BAB II KAJIAN TEORI
5. Tingkat Kepuasan
Sub bab tingkat kepuasan membahas mengenai pengertian tingkat kepuasan,
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan,
pengukuran tingkat kepuasan, manfaat pengukuran tingkat kepuasan. Sub bab
tingkat kepuasan membahas juga mengenai karakteristik produk yang
matematika berbasis metode Montessori “alat peraga Papan Pin Perkalian Montessori”, dan Importance Performance Analysis (IPA).
a. Pengertian Tingkat Kepuasan
Sunyoto (2012: 223) menjelaskan bahwa “kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan (kinerja atau hasil) yang
dirasakan dibandingkan dengan harapannya”. Pendapat Sunyoto hampir sama dengan pendapat Tjiptono (2008: 24) yang menjelaskan bahwa “kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang
dirasakan”. Kotler (2013: 150) “satisfaction is a person's feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a product's perceived performance (or
outcome) to expectations”. Kepuasan adalah perasaan seseorang yang senang atau kecewa terhadap hasil kerja produk atau hasil yang berkaitan dengan ekspektasi.
Pengaruh harapan terhadap kepuasan dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan
Gambar 2.5 menunjukkan pengaruh harapan terhadap kepuasan (Mudie,
Peter, dan Angela dalam Tjiptono, 2004: 152). Semakin dekat apa yang Minimal
yang didapat Yang selayaknya
Ideal
diharapkan dengan kinerja minimal yang dapat diterima, maka semakin besar pula
kemungkinan tercapainya kepuasan. Kemungkinan tercapainya kepuasan juga
dapat semakin besar apabila semakin dekat apa yang selayaknya diterima dengan
kinerja minimal yang diterima. Harapan pengguna merupakan pemikiran
pengguna mengenai apa yang akan diterimanya ketika menggunakan produk
barang maupun jasa (Tjiptono, 2004: 147). Harapan pengguna berhubungan
dengan keinginan pengguna mengenai suatu produk tertentu. Kinerja yang
dirasakan adalah perasaan pengguna terhadap apa yang diterimanya setelah
menggunakan produk tertentu (Tjiptono, 2004: 147).
Pengguna adalah orang yang memakai produk tertentu. Pengguna dalam
penelitian ini adalah siswa dan guru karena konteks penelitian ini adalah
pendidikan. Sopiatin (2010: 33) menjelaskan bahwa “kepuasan siswa adalah suatu sikap positif siswa terhadap pelayanaan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dan
dibutuhkan dengan kenyataan yang diterimanya”. Siswa dan guru akan merasa puas apabila kinerja produk sama dengan harapannya dan akan merasa sangat
puas apabila kinerja produk melebihi harapannya. Siswa dan guru akan merasa
tidak puas apabila kinerja produk lebih rendah daripada harapannya. Kesimpulan
yang dapat diperoleh bahwa tingkat kepuasan adalah perasaan seseorang yang
dipengaruhi oleh kesesuaian antara harapan dan kinerja atau hasil yang diterima
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Ratnasari & Aksa (2011: 117-118) menyebutkan bahwa terdapat lima faktor
yang harus diperhatikan untuk menentukan tingkat kepuasan pengguna yaitu
kualitas produk, kualitas layanan, emosional, harga dan biaya. Faktor yang
pertama adalah kualitas produk. Pengguna akan merasa puas apabila produk yang
mereka gunakan berkualitas, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan dan
dibutuhkan. Faktor yang kedua adalah kualitas pelayanan. Pengguna akan merasa
puas apabila pelayanan yang mereka dapatkan baik dan sesuai dengan harapan.
Faktor yang ketiga adalah emosional. Kepuasan yang dirasakan bukan karena
kualitas produk atau jasa, tetapi kerena nilai sosialnya. Penggunaan produk
dilakukan karena kemampuan produk tersebut dalam memuaskan emosi, baik
emosi positif maupun negatif, misalnya rasa senang karena memakai barang yang
terkenal dan rasa takut terhadap suatu alat peraga. Seseorang akan merasa puas
dan yakin bahwa orang lain bangga kepada dirinya jika ia menggunakan produk
dengan merek tertentu, sehingga membuatnya memiliki tingkat kepuasan tinggi.
