• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko Manajemen Di Kabupaten Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko Manajemen Di Kabupaten Cilacap"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL

DENGAN PENERAPAN KO-MANAJEMEN

DI KABUPATEN CILACAP

DRAMA PANCA PUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko-Manajemen di Kabupaten Cilacap adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)

RINGKASAN

DRAMA PANCA PUTRA. Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko-Manajemen Di Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO, EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO dan WUDIANTO.

Luas wilayah Kabupaten Cilacap 225361 km2, secara geografis berada di selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia. Kabupaten Cilacap mempunyai garis pantai sekitar 201.9 km, yang terdiri dari garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ± 105 km, serta garis pantai di perairan Segara Anakan ± 96.9 km telah menjadikan kabupaten ini sebagai kontributor utama produk perikanan di Provinsi Jawa Tengah terutama dari jenis komoditas udang. Namun demikian, kondisi aktual saat ini menunjukkan telah terjadi degradasi stok sumberdaya udang yang ditandai dengan terjadinya penurunan rata-tata produksi udang pada tahun periode 2004 – 2010 sekitar 7.61%. Sedangkan tingkat eksploitasi terhadap udang jerbung (Penaeus merguiensis) di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap mencapai 0.72/tahun. Hal ini perlu dicegah diantaranya dengan mengembangkan konsep pengelolaan perikanan udang yang kolaboratif diantara stakeholders perikanan berdasarkan kondisi perikanan udang saat ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi umum perikanan udang skala kecil, menganalisis kinerja alat tangkap udang, menentukan jenis teknologi/alat tangkap yang tepat, menganalisis tingkat peran stakeholders dan tingkat peran nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang, mengidentifikasi faktor internal-eksternal yang mempengaruhi pengelolaan perikanan udang skala kecil, menganalisis komponen-komponen yang mempengaruhi pembentukan manajemen, dan menentukan model ko-manajemen yang tepat dan berkelanjutan (sustainable) yang dapat digunakan dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.

(5)

Alat tangkap dengan kinerja paling baik dari aspek lingkungan adalah trammel net (VA = 7.882), sedangkan yang kinerjanya paling baik dari aspek teknis serta ekonomi kelembagaan adalah jaring arad dengan VA masing-masing 5.184 dan 4.548. Trammel net terpilih sebagai teknologi/alat tangkap yang paling tepat (prioritas I) untuk mendukung pengembangan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap, sedangkan jarad arad dapat menjadi back-up (prioritas II). Nilai VA gabungan aspek lingkungan, teknis, dan ekonomi kelembagaan dari trammel net dan jaring arad berturut-turut adalah 2.432 dan 2.265. Dalam kaitan dengan tingkat peran terkait pengelolaan perikanan udang skala kecil, pemerintah, nelayan, dan swasta mempunyai peran yang positif ditunjukkan oleh nilai EE masing-masing 0.484, 6.873, dan 2.622, tetapi hanya peran swasta yang pengaruhnya signifikan (P < 0.05, yaitu 0.004). Peran nyata swasta ini sangat dipengaruhi jumlah program swasta terkait pengelolaan udang (X31) (EE = 0.804) dan frekuensi pelaksanaan program tersebut (X32) (EE = 0.564).

Terkait ko-manajemen/kolaborasi pengelolaan sumberdaya udang, bentuk partisipasi nelayan yang positif signifikan pada : (a) Tahap perencanaan adalah dalam perencanaan daerah dan musim penangkapan (X44), rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya udang (X45), perizinan usaha perikanan (X46), dan pengaturan ukuran jaring (X412), (b) Tahap implementasi adalah partisipasi mereka pada program peningkatan ketrampilan pengolahan produk perikanan (X513), dan (3) Tahap monitoring adalah keikutsertaan nelayan dalam monitoring pemanfaatan sumberdaya udang (X61) dan konservasi sumberdaya perikanan tangkap/udang (X62). Secara internal, faktor yang menjadi kekuatan nelayan dalam ko-manajemen perikanan udang skala kecil adalah ketrampilan penangkapan dan partisipasi nelayan, sedangkan faktor kelemahannya adalah jenis dan ukuran mata jaring serta penanganan kualitas hasil tangkapan. Secara eksternal, faktor yang menjadi peluang jumlah program swasta terkait pengelolaan sumberdaya udang dan frekuensi program swasta yang bermitra dengan stakeholders lain, dan faktor ancamannya adalah penebangan liar serta alih fungsi lahan mangrove dan konflik pemanfaatan ruang perairan.

Komponen kriteria penting dalam pembentukan ko-manajemen perikanan udang skala kecil adalah kondisi sosial ekonomi nelayan yang ditunjukkan oleh nilai RK paling tinggi, yaitu 0.347 pada inconsistency ratio (IR) terpercaya 0.02. Sedangkan komponen yang menjadi pembatas utamanya adalah kondisi sumberdaya serta kondisi sarana dan prasarana perikanan. Model ko-manajemen yang tepat dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap adalah ko-manajemen kooperatif (RK = 0.259; IR = 0.02). Ko-manajemen konsultatif (RK = 0.225; IR = 0.02) dapat back-up dari model ko-manajemen kooperatif untuk mendukung sustainable perikanan udang. Untuk mendukung penerapan ko-manajemen kooperatif, disarankan dibentuk badan pengelola yang anggotanya berasal dari perwakilan nelayan, swasta, Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA), dan masyarakat pesisir. Badan pengelola nantinya akan menjalankan kegiatan ko-manajemen perikanan mulai dari perencanaan, realisasi program, dan monitoringnya.

(6)

SUMMARY

DRAMA PANCA PUTRA. Shrimp Fisheries Small Scale Management With Co-Management Implementation in Cilacap Regency. Supervised by MULYONO S. BASKORO, EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO and WUDIANTO.

Cilacap Regency has approximately 201.9 km coastline, which consists of shoreline directly opposite the Indian Ocean ± 105 km, and the shoreline in Segara Anakan Waters ± 96.9 miles have made this district as a major contributor of fishery products in Java primarily middle of commodities shrimp. However, the actual current conditions indicate there has been a degradation of the stock of shrimp that is characterized by a decrease in the average production of shrimp in the period 2004 - 2010 of about 7.61%. The failure of the various programs that have been implemented by the government and the private sector in improving the quality of the environment and the welfare of the community, as consequence the program is not fully supported by stakeholders. Under these conditions, it is necessary to find the management model of small-scale shrimp appropriate and sustainable. The model is expected to involve stakeholders and internalize the interests of all parties, especially small-scale fishermen as the main actors in the management of shrimp fisheries.

The purpose of this study was to identify the general conditions of small-scale shrimp fisheries, analyzing the performance of shrimp fishing gear, determine the type of technology fishing gear, analyze the level of stakeholder roles and level of fishing on the collaborative role in the management of shrimp resources management, identifying the internal-external factors affect small-scale shrimp fisheries management, analyze the components that affect the formation of management, and determine the co-management models appropriate and sustainable which can be used in small-scale shrimp fisheries management.

The method used is descriptive analysis, scoring methods, methods of SEM, SWOT analysis, and AHP. The analysis showed that the type of shrimp caught by fishermen in Cilacap District is rebon shrimp, shrimp krosok (Parapenaeopsis sculptilis), shrimp west (metapenaeus dobsini), jerbung shrimp (Penaeus merguiensis), and shrimp dogol (Metapenaeus ensis), with production in 2013 respectively reached 587.91 tons, 535.93 tons, 361.37 tons, 327.46 tons, and 317.89 tons. Fishing gear used trammel net (247 units), while the other catching style that is often used is net arad (11 units), net Apong (7 units) and lampara dasar (7 units). The vessel commonly used is powered outboard motor boats. The main fishing ground of shrimp fishermen in Cilacap District is waters and estuaries around Segara Anakan, Turtle Bay waters, and the waters around the West coast of Nusakambangan. Shrimp resource management programs are supported by the private sector including environmental conservation and preservation programs shrimp habitat, community empowerment, and support facilities. While many private sector involved is Pertamina, PT. Holcim, and Cilacap Power Plant.

