• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PERAN STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL

4 PEMILIHAN TEKNOLOGI YANG TEPAT UNTUK PENGEMBANGAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL

5 TINGKAT PERAN STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL

Pendahuluan Latar Belakang

Kebijakan desentralisasi telah membawa implikasi dalam pengelolaan sumberdaya alam (termasuk sumberdaya ikan) dimana masyarakat setempat dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaannya. Namun pengelolaan yang terjadi saat ini, lebih banyak memberi dampak negatif bagi eksistensi hak ulayat, hak masyarakat lokal untuk mengakses kebutuhan publik, penekanan posisi tawar politik (political bargaining position) sampai degradasi lingkungan. Undang- undang RI nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 2004 dikatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Sumberdaya udang merupakan salah sumberdaya alam yang diharapkan terjaga kelangsungan produktivitasnya, disamping karena mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak memberdayakan/melibatkan nelayan kecil, sumberdaya udang termasuk rentan terhadap perubahan lingkungan dan kondisi perairan pantai. Terkait dengan ini, maka pengelolaan sumberdaya udang dengan melibatkan peran stakeholders termasuk nelayan skala kecil menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 49 Tahun 2011 dan Wiyono (2001), disebutkan bahwa nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT), dan sebagian besar pelaku perikanan udang termasuk kategori ini.

Kabupaten Cilacap merupakan daerah utama penghasil udang yang berasal dari hasil tangkapan di laut. Udang yang tertangkap oleh nelayan di dominasi oleh jenis udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang grosok, dan udang dogol (Metapenaeus ensis). Status sumber daya udang saat ini menunjukkan telah terjadi penurunan stok, kejadian ini ditandai dengan adanya trend penurunan produksi (hasil tangkapan) udang pada tahun 2004 – 2010 dengan rata-rata sekitar 7.61% (DKP2SKSA 2011). Sedangkan menurut Tim Perumus FGD (2013), penurunan produksi udang antara lain disebabkan oleh penggunaan alat tangkap destruktif dan konflik pemanfaatan ruang terutama di kawasan Segara Anakan.

Kondisi tersebut tentu kurang baik dan terkesan stakeholders perikanan, seperti pemerintah (KKP RI dan DKP2SKSA), nelayan, dan swasta belum berbuat banyak untuk mendukung pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap. Sementara saat ini pemerintah sudah cukup membantu dalam regulasi dan inisiasi program, kelompok nelayan sering ikut serta memberi masukan dan realisasi

43 berbagai kegiatan, dan swasta banyak membantu pembiayaan melalui kucuran dana CSR. Penelitian ini diharapkan dapat menduga dan memastikan seberapa jauh peran yang bisa diberikan oleh setiap stakeholders perikanan tersebut dalam mendukung pengelolaan perikanan udang termasuk dengan menggunakan teknologi terpilih (trammel net dan jaring arad) hasil analisis Bab 4, sekaligus dapat mengetahui partisipasi nelayan pada program-program pengelolaan sumberdaya udang selama ini, baik yang digagas oleh pemerintah maupun instansi/perusahaan swasta, LSM, atau pihak lainnya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap.

2. Menganalisis partisipasi stakeholders nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang.

Metode Penelitian Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2013. Tempat penelitian adalah perairan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Secara umum, jenis data yang dikumpulkan baik dari data primer maupun sekunder adalah :

a. Data peran nelayan dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil diantaranya terkait dengan curahan waktu pada kegiatan perikanan udang, jumlah hasil tangkapan, kualitas hasil tangkapan, dan posisi daerah penangkapan dari nelayan. Untuk stakeholders nelayan juga dibutuhkan data partisipasinya dalam perencanaan, implementasi, dan monitoring pengelolaan sumberdaya udang.

b. Data peran pemerintah dan swasta (misalnya instansi/perusahaan swasta dan LSM), diantaranya mencakup jumlah program terkait pengelolaan udang, frekuensi pelaksanaan program, dan keberlanjutan program.