Faktor yang keempat adalah harga. Produk yang mempunyai kualitas sama
dengan produk lain, akan memberikan nilai kepuasan yang lebih tinggi apabila
produk tersebut harganya lebih murah. Faktor kelima adalah biaya. Pengguna
akan merasa lebih puas terhadap produk atau jasa yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan dan membuang waktu untuk mendapatkannya.
Irawan (2004) menjelaskan bahwa terdapat enam faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan, yaitu kualitas produk, harga, service quality, emotional faktor, biaya, dan kemudahan. Faktor yang mempengaruhi tingkat
kepuasan menurut Irawan hampir sama dengan pendapat Ratnasari dan Aksa.
Irawan menambahkan faktor kemudahan, yaitu alat peraga dapat ditemukan di
lingkungan sekitar, sehingga tidak sulit untuk mencarinya. Kesimpulan yang dapat
diperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah kualitas
produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, biaya, dan kemudahan.
c. Manfaat Tingkat Kepuasan
Ratnasari dan Aksa (2011: 118) menyebutkan bahwa “pada dasarnya, kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola
perilaku selanjutnya”. Pelanggan atau pengguna yang merasa puas akan kembali membeli atau menggunakan produk yang sama dan memberikan informasi yang
baik mengenai produk kepada orang lain. Seseorang yang merasa tidak puas akan
memberikan pola perilaku lanjutan yang berbeda dengan seseorang yang merasa
puas. Pelanggan atau pengguna yang tidak puas dapat melakukan pengembalian
produk dan memberikan informasi negatif mengenai produk kepada orang lain.
Tjiptono (Sunyoto, 2012: 224-225) menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan
atau pengguna memberikan beberapa manfaat yaitu: (1) hubungan perusahaan dan
pengguna menjadi harmonis, (2) memberikan dasar yang baik bagi pembelian
ulang dan loyalitas pengguna, (3) membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke
mulut yang menguntungkan perusahaan. Manfaat kepuasan pelanggan atau
pengguna produk satu perusahaan adalah terciptanya hubungan harmonis
pelanggan dengan perusahaan. Pelanggan atau pengguna yang puas cenderung
akan menggunakan kembali produk perusahaan tesebut dan memberikan infomasi
Pada konteks pendidikan, kepuasan siswa dan guru sebagai pengguna alat
peraga juga akan berpengaruh kepada sekolah. Peneliti dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan penjelasan Ratnasari dan Aksa (2011: 118) mengenai
manfaat kepuasan bahwa kepuasan siswa dan guru terhadap alat peraga akan
berpengaruh pada pola perilaku siswa dan guru selanjutnya. Siswa dan guru yang
puas terhadap suatu alat peraga akan menggunakan alat peraga kembali dan
memberikan informasi positif kepada orang-orang disekitarnya. Siswa dan guru
yang tidak puas terhadap alat peraga akan mengembalikan alat peraga tersebut dan
memberikan informasi negatif pada orang-orang disekitarnya.
d. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Kepuasan seseorang dapat diketahui melalui pengukuran kepuasan. Sunyoto
(2012: 225-226) menjelaskan bahwa terdapat empat metode yang dapat digunakan
untuk mengukur kepuasan pengguna barang atau jasa, yaitu sistem keluhan dan
saran, gost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pengguna. Sistem keluhan dan saran adalah cara untuk mengetahui gambaran kepuasan
pengguna barang atau jasa dengan memberikan mereka kesempatan
menyampaikan pendapat, keluhan dan saran. Pendapat, keluhan dan saran
pengguna barang atau jasa dapat disampaikan melalui kotak saran maupun kartu
komentar. Gost shopping adalah cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan meminta bantuan kepada beberapa orang (gost shopper) untuk berperan sebagai konsumen suatu produsen dan pesaingnya. Gost shopper akan mendapatkan informasi mengenai kekuatan, kelemahan, dan cara-cara mengatasi keluhan pengguna barang dan jasa suatu produsen dan pesaingnya
berdasarkan pengalamannya saat menggunakan barang dan jasa tersebut. Lost customer analysis adalah cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan menghubungi para pengguna barang dan jasa yang telah
berhenti menjadi pelanggan. Tujuan produsen menghubungi para pengguna
barang dan jasa adalah untuk mengetahui asalan-alasan mengapa mereka berhenti
berlangganan yang nantinya akan dijadikan alat evaluasi bagi produsen. Survei
kepuasan pengguna adalah cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna
barang atau jasa yang paling umum digunakan produsen. Survei dilakukan dengan
menyebar koesioner maupun wawancara langsung kepada pengguna barang atau
jasa.