(7)

<0.05, ie 0.004). The real role of the private sector greatly influenced the number of private programs related to the management of shrimp (x31) (EE = 0.804) and the frequency of execution of the program (X32) (EE = 0.564).

Related co-management / collaboration management of shrimp resources, form a significant positive fishermen participation in: (a) The planning stage is in the planning area and fishing season (X44), rehabilitation and improvement of shrimp resources (X45), licensing fisheries (X46), and setting the size of the nets (X412), (b) the implementation phase of their participation in the program is the improvement of fishery product processing skills (X513), and (3) monitoring phase is the participation of fishermen in monitoring resource use shrimp (X61) and conservation of fisheries resources / shrimp (X62). Internally, factors which the strength of fishermen in the co-management of small-scale shrimp fisheries are catching skills and participation of fishermen, while the weakness factor is the type and mesh size and quality handling of the catch. Externally, a factor that into opportunities related to the number of private programs and frequency resource management shrimp private partnership program with other stakeholders, and the threat factor is illegal logging and conversion of mangrove land and water space utilization conflict.

Components of the important criteria in the formation of the co-management of small-scale shrimp fisheries is the socio-economic conditions of fishermen indicated by RK highest value, ie 0.347 in inconsistency ratio (IR) reliable 0.02. While the limiting component is the main resource condition and the condition of fisheries infrastructure. The exact model of co-management in small-scale shrimp fisheries management in Cilacap Regency is co-management cooperative (RK = 0.259; IR = 0.02). Co-management consultative (RK = 0.225; IR = 0.02) can be a back-up of the model of co-management cooperative to support sustainable shrimp fishery. To support the implementation of co-management cooperative, it is suggested formed management agency whose members come from representatives of fishermen, private, Department of Marine, Agent of Fisheries and Resource and Management of Segara Anakan Region (DKP2SKSA), and coastal communities. The Management Body will carry out the activities of fisheries co-management from planning, realization of the program, and monitoring.

(8)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(9)

PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA

KECIL DENGAN PENERAPAN KO-MANAJEMEN

DI KABUPATEN CILACAP

DRAMA PANCA PUTRA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Ujian Tertutup :

1. Prof Dr Ir John Haluan, M.Sc

2. Dr Mochammad Riyanto, S.Pi MSi

Ujian Terbuka :

1. Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si

(11)

Judul Disertasi : Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko-Manajemen Di Kabupaten Cilacap

Nama : Drama Panca Putra NRP : C 462110114

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr Eko Sri Wiyono S.Pi, M.Si

Ketua Anggota

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M.Si. Prof Dr Ir Wudianto, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Sistem dan Dekan Sekolah Pascasarjana

Pemodelan Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, M.Sc Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Disertasi yang berjudul "Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil Dengan Penerapan Ko-manajemen di Kabupaten Cilacap", didasari atas masih sangat terbatasnya peran serta masyarakat sebagai subyek dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan. Untuk itu maka perlu dikembangkan pembinaan hubungan kemitraan antar stakeholder berdasarkan konsep hubungan kesetaraan dan hubungan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan berkesinambungan. Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas bantuan, bimbingan dan dukungan selama penyelesaian tulisan ini, kepada :

1. Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, M.Sc, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Dr Eko Sri Wiyono S.Pi M.Si, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M.Si, dan Prof Dr Ir Wudianto, M.Sc, sebagai Anggota Komisi Pembimbing; yang telah mengarahkan dan membimbing Penulis sehingga mampu menyelesaikan disertasi ini.

2. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dr Ir Darul Syah, M.Sc Agr dan Ketua Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap beserta staf, atas segala bantuan dan dukungan selama mengikuti pendidikan pascasarjana.Prof Dr Ir John Haluan, M.Sc dan Dr Mochammad Riyanto, S.Pi MSi selaku dosen penguji saat ujian terbuka serta Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si dan Prof Dr Zahri Nasution, MSi, yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan disertasi ini.

3. Seluruh anggota keluarga khususnya istri tercinta Musti Asri Wiendiari (Arie), atas pengertian, dukungan, kesabaran dan do'anya serta Muhammad Daffa Arkananta dan Andaka Faiz Bhagaskara yang senantiasa memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis selama mengikuti pendidikan ini.

4. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kepala Biro Umum, Para Pejabat Eselon III dan IV Biro Umum KKP atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan pascasarjana.

5. Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (P4KSI) KKP dan Para Peneliti P4KSI, Bapak Bambang beserta tim, atas bantuan dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Kepala PPS Cilacap dan Kepala Satker PSDKP Cilacap beserta Staf, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis saat pengambilan data.

(13)

jajarannya dan Para Stakeholder, atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian ini.

8. Teman-teman di bagian TU Pimpinan KKP, Ety, Mahfudl, Arif, Hikmat, Wahyu, Andi, Tomi dan lain-lain, atas kebersamaan dan dukungan selama mengikuti pendidikan pascasarjana, serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu demi satu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, sehingga sangat diharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan hasil karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini juga Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para pengambil kebijakan dan pemerhati tentang pengelolaan udang bagi nelayan skala kecil.

Bogor, Maret 2015

(14)

DAFTAR ISTILAH

Advokatif : Tipe/model ko-manajemen dimana peran masyarakat lebih besar dari pada pemerintah, namun partisipasi pemerintah dalam pembuatan keputusan dan perencanaan masih aktif, yaitu dalam bentuk saran dan nasihat pada saat pembuatan keputusan

Biodiversity : Keanekaragaman sumberdaya hayati yang terdapat di suatu di suatu lingkungan hayati baik di daratan maupun di perairan

By Catch : Ikan yang bukan sasaran namun ikut tertangkap dalam operasi penangkapan ikan

Faktor Internal : Faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem baik yang bersifat kekuatan maupun kelemahan yang mempengaruhi kelangsungan sistem

Faktor Eksternal : Faktor-faktor yang berasal dari luar sistem baik yang bersifat peluang maupun ancaman yang mempengaruhi kelangsungan sistem

Fishing Ground : Wilayah perairan dimana alat tangkap dapat dioperasikan dengan aktif untuk menangkapan ikan sasaran

Ikan Sasaran : Ikan yang menurut aturan menjadi target penangkapan dari penggunaan suatu jenis alat tangkap

Illegal Fishing : Kegiatan penangkapan ikan yang dilarang atau melanggar aturan baik karena dokumennya tidak lengkap, menggunakan alat tangkap yang dilarang, maupun karena beroperasi di wilayah perairan yang tidak diperbolehkan untuk jenis kapal penangkapan ikan tersebut

Informatif : Tipe/model ko-manajemen yang lebih mengarah pada pengelolaan berbasis masyarakat, dimana kewenangan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan diserahkan kepada masyarakat, dan pemerintah hanya diinformasikan keputusan yang telah dibuat

(15)

Kinerja alat tangkap

: Suatu bentuk penilaian terhadap manfaat kualitatif atau kuantitatif yang didapat dari penggunaan suatu alat tangkap. Dalam penelitian ini, kinerja tersebut diukur dari aspek lingkungan, teknis, ekonomi, dan kelembagaan

Kolaborasi : Suatu upaya untuk menggalang kerjasama atau kemitraan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama

Ko-Manajemen : Suatu bentuk pengelolaan yang mengkolaborasikan atau mengkombinasikan antara sistem manajemen yang top-down dan bottom-up, yang menggabungkan antara pengelolaan sentralistik yang dilakukan oleh pemerintah dengan pengelolaan berbasis masyarakat

Konsultatif : Tipe/model ko-manajemen dimana peran lebih banyak diberikan kepada pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan dan perencanaan, sementara masyarakat lebih banyak menerimanya namun terbuka dialog/diskusi intensif dengan masyarakat