c. Data strategi/kebijakan pengelolaan perikanan udang skala kecil, diantaranya mencakup pengaturan jumlah tangkapan udang di laut, pengaturan ukuran mata jaring, jenis jaring, pengaturan batasan daerah penangkapan, pengaturan tentang musim penangkapan, pengaturan jumlah dan ukuran perahu, pelarangan penangkapan ikan/udang dengan menggunakan bom dan racun sianida, dan data kebijakan pelestarian hutan bakau dan terumbu karang.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara dan pengamatan lapang. Wawancara dilakukan terhadap responden yang merupakan perwakilan dari nelayan, pemerintah (terutama PEMDA/DKP2SKSA), instansi/perusahaan swasta, LSM, dan lainnya. Sedangkan jumlah responden

44

yang diwawancara sekitar 318 orang. Hal ini mengacu kepada kebutuhan data estimasi maximum likelihood (berkisar antara 200 – 400 responden) sebagai metode estimasi yang digunakan dalam analisis structural equation modelling (SEM) pada penelitian ini (Ferdinand, 2002). Pengamatan lapang dilakukan untuk mengkroscek secara langsung data yang disampaikan oleh responden dan untuk mengumpulkan data dokumentatif tentang kondisi lokasi.

Metode pengumpulan data sekunder terdiri dari studi literatur dan pendapat pakar. Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari laporan kegiatan, buku, peraturan perundang-undangan, dan jurnal terkait pengelolaan perikanan udang di Kabupaten Cilacap maupun di tempat lain dengan masalah serupa. Pendapat pakar yang dimaksud merupakan pendapat atau gagasan yang disampaikan melalui media massa maupun elektronik tentang suatu masalah yang berkaitan dengan penelitian. Pakar tersebut dapat berasal dari penguruan tinggi, instansi Pemerintah (KKP dan DKP2SKSA), dan pengamat/praktisi perikanan.

Analisis Data

Tingkat peran dan partisipasi stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil ini dianalisis menggunakan metode SEM (Structural Equation Modelling). SEM dapat digunakan untuk menganalisis tingkat peran stakeholders yang berinteraksi, menetapkan komponen yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan, memberikan arahan pemilihan variabel yang menjadi perhatian dalam pengembangan operasi di suatu kawasan. Tahapan analisis SEM yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

(1) Telaah teoritis

Telaah teoritis merupakan kegiatan menjustifikasi interaksi di antara stakeholder/komponen terkait dengan kegiatan pengelolaan perikanan udang skala kecil sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Landasan utama dari kegiatan ini adalah informasi substantif yang diperoleh dari pustaka, kondisi nyata di lapangan, dan hasil penelitian yang relevan.

(2) Perancangan path diagram

Perancangan path diagram merupakan kegiatan mendeskripsikan interaksi antara stakeholders/komponen hasil telaah teoritis. Stakeholders/komponen yang dalam interaksinya memegang peran penting/posisi sentral menjadi variabel penelitian, sedangkan komponen yang memperjelas interaksi komponen utama menjadi atribut penelitian ini. Adapun variabel dan atribut tersebut adalah :

a. Variabel nelayan (NEL), dengan atribut terdiri dari : curahan waktu pada kegiatan perikanan udang (X11), jumlah hasil tangkapan (X2), kualitas hasil tangkapan (X3), dan posisi daerah penangkapan nelayan (X14).

b. Variabel pemerintah (PEM), dengan atribut terdiri dari : jumlah program pemerintah terkait pengelolaan udang (X21), frekuensi pelaksanaan program pemerintah (X22), dan keberlanjutan program pemerintah (X23).

c. Variabel swasta (SWA), dengan atribut terdiri dari : jumlah program swasta terkait pengelolaan udang (X31), frekuensi pelaksanaan program swasta (X32), dan keberlanjutan program swasta (X33).

d. Variabel kebijakan pengelolaan perikanan udang skala kecil (PPUSK), dengan atribut terdiri dari : pengaturan jumlah tangkapan udang (Y1), pengaturan ukuran mata jaring (Y2), pengaturan jenis jaring (Y3), pengaturan

45 batasan daerah penangkapan (Y4), pengaturan tentang musim penangkapan (Y5), pengaturan jumlah dan ukuran perahu (Y6), pelarangan penangkapan ikan/udang dengan menggunakan bom dan racun sianida (Y7), dan kebijakan pelestarian hutan bakau dan terumbu karang (Y8).

