kuadrat di soal kamu tadi kan . Nah, kalau kamu cek pake rumus jarak gerak parabola tadi gimana?

SW2 : Gimana Mbak?

P : Kalau dilihat dari unsur-unsur persamaan kuadrat kan ada variabel, koefisien dan konstanta kan? SW2 : Iya.

P : Nah, dipersamaan kamu tadi kan itu variabelnya apa?

SW2 : t.

P : Nah, di rumus jarak di gerak parabola tadi juga t kan? Coba kamu liat dirumusnya tadi, koefisien dari itu kan nilainya dari terus koefisien yang t nya dari . Kalau dilihat dari persamaan kamu tadi nilai nya berapa? Terus nya berapa?

nya 1.

P : g itu apa? SW2 : Gaya gravitasi. P : Nilainya berapa? SW2 : 9,8

P : Dibulatkan aja jadi 10 ya. Harusnya berapa nilai koefisien di ?

SW2 : Koefisien tadi nilai ya? P : Iya.

SW2 : berarti 5.

P : Jadi persamaan yang kamu sediakan disoal harusnya gimana?

SW2 : (Siswa diam)

P : Masukkan ke rumusnya tadi aja. SW2 : nya terserah boleh kan mbak.

P : Boleh. Pembahasan

Pada problem posing tipe pre-solution posing, SW2 membuat soal berdasarkan ide sendiri dan sesuai dengan kondisi yang diberikan, tetapi fungsi kuadratnya kurang tepat karena tidak

memperhatikan fungsi kuadrat pada rumus jarak atau ketinggian pada gerak parabola oleh karena itu meskipun soal yang dibuat adalah soal matematika tetapi tidak memiliki penyelesaian karena soal yang dibuatnya salah. Meski demikian, SW2 mengerti cara mengerjakan soal yang dibuatnya dengan baik.

SW2 mampu menentukan maksud dari perintah yang diberikan, yaitu membuat soal sesuai dengan kondisi yang diberikan. SW2 juga memahami bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi. Ini tampak pada penentuan nilai dan c.

Pada pre-solution posing, SW2 menempati level menganalisis (C4).

Tabel 5.5. Pembahasan SW2 Tipe Within-Solution Posing: Soal SW2 Tipe Within-Solution

Posing

Wawancara

(kosong) SW2 : Lah bingungnya, waktu aku udah selesai aku bingung buat soalnya gimana.

P : Nggak menemukan kesulitan sama sekali? SW2 : Awalnya bingungnya ngerjainnya gimana, nggak

ada ide, ini pake rumus apa gitu, cuma inget kalau maksimum minimum itu pakai titik puncak. P : Terus akhirnya bisa menyelesaikan dapat ide

darimana? SW2 : Ya terus inget.

P : Terus nggak bikin soal ya?

SW2 : Engga mbak. Bingung soal yang membantu itu yang gimana.

Pembahasan

Pada problem posing tipe within-solution posing, SW2 dapat menyelesaikan soal stimulus dengan baik dan benar sehingga SW2 tidak membuat soal. Oleh karena itu pada within-solution posing, level SW2 tidak dapat ditentukan pada level mana SW2 ditempatkan karena tidak ada soal yang diukur untuk menentukan level.

Tabel 5.6. Pembahasan SW2 Tipe Post-Solution Posing: Soal SW2 Tipe Post-Solution Posing Wawancara

Tentukan selisih keliling persegi panjang di bawah ini!

A

B

Perbandingan LA : LB adalah 2:1

P : Iya, baik. Jadi, kamu sudah paham pengerjaan soal rangsangan ya. Terus buat soal. Nah dari soal yang kamu buat ini, kamu pakai teknik apa Dek?

SW2 : Yang ganti gambar.

P : Terus angkanya diganti juga?

SW2 : Iya, makanya kemaren tuh nyari angkanya nggak bisa difaktorkan.

P : Terus?

SW2 : Terus pake rumus abc.

P : Yang ini maksudnya diagonal ya? (Peneliti menunjuk ke gambar persegi panjang A)

SW2 : Ragu sih tadi nyari tinggi eh lebarnya gimana caranya.

P : Terus ini?

SW2 : Iya, kepikiran pake phytagoras, tapi gimana kan belum ada. Terus tak ambil mentah-mentah aja yang tak masukin ke rumus phytagoras ya utuh sama

.