Kooperatif : Tipe/model ko-manajemen dimana peran pemerintah dan masyarakat seimbang dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan

Kriteria

goodness-of-fit

: Suatu kriteria matematis yang digunakan untuk menilai kesesuaian model yang dihasilkan dalam analisis SEM dengan kondisi nyata yang terjadi di alam

Large Scale Fisheries

: Kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan teknologi/alat tangkap dan kapal berukuran besar, serta mempunya modal usaha dalam jumlah besar

Limit Factor : Faktor-faktor yang menjadi pembatas/kendala untuk mencapai suatu tujuan

Measurement Model

: Model matematis yang merumuskan hubungan antara dimensi konstruk (atribut) dengan konstruk (variabel utama)

Model : Sesuatu yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata yang terjadi di alam

Path Diagram : Bentuk penggambaran dalam analisis SEM dari interaksi di antara stakeholders atau komponen yang terkait dengan suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya

(16)

Terpusat mempunyai kewenangan penuh untuk membuat kebijakan dan perencanaan suatu program termasuk aturan teknis yang mengatur pelaksanaannya di lapangan, masyarakat dan instansi teknis pemerintah di daerah hanya sebagai pelaksana

Perikanan Skala Kecil

: Kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan kapal ukuran kecil (< 5 GT) dengan alat tangkap sederhana dan modal usaha yang terbatas

Perikanan Tangkap : Suatu kegiatan perikanan yang memanfaatkan atau mengeksploitasi langsung sumberdaya ikan yang tersedia di perairan menggunakan alat tangkap tertentu sesuai dengan jenis ikan sasarannya

Private Sector : Pihak swasta atau individu yang terlibat dalam pengeloolaan suatu sumberdaya

Purposive Sampling Teknik pengambilan sampling dengan cara menyengaja kepada responden tertentu dengan harapan maksud dan tujuan yang diinginkan tercapai

Renewable : Sifat suatu sumberdaya atau barang yang dapat dipulihkan setelah dilakukan pemanfaatan selama waktu tertentu

Stakeholders : Pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya

Standarisasi Penilaian

: Upaya untuk menstandarkan hasil penilaian kinerja suatu alat tangkap terhadap kriteria tertentu yang digunakan, sehingga dapat diperbandingkan satu sama lain

Structural Equation : Model matematis yang merumuskan hubungan diantara konstruk (variabel utama)

Teknologi

Perikanan Tangkap

: Suatu kehandalan atau keunggulan yang melekat pada alat tangkap, metode operasi, kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan

Up Welling : Peristiwa naiknya massa air ke permukaan perairan yang banyak membawa komponen nutrien

(17)

DAFTAR SINGKATAN

AHP : Analitycal Hierarchy Process

BKSDA : Balai Konservasi Sumberdaya Alam

BP DAS : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

CBM : Community Based Managemet

CFI : Comparative Fit Index

CSR : Corporate Social Responsibility

DKP2SKSA : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan

EFAS : External Factors Analysis Strategics

FGD : Focus Group Discussion

GBM : Government Based Management

IFAS : Interrnal Factors Analysis Strategics

IFI : Incremental Fit Index

IR : Inconsistency Ratio

KUB : Koperasi Usaha Bersama

NFI Normed Fit Index

PEMP : Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

PUMP : Program Usaha Mina Pedesaan

RFI : Relative Fit Index

RTP : Rumah Tangga Perikanan

SEM : Structural Equation Modeling

SWOT : Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISTILAH xii

DAFTAR SINGKATAN xv

DAFTAR TABEL xx

DAFTAR GAMBAR xxi

DAFTAR LAMPIRAN xxii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Kerangka Pemikiran 6

Novelty Penelitian 10

2 METODE PENELITIAN 11

Tempat dan Waktu 11

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 11

Metode Analisis 13

Analisis Deskriptif 13

Metode Skoring 14

Metode SEM 14

Analisis SWOT 15

Metode AHP 16

3 KONDISI UMUM PERIKANAN UDANG SKALA KECIL DI

KABUPATEN CILACAP 17

Kondisi Kapal dan Alat Tangkap Udang 17

Karakteristik Nelayan Udang Skala Kecil 19

Daerah Penangkapan untuk Perikanan Udang 20

Produksi Udang di Kabupaten Cilacap 21

Program Pengelolaan Sumberdaya Udang 24

Program Pengelolaan Sumberdaya yang Diinisiasi Pemerintah 24 Program Pihak Swasta dalam Pengelolaan Sumberdaya 25 Trend Pengelolaan Perikanan Udang dan Tingkat Dukungan

Program

26

(20)

Tingkat Dukungan Program Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Udang

28

Simpulan 30

4 PEMILIHAN TEKNOLOGI YANG TEPAT UNTUK

PENGEMBANGAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL 31

Pendahuluan 31

Latar Belakang 31

Tujuan Penelitian 32

Metode Penelitian 32

Waktu dan Tempat 32

Jenis Data Yang Dikumpulkan 32

Metode Pengumpulan Data 33

Analisis Data 33

Hasil Penelitian 34

Hasil Analisis Kinerja Alat Tangkap Udang 34

Kinerja Alat Tangkap dari Aspek Lingkungan 34

Kinerja Alat Tangkap dari Aspek Teknis 35

Kinerja Alat Tangkap dari Aspek Ekonomi Kelembagaan

36

Hasil Analisis Teknologi Pengembangan Perikanan Udang 37

Pembahasan 38

Evaluasi Kinerja Alat Tangkap Udang Skala Kecil 38 Pola Pengembangan Teknologi Perikanan Udang Skala Kecil 39

Simpulan 41

5 TINGKAT PERAN STAKEHOLDERS DALAM

PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL 42

Pendahuluan 42

Latar Belakang 42

Tujuan Penelitian 43

Metode Penelitian 43

Waktu dan Tempat 43

Jenis Data Yang Dikumpulkan 43

Metode Pengumpulan Data 43

Analisis Data 44

Hasil Penelitian 46

Hasil Analisis Tingkat Peran Stakeholders Perikanan 46 Hasil Analisis Partisipasi Stakeholders Nelayan dalam

Pengelolaan Sumberdaya Udang 48

Pembahasan 51

Optimalisasi Peran Stakheholders Perikanan 51

Pola Partisipasi Nelayan dalam Kolaborasi Pengelolaan

Sumberdaya Udang 53

(21)

6. MODEL KO-MANAJEMEN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL

56

Pendahuluan 56

Latar Belakang 56

Tujuan Penelitian 57

Metode Penelitian 57

Waktu dan Tempat 57

Jenis Data Yang Dikumpulkan 58

Metode Pengumpulan Data 58

Metode pengumpulan data primer 58

Metode pengumpulan data sekunder 59

Analisis Data 59

Analisis SWOT 59

Metode AHP 60

Hasil Penelitian 61

Faktor Internal-Eksternal Pengelolaan Perikanan Udang 61

Faktor Internal 61

Faktor Eksternal 62

Posisi Pengelolaan Perikanan Udang di Kabupaten Cilacap

64

Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Pembentukan Ko-Manajemen

65

Model Ko-Manajemen untuk Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil

68

Kolaborasi Pengelolaan Perikanan Udang di Kabupaten Cilacap

68

Model Ko-Manajemen Terpilih 71

Pembahasan 72

Penanganan Faktor Internal-Eksternal Pengelolaan Perikanan

Udang Skala Kecil 72

Arahan Penerapan Model Ko-Manajemen Perikanan Udang Skala Kecil

74

Simpulan 75

7 PEMBAHASAN UMUM 77

8 SIMPULAN DAN SARAN 85

8.1 Simpulan 85

8.2 Saran 86

DAFTAR PUSTAKA 87

(22)