Tjiptono (2004: 149) menjelaskan bahwa salah satu teknik melakukan
survei kepuasan pengguna adalah dengan menggunakan Importance Performance Analysis. Importance Performance Analysis merupakan teknik yang meminta responden untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat
pentingnya elemen tersebut. Responden juga diminta untuk meranking seberapa
baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus
kepuasan pengguna dengan teknik Importance Performance Analysis. Sensus adalah survei yang dilakukan kepada seluruh populasi yang ada (Arikunto, 2010:
134). Alasan peneliti menggunakan metode sensus adalah penelitian ini
menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian dan produk yang
jumlah yang banyak, sehingga belum bisa menggunakan metode pengukuran
tingkat kepuasan yang lain.
e. Importance Performance Analysis (IPA)
Chan (2005: 21) menjelaskan bahwa dokumen asli dalam literatur
Importance Performance Analysis (IPA) diprakarsai oleh Martilla dan James pada tahun 1977 dan pertama kali diterapkan pada kepuasan pelanggan dalam
industri otomotif. Importance Performance Analysis (IPA) kemudian semakin berkembang. IPA telah digunakan untuk mengevaluasi banyak konsep dalam
berbagai bidang seperti bidang otomotif, layanan gigi, kesehatan, restoran, jasa
perbankan, hotel, pariwisata, dan pendidikan, termasuk evaluasi fakultas di
perguruan tinggi (Chan, 2005: 25).
Kepuasan konsumen adalah fungsi dari kedua harapan yang berkaitan
dengan kepentingan atribut dan penilaian kinerja atribut tertentu (Chan, 2005: 22).
IPA dikembangkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 untuk mengevaluasi
kelebihan dan kekurangan produk, jasa, dan bisnis untuk membantu
mengembangkan strategi pemasaran (Chan, 2005: 21). Importance Performance Analysis (IPA) merupakan salah satu teknik untuk menganalisis hubungan antara kinerja dan kepentingan yang diukur (Simpeh, 2013: 5). Analisis kepuasan dengan
menggunakan IPA penting untuk dilakukan. Analisis menggunakan IPA penting
karena membantu mengidentifikasi atribut yang paling penting bagi pelanggan
dan memiliki pengaruh paling tinggi terhadap kepuasan mereka, serta mereka
yang memiliki kinerja rendah dan perlu perbaikan (Matzler dalam Simpeh, 2013:
mempengaruhi pembahasan model IPA. Rood dan Dziadkowiec (Simpeh, 2013:
14) berpendapat bahwa pengguna memiliki harapan dan pemenuhan harapan
tersebut menentukan tingkat kepuasan mereka. Kepuasan terjadi jika kinerja yang
dirasakan lebih besar dari ekspektasi, sedangkan ketidakpuasan terjadi jika kinerja
lebih rendah dari ekspektasi.