Sedangkan variabel dan dimensi variabel penyusunan parth diagram partisipasi nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang skala kecil adalah :

a. Variabel partisipasi dalam perencanaan (P-Prc), dengan dimensi variabel berupa partisipasi dalam perumusan kebijakan tentang : alat-alat penangkapan udang (X41), syarat-syarat teknis kapal perikanan (X42), jumlah, jenis, dan ukuran udang yang boleh ditangkap (X43), daerah dan musim penangkapan (X44), rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya udang (X45), perizinan usaha perikanan (X46), pungutan perikanan (X47), prasarana dan kelembagaan perikanan (X48), penyusunan Rencana Pangelolaan Perikanan (X49), preservasi dan konservasi habitat (X410), pengaturan effort (X411), pengaturan ukuran mata jaring (X412), pengaturan musim/penundaan penangkapan (X413), dan pengaturan daerah/zonasi penangkapan (X414). b. Variabel partisipasi dalam implementasi (P-Imp), dengan dimensi variabel

berupa partisipasi dalam kegiatan : peningkatan produksi perikanan/udang (X51), pengembangan kemampuan nelayan untuk dapat beroperasi dijalur penangkapan > 4 mil laut (X52), peningkatan kapasitas armada (X53), peningkatan kualitas produk perikanan/udang (X54), pelatihan kualitas produk perikanan/udang (X55), konservasi sumberdaya perikanan (X56), konservasi Coastal sanctuary (habitat tertutup) (X57), konservasi Marine reserve (X58), konservasi Marine protected area (X59), replantasi hutan mangrove (X510), reboisasi sempadan pantai (X511), pengembangan usaha ekonomi (X512), peningkatan ketrampilan pengolahan produk perikanan (X513), pemberian paket alat-alat pengolahan (X514), pengembangan kelembagaan koperasi (X515), kelembagaan perkreditan bagi nelayan (X516), kelembagaan prasarana perikanan (TPI,PPI) (X517), dan kelembagaan pengolah hasil perikanan/udang (X518).

c. Variabel partisipasi dalam monitoring (P-Mtrg), dengan dimensi variabel berupa partisipasi dalam monitoring dan evaluasi : pemanfaatan sumberdaya udang (X61), konservasi sumberdaya perikanan tangkap/udang (X62), dan pengawasan/penegakan aturan (X63).

(3) Perumusan measurement model dan structural equation

Perumusan measurement model dan structural equation merupakan kegiatan penyusunan persamaan matematis yang mewakili interaksi stakeholders/komponen terkait pada kegiatan pengelolaan perikanan udang skala kecil dan bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh nelayan dalam perencanaan, implementasi, dan monitoring pengelolaan sumberdaya udang. Persamaan matematis tersebut digunakan untuk operasi AMOS, dan data SEM yang dikumpulkan dari responden diolah dengan program SPSS, Microsoft Excel, atau program lain yang sesuai.

(4) Evaluasi kriteria goodness-of-fit

Kegiatan evaluasi kesesuaian model SEM tingkat peran dan partispasi dalam pengelolaan sumberdaya udang dilakukan menggunakan kriteria goodness-

46

of-fit. Tabel 5.1 menyajikan kriteria goodness of fit tersebut lengkap dengan standar nilainya.

Tabel 5.1. Kriteria goodness of fit

Goodness-of-fit Index Standard Value

Chi-Square  0.05

Significance Probability  0.80

Normed Fit index (NFI)  0.80

Relative Fit Index (RFI) > 0.80

Incremental Fit Index (IFI)  0.80

Tucker Lewis Index (TLI)  0.80

Comparative Fit Index (CFI)  0.80 Sumber : Ferdinand (2002) dan Hayduk (1987)