DAFTAR TABEL

1.1 Penurunan produksi udang di Kabupaten CIlacap pada tahun 2004 -2010

3

1.2 Penurunan luasan estuaria Segara Anakan di Kabupaten Cilacap pada tahun

1984 – 2010

3

3.1 Perkembangan kapal dan alat tangkap udang skala kecil di perairan Kabupaten

Cilacap

17

3.2 Karakteristik nelayan udang skala kecil di Kabupaten CIlacap 19 3.3 Produksi udang di perairan Kabupaten Cilacap tahun 2013 23

3.4 Program pengembangan ekonomi 26

3.5 Program pengembangan lingkungan 26

4.1 Hasil analisi kinerja alat tangkap udang dari aspek lingkungan 34 4.2 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap udang dari aspek

lingkungan

35

4.3 Hasil analisis kinerja alat tangkap udang dari aspek teknis 35 4.4 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap udang dari aspek

teknis

36

4.5 Hasil analisis kinerja alat tangkap udang dari aspek ekonomi kelembagaan

36

4.6 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap udang dari aspek

ekonomi kelembagaan 37

4.7 Hasil penilaian gabungan aspek lingkungan, teknis, dan ekonomi kelembagaan

37

4.8 Hasil standarisasi pemilihan teknologi perikanan udang skala kecil 38

5.1 Kriteria goodness of fit 46

5.2 Hasil uji kesesuaian model tingkat peran stakeholders perikanan 47 5.3 Hasil analisis tingkat stakeholders dalam pengelolaan perikanan

udang skala kecil

47

5.4 Hasil uji kesesuaian model partisipasi nelayan 49

5.5 Hasil analisis partisipasi stakeholders dalam kolaborasi pengelolaan

sumberdaya udang 50

6.1 Faktor internal pengelolaan perikanan udang skala kecil (matriks IFAS)

61

6.2 Faktor eksternal penglolaan perikanan udang skala kecil (matriks IFAS)

63

6.3 Mekanisme penetapan beberapa program dan kebijakan pengelolaan perikanan udang skala kecil

69

7.1 Pola pengembangan teknologi/alat tangkap terpilih di sentra

(23)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Penurunan luas tutupan hutan mangrove di Kabupaten Cilacap 4

1.2 Kerangka pemikiran penelitian 9

2.1 Peta Kabupaten CIlacap dan Lokasi TPI sebagai lokasi penelitian

(Pangesti TP 2011) 11

2.2 Diagram alir penelitian 13

3.1 Alat tangkap udang (SNI 2006, PKP 2013, dan Sukamto dan

Purnamaningtyas 2013) 18

3.2 Daerah penangkapan utama nelayan udang di perairan Kabupaten

Cilacap 21

3.3 Beberapa jenis udang yang banyak tertangkap nelayan di perairan Kabupaten Cilacap (PPS Cilacap, 2012, Sutardjo, 2008) 22 5.1 Model SEM tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan

udang skala kecil 46

5.2 Hasil analisis partisipasi stakeholders nelayan terhadap kolaboratif

manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang 49

6.1 Matriks IE pengelolaan perikanan udang skala kecil 64 6.2 Tingkat pengaruh komponen criteria dalam pembentukan

ko-manajemen perikanan udang skala kecil 65

6.3 Tingkat pengaruh komponen pembatas dalam pembentukan ko-manajemen bila pencapaian criteria ekologi didahulukan 66 6.4 Tingkat pengaruh komponen pembatas dalam pembantukan

ko-manajemen bila pencapaian criteria teknologi didahulukan 66 6.5 Tingkat pengaruh komponen pembatas dalam pembentukan

ko-manajemen bila pencapaian criteria social ekonomi di dahulukan 67 6.6 Tingkat pengaruh komponen pembatas dalam pembentukan

ko-manajemen bila pencapaian criteria kelembagaan didahulukan 68 6.7 Prioritas model ko-manajemen dalam mendukung pengeloalan

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pendapat nelayan terkait ikan hasil tangkapan, kondisi fishing

ground dan penggunaan bahan berbahaya 95

2 Pendapat nelayan tentang pengaruh kegiatan penangkapan terhadap

kondisi sumberdaya udang dan biota lainnya 96

3 Pendapat nelayan tentang pembatasan daerah penangkapan dan pengaturan tentang penggunaan alat tangkap dan kegiatan penangkapan ikan destruktif

97

4 Produksi udang di Kabupaten CIlacap pada tahun 2013 98 5 Data aspek lingkungan, teknis dan ekonomi kelembagaan jaring

apong 99

6 Data aspek lingkungan, teknis dan ekonomi kelembagaan jaring

arad 100

7 Data aspek lingkungan, teknis dan ekonomi kelembagaan trammel

net 103

8 Data aspek lingkungan, teknis dan ekonomi kelembagaan lampara

dasar 106

9 Hasil analisis SEM 107

10 Hierarki AHP penentuan model ko-manajemen yang tepat 128 11 Hasil banding criteria ekologi dalam pembentukan ko-manajemen

perikanan udang skala kecil 129

12 Hasil banding komponen pembatas bila pencapaian kriteria ekologi

didahulukan 130

13 Hasil banding komponen pembatas bila pencapaian kriteria

teknologi di dahulukan 131

14 Hasil banding komponen pembatas bila pencapaian kriteria social

ekonomi didahulukan 132

15 Hasil banding komponen pembatas bila pencapaian criteria ekologi

didahulukan 133

16 Hasil banding opsi ko-manajemen dalam mengakomodir pembatas

sumberdaya pada criteria ekologi 134

17 Hasil banding opsi ko-manajemen dalam mengakomodir pembatas

keanggotaan pada kriteria teknologi 135

18 Hasil banding opsi ko-manajemen dalam mengakomodir pembatas

legalitas pada kriteria sosial ekonomi 136

19 Hasil banding opsi ko-manajemen dalam mengakomodir pembatas

sarana dan prasarana pada criteria kelembagaan 137

20 Hasil banding opsi ko-manajemen dalam mengakomodir pembatas

kewenangan pada kriteria ekologi 138

21 Pembanding tingkat akomodasi kriteria pengelolaan oleh ko-manajemen kooperatif (KM-KOOPE) dengan ko-ko-manajemen konsultatif KONSU) dan ko-manajemen informatif (KM-INFOR)

139

22 Perbandingan tingkat akomodasii kriteria pengelolaan oleh ko-manajemen kooperatif (KM-KOOPE) dengan ko-ko-manajemen

(25)

23 Beberapa dokumentasi kegiatan Forum Group Discussion dan rapat

dengan stakeholders 141

(26)
(27)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem desentralisasi telah membawa implikasi dalam pengelolaan sumberdaya alam dimana masyarakat setempat dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaan kawasan. Peran serta masyarakat sebagai subyek dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan masih sangat terbatas. Untuk itu maka perlu dikembangkan pembinaan hubungan kemitraan antar stakeholders berdasarkan konsep hubungan kesetaraan dan hubungan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan berkesinambungan. Banyak kasus menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan lebih banyak memberi dampak negatif bagi terciptanya eliminasi hak ulayat, hak masyarakat lokal untuk mengakses kebutuhan publik, penekanan posisi tawar politik (political bargaining position) sampai degradasi lingkungan hidup.

undang RI nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 dikatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan dapat dilakukan melalui kegiatan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan dan pengolahan hasil perkanan serta pemasarannya bagi kepentingan bangsa dan negara dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta kesinambungan pembangunan perikanan nasional bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

(28)

2

Menurut Charles (2001) dan Sobari et al. (2013), keberlanjutan pengelolaan perikanan tidak lepas dari keberadaan dan kelestarian sumberdaya ikan yang akan dimanfaatkan yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan pengelolaan yang mengutamakan prinsip-prinsip berkelanjutan, yaitu memperhatikan aspek ekologi dan lingkungan, teknis operasi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan dalam setiap kegiatan pengelolaan perikanan. Kelestarian sumberdaya ikan akan terjaga melalui penangkapan ikan yang dilakukan secara terkendali, yaitu kegiatan produksi ikan tidak melebihi kapasitas atau daya dukung sumberdaya ikan, dan terpeliharanya kapasitas ekosistem untuk mendukung keberadaan sumber daya ikan.

