• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Tingkat Pemahaman

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang labih rinci berdasarkan hierarki (Surya, 2014: 120).

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu sebagai berikut ini (Surya, 2014: 120):

2. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Dalam uraian berikut akan dijelaskan secara lebih rinci ketiga ranah di atas. 1. Ranah Kognitif

Pada tabel 2.1 diperlihatkan skema ranah kognitif

Dimensi Proses Kognitif (Anderson, 2010: 100-102) Tabel 2.1. Dimensi Proses Kognitif

Kategori dan

Proses Kognitif Nama-nama Lain Definisi dan Contoh 1. MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. 1.1 Mengenali

1.2 Mengingat kembali

Mengidentifikasi

Mengambil

Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Misalnya, mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah

Indonesia.

Mengambil pengetahuan yang relevan dan memori jangka panjang. Misalnya, mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.

2. MEMAHAMI – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi, Memparafrasakan, Mempresentasikan, Menerjemahkan

Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya, angka) jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata). Misalnya, memparafrasakan ucapan dan dokumen penting.

2.3 Mengklasifi-kasikan 2.4 Merangkum 2.5 Menyimpul-kan 2.6 Membanding-kan 2.7 Menjelaskan Mengkategorikan, Mengelompokkan Mengabstraksi, Menggeneralisasi Menyarikan, Mengekstrapolasi, Menginterpolasi, Memprediksi Mengontraskan, Memetakan, Mencocokan Membuat model

Menentukan sesuatu dalam satu kategori. Misalnya, mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan.

Mangabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok. Misalnya, menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi.

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima. Misalnya, dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya. Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya Misalnya, membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang. Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Misalnya, menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia.

3. MENGAPLIKASIKAN – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. 3.1 Mengekseku-si 3.2 Mengimple-mentasikan Melaksanakan Menggunakan

Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier. Misalnya, membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit. Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier. Misalnya,

menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat.

4. MENGANALISIS – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

4.1 Membedakan Menyendirikan, Memilah, Memfokuskan,

Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.

4.3 Mengantri-busikan Membuat garis besar, Mendeskripsikan peran, Menstrukturkan Mendekonstruksi

dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu

penjelasan historis.

Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud di balik materi pelajaran. Misalnya, menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis.

5. MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan /atau standar. 5.1 Memeriksa 5.2 Mengkritik Mengoordinasi, Mendeteksi, Memonitor, Menguji Menilai

Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk;

menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan. Misalnya, memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data-data amatan atau tidak.

Menemukan inkosistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan masalah.

6. MENCIPTA – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

6.1 Merumuskan 6.2 Merencana-kan 6.3 Memproduksi Membuat hipotesis Mendesain Mengkonstruksi

Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria. Misalnya, membuat hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomenon.

Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas. Misalnya, merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu.

Menciptakan suatu produk. Misalnya, membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan.

2. Ranah Afektif

Pembagian ranah afektif disusun Bloom bersama dengan David Krathwol yang terdiri atas (Surya, 2014: 122-125):

1) Penerimaan (Receiving/ Attending)

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

2) Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

3) Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasarkan pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

4) Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

5) Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.

3. Ranah Psikomotorik

Rincian dalam ranah psikomotorik ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom yang terdiri atas (Surya, 2014: 123-124):

1) Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

2) Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. 3) Respon Terpimpin (Guided Response)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerak coba-coba.

4) Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.

5) Respons Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.

6) Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.

7) Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

Dokumen terkait