Hasil Penelitian

Hasil Analisis Tingkat Peran Stakeholders Perikanan

Stakeholders perikanan yang diukur tingkat perannya adalah nelayan, pemerintah, dan swasta. Pemerintah yang dimaksud adalah instansi pemerintah pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan instansi pemerintah daerah (DKP2SKSA Kabupaten Cilacap) yang menangani kegiatan pengelolaan perikanan, sedangkan swasta yang dimaksud adalah instansi/perusahaan swasta, LSM, dan lainnya. Model SEM tingkat peran stakeholders tersebut dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil disajikan pada Gambar 5.1, sedangkan hasil uji kesesuaiannya dengan kriteria goodness of fit model disajikan pada Tabel 5.2. 0 SWA 1,13 X33 0; ,01 d33 1,00 1 1,09 X32 0; ,05 d32 ,56 1 1,19 X31 0; ,09 d31 ,80 1 0 PEM 1,26 X23 0; ,00 d23 1,16 X22 0; ,07 d22 1,53 X21 0; ,19 d21 1,00 1 ,56 1 ,61 1 0 NEL 2,43 X11 0; ,49 d11 1,00 1 1,54 X12 0; ,60 d12 1 -,39 1,35 X13 0; ,23 d13 -,76 1 1,27 X14 0; ,00 d14 -12,91 1 0 PPUSK 2,80 Y1 0; 1,28 e1 1,00 1 3,74 Y2 0; ,54 e2 1,95 1 3,77 Y3 0; ,50 e3 1,99 1 2,91 Y4 0; 1,57 e4 1,12 1 2,74 Y5 0; 1,26 e5 ,93 1 3,42 Y6 0; 1,15 e6 1,52 1 5,14 Y7 0; 1,89 e7 ,43 1 5,11 Y8 0; ,59 e8 ,42 1 ,48 6,87 2,62 Chi-Square=665,019 Probability=,000 NFI=,959 RFI=,945 IFI=,966 TLI=,955 CFI=,966 0; 1,03 Z4 1 0; ,00 Z1 1 0; ,19 Z2 0; ,10 Z3 1 -,02 1 -,03 -,43

Gambar 5.1. Model SEM tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil

47 Tabel 5.2. Hasil uji kesesuaian model tingkat peran stakeholders perikanan

Goodness-of-fit Index Standard Value Model Value Keterangan

Chi-squarey Sekecil mungkin 665.019 Baik

Significance Probability  0.05 0.000 Kurang baik

Normed Fit Index (NFI)  0.80 0.959 Baik

Relative Fit Index (RFI)  0.80 0.945 Baik Incremental Fit Index (IFI) > 0.80 0.966 Baik Tucker Lewis Index (TLI)  0.80 0.955 Baik Comparative Fit Index

(CFI)

> 0.80

0.966 Baik

Berdasarkan Tabel 5.2, ternyata nilai chi-square, NFI, RFI, IFI, TLI, dan CFI dari model SEM tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil yang dikembangkan sudah baik dan dapat memenuhi standar kriteria goodness of fit yang dipersyaratkan. Hal ini berarti bahwa model sudah mencerminkan data (kondisi nyata) yang ada.

Tabel 5.3. Hasil analisis tingkat stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil

Interaksi E.E. S.E. C.R. P Label

PPUSK <-- PEM 0.484 0.729 0.664 0.506 par-15 PPUSK <-- NEL 6.873 4.545 1.512 0.131 par-16 PPUSK <-- SWA 2.622 0.899 2.917 0.004 par-17

X33 <-- SWA 1 Fix X32 <-- SWA 0.564 0.06 9.412 0 par-1 X31 <-- SWA 0.804 0.084 9.581 0 par-2 X23 <-- PEM 1 X22 <-- PEM 0.565 0.034 16.555 0 par-3 X21 <-- PEM 0.614 0.056 10.983 0 par-4 X11 <-- NEL 1 Fix X12 <-- NEL -0.388 0.283 -1.369 0.171 par-5 X13 <-- NEL -0.755 0.281 -2.688 0.007 par-6 X14 <-- NEL -12.91 11.483 -1.124 0.261 par-7 Y1 <-- PPUSK 1 Fix Y2 <-- PPUSK 1.946 0.194 10.034 0 par-8 Y3 <-- PPUSK 1.991 0.2 9.937 0 par-9 Y4 <-- PPUSK 1.116 0.144 7.739 0 par-10 Y5 <-- PPUSK 0.933 0.124 7.517 0 par-11 Y6 <-- PPUSK 1.519 0.168 9.042 0 par-12 Y7 <-- PPUSK 0.428 0.12 3.564 0 par-13 Y8 <-- PPUSK 0.416 0.074 5.615 0 par-14

Sekalipun untuk nilai significance probability 0,000 masih di bawah nilai yang dipersyaratkan, namun dari evaluasi kriteria goodness of fit terhadap model secara keseluruhan, ternyata tidak ada pelanggaran kritis dan model cenderung mendekati sempurna (6 dari 7 kriteria dipenuhi dengan baik). Terkait dengan ini,

48

maka model SEM tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan peran setiap stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap.