Menurut Kusumastanto (2002) dalam Pangesti (2011) dikatakan bahwa permasalahan pada pengelolaan perikanan, antara lain meliputi masalah biologi dan masalah ekonomi. Masalah biologi seperti ancaman berkurangnya stok, dan masalah ekonomi seperti borosnya tenaga kerja dan modal. Dalam kapasitas penangkapan yang berlebih serta pendapatan yang menurun, dapat diatasi dengan sistem Individual Transferable Quota (ITQ). Namun sistem ITQ dirasakan kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia, sehingga pemerintah disarankan agar mempertimbangkan model Territorial Used Right yang dipandang lebih realistis bagi Indonesia dalam memasuki era otonomi daerah. Pengelolaan Perikanan dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Community Based Management) maupun Co-management, sehingga akan semakin besar kesempatan bagi nelayan lokal, untuk berpartisipasi dalam proses pengelolaan sumberdaya perikanan dan akan menguntungkan masyarakat dan generasi di masa datang.

Luas wilayah Kabupaten Cilacap 225361 km2, secara geografis berada di

selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia. Panjang garis pantai keseluruhan 201.9 km, yang terdiri dari garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ± 105 km, serta garis pantai di perairan Segara Anakan ± 96.9 km. Daerah pesisir Kabupaten Cilacap merupakan kawasan yang berada dibagian selatan Pulau Jawa mempunyai suatu ekosistem sangat unik berada di bagian selatan Pulau Jawa. Kawasan perairan pesisir banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik lingkungan eksternal dari aktivitas daratan, di antaranya pengaruh masa air sungai dan muatan sedimen melalui proses hidro-oseanografis yang terjadi hingga ke tengah laut pada radius 5 mil, sehingga terjadi proses pengkayaan unsur hara seperti Nitrat dan Posfat yang penting bagi fotosistesis biomasa fitoplankton perairan. Ketersediaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Cilacap cukup besar, yang meliputi penangkapan, budidaya, penanganan/pengolahan hasil perikanan, distribusi dan pemasaran. Kegiatan usaha penangkapan meliputi di perairan laut dan di perairan umum, serta kegiatan usaha budidaya ikan di tambak, di kolam dan di perairan umum berupa budidaya karamba.

(29)

3 produksi udang pada tahun 2004 – 2010 mengalami penurunan rata-rata cukup signifikan sebesar 7.61% (Tabel 1.1). Hal ini juga senada disampaikan oleh Saputra et al. (2007) yang menyatakan bahwa telah terjadi growth overfishing terhadap udang jerbung di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap dengan tingkat eksploitasi sebesar 0.72/tahun.

Tabel 1.1. Penurunan produksi udang di Kabupaten Cilacap pada tahun 2004 - 2010

Tahun Produksi (ton) Fluktuasi Dari tahun ke Tahun

(ton) (%)

2004 2039.3

2005 1849.4 -189.90 -9.31%

2006 2263.00 413.60 22.36%

2007 1298.80 -964.20 -42.61%

2008 1910.60 611.80 47.11%

2009 1173.40 -737.20 -38.58%

2010 884.7 -288.70 -24.60%

Rata-rata -7.61%

Sumber : Diolah dari DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2011)

Selain terjadi penurunan produksi udang, kualitas lingkungan di Kabupaten Cilacap juga mengalami penurunan, dimana terjadi penurunan luasan estuaria Segara Anakan (Tabel 1.2) dan luas tutupan mangrove (Gambar 1.1). Hal ini sangat berdampak terhadap kehidupan nelayan skala kecil yang lokasi tangkapan sangat tergantung dengan kondisi lingkungan perairan tersebut. Udang sebagai sumberdaya hayati akuatik, meskipun bersifat dapat pulih (renewable), bukanlah berarti tidak terbatas. Sumberdaya udang perlu dikelola dengan baik sehingga tetap lestari dan bermanfaat secara ekonomi bagi nelayan. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan berkontribusi bagi perekonomian daerah. Pengelolaan sumberdaya udang harus dilaksanakan secara terpadu dengan lingkungan pendukung dan sumberdaya lain yang mempengaruhinya.

Tabel 1.2. Penurunan luasan estuaria Segara Anakan di Kabupaten Cilacap pada tahun 1984 – 2012

Tahun Luas (Ha) Fluktuasi dari Tahun ke Tahun

(Ha) (%)

1984 2906

1985 2893 -13.00 -0,45%

1986 322811 -82.00 -2.83%

1989 2298 -513.00 -18.25%

1991 2019 -279.00 -12.14%

1992 1800 -219.00 -10.85%

(30)

4

Tahun Luas (Ha) Fluktuasi dari Tahun ke Tahun

(Ha) (%)

2000 1200 -375.00 -23.81%

2001 800 -400.00 -33.33%

2003 600 -200.00 -25.00%

2005 834 234.00 39.00%

2008 750 -84.00 -10.07%

2012 590 -160.00 -21.33%

Rata-rata -10.96%

Sumber : Diolah dari Balai Besar Wilayah Sungai Citandui (2012)

Gambar 1.1. Penurunan luas tutupan hutan mangrove di Kabupaten Cilacap

Berbagai program pemberdayaan masyarakat telah digulirkan di Kabupaten Cilacap, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat, pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun dari pihak swasta (private sector) melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR). Berbagai program yang telah digulirkan diantaranya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir, PUMP Perikanan Tangkap, Minapolitan, maupun program-program CSR yang dilakukan oleh Pertamina dan PT. Holcim berupa penanaman mangrove dan pelatihan diversifikasi usaha jaring apong. Kegagalan berbagai program yang telah dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, diduga sebagai akibat program tersebut tidak didukung secara penuh oleh masyarakat/stakeholder.

(31)

5 pengguna (User Groups) hanya menerima informasi tentang produk-produk kebijakan dari pemerintah. Dalam pelaksanaannya pengelolaan berbasis pemerintah ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain : (1) aturan-aturan yang dibuat kurang terinternalisasi dalam masyarakat sehingga sulit ditegakkan; (2) biaya transaksi yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan dan pengawasan sangat besar sehingga menyebabkan lemahnya penegakan hukum.

Berdasarkan kondisi diatas, maka sangat perlu dicarikan model/bentuk pengelolaan udang skala kecil yang tepat dan sustainable. Model pengelolaan tersebut diharapkan dapat melibatkan stakeholders dan menginternalisasikan kepentingan-kepentingan semua pihak khususnya nelayan skala kecil selaku pelaku utama dalam pengelolaan perikanan udang.

Perumusan Masalah

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model pengelolaan perikanan udang skala kecil yang kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan nelayan skala kecil serta stakeholder lainnya. Untuk mendukung penelitian ini maka perlu dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang ada di lingkungan nelayan skala kecil dan stakeholders lainnya di Kabupaten Cilacap, diantaranya :

1) Bagaimanakah kondisi sumberdaya udang skala kecil dan program-program yang telah dilaksanakan dalam mendukung pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap ?

2) Bagaimanakah kinerja alat tangkap udang yang ada dan jenis teknologi apa yang tepat untuk mendukung pengembangan perikanan udang skala kecil? 3) Sejauhmana peran masing-masing stakeholders dalam pengelolaan udang

skala kecil di Kabupaten Cilacap?

4) Bagaimana tingkat partisipasi stakeholders nelayan skala kecil terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap?

5) Bagaimana kondisi internal-eksternal serta posisi pengelolaan sumberdaya udang skala kecil saat ini di Kabupaten Cilacap?