Penyelesaian Soal SW2 Wawancara

√ √ √ { }

P : Ini berhenti sampai sini kenapa? SW2 : Karena sukunya banyak sekali apakah

lima dan sebagainya, kayaknya mentok nggak bisa disederhanain lagi soalnya angkanya gede-gede dan itu genap sama ganjil jadi, jadi nggak bisa diselesain sih. P : Oke oke. Nah, itu penjelasannya tadi. Ini

yang akar ini kok bisa jadi kuadrat gimana? (Peneliti menunjuk penyelesaian siswa pada bagian

√ ).

SW2 : (Siswa diam).

P : Kenapa kamu kuadratkan?

SW2 : Ini gimana ya kemarin. Hmmm kelihatan aku yang salah mbak.

P : Terus kira-kira yang benernya gimana? SW2 : Ini kalau dikuadratkan berarti

dikuadratkan semua.

P : Dikuadratkan maksudnya untuk apa? SW2 : Mau hilangin akarnya ini mbak.

4x+3

3x+6

3x+2

Pembahasan

Pada problem posing tipe post-solution posing, SW2 membuat soal berdasarkan ide sendiri, dan soal yang dibuatnya merupakan soal matematika yang tidak dapat ditemukan penyelesaiannya. Teknik yang digunakan oleh SW2 adalah replacement yaitu mengganti gambar dan bilangan.

SW2 melakukan penerapan suatu prosedur yakni urut-urutan pengerjaan pada soal rangsangan untuk menyusun soal baru dengan urut-urutan pengerjaan yang serupa (tugas yang tidak familier).

Pada post-solution posing, SW2 menempati levelmenerapkan (C3).

Tabel 5.7. Pembahasan SW3 Tipe Pre-Solution Posing: Soal SW3 Tipe Pre-Solution Posing Wawancara

Layang-layang tersangkut di pohon pada ketinggian 10m. Ada orang melempar batu dengan kecepatan

⁄ untuk menjatuhkan. Pada detik keberapa batu mengenai layangan?

P : Susah nggak sih buat soal dari lembar kerja pertama ini Dek?

SW3 : Ya susah Kak. P : Kenapa?

SW3 : Nggak pernah buat soal.

P : Tapi akhirnya ini bisa muncul soalnya kok. SW3 : (Siswa diam).

P : Idenya dapat darimana buat soal ini? SW3 : Ikut soalnya aja.

P : Maksudnya ikut cerita yang di lembar kerja ini ya?

SW3 : Iya.

P : Terus gimana? Coba ceritakan proses kamu membuat soal.

SW3 : Iya kan dari cerita itu harus ada kecepatan awal tertentu. Aku buat dan tinggi layang- layangnya .

Penyelesaian Soal SW3 Wawancara

Diketahui: ⁄ ⁄ Ditanya: Jawab:

P : Udah bener itu rumus jarak untuk gerak parabolanya?

SW3 : (Siswa diam)

P : Salah ingat ya Dek? Harusnya .

SW3 : Iya ya?

Penyelesaian Soal SW3 dengan Bantuan Peneliti Wawancara

P : nya yang memenuhi berapa? SW3 : Ini yang di dalam akar negatif Kak. P : Jadi gimana?

√ √

Pembahasan

Pada problem posing tipe pre-solution posing, SW3 membuat soal yang sesuai dengan kondisi yang diberikan. Soal yang dibuat sudah memiliki unsur-unsur yang cukup untuk dapat dikerjakan. Tetapi SW3 lupa rumus fungsi kuadrat dari jarak atau ketinggian pada gerak parabola. Soal matematika yang dibuat SW3 tidak dapat ditemukan penyelesaiannya.

SW3 mampu membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting dalam hal ini adalah gerak parabola. SW3 dapat menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur, seperti kecukupan unsur- unsur yang harus diketahui karena SW3 mengetahui rumus jarak pada gerak parabola.

Pada pre-solution posing, SW3 menempati levelmenganalisis (C4).

Tabel 5.8. Pembahasan SW3 Tipe Within-Solution Posing: Soal SW3 Tipe Within-Solution

Posing

Wawancara

(kosong) SW3 : Aku bingung ini hasilnya kok nol. P : Nggak ketemu jawabannya? SW3 : Iya.