Chan (2005: 22-23) menjelaskan bahwa IPA adalah metode evaluasi yang
biasanya dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama melakukan pengumpulan
atribut untuk item yang sedang dievaluasi. Tahap kedua melakukan
pengembangan dan survei atau sensus untuk mengukur atribut. Kuesioner yang
digunakan merupakan gabungan dari setiap item pada daftar atribut dengan dua
skala Likert yang berbeda. Skala Likert pertama digunakan untuk memperoleh respon mengenai pentingnya suatu produk atau jasa. Skala Likert kedua digunakan untuk memperoleh respon mengenai kinerja suatu produk atau jasa. Tahap ketiga
adalah perhitungan data survei atau sensus. Data yang diperoleh berupa nilai
rata-rata. Nilai rata-rata tersebut dipasangkan untuk setiap atribut, yang diukur pada
skala kepentingan dan skala kinerja. Tahap akhir adalah plotting hasil pada diagram kartesius untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
f. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan
Tingkat kepuasan pengguna bermanfaat bagi perusahaan sebagai umpan
balik dan masukan untuk mengetahui hal-hal yang membuat pengguna merasa
tidak puas, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan (Tjiptono, 2008). Pengguna
terhadap pelayanan yang diterimanya. Pengguna juga cenderung akan
memberikan persepsi yang baik atas produk tersebut kepada orang lain.
Supranto (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga manfaat pengukuran
kepuasan. Manfaat pertama adalah untuk mengetahui bekerjanya suatu produk
yang berguna untuk menentukan perubahan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja produk tersebut. Manfaat kedua adalah untuk mengetahui
perubahan yang harus dilakukan agar dapat memperbaiki kekurangan. Manfaat
ketiga adalah untuk memastikan bahwa perubahan yang dilakukan mengarah
kepada perbaikan.
Pengukuran tingkat kepuasan siswa penting untuk dilakukan di sekolah
karena kepuasan siswa memberikan gambaran mengenai kualitas proses belajar
mengajar di sekolah. Kualitas proses belajar mengajar di sekolah ditentukan oleh
kualitas guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, suasana belajar,
kurikulum yang dilaksanakan dan pengelolaan sekolah (Sopiatin, 2010: 5). Salah
satu contoh ketersediaan sarana dan prasarana sekolah adalah penggunaan alat
peraga pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Kepuasan siswa terhadap
proses belajar mengajar di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa. Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa manfaat pengukuran
kepuasan adalah untuk mengetahui kinerja produk, melakukan perbaikan produk,
memastikan perubahan mengarah pada perbaikan kinerja produk.
g. Karakteristik Produk yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Laksana (2008: 67) menjelaskan bahwa “produk adalah segala sesuatu yang bersifat fisik maupun nonfisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan”. Produk dalam penelitian ini bersifat fisik atau merupakan benda nyata. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
alat peraga matematika dengan berbasis metode Montessori.
Ada beberapa karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan.
Garvin (Laksana, 2008: 89-90) menjelaskan bahwa suatu produk dikatakan
berkualitas apabila memenuhi delapan karakteristik kualitas produk, yaitu
performansi (performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan
(reliability), daya tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan (perceived quality) dan estetika (estetict).
Pertama, suatu produk dapat dikatakan mempunyai performansi yang baik
apabila produk tersebut bisa didapatkan dengan mudah dan harganya terjangkau
oleh pengguna. Kedua, keistimewaan tambahan yaitu aspek performansi yang
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan dan pengembangannya. Ketiga,
kehandalan yang berkaitan dengan kemampuan produk dalam melaksanakan
fungsinya dengan baik dan memiliki kemungkinan kerusakan kecil. Keempat,
daya tahan yaitu ukuran masa pakai suatu produk. Kelima, konformansi yang
berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pengguna. Keenam, kemampuan
pelayanan yang berkaitan dengan kemudahan dalam melakukan perbaikan
terhadap produk. Ketujuh, estetika yang bersifat subjektif, sehingga berkaitan
dengan pertimbangan pribadi yang mempengaruhi daya tarik terhadap suatu
Kedelapan, kualitas yang dipersiapkan yang bersifat subjektif dan berkaitan
dengan perasaan pengguna dalam mengkonsumsi produk. Semakin baik persepsi
pengguna terhadap produk, maka semakin berkualitas produk tersebut menurut
pengguna tersebut.