6) Apa saja komponen-komponen yang dapat mempengaruhi pembentukan ko-manajemen baik dilihat dari kondisi/kriteria pengelolaan yang ingin dicapai maupun keterbatasan yang mungkin dihadapi ?

7) Bagaimana rumusan/model ko-manajemen yang tepat dan memungkinkan untuk diterapkan secara sustainable dalam pengelolaan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1) Mengidentifikasi kondisi umum perikanan udang skala kecil dan program-program pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap 2) Menganalisis kinerja dan jenis teknologi/alat tangkap yang tepat untuk

(32)

6

3) Menganalisis tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil serta partisipasi kolaboratif dari nelayan udang skala kecil.

4) Menganalisis faktor internal-eksternal pengelolaan perikanan udang serta berbagai komponen yang mempengaruhi pembentukan ko-manajemen.

5) Menentukan model ko-manajemen yang tepat dan sustainable yang dapat digunakan dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1) Membantu pemerintah baik pusat maupun daerah dalam pengembangan program pengelolaan perikanan udang skala kecil yang berkolaboratif antar stakeholders perikanan.

2) Menjadi referensi bagi pihak swasta (private sector) dalam menyusun program coorporate sosial responsibility (CSR) yang melibatkan nelayan skala kecil.

3) Mendukung pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.

4) Menjadikan referensi bagi pengembangan keterlibatan bersama antara masyarakat, pemerintah, dan stakeholders perikanan lainnya dalam pengembangan usaha perikanan udang skala kecil yang berkesinambungan.

5) Menjadi referensi bagi penelitian berikutnya baik yang menyangkut co-management, community based managemet, maupun pengelolaan terpadu semua aspek pengelolaan perikanan udang skala kecil.

Kerangka Pemikiran

Dalam pengelolan sumberdaya alam dikenal ada tiga model pengelolaan yaitu : (1) pengelolaan berbasis masyarakat; (2) pengelolaan terpusat; dan (3) pengelolaan kolaboratif. Dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat (community based managemet/CBM), masyarakat diberi wewenang, tanggung jawab dan kesempatan untuk mengelola sumberdayanya sendiri sesuai dengan kebutuhan, keinginan, tujuan dan aspirasinya. CBM disebut juga sebagai sistem pengelolaan lokal yang didasarkan atas tradisi budaya, adat istiadat, pengetahuan percobaan tanpa aturan dan hukum resmi.

(33)

7 Perikanan tangkap adalah suatu upaya/kegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumberdaya laut atau perairan umum melalui cara penangkapan baik secara komersial ataupun tidak komersial. Skala usaha perikanan tangkap dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya ukuran kapal yang dioperasikan, lokasi daerah penangkapan dan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil (small scale fisheries) dengan perikanan skala besar (large scale fisheries) (Charles 2001). Sedangkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 49 Tahun 2011, disebutkan bahwa nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikananberukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).

Kabupaten Cilacap memiliki 4176 Rumah Tangga Perikanan (RTP) untuk kelompok nelayan, yang tersebar di 9 kecamatan. Para nelayan tersebut melakukan aktivitas penangkapan di sekitar perairan cilacap dan Samudera Hindia. Hasil tangkapan tersebut didaratkan di 11 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang berada di wilayah Kabupaten Cilacap. Para nelayan tersebut membentuk berbagai kelompok nelayan sesuai dengan lokasi tempat tinggal. Menurut Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap (2011), terdapat 24 kelompok nelayan dan beberapa kelompok-kelompok nelayan tersebut tergabung dalam 9 Koperasi Usaha Bersama (KUB). Umumnya masing-masing KUB merepresentasikan kelompok-kelompok nelayan dalam sebuah kecamatan.

DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2011) menyatakan bahwa produksi udang di Kabupaten Cilacap pada tahun 2004 – 2010 mengalami penurunan rata-rata cukup signifikan sebesar 7.61%. Selain itu, Kabupaten Cilacap juga dihadapkan oleh persoalan adanya penurunan kualitas lingkungan dimana terjadi penurunan luasan hutan mangrove dan sedimentasi di wilayah Segara Anakan. Hal ini sangat berdampak terhadap kehidupan nelayan skala kecil yang lokasi tangkapan sangat tergantung dengan kondisi lingkungan perairan tersebut.

Berbagai program yang telah digulirkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pelestarian habitat udang dan lingkungan diantaranya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), PUMP Perikanan Tangkap, Minapolitan, maupun program-program CSR yang dilakukan oleh swasta. Namun, kegiatan-kegiatan tersebut dirasa belum mampu memperbaiki kondisi yang ada. Hal ini diduga akibat kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Untuk mengakomodasi permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang masih terpusat pada pemerintah, maka perlu disusunlah sebuah model kolaboratif yang memadukan unsur pemerintah dan kelompok pengguna dalam pengelolaan sumberdaya perikanan udang skala kecil.

Berbagai penelitian dan kajian telah banyak dilakukan terkait dengan pengelolaan udang di Kabupaten Cilacap, baik dalam aspek ekologi dan biologi, sosial ekonomi maupun manajemen kelembagaan terkait pengelolaan sumberdaya udang, diantaranya :

(34)

8

panjang karapas 39.9 mm, dimana perbandingan kelamin jantan dan betina di perairan Cilacap adalah 1.0 : 1.3 dan musim pemijahan berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya pada September setiap tahunnya. (2) Sasmita (2002) yang mengamati tentang penggunaan alat tangkap apong

untuk udang, disimpulkan bahwa alat tangkap apong memiliki daya tangkap yang tidak selektif dengan hasil tangkapan yang besar. Udang hasil tangkapan didominasi pada ukuran tangkapan yang kecil.

(3) Purnamaji (2003) mendapatkan kesimpulan penelitian yang menyatakan bahwa laju eksploitasi sumberdaya udang jerbung di kawasan Segara Anakan telah melebihi batas optimum. Tingginya laju eksploitasi disebabkan oleh besarnya koefisien kematian akibat penangkapan dengan penggunaan jaring apong. Udang yang tertangkap umumnya (78 %) adalah udang yang berumur 1 – 4 bulan dengan panjang karapas 5,3 mm – 20.9 mm.

(4) Saputra et al. (2005) dalam penelitian terkait tentang aspek reproduksi dan daerah pemijahan udang jari, disimpulkan bahwa udag jari mengalami pemijahan sepanjang tahun, dengan dua puncak pemijahan dalam setahun yakni pada bulan April/Mei dan November/Desember. Daerah pemijahan terletak dibagian barat perairan Segara Anakan serta ancaman serius bagi kelestarian populasi udang jari adalah sedimentasi dan eksploitasi/kegiatan penangkapan yang tidak terkendali.

(5) Subagyo (2005) dalam penelitiannya tentang status penangkapan dan usulan pengelolaan udang jerbung di perairan Cilacap disimpulkan bahwa : (1) pemanfaatan sumberdaya udang di perairan Cilacap sudah padat tangkap; (2) untuk menjaga kelestarian sumberdaya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya perlu dipertahankan agar ukuran rata-rata udang jerbung yang tertangkap sebesar 11,5 cm; (3) untuk mencegah terjadinya keresahan nelayan akibat sumberdaya udang sudah intensif dan mendekati padat tangkap maka tidak diterbitkan ijin penangkapan trammel net yang barudan dilakukan monitoring secara ketat terhadap trammel net yang ada.

(6) Suman et al. (2006), menyatakan bahwa pola pemanfaatan sumberdaya udang dogol secara berkelanjutan di perairan Cilacap dan sekitarnya dusulkan dengan 3 alternatif pola pemanfaatan yaitu penutupan musim penangkapan pada bulan September setiap tahunnya, pembatasan upaya penangkapan untuk alat trammel net pasif dan penetapan kuota penangkapan sebesar 416 ton dengan jumlah alat 2936 unit trammel net pasif untuk setiap tahunnya.