P : Terus nggak bikin soal dek?

SW3 : Lah terus kalau bikin soal, lebih bingung lagi aku Kak.

P : Kenapa bingung?

SW3 : Ya.... Ini apa yang mau dibuat soal? Pembahasan

Pada problem posing tipe within-solution posing, SW3 tidak dapat mengerjakan soal stimulus tetapi SW3 tidak mampu membuat soal yang membantu kesulitan yang ditemuinya dalam mengerjakan soal stimulus.

Pada pre-solution posing, SW3 menempati levelC0.

Tabel 5.9. Pembahasan SW3 Tipe Post-Solution Posing: Soal SW3 Tipe Post-Solution Posing Wawancara

Carilah!

Selisih luas kedua setengah lingkaran tersebut. Perbandingan luas = 2:4.

P : itu panjang apanya?

SW3 : jari-jari I. P : jari-jari II?

SW3 : Bukan. itu panjang ini segini. (Siswa menunjuk panjang dari batas lingkaran I sampai sisi luar lingkaran II).

II I

6+x 4+x

Penyelesaian Soal SW3 Wawancara √ √ √ √ √ √ √

P : Oh oke. Terus kenapa kamu cuma berhenti sampai mencari ?

SW3 : Nggak tahu mana yang memenuhi. P : Nilai yang memenuhi yang gimana? SW3 : Yang positif.

P : Yang jelas enggak memenuhi ya karena pasti negatif. Coba hitung √ itu berapa trus dikalikan 5.

SW3 : Gimana caranya? P : Pake pendekatan aja. SW3 : (Siswa diam)

P : Tentukan dulu bilangan kuadrat yang mendekati 370, yang nilainya di bawah 370 dan di atas 370. Berapa coba?

SW3 : 400.

P : Yang di bawah 370 berapa? SW3 : (Siswa menghitung ) 361 P : 370 lebih dekat ke 400 atau ke 361? SW3 : 361.

P : Jadi √ berapa?

SW3 : Sekitar 19 koma.

P : Anggap aja sekitar 19,3 gitu ya. Terus dikali 5. Jadi berapa?

SW3 : (Siswa menghitung) 96,5. Oh berarti yang memenuhi .

P : Terus kalau udah ketemu x yang memenuhi, selanjutnya apa?

SW3 : (Siswa diam sejenak sebelum menjawab) Mencari jari-jarinya terus cari luas.

P : Terus?

SW3 : Cari selisih. Pembahasan

Pada problem posing tipe post-solution posing, SW3 membuat soal dengan urut-urutan

pengerjaan yang sesuai dengan soal rangsangan. Soal yang dibuat SW3 merupakan soal matematika yang berasal dari idenya sendiri, dan dapat diselesaikan meskipun SW3 tidak mengerjakan sampai penyelesaian ditemukan. SW3 menggunakan teknik replacement dan modification. SW3 cukup kreatif dalam menyajikan gambar dua setengah lingkaran dengan ukuran berbeda dalam satu gambar.

SW3 mengembangkan ide atau metode baru dengan cara menggabungkan unsur-unsur atau bagian-bagian yang dipahaminya melalui pengerjaan soal rangsangan dan menata kembali unsur- unsur menjadi pola atau struktur baru melalui perencanaan, pengembangan, dan pada akhirnya memproduksi soal.

Pada post-solution posing, SW3 menempati level mencipta (C6).

Tabel 5.10. Pembahasan SW4 Tipe Pre-Solution Posing: Soal SW4 Tipe Pre-Solution Posing Wawancara

Seorang anak melemparkan sebatang kayu dari titik (0,0) dan mencapai tinggi maksimum pada titik (2,6). Kemudian kayu jatuh di depannya

P : Idenya darimana?

SW4 : Pas nggambar orang ngelempar kayu bentuknya parabola terus kepikiran bikin soal begitu. Gara- garanya kan kepikiran tentang posisi berdiri anak

dengan jarak 4 satuan luas. Tentukan persamaan kuadratnya!

dan posisi jatuh kayu.

P : Coba jelaskan ke aku prosesnya gimana sampe kamu bisa membuat soal seperti ini.

SW4 : Tadi, aku coba gambar ini kan (Siswa menunjuk

Dokumen terkait