Garvin, Juran & Gryna (Sethi, 2000: 2) menjelaskan tentang karakteristik
produk baru yang mempengaruhi tingkat kepuasan, yaitu aesthetict, performance,
life, workmanship, and safety. Pertama, aesthetict atau estetika yaitu suatu nilai keindahan yang dimiliki oleh suatu produk. Kedua, performance yaitu seberapa baik suatu produk melakukan fungsinya. Ketiga, life yaitu seberapa lama suatu produk dapat digunakan sebelum mengalami kerusakan. Keempat, workmanship
yaitu seberapa baik kualitas hasil pembuatan suatu produk. Kelima, safety yaitu keamanan suatu produk ketika digunakan. Kesimpulan yang dapat diperoleh
berdasarkan pendapat Garvin dan Sethi bahwa karakteristik produk yang
mempengaruhi tingkat kepuasan adalah performansi, keistimewaan tambahan,
kehandalan, daya tahan, konformansi, kemampuan pelayanan, kualitas yang
dirasakan, estetika, life, workmanship, dan safety.
g. Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori “Alat Peraga Papan Pin Perkalian Montessori Montessori”
Indikator tingkat kepuasan terhadap penggunaan alat peraga matematika
berbasis mtode Montessori dibuat oleh peneliti bersama dengan kelompok studi.
Montessori diperoleh dengan menggabungkan karakteristik kualitas produk
menurut Garvin dan Sethi dengan karakteristik alat peraga Montessori.
Terdapat empat karakteristik alat peraga Montessori (Montessori, 2002: 19),
yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction. Peneliti menambahkan kontekstual sebagai karakteristik alat peraga Montessori. Indikator
auto-education pada alat peraga Papan Pin Perkalian Montessori memungkinkan siswa untuk belajar mengembangkan diri secara mandiri dan mengurangi bantuan
dari guru maupun orang yang lebih dewasa (Montessori, 2002: 18). Indikator
menarik menunjukkan bahwa alat peraga Papan Pin Perkalian Montessori dibuat
dengan bentuk, ukuran, dan warna yang menarik. Indikator bergradasi
menunjukkan bahwa alat peraga Montessori memiliki gradasi untuk melatih siswa
membedakan warna, bentuk, dan ukuran. Alat Peraga mempunyai pengendali
kesalahan atau auto-correction, yaitu alat peraga tersebut mampu menjawab dan menunjukan letak kesalahan siswa ketika menggunakannya tanpa adanya koreksi
dari orang lain (Magini, 2013: 54). Indikator kontekstual alat peraga Papan Pin
Perkalian Montessori dapat dilihat dari bahan pembuat alat peraga. Alat peraga
terbuat dari kayu yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar siswa dan guru.
Indikator tingkat kepuasan terhadap alat peraga matematika berbasis metode
Tabel 2.1
Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan Karakteristik Kualitas produk (Garvin
dalam Laksana, 2008)
Indikator Kepuasan Produk
{Garvin, Juran & Gryn (dalam Sethi, 2000)}
Karakteristik alat peraga Montessori Performansi (performance) 1 Estetika (aesthetics) 2 Auto-education 1 Keistimewaan tambahan (feature) 3 Performansi (performance) 1 Menarik 2 Kehandalan (realibility) 1 Keawetan (life) 6 Bergradasi 3 Daya tahan (durability) 6 Kualitas pengerjaan
(workmanship) 7
Auto-correction 4 Konformansi (conformance)* Kemanan (safety) 7 Kontekstual 5 Estetika (aesthetics) 2
Kemampuan pelayanan (service ability) 7 Kualitas yang dirasakan (perceived quality) 7
Tabel 2.1 menunjukkan indikator tingkat kepuasan terhadap penggunaan
alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Karakteristik kualitas produk
menurut Garvin (Laksana, 2008: 89-90) dan Sethi (2000: 2) serta karakteristik alat
peraga Montessori (Montessori, 2002: 19) dapat digabung menjadi beberapa
indikator. Penggabungan indikator oleh peneliti dilakukan berdasarkan kesamaan
arti dan dapat dilihat melalui angka-angka yang sama pada setiap kolom. Peneliti
menggabungkan indikator performansi (performance) pada karakteristik produk menurut Garvin dengan indikator performansi (performance) menurut Sethi, serta
auto-education. Indikator estetika (aestetics) digabung dengan indikator menarik. Indikator daya tahan (durability) menurut Garvin dan keawetan (life) menurut Garvin, Juran, dan Gryna. Kemampuan pelayanan (servis ability) dan kualitas yang dirasakan (perceiced quality) digabung dengan kualitas pengerjaan
(workmanship) dan keamanan (safety). Penggabungan beberapa indikator yang telah dilakukan diperoleh tujuh indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika
Tabel 2.2
Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
No Indikator Tingkat Kepuasan Alat
Peraga Montessori 1 Auto-education 2 Menarik 3 Bergradasi 4 Auto-correction 5 Kontekstual 6 Life 7 Workmanship
Tabel 2.2 menunjukkan penggabungan indikator kepuasan terhadap
penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Karakteristik
kualitas produk menurut Garvin (Laksana, 2008: 89-90) dan Sethi (2000: 2) serta
karakteristik alat peraga Montessori (Montessori, 2002: 19) dapat digabung
menjadi tujuh indikator. Tujuh indikator kepuasan terhadap alat peraga
matematika berbasis metode Montessori tersebut antara lain auto-education,
menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual, life, dan workmanship.