Berdasarkan Tabel 5.3, pemerintah, nelayan, dan swasta mempunyai peran yang positif (nilai EE > 0) dalam mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil di perairan Kabupaten Cilacap. Namun demikian, hanya peran swasta yang mempunyai nilai significancy probability (P) < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa dalam posisi masing-masing, peran swasta (instansi/perusahaan swasta, LSM, dan lainnya) telah terasa nyata dalam mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap, sedangkan dua kelompok stakeholders lainnya belum terlalu dirasakan. Instansi/perusahaan swasta yang saat ini aktif mendukung diantaranya Pertamina, Holcim, dan PLTU Cilacap dalam penyalurran dana CSR, dan pelaku bisnis perikanan dalam bentuk retribusi dan menjaga kestabilan harga.

Peran nyata swasta dalam mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil di perairan Kabupaten Cilacap dipengaruhi jumlah program swasta terkait pengelolaan udang (X31) (EE = 0.804) dan frekuensi pelaksanaan program tersebut (X32) (EE = 0.564). Dukungan kedua dimensi konstruk ini dalam terhadap peningkatan peran swasta bersifat siginfikan (P < 0.05). Keberlanjutan program swasta (X33) juga berpengaruh positif mendukung peningkatan peran swasta dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil, namun belum nyata dirasakan (P = fix).

Untuk pemerintah, tingkat perannya dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di perairan Kabupaten Cilacap didukung secara positif nyata oleh jumlah program pemerintah terkait pengelolaan udang (X21) dan frekuensi pelaksanaan program pemerintah (X22). Hal ini ditunjukkan oleh nilai estimation effect (EE) dan nilai P dari X21 sekitar 0.614 dan 0.000, dan dari X22 sekitar 0.565 dan 0.000. Namun demikian, keberadaan kedua dimensi variabel belum dapat menjadikan pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagai salah salah satu stakholders yang terasa nyata peran dalam memajukan kegiatan perikanan udang skala kecil. Hal ini menjadi bahan evaluasi penting tentang program- program yang realisasikan selama ini. Tingkat peran nelayan yang belum signifikan dalam mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil lebih dipengaruhi oleh penanganan kualitas hasil tangkapan (X13) yang rendah bahkan cenderung negatif dengan semakin sibuknya nelayan. Hal ini ditunjukkan oleh nila EE-nya yang negatif (-0.755) dan ini dapat dipercaya secara nyata (P < 0.05, yaitu 0.007).

Dari 8 program kebijakan yang digalakkan di Kabupaten Cilacap, semuanya mendukung secara positif signifikan pengelolaan perikanan udang skala kecil (PPUSK). Hal ini ditunjukkan nila EE ke-8 program kebijakan/dimensi konstruk tersebut yang positif dan nilai P < 0.05 (Tabel 5.3). Dukungan terbesar diberikan oleh program kebijakan pengaturan ukuran mata jaring (Y2), pengaturan jenis jaring (Y3), dan pengaturan jumlah dan ukuran perahu (Y6) masing-masing dengan nilai EE sekitar 1.946, 1.991, dan 1.519.

Hasil Analisis Partisipasi Stakeholders Nelayan dalam Pengelolaan

Sumberdaya Udang

Model SEM partisipasi stakeholders nelayan dalam pengelolaan sumberdaya udang disajikan pada Gambar 5.2, sedangkan hasil uji kesesuaiannya dengan kriteria goodness of fit disajikan pada Tabel 5.4.