(7) Saputra dan Subiyanto (2007), menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan udang P. merguensis di Laguna Segara Anakan Cilacap, sudah melampaui batas kemampuan daya dukung pembentukan stok alaminya, dengan tingkat eksploitasi (E) sebesar 0.72/tahun dan telah terjadi growth overfishing.

(35)

9 disimpulkan pula bahwa prioritas strategi dalam pengelolaan sumberdaya udang yaitu peningkatan daya dukung lingkungan dan sumberdaya udang. Untuk mencari model kolaborasi manajemen (ko-manajemen) yang tepat dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diidentifikasi dalam penelitian, baik melalui pengamatan langsung, wawancara, pembagian kuesioner kepada responden, maupun studi literatur. Aspek-aspek yang akan diamati dalam penelitian adalah :

1) Aspek ekologi/lingkungan, mencakup selektivitas alat tangkap, keramahan alat tangkap terhadap habitat ikan, kualitas ikan hasil tangkapannya, keamanan alat tangkap bagi nelayan, keamanan produk bagi konsumen, by-catch rendah, dampak positif alat tangkap terhadap biodiversity, dan keamanan alat tangkap bagi ikan-ikan yang dilindungi;

2) Aspek teknis, mencakup kesesuaian ukuran kapal/perahu, kesesuaian ukuran alat tangkap, keberadaan perlengkapan kapal/perahu, kesesuaian alat bantu penangkapan, metode operasi alat tangkap, dan kesesuaian ukuran mata jaring untuk penangkapan udang ;

3) Aspek ekonomi dan kelembagaan, mencakup penerapan teknologi tepat guna, jumlah hasil tangkapan tidak melebihi TAC, tingkat keuntungan pengusahaan alat tangkap, tingkat kebutuhan investasi, tingkat penggunaan BBM, inventarisasi regulasi (baik formal/informal local value), serta pemenuhan ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Gambar 1.2 Kerangka pemikiran penelitian Permasalahan Perikanan Udang Skala Kecil

di Kabupaten Cilacap : • Program konservasi sumberdaya udang kurang

• Kinerja rendah dan teknologi penangkapan belum handal • Partisipasi kolaboratif stakeholders nelayan rendah • Ko-manajemen dipengaruhi banyak kondisi/kriteria

dan faktor pembatas di bidang perikanan tangkap

-Teknologi/Alat Tangkap Udang Ditinjau dari Aspek Lingkungan, Teknis, Ekonomi

Kelembagaan

Kriteria & Limit Factor yang Tidak Relevan

Partisipasi dan Tingkat Peran Stakeholders (Pemerintah, Nelayan, &

Swasta)

Model Ko-Manajemen Yang Tepat Untuk Perikanan Udang Skala Kecil Kondisi Umum

Perikanan Udang Skala Kecil

Analisis Komponen Pembentukan Ko-Manajemen & Faktor Internal Eksternal

(36)

10

Hasil identifikasi terhadap berbagai aspek tersebut, selanjutnya dianalisis menggunakan berbagai metode analisis, diantara analisis deskriptif, multi klinearitas, structural equation modeling (SEM), SWOT, dan analitycal hierarchy process (AHP). Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.2.

Rencana aksi dalam ko-manajemen perikanan udang skala kecil juga mempertimbangkan berbagai komponen dan kondisi yang mempengaruhi pembentukan ko-manajemen perikanan udang, baik berupa kriteria pencapaian/syarat tercapainya ko-manajemen maupun yang berupa pembatas pencapaian (limit factor). Rencana aksi nantinya akan menjadi bagian dari penerapan opsi ko-manajemen terpilih/prioritas dan diharapakan dapat mengakomodir aspirasi semua stakeholders terkait secara proporsional dalam kolaborasi ko-manajemen yang tepat dan sustainable guna mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan komponen (kriteria dan limit factor) yang kurang relevan atau kurang mendukung perbaikan pengelolaan perikanan udang skala kecil tidak diakomodir dalam pelaksanaan model ko-manajemen terpilih.

Novelty Penelitian

(37)

11

2 METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan kegiatan pra-penelitian berupa survey awal yang dilakukan pada bulan Desember 2012 – Januari 2013. Kegiatan pra-penelitian ini bertujuan untuk lebih mengenali kegiatan perikanan udang serta karakteristik masyarakat nelayan di lokasi penelitian. Sedangkan kegiatan utama penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2013.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Cilacap dan Lokasi TPI Sebagai Lokasi Penelitian (Pangesti, 2011)

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Secara umum, jenis data yang dikumpulkan baik dari data primer maupun sekunder adalah :

a. Data tentang kondisi umum perikanan udang skala kecil (data produksi, alat tangkap, kapal/perahu, nelayan udang skala kecil, dan daerah penangkapan. b. Data terkait kegiatan/program pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten

Cilacap

(38)

12

d. Data teknis, ekonomi dan kelembagaan terkait pengoperasian alat tangkap udang.

e. Data peran stakeholders perikanan (nelayan, pemerintah, dan swasta) dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.

f. Data terkait partisipasi nelayan dalam perencanaan, implementasi, dan monitoring pengelolaan sumberdaya udang.

g. Data kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil.

h. Data tentang komponen-komponen yang mempengaruhi pembentukan ko-manajemen, serta informasi tentang ko-manajemen instruksi, ko-manajemen konsultatif, manajemen kooperatif, manajemen advisor, dan ko-manajemen informatif.

i. Data perundang-undangan serta kebijakan yang terkait dengan pengelolaan perikanan udang skala kecil.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik pembagian kuesioner kepada responden, wawancara, pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan tahapan pemilihan kelompok sampling, identifikasi/pemilihan responden, dan pengumpulan data responden. Responden terutama untuk analisis SEM ini dipilih secara purposive sampling, yaitu responden dipilih secara sengaja dari kelompok sampling-nya berdasarkan ketokohan, pengetahuan, dan penguasaan terhadap aktivitas kelompoknya. Hal ini dengan tujuan agar informasi yang diberikan lebih akurat dan menyeluruh, sehingga memperkecil bias dalam analisis. Sedangkan wawancara dilakukan secara tidak terstruktur kepada stakeholders yang tidak direncanakan, namun menguasai banyak informasi terkait perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap. Stakeholders tersebut berasal dari perwakilan nelayan udang, instansi pemerintah (Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan/DKP2SKSA, PPS Cilacap), swasta, lembaga riset, dan perguruan tinggi, dan masyarakat. Hasil wawancara dapat memperkaya data primer yang telah diambil melalui kuesioner dan pengamatan langsung.

(39)

13 Gambar 2.2 Diagram alir penelitian

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode analisis deskriptif, metode skoring, metode structural equation modelling (SEM), analisis SWOT, dan metode AHP. Secara detail kelima metode analisis tersebut disajikan pada bagian berikut.

Analisis Deskriptif

(40)

14

menangkap udang (aspek lingkungan). Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau gambar yang relevan

Analisis deskritif terkait program-program yang mendukung pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap diharapkan dapat menghasilkan data data yang memperjelas berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, swata atau lainnya untuk pengelolaan perikanan udang melalui berbagai program aksi nyata di lapangan. Program program tersebut juga diidentifikasi berdasarkan dukungan terhadap pengembangan ekonomi nelayan udang dan lingkungan/habitat udang.

Metode Skoring

Metode skoring terkadang juga disebutkan sebagai metode analisis multi klinearitas, karena metode ini mengakomodir beberapa kriteria/aspek yang menjadi fokus kajian dalam suatu pemilihan keputusan pengelolaan. Hal ini dimaksudkan supaya keputusan tersebut benar-benar merupakan keputusan terbaik yang diterima secara luas.

Dalam penerapannya, metode skoring menggunakan skor-skor tertentu untuk mengidentifikasi atau menilai obyek yang dikaji. Pada operasi industri perikanan yang berbasis penangkapan, metode skoring biasanya digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa unit penangkapan yang dapat digunakan dalam operasi, yang dari perbandingan tersebut dapat dipilih jenis unit penangkapan yang paling potensial untuk mendukung operasi penangkapan.