B. Penelitian yang Relevan
Wahyunngsih (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh model
pendidikan Montessori terhadap hasil belajar matematika siswa. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah model pendidikan Montessori berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah quasi experimen. Populasi penelitian adalah siswa SDN Jati Asih 03 Bekasi, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas IV SDN Jati Asih 03 Bekasi sebanyak 40 siswa.
mendapat perlakukan dengan menggunakan model pendidikan Montessori. Kelas
kontrol mendapat perlakuan berupa kegiatan belajar menggunakan model yang
biasa dilakukan oleh guru di sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan
soal tes isian sebanyak 10 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pendidikan Montessori memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar
siswa. Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t menunjukkan t hitung = 7,35 dan t tabel = 1,667. Nlai t hitung> t tabel berarti Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peneliti
berpendapat bahwa perbedaan rata-rata hasil belajar tersebut disebabkan karena
adanya perbedaan perlakuan antara kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen.
Koh & Frick (2010) melakukan penelitian mengenai penerapan dukungan
untuk kebebasan individu pada sekolah Montessori di Indiana, USA. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik guru yang mempunyai
kebebasan individu di dalam kelas Montessori. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kebebasan individu terhadap motivasi instrinsik siswa
dalam bekerja. Subjek penelitian ini adalah guru, asisten, dan 28 siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa guru dan asisten memiliki strategi yang
mendukung kemandirian siswa dan sesuai dengan metode Montessori. Siswa juga
mempunyai motivasi instrinsik tinggi ketika mengerjakan tugas.
Miyono (2011) melakukan penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas
tujuan, anatara lain : (1) mengetahui konsep penilaian konsumen terhadap merek,
biaya pendidikan, kepuasan konsumen, dan loyalitas pelanggan lembaga
pendidikan sekolah dasar swasta, (2) mengembangkan konsep hubungan antara
merek, kualitas pelayanan, harga, dan kepuasan pembentukan perilaku loyaitas
pelanggan pada lembaga pendidikan, (3) mengetahui besaran konstribusi
pengaruh merek, kualitas pelayanan, harga, dan kepuasan terhadap loyalitas
pelanggan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
korelasional dan survei. Populasi dan sampel adalah orang tua siswa SD Al-Azhar
14, SD Hadayatullah, SD Nasima, SD PL Berbadus dan SD YSKI 01 Semarang
yang berjumlah 200 orang. Sampel dipilih menggunakan teknik proportional random sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) ekuitas merek secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan, (2)
kualitas pelayanan secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggan, (3) harga secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan dan
loyalitas pelanggan, (4) kepuasan pelanggan secara signifikan berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan, (5) ekuitas merek, harga dan kualitas pelayanan
secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan, (6)
ekuitas merek, kualitas pelayanan, harga dan kepuasan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel yang berpengaruh kuat pada kepuasan dan loyalitas pelanggan
adalah kualitas layanan yaitu sebesar 50.41%. Loyalitas pelanggan akan
meningkat jika didukung oleh kualitas layanan, ekuitas merek dan harga.