49 0; 2,56 P-Prc 2,39 X41 0; ,60 d41 1,00 1 2,27 X42 0; ,55 d42 ,91 1 2,38 X43 0; ,49 d43 ,99 1 2,40 X44 0; ,31 d44 1,01 1 2,49 X45 0; ,48 d45 1,03 1 2,42 X46 0; ,38 d46 1,06 1 2,20 X47 0; ,48 d47 ,92 1 2,25 X48 0; ,55 d48 1 ,95 2,26 X49 0; ,34 d49 ,95 1 2,32 X410 0; ,37 d410 ,98 1 2,17 X411 0; ,47 d411 ,85 1 2,32 X412 0; ,38 d412 1,01 1 2,09 X413 0; ,62 d413 ,80 1 2,17 X414 0; ,56 d414 ,82 1 0; 2,68 P-Imp 2,73 X51 0; 1,13 d51 2,49 X52 0; 1,00 d52 2,19 X53 0; ,89 d53 2,44 X54 0; ,45 d54 2,53 X55 0; ,50 d55 3,11 X56 0; 1,63 d56 2,96 X57 0; 1,92 d57 2,86 X58 0; 1,37 d58 2,92 X59 0; 1,57 d59 3,13 X510 0; 1,86 d510 2,91 X511 0; 1,52 d511 2,64 X512 0; ,85 d512 2,53 X513 0; ,52 d513 2,47 X514 0; ,54 d514 1,00 1 ,90 1 ,82 1 ,91 1 ,95 1 ,88 1 ,81 1 ,89 1 ,85 1 ,86 1 ,95 1 ,98 1 1,00 1 ,97 1 2,49 X515 0; ,44 d515 ,94 1 2,51 X516 0; ,79 d516 ,85 1 2,52 X517 0; ,38 d517 ,97 1 2,57 X518 0; ,41 d518 ,96 1 0; 2,01 P-Mtrg 2,94 X63 0; 2,02 d63 1,00 1 2,91 X62 0; 1,57 d62 1,04 1 2,50 X61 0; ,54 d61 1,05 1 2,16 2,31 1,97 Chi-Square=6007,820 Probability=,000 NFI=,816 RFI=,816 IFI=,830 TLI=,808 CFI=,830

Gambar 5.2. Hasil analisis partisipasi stakeholders nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang

Tabel 5.4. Hasil uji kesesuaian model partisipasi nelayan

Goodness-of-fit Index Standard Value Model Value Keterangan

Chi-squarey Sekecil mungkin 6007.820 Baik

Significance Probability  0.05 0.000 Kurang baik

Normed Fit Index (NFI)  0.80 0.816 Baik

Relative Fit Index (RFI)  0.80 0.816 Baik Incremental Fit Index (IFI) > 0.80 0.830 Baik Tucker Lewis Index (TLI)  0.80 0.808 Baik Comparative Fit Index

(CFI)

> 0.80

0.830 Baik

Secara umum, model SEM yang dihasilkan terkait partisipasi stakeholders nelayan dalam pengelolaan sumberdaya udang sudah baik dan dapat memenuhi standar kriteria goodness of fit yang dipersyaratkan (Tabel 5.4). Dengan demikian, model tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan pola partisipasi nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang. Partisipasi nelayan mulai perencanaan (P-Prc), implementasi (P-Imp), hingga monitoring (P-Mtrg) mempunyai keterkaitan erat yang saling mendukung satu sama lain. Namun, keterkaitan partisipasi nelayan implementasi (P-Imp) dan

50

monitoring (P-Mtrg) termasuk yang paling erat dan paling mendukung satu sama lain (correlation estimate/CE = 2.31).

Pada tahap perencanaan, dari 14 bentuk partisipasi nelayan yang dianalisis, 13 diantaranya berpengaruh positif nyata untuk memperkuat partisipasi nelayan dalam kolaboratif manajemen untuk pengelolaan sumberdaya udang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai EE yang positif dan nilai P < 0.05 untuk ke-14 bentuk partisipasi tersebut (Tabel 5.5). Partisipasi nelayan dalam perencanaan daerah dan musim penangkapan (X44), rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya udang (X45), perizinan usaha perikanan (X46), dan pengaturan ukuran jaring termasuk yang berpengaruh paling besar, yaitu dengan nilai EE masing-masing 1.012, 1.029, 1.06, dan 1.008. Sedangkan partisipasi nelayan dalam perencanaan alat- alat penangkapan udang (X41), meskipun positif (EE = 1), namun dampaknya belum terasa (P = Fix).