Dalam penelitian ini, metode skoring digunakan untuk memilih teknologi/alat tangkap untuk pegembangan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap. Analisis ini juga diintegrasikan dengan analisis kinerja alat tangkap udang dari aspek lingkungan, teknis, maupun ekonomi kelembagaan. Pemilihan jenis teknologi/alat tangkap yang tepat juga mengakomodir berbagai pertimbangan aspek pengelolaan (lingkungan, teknik, dan ekonomi kelembagaan).

Hasil penilaian dari obyek alat tangkap yang dikaji, selanjutnya diperbandingkan secara relatif satu sama mengggunakan konsep fungsi nilai (Kuntoro dan Listiarini, 1983). Fungsi nilai tersebut merupakan perwakilan dari nilai skor atau riil dari setiap paramater pada ketiga aspek pengelolaan (lingkungan, teknik, dan ekonomi kelembagaan) yang dikaji.

Metode SEM

Metode analisis SEM (Structural Equation Modelling) digunakan untuk menganalisis tingkat peran stakeholders dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap serta tingkat partisipasi stakeholder nelayan terhadap kolaboratif manajemen dalam pengelolaan sumberdaya udang tersebut. SEM dapat digunakan untuk menganalisis tingkat peran stakeholders yang berinteraksi, menetapkan komponen yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan, memberikan arahan pemilihan variabel yang menjadi perhatian dalam pengembangan operasi di suatu kawasan, termasuk di perairan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah

(41)

15 Telaah teoritis merupakan kegiatan menjustifikasi interaksi di antara stakeholder/komponen terkait dengan kegiatan pengelolaan perikanan udang skala kecil sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Landasan utama dari kegiatan ini adalah informasi substantif yang diperoleh dari pustaka, kondisi nyata di lapangan, dan hasil penelitian yang relevan.

b. Perancangan path diagram

Perancangan path diagram merupakan kegiatan mendeskripsikan interaksi di antara stakeholder/komponen hasil telaah teoritis. Stakeholders/komponen yang dalam interaksinya memegang peran penting/posisi sentral menjadi konstruk penelitian, sedangkan komponen yang memperjelas interaksi komponen utama menjadi dimensi konstruk penelitian ini.

c. Perumusan model matematis

Perumusan model merupakan kegiatan penyusunan persamaan matematis yang mewakili interaksi stakeholder/komponen terkait pada kegiatan pengelolaan perikanan udang skala kecil dan bentuk partisipasi yang bisa dilakukan oleh nelayan dalam perencanaan, implementasi, dan monitoring pengelolaan sumberdaya udang. Model matematis yang dirumuskan ada dua jenis, yaitu measurement model dan structural equation.

Measurement model merupakan model matematis yang merumuskan hubungan antara dimensi konstruk dengan kosntruk, sedangkan structural equation adalah model matematis yang merumuskan hubungan konstruk dengan konstruk. Persamaan matematis tersebut digunakan untuk operasi AMOS, dan data SEM yang dikumpulkan dari responden diolah dengan program SPSS, Microsoft Excel, atau program lain yang sesuai.

d. Evaluasi kriteria goodness-of-fit

Evaluasi kriteria goodness-of-fit merupakan kegiatan evaluasi kesesuaian model SEM dengan tingkat peran dan partisipasi riil yang terjadi dalam pengelolaan perikanan udang. Setelah dari hasil evaluasi, model dinyatakan fit (sesuai), maka dapat digunkan untuk menjelaskan tingkat peran stakeholders (pemerintah, nelayan, dan swasta) dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil di Kabupaten Cilacap. Hasil analisis model terkait partisipasi juga dapat digunakan untuk menjelaskan pola partisipasi stakeholder nelayan untuk kolaboratif manajemen pengelolaan sumberdaya udang di Kabupaten Cilacap.

Analisis SWOT

(42)

16

Adapun tahapan analisis yang dilakukan dengan mengacu kepada Rangkuti (2006) adalah :

(1) Penyusunan matriks IFAS, merupakan kegiatan mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor internal baik berupa kekuatan maupun kelemahan dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil, lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya.

(2) Penyusunan matriks EFAS, merupakan kegiatan mengidentifikasi dan menentukan faktor-faktor eksternal baik berupa peluang maupun ancaman dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil, lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya.

(3) Penyusunan matriks internal-eksternal (IE), merupakan kegiatan memetakan hasil analisis matriks IFAS dan matriks EFAS sehingga didapatkan titik potong/pertemuan yang menggambarkan kondisi / posisi pengelolaan perikanan udang saat ini di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Metode AHP

Analytical hierarhcy process (AHP) digunakan untuk menganalisis komponen-komponen yang mempengaruhi pembentukan ko-manajemen dan menentukan model ko-manajemen yang yang tepat dan sustainable yang dapat digunakan dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil. Rekomendasi komponen baik yang berupa kriteria pengelolaan maupun berupa pembatas dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil sangat dibutuhkan untuk menentukan tindakan perbaikan dan pengembangan guna mendukung model ko-manajemen terpilih. Model ko-manajemen terpilih (prioritas) sangat dibutuhkan agar rekomendasi kebijakan yang akan dikembangkan dapat diaplikasikan secara nyata sesuai kebutuhan di lapangan dengan mengakomodir secara optimal kriteria/harapan yang diinginkan pada berbagai keterbatasan yang ada.

Oleh karena itu, maka hasil penilaian stakeholders terkait di lapangan tentang semua kriteria pengelolaan yang dipersyaratkan, komponen pembatas (limit factor), opsi-opsi ko-manajemen yang ditawarkan menjadi input penting dalam analisis AHP ini. Tahapan analisis yang dikembangkan dalam analisis AHP ini mengacu kepada Mustaruddin et al. (2011) dan Saaty (1991), yaitu :

a. Identifikasi sistem

b. Penyusunan struktur hierarki c. Simulasi

d. Uji statistik.

Identifikasi sistem dimaksudkan untuk menilai dan menentukan komponen/kriteria serta opsi ko-manajemen yang menjadi lingkup pengelolaan perikanan udang skala kecil berbasis ko-manajemen. Penyusunan struktur hierarki merupakan kegiatan menetapkan komponen yang telah diidentifikasi ke dalam struktur hierarki AHP.

Gambar

Gambar 1.1.  Penurunan luas tutupan hutan mangrove di Kabupaten Cilacap
Gambar 1.2  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2.1  Peta Kabupaten Cilacap dan Lokasi TPI Sebagai Lokasi Penelitian (Pangesti, 2011)
Gambar 2.2  Diagram alir penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa resiliensi perikanan skala kecil di Kabupaten Cilacap sangat dipengaruhi oleh beberapa atribut, antara lain dari kondisi

Persepsi responden mengenai dampak usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok terhadap habitat difokuskan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh usaha perikanan

Bagaimana proporsi BBM terhadap total cost pada perikanan skala kecil. di

Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi strategi dan kebijakan dalam mendukung keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat.. Metode

Permasalahan dari sebagian besar alat tangkap trawl skala kecil yang dioperasikan pa- da perairan demersal adalah ketidakselektifan alat tangkap terhadap hasil tangkapan

Dalam penelitian ini, beberapa faktor yang dikaji mengenai pendapatan nelayan skala kecil di Kabupaten Aceh Jaya, yaitu jenis armada, jenis alat tangkap, trip

Suritech™ merupakan salah satu TTG yang tepat untuk diterapkan pada usaha perikanan tangkap skala kecil. Teknologinya mudah diadopsi oleh segenap lapisan masyarakat

32 Capaian kinerja tahun 2020 didukung dengan Program Pengembangan Perikanan Tangkap Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pemberdayaan Usaha Skala Kecil