Tabel 5.5. Hasil analisis partisipasi stakeholders dalam kolaborasi pengelolaan sumberdaya udang

Interaksi E.E. S.E. C.R. P Label

X41 <-- P-Prc 1 Fix X42 <-- P-Prc 0.913 0.036 25.208 0 par-1 X43 <-- P-Prc 0.991 0.037 27.041 0 par-2 X44 <-- P-Prc 1.012 0.034 29.767 0 par-3 X45 <-- P-Prc 1.029 0.037 27.659 0 par-4 X46 <-- P-Prc 1.06 0.036 29.073 0 par-5 X47 <-- P-Prc 0.915 0.035 26.008 0 par-6 X48 <-- P-Prc 0.951 0.037 25.619 0 par-7 X49 <-- P-Prc 0.946 0.033 28.479 0 par-8 X410 <-- P-Prc 0.98 0.034 28.412 0 par-9 X411 <-- P-Prc 0.854 0.034 25.318 0 par-10 X412 <-- P-Prc 1.008 0.035 28.593 0 par-11 X413 <-- P-Prc 0.805 0.036 22.654 0 par-12 X414 <-- P-Prc 0.823 0.035 23.651 0 par-13 X51 <-- P-Imp 1 Fix X52 <-- P-Imp 0.905 0.048 18.954 0 par-14 X53 <-- P-Imp 0.821 0.044 18.493 0 par-15 X54 <-- P-Imp 0.909 0.041 22.374 0 par-16 X55 <-- P-Imp 0.946 0.043 22.247 0 par-17 X56 <-- P-Imp 0.88 0.055 16.118 0 par-18 X57 <-- P-Imp 0.811 0.056 14.378 0 par-19 X58 <-- P-Imp 0.892 0.052 17.127 0 par-20 X59 <-- P-Imp 0.853 0.053 15.958 0 par-21 X510 <-- P-Imp 0.856 0.057 15.114 0 par-22 X511 <-- P-Imp 0.955 0.055 17.255 0 par-23 X512 <-- P-Imp 0.978 0.048 20.315 0 par-24 X513 <-- P-Imp 1 0.045 22.454 0 par-25 X514 <-- P-Imp 0.97 0.044 22.12 0 par-26

51

Interaksi E.E. S.E. C.R. P Label

X515 <-- P-Imp 0.943 0.042 22.666 0 par-27 X516 <-- P-Imp 0.851 0.044 19.414 0 par-28 X517 <-- P-Imp 0.97 0.042 23.364 0 par-29 X518 <-- P-Imp 0.963 0.042 23.012 0 par-30 X63 <-- P-Mtrg 1 Fix X62 <-- P-Mtrg 1,037 0.077 13.47 0 par-31 X61 <-- P-Mtrg 1.052 0.068 15.507 0 par-32

Pada tahap implementasi (P-Mtrg), dari 18 bentuk partisipasi yang dianalisis, semuanya berpengaruh positif memperkuat posisi nelayan dalam implementasi program/kegiatan yang terkait dengan kolaborasi pengelolaan sumberdaya udang, dan 17 diantaranya sudah terasa nyata dampaknya. Dari 17 bentuk partisipasi positif nyata ini, partisipasi nelayan pada program peningkatan ketrampilan pengolahan produk perikanan (X513) merupakan yang paling besar pengaruhnya (EE = 1). Hanya partisipasi untuk peningkatan produksi udang (X51) yang belum dapat diberikan secara nyata oleh nelayan selama implementasi pengelolaan sumberdaya udang saat ini (P = Fix). Kegiatan monitoring yang dilakukan selama ini oleh nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya udang (X61) dan dalam konservasi sumberdaya perikanan tangkap/udang (X62) memperkuat secara nyata posisi penting nelayan dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap. Hal ini ditunjukkan oleh nilai EE dan P kedua bentuk partisipasi monitoring nelayan ini, yaitu masing-masing 1.052 dan 0.000 untuk X61 dan 1.037 dan 0.000 untuk X62.

Pembahasan Optimalisasi Peran Stakheholders Perikanan

Peran positif (nilai EE > 0) dari pemerintah (KKP dan DKP2SKSA), nelayan dan swasta (perusahaan swasta, LSM) dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil menunjukkan bahwa pihak-pihak terkait selalu mendukung berbagai upaya dalam pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap. Menurut Mamuaya et al. (2007), dukungan keberlanjutan pengelolaan sebenarnya tidak lepas dari kesesuaian aktivitas dalam pengelolaan dengan tupoksi dan pemenuhan kepentingan stakeholders terkait. Ditinjau dari kontribusinya, perikanan udang ini memberikan kontribusi sekitar 18 % terhadap sektor perikanan Kabupaten Cilacap, dan menjadi sumber penghasilan sekitar 318 nelayan yang ber-fishing based di Kota Cilacap. Untuk swasta yang bergerak di bidang perikanan, udang menjadi komoditas bisnis yang menarik terutama karena harga jualnya yang tinggi, sedangkan bagi swasta non perikanan, kegiatan perikanan udang menjadi sumber kemakmuran sehingga mereka merasa aman dalam berusaha.

Prospek bisnis yang baik ini dan rasa aman menjadi penyebab banyak swasta terlibat secara nyata (P < 0.05, yaitu 0.004) untuk mendukung berbagai upaya untuk mendukung pengelolaan sumberdaya udang. Bila produksi udang baik, maka transaksi bisa lebih banyak dan perusahaan swasta terutama yang terlibat dari pengolahan dan pemasaran menjadi lebih aktif. Untuk swasta non perikanan

52

seperti Pertamina, PT. Holcim, dan PLTU Cilacap, rasa aman dalam berusaha di Kabupaten Cilacap diapresiasi dengan mengucurkan dana CSR setiap tahunnya dengan lokus dan jenis berbeda. Hal ini yang menjadi penyebab mengapa dari analisis SEM, jumlah program swasta (X31) dan frekuensi pelaksanaan program (X32) (EE = 0.564) memberi dampak siginfikan bagi peran swasta terhadap kegiatan pengelolaan perikanan terutama perikanan udang. Menurut DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2014A), Pertamina menyalurkan dana CSR setiap tahunnya antara lain untuk pembelian bibit mangrove (habitat udang), pembinaan permodalan, pelatihan/training ketrampilan, dana sosialisasi pengelolaan/pengawasan perikanan udang, dan beasiswa pendidikan anak nelayan

Hampir sama dengan Pertamina, Holcim rutin mengeluarkan CSR setiap tahun dan komitmen memberikan dana pendampingan sebesar 2% dari total revenue tahunan. Dana CSR tersebut digunakan bantuan alat tangkap seperti trammel net dan jaring arad untuk penangkapan udang, penghijauan di TPI Rawajarit, dan pendaaan bibit mangrove. Sedangkan PLTU Cilacap yang lokasinya terletak di di Kecamatan Kesugihan, intensif menyalurkan dana CSR dalam bentuk bantuan bibit mangrove, pelampung, pembuatan bangunan penyimpan jaring, dan bantuan dana pemberdayaan. Menurut Sobari et al. (2003) dan Sumiono et al. (2012), dukungan dalam bentuk pengadaan fasilitas umum, bantuan alat tangkap, dan program-program konservasi habitat sumberdaya ikan sangat dibutuhkan nelayan dan manfaatnya juga berantai, sehingga sangat wajar peran swasta tersebut lebih terasa di kawasan.

Penanaman bibit manggrove dan kegiatan pengawasan penangkapan dapat mencegah destruksi ekosistem manggrove di Kabupaten Cilacap yang luasnya sekitar 15.000 hektar. Ekosistem manggrove tersebut merupakan tempat perkembangbiakan udang-udang ekonomis penting di Kabupaten Cilacap, seperti udang jerbung, udang windu, dan udang grosok. Menurut Sumiono et al. (2012) dan Hyndman et al. (2008), ekosistem manggrove tersebut terbentuk dari proses sedimentasi yang cukup lama dengan pola smothing spline dari sungai Kaliyasa dan Teluk Segara Anakan yang memiliki panjang 12 km dengan debit aliran air 1500 m3/detik dan konsentrasi muatan padatan tersuspensi mencapai 80 mg/l.

Meskipun positif, peran yang diberikan oleh pemerintah masih dianggap belum optimal/nyata (P = 0.506) bagi pengelolaan perikanan udang. Hal ini lebih karena posisi pemerintah sebagai pengayom, regulator, pengawas yang tidak berinteraksi langsung dengan kegiatan pemanfaaatan. Hal sesuai dengan Perda Kabupaten Cilacap No. 19 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas termasuk instansi perikanan di daerah. Namun demikian, aparat pemerintah terutama yang berinteraksi langsung di lokasi, bisa berbuat lebih banyak pada

Dokumen terkait